Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN DAN EVALUASI

A. Pembahasan
Pembahasan dalam laporan ini penulis sajikan dalam 2 poin yaitu manajemen
unit dan manajemen asuhan keperawatan.
1. Manajemen Unit Fisik
Berdasarkan paparan pada BAB III, untuk manajemen unit secara fisik,
permasalahan yang muncul adalah di dalam ruangan lama ventilasi terasa
panas dan pengap serta ruangan terlihat kumuh dikarenakan cat tembok
sudah terlihat lusuh,kami sebagai Mahasiswa tentunya tidak akan mampu
mengimplementasikanuntuk mengatasi kondisi tersebut dikarenakan
terkendala masalah biaya dan waktu.
2. Manajemen Unit Non Fisik
a. M1 (Man)
- Sebanyak 13 orang perawat ruang Sakura belum mengikuti
pelatihan BTCLS maupun PPGD, namun bila dilihat dari kebijakan
pimpinan dimana semua Perawat diberikan kesempatan untuk
mengikuti diklat dengan anggaran dari Rumah Sakit, dengan
mengirimkan 1 orang perawat untuk mengikuti diklat, kegiatan
pelayanan keperawatan tetap akan berjalan dengan baik.
- Tenaga profesional di ruang Sakura belum berimbang dengan
tenaga vokasional, dimana perbandingan tenaga profesional : tenaga
vokasional sebesar 16,7 % : 83,3 %, jadi masih memungkinkan
adanya perawat yang diijinkan untuk melanjutkan pendidikan Ners.
- Kekurangan tenaga perawat di ruang Sakura sementara terakomodir
dengan adanya tenaga perawat yang magang.
b. M2 (Money)
- Berdasarkan hasil angket, perawat di ruang mengatakan adanya
ketidak puasan perawat akan penerimaan insentif dibandingkan
dengan beban kerja. Apabila dilihat dari tingkat hunian pasien
mencapai BOR 100,2% terlihat sangat tinggi, sehingga beban kerja
perawat tentunya akan lebih besar lagi.
- Anggaran RS belum mencukupi untuk pengadaan fasilitas ruangan
pasien. Tidak adanya sampiran di kamar pasien kelas 3 dan struktur
organisasi ruang Sakura.
- Bagi perawat yang mendapatkan Ijin belajar melanjutkan ke
jenjang Ners belum ada bantuan biaya dari rumah sakit, hal ini
tentu akan memberatkan bagi perawat yang ingin melanjutkan
pendidikan.
- Untuk kesejahteraan petugas yang menjalani rawat inap, memang
sudah ada kebijakan dari Pimpinan dimana bisa di rawat di kelas
yang lebih tinggi dari hak-nya sebagai peserta BPJS, hal ini tentu
sangat membantu dan meringankan beban biaya perawatan.
c. M3(METODE)
- Hasil observasi terhadap pencatatan dokumentasi asuhan
keperawatan didapat hasil sebesar 67 %, dimana pemberi kontribusi
terkeci dari Diagnosa Keperawatan sebesar 53,3 %, karena belum
semua masalah keperawatan dimunculkan dalam pengkajian pasien,
seperti masalah kurangnya pengetahuan pasien / keluarga. Setelah
dikonfirmasikan kepada perawat di ruangan ternyata kendalanya
karena harus banyak yang mesti ditulis. Berdasarkan hasil observasi
memang di ruang Sakura belum tersedia format Cheklis Rencana
Asuhan Keperawatan, walaupun sebelumnya pernah disediakan
namun tidak berkesinambungan. Penulis tidak menyelesaikan
permasalahan ini dikarenakan keterbatasan sumber referensi dan
waktu yang kurang memungkinkan. Penulis merekomendasikan
kepada pimpinan Keperawatan agar menyediakan format cheklis
asuhan keperawatan secara berkesinambungan.
- Saat kunjungan/follow up ke pasien, perawat tidak
memperkenalkan tim yang akan bertukar dinas.
- Belum ada kebijakan dari Pimpinan untuk pelaksanaan sentralisasi
obat. Hasil wawancara dengan perawat ruangan, kemungkinan hal
itu tidak akan terealisasi karena apabila obat-obatan pasien
disimpan di ruang jaga perawat, sepertinya akan menambah beban
kerja dan adanya ketidakpercayaan dari pasien khususnya untuk
obat-obatan injeksi.
d. M4 (Material)
- Berdasarkan hasil pengamatan di ruang Sakurakelas III belum ada
sampiran.
- Untuk memudahkan pembuangan sampah medis yang terdiri dari
beberapa jenis sampah, kami sudah menfasilitasi stiker yang
ditempel sebagai petunjuk pemilahan jenis-jenis sampah medis
tersebut. Hasil yang didapat dari pemasangan stiker tersebut sangat
memudahkan perawat atau petugas ruangan lainnya pada saat
membuang sampah medis sesuai dengan petunjuk tersebut.
e. M5 (Marketing)
- Hasil cakupan pelayanan di ruang Sakura seperti BOR, ALOS,
BTO, NDR dan GDR, sudah sesuai dengan standar Nasional.
Namun khusus untuk TOI nilainya dibawah standar Nasional yaitu
sebesar -0.01 hari (Standar Nasional 1 – 3 hari ), artinya rata-rata
tempat tidur kosong tidak memcapai 1 haripun, hal ini
memungkinan terjadinya infeksi nosokomial, namun upaya yang
dilakukan oleh perawat ruangan yaitu dengan memisahkan
penyakit menular dalam 1 ruangan ( ruang isolasi) Angka pulang
paksa 7.1 % berada diatas standar nasional (5%) , adapun alasan
pulang paksa rata-rata merasa sudah sembuh.
- Salah satu bentuk promosi RS Pertamina Cirebon kepada
masyarakat luas diantaranya dengan mengadakan kerjasama
dengan Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan, sehingga kami
menyarankan kepada Pimpinan RS Pertamina Cirebon agar tetap
menjalin kerja sama tersebut.
3. Pengelolaan pasien
Pengelolaan pasien di ruang Sakura tidak ditempatkan
berdasarkan kasus / penyakit tapi berdasarkan kelas perawatan yang terdiri
atas kelas perawatan I, II dan III.Kelas perawatan yang berbeda ini dibuat
untuk disesuaikan dengan kebutuhan aktualisasi diri pasien yang tentunya
berbeda antara individu satu dengan yang lainnya.Gambaran kasus di
ruangan ini bervariasi, hanya untuk ruang isolasi saja yang dipisah. Ruang
isolasi biasanya untuk pasien tertentu seperti, virus,sindrom Stephen
Johnshon dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari tanggal 23Maret-31
Maret 2015 terhadap 40 responden diketahui 55 % pasien mengatakan
perawat yang memperkenalkan dirinya, 70.5 % Pasien menyatakan puas
terhadap pelayanan keperawatan, Dalam melayani pasien perawat bersikap
sopan dan ramah sebesar 79 % , Perawat memberikan penjelasan sebelum
melakukan tindakan keperawatan sebesar 85 %.

