Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

“ Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan”

Dosen MK : Ns. Helena Patricia M. Kep

Oleh Kelompok 2

Nama Anggota :

1. Abdul Aziz
2. Dewi Permata Sari
3. Febrio Esa Putra
4. Fitria Yusmita
5. Lindung Triyuni Oetary
6. Pramalia Puji Astuti
7. Tri Dova Ningsih

PROGRAM STUDY S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko PK”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi
kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.

Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap


makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang
membacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari
itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya
kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Padang... April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

1. Pengertian ..................................................................................................... 2

2. Tanda Dan Gejala ......................................................................................... 2

3. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 3

4. Tindakan Keperawatan Generalis Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan . 3

5. Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien Resiko Perilaku


Kekerasan .................................................................................................... 5

6. Terapi Aktivitas Kelompok .......................................................................... 7

7. Tindakan Keperawatan Spesialis Jiwa ......................................................... 7

8. Pengkajian .................................................................................................... 8

BAB III : KASUS NASKAH ROLE PLAY ......................................................... 11

BAB IV : PENUTUP ............................................................................................ 20

A. Kesimpulan ................................................................................................ 20

B. Saran ........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga


penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan
intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu
tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat
penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
jiwa.

B. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian.
2. Mengetahui Tanda dan gejala.
3. Mengetahui Diagnosa keperawatan.
4. Mengetahui Tindakan keperawatan generalis pada klien resiko perilaku
kekerasan.
5. Mengetahui Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien resiko
perilaku kekerasan.
6. Mengetahui Terapi aktivitas kelompok.
7. Mengetahui Tindakan keperawatan spesialis jiwa.
8. Mengetahui Pengkajian.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau
ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa
ancaman serangan fisik atau konsep diri (Stuart & Laraia; 2005, 2009). Keliat,
Akemat, Helena dan Nurhaeni (2012) menyatakan bahwa perilaku kekerasan
adalah salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman,
mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Perasaan terancam ini dapat
berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan
kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan
tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).

Resiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujian untuk
melukai seseaorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan linkungan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa baik terapi generalis maupun terapi


spesialis memberikan hasil yang signifikan untuk menurunkan perilaku kekerasan.
Tindakan keperawatan generalis pada pasien dan keluarga dapat menurunkan
lama rawat klien (Keliat, dkk 2009). Demikian pula penelitian berikut
menunjukan bahwa tindakan keperawatan generalis dapat menurunkan tanda dan
gejala perilaku kekerasan (Wahyuningsih, Keliat dan Hastono, 2009 ; Pardede,
Keliat dan Wardani, 2013).

2. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

2
3

Subjektif

a. Mengungkapkan perasaan kesal atau marah


b. Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c. Klien suka membentak dan menyerang orang lain

Objektif

2.1. Mata melotot/ pandangan tajam


2.2. Tangan mengepal dan rahang mengatap
2.3. Wajah memerah
2.4. Postur tubuh kaku
2.5. Mengancam dan mengumpat dengan kata-kata kotor
2.6. Suara keras
2.7. Berbicara kasar, ketus
2.8. Menyerang orang lain dan melukai diri sendiri/ orang lain
2.9. Merusak lingkungan
2.10. Amuk / agresif

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko perilaku kekerasan

4. Tindakan Keperawatan Generalis Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan : Klien mampu

4.1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari perilaku
kekerasan
4.2. Mengontrol/ perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik nafas dalam dan
cara fisik 2; pukul kasu/ bantal
4.3. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara teratur
4.4. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal/ bicara baik-baik
4

4.5. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

Tindakan keperawatan generalis

4.1. Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku


kekerasan serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal

4.1.1. Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku


kekerasan

4.1.2. Menjelaskan cara pengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1:


tarik nafas dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal

4.1.3. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1:
tarik nafas dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal

4.1.4. Melatih klien memasukan latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur/bantal kedalam jadwal kegiatan harian

4.2. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.

4.2.1. Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis, frekuensi,
cara, orang dan kontinuitas minum obat).

4.2.2. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat
dengan klien

4.2.3. Melatih klien cara minum obat secara teratur

4.2.4. Melatih klien memasukan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam
jadwal kegiatan harian

4.3. Menjelaskan cara verbal/bicara baik-baik

4.3.1. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan verbal/bicara


baik-baik

4.3.2. Melatih klien cara verbal/bicara baik-baik


5

4.3.3 Melatih klien memasukan kegiatan verbal/bicara baik-baik minum obat


kedalam jadwal kegiatan harian.

