Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandangan bahwa perempuan yang menderita penyakit ginjal sebaiknya

menghindari kehamilan, telah ada sejak abad lalu. Luaran bayi dipercaya akan

kurang baik dan pasien yang menderita penyakit ginjal disarankan melakukan

terminasi kehamilan. Sejak tahun 1975 rasa pesimis itu berubah menjadi rasa

optimis sehubungan dengan banyaknya publikasi studi kasus mengenai kehamilan

dengan penyakit ginjal yang dikonfirmasi dengan biopsi ginjal, sehingga

kebanyakan perempuan dengan gangguan ginjal dapat melewati kehamilan tanpa

kelainan yang berarti. Selain itu, data-data mengenai perempuan hamil dengan

transplantasi ginjal sejak tahun 2000 telah memberikan hasil yang

menggembirakan. Kesemuanya ini memberikan pandangan bahwa sebagian besar

perempuan yang mempunyai gangguan fungsi ginjal minimal dapat hamil dengan

kemungkinan kehamilannya berhasil mencapai 90% (Prawirohardjo. 2009).

Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomik

ginjal dan saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik

dan pemeriksaan hasil laboraturium. Apabila hal itu tidak diperhatikan dan

diperhitungkan, ada kemungkinan salah membuat diagnosis, sehingga dapat

merugikan ibu dan janin. Pada kehamilan normal terdapat perubahan bermakna

baik pada struktur maupun fungsi dari saluran kemih, diantaranya dilatasi saluran

kemih, yaitu pada kaliks, pelviks ginjal, dan ureter. Keadaan ini terjadi sebelum

usia kehamilan 14 minggu karena pengaruh hormon yang melemaskan lapisan-

1
lapisan otot saluran kemih. Pada fungsi ginjal juga terjadi peningkatan segera

setelah konsepsi. Aliran plasma ginjal dan filtrasi glomerulus efektif masing-

masing meningkat rata-rata 40% dan 65% (Fadlun, 2012).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua,

panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm. Setiap ginjal memiliki berat antara

125 – 175 gr. Pada laki-laki dan 115 – 155 gr pada perempuan.

Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang

sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau

kerusakan fungsi ginjalyang tidak bisa sembuh lagi. Angka kejadiannya pada

perempuan hamil di negara maju adalah 1 dalam 10.000 populasi dan negara

berkembang 1 dalam 2.000 – 5.000 kehamilan, dengan tingkat mortalitas melebihi

50% (Prawirohardjo, 2010).

Gagal ginjal akut didefinisikan sebagai penurunan fungsi ginjal secara

nyata, ditandai dengan jumlah urin yang keluar kurang dari 400 ml/24 jam atau

kurang dari 20 ml/jam (Prawirohardjo, 2010).

Gagal ginjal akut pada perempuan hamil biasanya merupakan akibat dari

rendahnya aliran darah ke korteks ginjal. Enam puluh persen kasus hipoperfusi

disebabkan oleh eklampsia. Tiga puluh persen kasus didasari oleh beratnya

perdarahan akibat plasenta previa atau solusio plasenta. Lima persen lagi

inadekuatnya perfusi darah ke ginjal disebabkan oleh sindroma nefrotik, hipertensi

maligna, atau sindroma uremia hemolitik (Prawirohardjo, 2010).

Beberapa penyebab gagal ginjal akut yang khusus pada kehamilan, meliputi

preeklampsia, eklampsia, sindroma HELLP, penyakit hati berlemak akut pada

3
kehamilan, dan gagal ginjal akut pasca persalinan. Risiko maternal bergantung pada

penyebab yang mendasarinya. Secara umum dapat menyebabkan gangguan

elektrolit asam-basa, masalah kelebihan cairan, persalinan prematur, dan

koagulopati. Risiko janin meliputi prematuritas dan dehidrasi pada neonatus. Pada

kasus yang jarang, gagal ginjal dalam kehamilan merupakan konsekuensi obstruksi

ureter karena overdistensi uterus atau dikarenakan proses inflamasi akut seperti

lupus nefritis (Prawirohardjo, 2010).

