Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007)
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005)
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997)
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini.

2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes
scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan
kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas
menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan
hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa
gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002)
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes. Pada
manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang lain,
misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas
kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan telurnya 2
atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat
hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi
larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat
juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Faktor resiko dari skabies ini adalah :
a. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
b. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaanya berhubungan erat
dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang,
tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan
sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
c. Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara
infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid toikal yang lama dapat
menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan
respon imun seluler.
d. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
Cara penularan (transmisi) :
a. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual.
b. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atai kadang-kadang
oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat
menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan
misalnya anjing.

3. Patofisiologi
Kelainan kulit disebabkan tungau skabies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap sekret
dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dll. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoiriasi, krusta dan infeksi sekunder

Agen

Transmitter

Kontak kontak tidak langsung

langsung

host

Membentuk kanakuli
(terowongan)

Sela jari,tangan,siku,
pergelangan tangan

Sensitivitas terhadap
secret

Gangguan body image

Timbul papul, vesikel,


urtika

Gatal

Gangguan Pola tidur

Klien menggaruk

Ulkus, erosi, ekkovarasi

Resiko Infeksi
Kerusakan Integritas
Kulit

Skema Patofisiologi Skabies 2.1

4. Manifesati Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
a. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih
lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau
tersebut.
c. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit
menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea,
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini, merupakan hal yang
paling diagnostik.
Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul
likenifikasi, impetigo, da furunkulosis.

5. Diagnosis Banding
Ada pendapat mengatakan penyakti skabies ini merupakan the great immator karena dapat
menyerupai penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah : pitriaris
rosea, tinea versikolor, pedikulosis korporis, prurigo, dermatitis, liken planus dan berbagai
penyakit kulit lainnya dengan keluhan gatal.

6. Komplikasi
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
a. Dermatitis akibat garukan
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbul komplikasi
pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
d. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik
pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering.

7. Penatalaksanaan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai
maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan
rantai penularan.
d. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang mengelupas
dan kemudian kulit dibiarkan kering.
e. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan pakaian yang
habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus dan dikeringkan
dengan alat pengering panas.
f. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat,
ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan diri
anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan.
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan murah. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk penderita yang hiposesitisasi).
Jenis obat topikal:
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman efektif. Kekurangannya
ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium telur,
berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang semakin
gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk krim atau losio
tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stdium,
mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8
jam. Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang berlebihan dapat
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika digunakan
berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu
menyusui dan wanita hamil.
d. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio mempunyai dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim
(eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan
dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1 minggu
kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat
menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di tambahkan air 2-3
bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya selama 8-12
jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang paling efektif dan aman karena
sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan
salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu
diberikan antibiotik sistemik.

Anda mungkin juga menyukai