4.4. Melatih cara spritual

4.4.1. Menjalaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual

4.4.2. melatih klien cara spritual

4.4.3. Memelatih klien memasukan kegiatan spiritual kedalam jadwal kegiatan


harian

5. Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien Resiko Perilaku


Kekerasan

Tujaun : Keluarga mampu

5.1. Mengenal masalah resiko perilaku kekerasan


5.2. Mengambil keputusan untuk merawat klien resiko perilaku kekerasan
5.3. Merawat klien resiko perilaku kekerasan
5.4. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien resiko perilaku
kekerasan
5.5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien
resiko perilaku kekerasan dan mencegah kekambuhan.

Tindakan

5.1. Menjelaskan masalah resiko perilaku kekerasan

5.1.1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien resiko perilaku


kekerasan

5.1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya resiko
perilaku kekerasan

5.2. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
resiko perilaku kekerasan
6

5.2.1. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
resiko perilaku kekerasan

5.2.2. Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien resiko


perilaku kekerasan

5.3. Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien resiko


perilaku kekerasan

5.3.1. Menjelaskan cara merawat klien resiko perilaku kekerasan

5.3.2. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk


latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal

5.3.3. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk


minum obat dengan prinsip 6 benar.

5.3.4. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan


cara verbal/bicara baik-baik

5.3.5. Memotivasi, membimbing dan memberikan pujian kepada klien dengan


cara spiritual

5.4 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang


terapeutik bagi klien resiko perilaku kekerasan

5.4.1. Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan klien

5.4.2. Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatan


klien

5.4.3. Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya dalam


merawat klien

5.5 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan


untuk follow up, cara rujukan kesehatan klien dan mencegah
kekambuhan

5.5.1. Menjelaskan cara memenfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia


7

5.5.2. Menjelaskan kemungkinan klien relps dan pencegahan relaps

5.5.3. Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh

5.5.4. Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien ke


pelayanan kesehatan.

6. Terapi Aktivitas Kelompok

6.1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan

Sesi 2 : Mencegah PK dengan kegiatan fisik

Sesi 3 : Mencegah PK dengan patuh minum obat

Sesi 4 : Mencegah PK dengan kegiatan asertif

Sesi 5 : Mencegah PK dengan kegiatan ibadah

6.2. Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien resiko perilaku


kekerasan

7. Tindakan Keperawatan Spesialis Jiwa

7.1. Terapi Individu :Assertive Training (AT), Cognitive Behavior


Therapy (CBT)

7.2. Terapi Keluarga :Family Psychoeudcation (FPE)

7.3. Terapi Kelompok :Suppotrive Therapi (ST) dan Self Help Group
(SHG)
8

8. Pengkajian

Pengumpulan data
a. Identitas klien diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medik alamat.
b. Identitas penanggung jawab diantaranya adalah nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan klien.
c. Alasan masuk rumah sakit
 Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke RS?
 Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah tersebut ketika di rumah?
 Bagaimana hasilnya dalam mengatasi masalah tersebut di rumah?
( Renni Aryani, 2012 )
d. Faktor Predisposisi
Menurut Ade Herman ( 2011 ), faktor predisposisi antara lain:
Biologis,adanya penyakit infeksi yang kronis .
Faktor psikologis antara lain perasaan terbuang, kehilangan
kepercayaan pada kegiatan spiritual (Towsend, 2019)
Faktor sosial dan budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif dan agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah menciptakan perilaku yang diterima.
e. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ini bisa ditimbulkan dari dalam maupun luar
individu meliputi : Trauma dan ketegangan peran (Renni Aryani,
2012)
Faktor presipitasi secara biologis
Riwayat keluarga menderita depresi, status nutrisi, ststus kesehatan
secara umum, pembatasan aktivitas jangka panjang ( Stuuartd, 2011).
9