Fungsi Ginjal :

1) Pengeluaran zat sisa organik.

Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian

hemoglobin dan hormon

2) Pengaturan konsentrasi ion-ion penting.

Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat,

dan fosfat

3) Pengaturan keseimbangan asam-basa.

Ginjal mengendalikan ekskresi ion hidrogen, bikarbonat, dan amonium

serta memproduksi urine.

4) Pengaturan produksi sel darah merah.

Ginjal melepas eritropoietin, yang mengatur produksi sel darah merah

dalam sumsum tulang

5) Pengaturan tekanan darah.

Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan tekanan

darah, dan juga memproduksi enzim rennin.

4
6) Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam.

Ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung

jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah

7) Pengeluaran zat beracun.

8) Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau

zat kimia asing lain dari tubuh.

Penyakit ginjal dalam kehamilan adalah suatu penyakit yang menyertai

wanita hamil yang disebabkan oleh gangguan fungsi ginjal di atas.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh gangguan ginjal antara lain :

 Infeksi Saluran Kemih (ISK)

 Sistitis

 Glomerulo Nephritis

 Pielo Nephritis

 Batu Ginjal

 Gagal Ginjal

Perubahan Anatomik Ginjal dan Saluran Kemih

Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan

homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal

menyekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit,

tekanan darah serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa

metabolisme dan menyesuaikan ekskresi air daan pelarut. Ginjal mengatur cairan

tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairan yang

normal (Mary Baradero, 2008).

5
Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomik

ginjal dan saluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik

dan hasil pemeriksaan laboratorium. Volume, berat dan ukuran ginjal bertambah

selama kehamilan. Panjang ginjal bertambah mencapai 1 cm dan ginjal kanan lebih

besar sedikit daripada ginjal kiri bila dikur secara radiografis. Bahkan, perubahan

yang lebih jelas terjadi pada sistem pengumpul dimana kaliks renalis, pelvis renalis,

dan ureter semuanya mengalami dilatasi bermakna. Dilatasi ini terjadi pada awal

kehamilan sekitar usia 6-10 minggu, yang pada trimester awal lebih jelas pada

sebelah kanan, meliputi 90 % perempuan sampai aterm, dan menetap antara 4 -6

minggu sampai 3 – 4 bulan pasca persalinan (Prawirohardjo, 2010).

Pelebaran yang tidak simetris ini mungkin disebabkan oleh perubahan

uterus yang membesar dan mengalami dekstororotasi, relaksasi otot polos akibat

peningkatan kadar progesteron (hidroureter dan hidronefrosis fisiologik), atau

karena terjadinya penekanan fisiologik karena pembesaran vena ovarium kanan

yang terletak diatas ureter, sedangkan pada yang sebelah kiri tidak terdapat karena

adanya sigmoid sebagai bantalan. Ureter juga akan mengalami pemanjangan,

melekuk, dan kadang berpindah letak ke lateral, dan akan kembali normal 8 -12

minggu setelah melahirkan. Semua hal diatas dapat dilihat dengan pemeriksaan

pieolografi intravena (Prawirohardjo, 2010).

Selain itu juga terjadi hiperlpasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan

kaliks, dan berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan.

Akibat pembesaran uterus hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal

terjadi perubahan pada kendung kemih yang dimulai pada kehamilan 4 bulan.

6
Kandung kemih akan berpindah lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh

di daerah mukosa akan membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami

hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen. Kapasitas kandung kemih meningkat

sampai 1 liter karena efek relaksasi dari hormon progesterone (Prawirohardjo,

2010).

Perubahan Fungsional Ginjal dan Saluran Kemih

Kehamilan merupakan suatu kondisi hiperdinamik, hipervolemik, dengan

adaptasi yang tampak pada semua sistem organ utama. Perubahan fisiologik penting

yang timbul pada ginjal selama kehamilan antara lain :

 Peningkatan aliran plasma renal (Renal Plasma Flow/RPF)

 Peningkatan tingkat filtrasi glomerulus. (glomerular Filtration Rate/GFR)

 Perubahan reabsorbsi glukosa, sodium, asam amino, dan asam urat tubular.