a. Dokumentasi Keperawatan
Terkait dokumentasi keperawatan, berdasarkan hasil observasi
tanggal 23 -31maret 2015 dari 30 status pasien yang dijadikan sample
diketahui 67 % sudah terisi dan lengkap, 76.6 % pengkajian sudah
dilakukan secara lengkap, akurat, relevan dan baru (LARB). Dari 30 les
yang dijadikan sampel, perawat sudah menuliskan diagnosa
keperawatan dengan format PES 53.3%. 70.5 % rencana keperawatan
sudah memenuhi kriteria SMART. Selain itu 66 % implementasi sudah
meliputi tindakan mandiri, observasi, kolaborasi dan penkes. 63%
evaluasi sudah menggunakan format SOAPIE. format cheklist untuk
memudahkan perawat dalam pendokumenan asuhan keperawatn belum
tersedia setiap kali dibutuhkan, sehingga persentase pencatatan diagnosa
keperawatan masih rendah.
b. Timbang Terima
Timbang terima sebagai bentuk kegiatan komunikasi antar perawat
bertujuan untuk menyampaikan informasi penting tentang pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan sehari-hari dan berkelanjutan.
Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat tentang keadaan klien saat itu, tindakan keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan, masalah keperawatan yang
mungkin muncul, intervensi kolaboratif dan perkembangan klien saat itu
( Nursalam, 2007).
Berdasarkan hasil observasi tanggal 23-31 Maret 2015, timbang
terima di ruang Sakura dilakukan setiap pergantian shift malam ke pagi
dan dari pagi ke siang dipimpin oleh Kepala Ruangan, sedangkan
timbang terima dari dinas sore ke dinas malam dilakukan oleh
penanggung jawab dari masing-masing Tim. Selain itu saat kunjungan
ke pasien, perawat tidak memperkenalkan tim yang akan bertukar dinas.
Ketua Tim belum melaksanakan pre dan post conference, namun setelah
dilakukan role model oleh Mahasiswa kegiatan pre conference dapat
terlaksana walaupun belum sempurna.
c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah metode yang dilakukan untuk menggali
dan membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi
pada pasien dengan melibatkan tim keperawatan, kepala ruangan, dan
pasien secara langsung sebagai focus kegiatan. Dari hasil wawancara
diketahui ronde keperawatan tidak dilakukan di ruang Sakura. Untuk
itu ronde keperawatan perlu dilakukan kembali untuk mengkaji kembali
apa yang sudah di lakukan di ruang Sakura. Pada tanggal 2015
Mahasiswa telah melakukan kegiatan ronde keperawatan yang
melibatkan karu, perawat ruangan, pembimbing klinik, serta
pembimbing dari akademik. Setelah kegiatan ini dilaksanakan, karu dan
perawat ruang Sakura mengatakan bahwa kegiatan ini bermanfaat
karena telah mengingatkan kembali proses berlangsungnya ronde
keperawatan.
d. Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program
keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit.
Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerjasama
antar tim kesehatan, klien dan keluarga kien. Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi diketahui bahwa discharge planning sudah
ada dan dilakukan kepada setiap pasien pulang setelah dokter
memperbolehkan pasien untuk pulang. Perawat / Karu menjelaskan
jadwal kontrol, nutrisi, obat yang harus dilanjutkan di rumah dan hasil
pemeriksaan medis pasien yang harus dibawa pulang ( hasil Rontgen
dan sebagainya ).
Penjelasan dilakukan di nurse station setelah keluarga membereskan
administrasi.Namun format khusus untuk perawat atau
pendokumentasian discharge planning belum ada format khusus untuk
perawat.

e. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pegelolaan obat dengan sistem
menyerahkan seluruh obat pasien sepenuhnya kepada perawat, dengan
tujuan peggunaan obat dapat dilakukan secara benar sehingga tidak
terjadi pemborosan dan kemungkinan terjadinya kesalahan obat.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sentralisasi obat belum
pernah dilakukan di ruang Sakura, tidak ada buku penerimaan obat,
lembar observasi Obat, inform Consent sentralisasi obat, serta format
khusus sentralisasi obat. Belum adanya kebijakan untuk sterilisasi obat.

B. Evaluasi
Pada akhir kegiatan kami melaksanakan evaluasi yaitu membandingkan
tujuan yang sudah kami tetapkan diawal dengan hasil pelaksanaan kegiatan
selama praktek. Adapun tujuan yang sudah kami tetapkan yaitu :
1. Menganalisa situasi lingkungan, melaksanakan analisa SWOT,
merumuskan masalah,membuat POA, dan menentukan penyelesaian
masalah di ruang Sakura RS Pertamina Cirebon,
2. Melaksanakan peran sesuai dengan model MPKP yang telah ditentukan,
3. Melakukan ronde keperawatan,
4. Melakukan timbang terima pasien,
5. Melakukan Discharge Planning,
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model
problem, intervensi, dan evaluasi,
7. Melakukan penerapan sentralisasi obat,
8. Menganalisis tingkat keberhasilan post pelaksanaan MPKP yang
diterapkan.
Tujuan yang dapat tercapai dan dapat kami laksanakan yaitu :
1. Menganalisa situasi lingkungan, melaksanakan analisa SWOT,
merumuskan masalah, membuat POA, dan menentukan penyelesaian
masalah di ruang SakuraRS Pertamina Cirebon,
2. Melaksanakan peran sesuai dengan model MPKP yang telah ditentukan,
3. Melakukan ronde keperawatan,
4. Melakukan timbang terima pasien,
5. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model
problem, intervensi, dan evaluasi,
Tujuan yang tidak dapat tercapai atau tidak terlaksana dengan baik yaitu :
1. Melakukan Discharge Planning, sebenarnya kegiatan ini dilaksanakan
namun tanpa menggunakan formulir khusus karena ketidak tersediaan
formulir tersebut.
2. Melakukan penerapan sentralisasi obat, kegiatan ini tidak dapat
dilaksanakan karena tidak ada kebijakan dari Pimpinan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut serta fasilitas untuk melaksanakan
kegiatanpun belum tersedia.

Anda mungkin juga menyukai