Faktor Psikologis.
Stres jangka panjang, Retardasi mental, kemampuan komunikasi
verbal kurang, pengalaman masa lalu kurang menyenangkan dan
konsep diri kurang baik.
Faktor sosial budaya
Adanya hambatan pelaksanaan interaksi sosial Kehilangan
kepercayaan pada kekuatan spiritual Kehilangan kepercayaan pada
nilai penting Kurang dukungan sosial
Putus sekolah dan pemutusan hubungan kerja
f. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ: seperti
tanda-tanda vital,ukuran dan tinggi badan,Tanyakan apakah berat
badan klien naik atau turun,Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan,Kaji lebih lanjut tentang sitem dan fungsi organ sesuai
dengan keluhan yang ada. ( Renni Aryani, 2012 )
g. Pengkajian psikososial
Terdiri atas Genogram dan konsep diri klien.
h. Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan kehidupan klien, tempat mengadu, tempat
berbicara, minta bantuan atau sokongan, apakah klien pernah
mengikuti kegiatan di masyarakat, sejauh mana klien terlibat dalam
kelompok itu. ( Renni Aryani, 2012 )
i. Spiritual
Terdiri atas Nilai dan Keyakinan dan juga kegiatan ibadah yang
dilakukan
j. Status Mental
k. Mekanisme Koping
 Terdiri atas mekanisme koping jangka pendek dan jangka
panjang
 Mekanisme koping yang konstrukstif
10

Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis


Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat ( Struart,
2011) Fokus pada masalah
 Mekanisme koping dektrukstif
BAB III
KASUS NASKAH ROLE PLAY

Di pagi hari di RS Habib Sa’anin, tepatnya di dalam ruang perawatan


pasien, perawat yang bertugas (dinas) di ruangan tersebut mempersiapkan diri
untuk berhadapan langsung dengan pasien, yaitu kesiapan fisik, mental,
pengetahuan serta teknis. Pasien yang akan dilakukan SP sebelum dibawa ke RS
pernah mengalami hal yang kurang nyaman sepereti pernah dikucilkan dikeluarga
karena seorang anak angkat dan didalam keluarga pernah mengalami perilaku
kekerasan dari keluarganya seperti jika klien melakukan kesalahan maka klien
sering dipukul dan dibentak secara tidak wajar. Sehingga dengan begitu klien
berisiko untuk melakukan kekerasan kepada orang lain akibat tekanan yang sering
didapatnya.

SP 1 : Membina hubungan saling percaya identifikasi penyebab perasaan


marah, tanda dan gejala yang dirasakan.
Perawat 1 : Assalamu’alaikum pak perkenalkan nama saya A panggil saja A,
saya perawat yang bertugas di ruangan ini, hari ini saya dinas pagi dari pukul
07.00-14.00 saya akan merawat bapak/ibu selama berada di sini, kalau saya boleh
tau nama bapak/ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?
Pasien : Nama saya Z saya biasa dipanggil Z
Perawat : kalau saya boleh tau bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?
Pasien : saya merasa kesal dan marah.
Perawat : Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang bapak/ibu rasakan. Apakah bapak/ibu bersedia berbincang-bincang
dengan saya?
Pasien : Iya.(cuek)
Perawat : Berapa lama bapak/ibu mau berbincang- bincang dengan saya?
Pasien : sebentar saja ya.
Perawat : Baik pak/ibu, bagaimana kalau 10 menit,
Pasien : Baiklah.
Perawat : dimana enaknya kita duduk sambil berbincang, bincang ya pak/ibu?

11
12

Pasien : disini saja.


Perawat : Baiklah bapak/ibu, kalau saya boleh tau apa yang menyebabkan bapak
/ibu merasa kesal dan marah? dan apakah sebelumnya juga pernah merasakan hal
ini?
Pasien : saya merasa marah dan kesal karena keluarga saya selalu membentak-
bentak saya dan juga sering memberikan kekerasan.
Perawat : ketika bapak/ibu marah apa yang dilakukan ketika marah dan kesal itu
terjadi?
Pasien : ketika saya marah dan kesal kepada keluarga, saya merasa ingin
memukulnya.
Perawat : apakah bapak/ibu tau cara untuk mengontrol emosi bapak/ibu?
Pasien : saya tidak tau!
Perawat : Nah... ada beberapa cara yang akan saya ajarkan kepada bapak/ibu
untuk mengontrol emosi bapak/ibu ketika marah dan kesal. Caranya, kalau tanda-
tanda marah tadi sudah bapak/ibu rasakan, bapak/ibu berdiri lalu tarik nafas dari
hidung kemudian tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan dari mulut.Nah
lakukan hal tersebut sampai bapak/ibu merasa lebih nyaman. Bapak/ibu dapat
mencobanya sekarang.
Pasien : (pasien mencontohkan teknik yang diajarkan perawat).
Perawat : bagus, bapak dapat mencoba hal ini ketika mulai merasa tanda-tanda
marah tersebut. Sekarang bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-
bincang?
Pasien : ya saya merasa lebih baik.
Perawat : kalau begitu pertemuan kita pagi ini saya rasa sekian dulu, kita dapat
melanjutkannya besok, apakah bapak bersedia?
Pasien : baik saya bersedia.
Perawat : sekarang bapak dapat beristirahat dan kalau begitu saya permisi dulu.
SP 2 : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
Perawat 1 : Selamat pagi pak, apa bapak masih ingat dengan saya?
Pasien : Iya masih.
Perawat 1: Apakah teknik yang saya ajarkan kemarin sudah bapak coba lakukan?
13