Peningkatan GFR terjadi sejak kehamilan trimester kedua, GFR akan

meningkat sampai 30-50% di atas nilai normal perempuan tidak hamil. Peningkatan

ini menetap sampai usia kehamilan 36 minggu, lalu terjadi penurunan 15-20%.

(Prawirohardjo, 2010)

Peningkatan RPF dimulai sejak trimester kedua yang kemungkinan

disebabkan oleh efek kombinasi curah jantung yang meningkat dan resistensi

vascular ginjal sebagai peningkatan produksi prostaglandin ginjal. RPF akan

meningkat 50-80% di atas kadar perempuan tidak hamil, dengan rata-rata

137ml/menit. Setelah itu, nilainya akan turun mendekati 25%, tetapi relative masih

7
tinggi di atas kadar perempuan tidak hamil. Semakin tua kehamilan, efek

komprehensif dari pembesaran aorta vena cava dapat menurunkan aliran darah

ginjal yang efektif menjadi 20%. Akibatnya, akan terjadi penurunan kadar kreatinin

serum dan urea nitrogen darah (Prawirohardjo, 2010).

Tes Fungsi Ginjal

Klirens kreatinin endogen merupakan cara utama untuk menilai GFR pada

perempuan yang tidak hamil, juga bermanfaat dalam mengevaluasi ginjal pada

perempuan hamil. Batas normal terendah selama kehamilan mencapai 30% di atas

kadar normal pada perempuan tidak hamil (Prawirohardjo, 2010).

Table 2.1 Nilai laboratorium ginjal normal pada perempuan hamil

Nilai laboratorium Perempuan tidak


Perempuan hamil
hamil

BUN, mg/dl 6-27 7,2-10,2

Klirens kreatinin, ml/menit 100-180 150-200

Kreatini serum, mg/dl 0,5-0,8 0,3-0,6

Asam urat, mg/dl 2,2-7,5 3,2-3,5

Protein total, mg/24jam <150 <300

2.2 Epidemiologi

Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang

sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau

kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Angka kejadiannya pada

perempuan hamil di negara maju adalah 1 dalam 10.000 populasi dan negara

8
berkembang 1 dalam 2.000 – 5.000 kehamilan, dengan tingkat mortalitas melebihi

50% (Prawirohardjo, 2010).

Penyakit ginjal merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.

Di Amerika Serikat (AS), prevalensi stadium akhir penyakit ginjal semakin

meningkat. Jumlah pasien yang terdaftar dalam tahap akhir penyakit ginjal (ESRD)-

mendanai program Medicare telah meningkat dari sekitar 10.000 penerima manfaat

pada tahun 1973 untuk 86.354 pada tahun 1983, dan 547.982 pada tanggal 31

Desember, 2008.

Meskipun alasan yang tepat untuk pertumbuhan program ESRD tidak

diketahui, perubahan demografi penduduk, perbedaan beban penyakit di antara

kelompok-kelompok ras dan bawah-pengakuan tahap-tahap awal CKD dan faktor

risiko untuk CKD, sebagian dapat menjelaskan pertumbuhan ini. Pasien dengan

stadium akhir penyakit ginjal (ESRD) mengkonsumsi bagian yang tidak

proporsional sumber daya perawatan kesehatan. Total biaya program ESRD di AS

adalah sekitar $ 39460000000 pada tahun 2008. Medicare biaya per orang per tahun

hampir $ 66.000 secara keseluruhan, mulai dari $ 26.668 untuk pasien transplantasi

untuk $ 77.506 bagi mereka yang menerima terapi hemodialisis

Namun, meskipun besarnya sumber daya berkomitmen untuk pengobatan

ESRD dan perbaikan besar dalam kualitas terapi dialisis, pasien-pasien ini terus

mengalami mortalitas dan morbiditas yang signifikan, dan mengurangi kualitas

hidup.

9
2.3 Etiologi

Gagal ginjal akut pada perempuan hamil biasanya merupakan akibat dari

rendahnya aliran darah ke korteks ginjal. Enam puluh persen kasus hipoperfusi

disebabkan oleh eklampsia. Tiga puluh persen kasus didasari oleh beratnya

perdarahan akibat plasenta previa atau solusio plasenta. Lima persen lagi

inadekuatnya perfusi darah ke ginjal disebabkan oleh sindroma nefrotik, hipertensi

maligna, atau sindroma uremia hemolitik (Prawirohardjo, 2010).

Beberapa penyebab gagal ginjal akut yang khusus pada kehamilan, meliputi

preeklampsia, eklampsia, sindroma HELLP, penyakit hati berlemak akut pada

kehamilan, dan gagal ginjal akut pasca persalinan. Risiko maternal bergantung pada

penyebab yang mendasarinya. Secara umum dapat menyebabkan gangguan

elektrolit asam-basa, masalah kelebihan cairan, persalinan prematur, dan

koagulopati. Risiko janin meliputi prematuritas dan dehidrasi pada neonatus. Pada

kasus yang jarang, gagal ginjal dalam kehamilan merupakan konsekuensi obstruksi

ureter karena overdistensi uterus atau dikarenakan proses inflamasi akut seperti

lupus nefritis (Prawirohardjo, 2010).

Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang

diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan - lahan berdampak pada kerusakan

organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan

ginjal diantaranya :

 Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)

 Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)

 Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)

10
 Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik

 Menderita penyakit kanker (cancer)

 Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ

ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)

 Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat infeksi atau pun dampak

dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai

glomerulonephritis.

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi

ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah; Kehilangan carian banyak

yang mendadak (muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti

penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan

Amiloidosis.

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin

buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana

funngsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis serangan gagal ginjal,

akut dan kronik.

2.4 Patofisiologi

Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang

sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau

kerusakan fungsi ginjalyang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-

1500 kehamilan.

11
Kelainan ini didasari oleh 2 jenis patologi.

 Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.

 Nekrosis kortikal bilateral apabila sampai kedua ginjal yang menderita.

Penderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada

kehamilan muda 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehamilan

muda, sering diakibatkan oleh abortus septic yang diakibatkan oleh bakteri

Chlostridia welchii atau streptococcus. Gambaran klinik lain yaitu berupa sepsis,

dan adanya tanda-tanda oligouria mendadak dan azothemia serta pembekuan darah

intravaskuler (DIC), sehingga terjadi nekrosis tubular yang akut. Kerusakan ini

dapat sembuh kembali bila kerusakan tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14

hari. Seringkali dilakukan tindakan tindakan histerektomi untuk menagatasinya,

akan tetapi ada peneliti yang menganjurkan tidak perlu melakukan operasi

histerektomi tersebut asalkan penderita diberikan antibiotic yang adekuat dan

intensif serta dilakukan dialysis terus menerus sampai fungsi ginjal baik. Lain

halnya dengan nekrosis kortikal yang bilateral, biasanya dihubungkan dengan

solusio plasenta, preeclampsia berat atau eklampsia, kematian janin dalam

kandungan yang lama, emboli air ketuban yang mnyebabkan terjadinya DIC, reaksi

transfuse darah atau pada perdarahan banyak yang dapat menimbulkan iskemi.

Penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah timbulnya anuria.

Kerusakan jaringan dapat terjadi di beberapa tempat yang tersebar atau ke seluruh

jaringan ginjal.

Pada masa nifas sulit diketahui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal

idiopatik postpartum. Penanggulangan pada keadaan ini, penderita diberi infuse,

12
atau transfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan dan segera

dilakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda uremia. Banyak penderita

membutuhkan hemodialis secara teratur atau dilakukan transplantasi ginjal untuk

ginjal yang tetap gagal. Gagal ginjal dalam kehamilan ini dapat dicegah bila

dilakukan:

1. Penangan kehamilan dan persalinan dengan baik:

2. Perdarahan, syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik;

3. Pemberian trannfusi darah dengan hati-hati.

2.5 Faktor Resiko

1. Retensi Urin

Bentuk uterus yang inkarserta dan retroversi akan menyebabkan ureter

stasis dan meregang. Hal ini akan mengakibatkan rasa nyeri ketika miski

dan retensi urin akut, dan lebih jauh lagi akan menyebabkan cystitis.