Pasien : Saya sudah mencobanya ketika saya mulai merasa kesal dan marah, dan
saya menjadi lebih baikkan.
Perawat 1 : bagus pak, saya harap bapak dapat terus melakukannya ya. Nah
sekarang saya bersama teman saya ini akan mengajarkan bapak teknik ke 2 ketika
bapak mulai merasa kesal dan marah. Sebelumnya perkenalkan terlebih dahulu
teman saya ini pak, namanya perawat O. Teman saya ini akan mengajarkan bapak
teknik ke 2 kita pada hari ini.
Pasien ; baiklah
Perawat 2 : Pagi bapak, bagaimana keadaannya hari ini, apakah bapak masih
mengalami perasaan kesal dan juga marah?
Pasien : ya saya kadang-kadang masih merasa kesal dan juga marah. Saya ingin
sekali memukul keluarga saya yang sering berperilaku kasar kepada saya.
Perawat 2 : baik pak, sebelumnya perkenalkan saya perawat O. Saya akan
memberikan bapak cara dan tindakan yang bapak lakukan jika mulai merasa kesal
dan marah ya pak
Pasien : Iya
Perawat 2 : untuk pertemuan sekarang bapak maunya berapa lama? Bagaimana
kalau 20menit saja
Pasien : baiklah saya bersedia
Perawar 2 : bapak nyamannya kita bicaranya dimana?
Pasien : Disini saja, saya lebih nyaman bicara disini
Perawat 2 : Baiklah kalau begitu pak, kita bicaranya disini saja, Pada pertemuan
sekarang ini saya ingin mengajarkan bapak teknik yang kedua yaitu ketika bapak
mulai merasa kesal dan juga marah bapak dapat melampiaskan kekecewaan bapak
seperti ke bantal dan juga kasur.
Pasien : kenapa saya harus melampiaskannya kebantal dan juga kasur? Saya ingin
memukul orang yang membuat saya merasa kesal tersebut
Perawat 2 : Bapak, jika hal tersebut bapak lakukan menurut saya itu sangatlah
tidak baik pak, akan lebih baik jika bapak mulai merasa marah dan juga kesal
lebih baik bapak melampiaskannya ke benda benda yang tidak mencederai diri
bapak sendiri seperti bantal dan juga kasur
Pasien : oh begitu
14

Perawat 2 : sekarang mari saya contohkan kepada bapak bagaimana cara latihan
memukul bantal dan juga kasur ini.(Perawat mencontohkan). Sekarang saya mau
melihat bapak yang mencontohkannya
Pasien : (Mencontohkan tindakan yang diajarkan perawat 2)
Perawat 2 : bagus pak, tindakan yang saya ajarkan kepada bapak benar, tapi
ketika melakuka ini jangan sampai bapak memukul benda benda lain yang
nantinya bisa membuat bapak terluka
Pasien : baiklah saya akan mencobanya
Perawat 2 ; sekarang bagaimana pak perasaan nya setelah saya mengajarkan
tindakan tadi? Saya harap bapak melakukannya ya ketika mulai merasa kesal dan
juga marah. Jangan lupa juga cara pertama yang diajarkan kemaren untuk terus
bapak cobakan
Pasien : Baiklah kalau begitu saya mengerti, saya akan mencobakannya nanti jika
saya merasa kesal dan marah
Perawat 2 : Iya pak, bagus. Nah berhubung waktu pertemuan kita sudah 20 menit
kalau begitu saya cukupkan ya sampai disini dahulu, sekarang bapak dapat
beristirahat kembali. Besok kita akan mencobakan cara selanjutnya ya pak,
apakah bapak masih mau melanjutkannya?
Pasien: iya besok saya bersedia.
Perawat 2 ; kalau begitu sekarang saya permisi dulu ya pak
Pasien : iya
SP 3 : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau verbal
Perawat 2 : Selamat pagi pak, apa bapak masih ingat dengan saya?
Pasien : Iya masih.
Perawat 2: Apakah teknik yang saya ajarkan kemarin sudah bapak coba lakukan?
Pasien : Saya sudah mencobanya ketika saya mulai merasa kesal dan marah, dan
saya menjadi lebih baikkan.
Perawat 2 : bagus pak, saya harap bapak dapat terus melakukannya ya. Nah
sekarang saya bersama teman saya ini akan mengajarkan bapak teknik ke 3 ketika
bapak mulai merasa kesal dan marah
Pasien ; iya
15