2. Ureter yang pendek

Wanita yang memiliki ureter yang pendek, yang lebih panjangnya hanya

sekitar 3,5cm dan letaknya hampir berdekatan dengan rektum,perineum

dan vagina. Ureter dapat tertekan ketika terjadi prolapsutro-vaginal, hal

ini yang menyebabkan sisa urin tertinggal dan menjadi sumber infeksi.

3. Trauma Jalan Lahir

Trauma dapat terjadi saat persalinan, ketika bagian dasar kandung kemih

dan leher janin berada dalam posisi yang sulit.

13
2.6 Tanda dan Gejala

Gejala Umum

Gejala 1: Perubahan kencing.

Gejala penyakit ginjal ini berkaitan dengan fungsi ginjal sebagai organ

ekskresi urin, jadi ketika gagal ginjal, urin bisa berubah. Orang yang penyakit ginjal

mungkin harus bangun di malam hari untuk buang air kecil. Urine bisa berbusa atau

bergelembung, dimana frekuensi abnormal (bisa lebih banyak atau lebih sedikit),

biasanya urin pucat atau mungkin mengandung darah (hematuri). Pada penyakit

batu ginjal, terjadi tekanan atau mengalami kesulitan buang air kecil.

Gejala 2: Pembengkakan.

Gagal ginjal tidak mengeluarkan cairan tambahan, yang menumpuk dalam

tubuh menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, kaki, wajah, dan /

atau tangan.

Gejala 3: Kelelahan.

Ginjal sehat membuat erythropoietin hormon yang memberitahu tubuh

untuk membuat pembawa oksigen sel darah merah. Jika gagal ginjal, eritropoietin

lebih sedikit. Dengan lebih sedikit sel darah merah untuk membawa oksigen, otot

dan otak menjadi lelah dengan sangat cepat. Kondisi ini disebut anemia.

Gejala 4: Mual dan Muntah.

Penumpukan limbah dalam darah (uremia) juga dapat menyebabkan mual

dan muntah. Mual dan muntah menyebabkan kehilangan nafsu makan dapat

menyebabkan penurunan berat badan.

14
Gejala 5: Sakit/nyeri punggung.

Beberapa orang dengan masalah penyakit ginjal mungkin akan merasa

sakit di bagian belakang atau samping terkait dengan ginjal yang terkena. penyakit

ginjal polikistik, yang menyebabkan besar, kista berisi cairan pada ginjal dan

kadang-kadang hati, dapat menyebabkan rasa sakit.

Gejala gejala lain meliputi:

- Ruam kulit/gatal,

- Rasa metalik mulut/napas amonia,

- Sesak napas,

- Merasa dingin,

- Pusing.

2.7 Komplikasi

Komplikasi seperti hipertensi dan preeklamsi lebih sering pada perempuan

dengan penyekit ginjal polikistik. Kehamilan tampaknya tidak menyebabkan

perburukan atau akselerasi / percepatan perjalanan penyakit (Prawiroharjo, 2009).

Komplikasi yang dapat terjadi adalah abortus dan janin yang terinfeksi. Mortalitas

ibu dan bayi apabila tidak diobati berkisar 30-40%,kelahiran prematur dan IFUD.

Prognosis pada ibu akhirnya buruk; ada yang segera meninggal, ada yang

agak lama,hal itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat,

dan ada atau tidak adanya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.

Prognosis bagi janin dalam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan

derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi

yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya

15
bayinya lahir dismatur akibat insufiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat,

apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir

dengan abortus dan partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.

2.8 Penatalaksanan

1. Dialisis

Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang

serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis

memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan

natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan

perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.

2. Penanganan hiperkalemia

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal

ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa

pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya

hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai

kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak

gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.

Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti

resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui

retensi enema.

16
3. Mempertahankan keseimbangan cairan

Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,

pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang

hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral

dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan

perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia

cairan.

2.9 Edukasi

 Sesering mungkin melakukan kunjungan ANC, dianjurkan ibu harus

melakukan control minimal 2 kali seminggu sampai usia kehamilan 28

minggu atau 7 bulan, dan 1 kali dalam seminggu setelah usia

kehamilan diatas 28 minggu.

 Harus juga dilakukan control pada tekanan darah disaat rutin

melakukan control.

 Lakukan juga test urin untuk mengetahui ada atau tidaknya kadar

protein dalam urin.

 Melakukan skrining untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi pada

saluran kencing.

17
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan

homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan fisika dan kimia (Mary

Baradero, 2008).

Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomik

ginjal dan saluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik

dan hasil pemeriksaan laboratorium.. Ginjal akan memanjang kurang lebih 1 cm

dan kembali normal setelah melahirkan. Ureter juga mengalami pemanjangan,

melekuk dan kadang berpindah letak ke lateral dan akan kembali normal 8-12

minggu setelah melahirkan (Prawirohardjo, 2009).

Perubahan fisiologik penting yang timbul pada ginjal selama kehamilan

antara lain :

 Peningkatan aliran plasma renal (Renal Plasma Flow/RPF)

 Peningkatan tingkat filtrasi glomerulus. (glomerular Filtration

Rate/GFR)

 Perubahan reabsorbsi glukosa, sodium, asam amino, dan asam urat

tubular.

Gagal ginjal akut pada perempuan hamil biasanya merupakan akibat dari

rendahnya aliran darah ke korteks ginjal. Enam puluh persen kasus hipoperfusi

disebabkan oleh eklampsia. Tiga puluh persen kasus didasari oleh beratnya

perdarahan akibat plasenta previa atau solusio plasenta. Lima persen lagi

18
inadekuatnya perfusi darah ke ginjal disebabkan oleh sindroma nefrotik, hipertensi

maligna, atau sindroma uremia hemolitik (Prawirohardjo, 2010).

Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang

sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau

kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Angka kejadiannya pada

perempuan hamil di negara maju adalah 1 dalam 10.000 populasi dan negara

berkembang 1 dalam 2.000 – 5.000 kehamilan, dengan tingkat mortalitas melebihi

50% (Prawirohardjo, 2010).

Penegakan diagnosa dan tatalaksana gagal ginjal akut pada kehamilan ini

harus dilaksanakan secara segera sebelum terjadinya komplikasi yang lebih parah

dan menyebabkan kematian.

Selain itu, dalam penangan penyakit ini harus diperhatikan dalam pemberian

obat-obatan. Karena dengan pemberian obat-obatan yang salah dapat memberikan

efek terutama kepada sang janin. Sehingga kita harus mengetahui jenis obat-obatan

yang boleh diberikan kepada ibu hamil dan juga yang tidak boleh diberikan pada

ibu hamil. Jangan sampai kita bermaksud memberikan pengobatan untuk

kesembuhan tapi malah menyebabkan efek teratogenik pada janin.

19
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta :

EGC

Boediwarsono.Gagal ginjal akut. segi praktis pengobatan penyakit dalam.Surabaya

: Penerbit PT Bina Indra Karya 1985.

Fadlun. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika

Jacob. Acute renal failure. Indian J Anaesth 2003; 47(5):367-372.

Markum,M.H.S. Gagal Ginjal Akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, editors. Buku

Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,

2006.

Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakarta : Pustaka

Rihama

Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Rahardjo, J.Pudji. Kegawatan pada Gagal Ginjal. Penatalaksanaan Kedaruratan di

bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat infomasi dan Penerbitan FKUI

2000.

Stein,Jay H. Kelainan ginjal dan elektrolit. panduan klinik ilmu penyakit

dalam.edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.

Sukahatya. Gagal ginjal akut 2015 : (online), (http://www.medicastore.com,

diakses 07 februari 2018.

20

Anda mungkin juga menyukai