Perawat 3 : Pagi bapak, bagaimana keadaannya hari ini, apakah bapak masih
mengalami perasaan kesal dan juga marah?
Pasien : ya saya kadang-kadang masih merasa kesal dan juga marah. Tapi saya
sudah mulai merasa baikkan setelah mencobakan cara yang diajarkan kemaren
Perawat 3 ; wah ternyata bapak sudah merasa lebih baik ya, Perkenalkan ya pak
saya perawat C. Pada pertemuan sekarang saya akan menjelaskan cara ke 3
kepada bapak bagaimana cara mengontrol emosi tersebut. Sebelum memulai cara
ke tiga ini bapak sudah bersedia?
Pasien : Saya sudah bersedia kok, tapi saya mau nya sekarang kita bicaranya di
kursi depan kamar saya saja,
Perawat 3 : baik pak, mari kita bicara di kursi depan kamar bapak.(Menuju
tempat yang disepakati)... Sekarang kita latihan nya disini ya pak. Bapak maunya
kita berbincang-bincang tentang cara yang ketiga ini sekitar 15 menit apakah
bapak mau?
Pasien ; iya saya bersedia kok
Perawat 3 : sekarang kita latihan bicara yang baik untuk mencegah marah dan
juga kesal. Kalau marah sudah disalurkan melalui teknik nafas dalam dan
memukul bantal atau kasur dan bapak sudah lega, maka kita perlu bicara dengan
orang yang membuat kita marah pak, caranya yaitu meminta dengan baik tanpa
marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kat-kata kasar.
Misalnya ketika bapak dimarahi dalam memecahkan sesuatu tanpa sengaja, bapak
dapat berbicara dan menjelaskannya dengan suara yang rendah dan juga baik.
Kalau bapak sering dimarahi dan diperlakukan kasar cobalah terlebih dahulu
untuk tidak sama-sama marah, cobalah tenangkan dahulu diri bapak, baru setelah
itu bapak bicara dan menjelaskannya dengan baik. Apakah bapak mengerti pak
maksud saya?
Pasien ; iya saya mengerti, akan tetapi saya sering dibuat marah karena
kebanyakan orang-orang bicara dan berperilaku kasar kepada saya.makanya saya
juga ingin membalasnya
Perawat 3 ; Iya pak, saya sangat mengerti apa yang bapak rasakan. Oleh karena
itu ketika bapak mulai merasa marah lagi coba bapak lakukan cara yang saya
16

ajarkan tadi ya, karena dengan begitu saya yakin bapak pasti lebih merasa baikkan
dari yang sebelumnya
Pasien ; baiklah saya akan mencoba kembali cara ke 3 ini, bagaimana pak/buk
saya sudah merasa ingin istirahat saja sekarang
Perawat 3 : iya pak, berhubung pertemuan ke 3 ini sudah cukup sekarang bapak
dapat beristirahat kembali.. untuk pertemuan selanjutnya bapak masih mau
melanjutkannya?
Pasien ; baiklah kalau begitu kita lanjutkan besok saja
Perawat 3 ; baiklah kalau begitu, saya permisi dulu ya
SP 4:Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
Perawat 3 : bapak, bagaimana kabarnya hari ini, apa bapak masih ingat dengan
saya?
Pasien : Iya masih. Kabar saya baik
Perawat 3: Apakah teknik yang diajarkan kemarin masih sering dilakukan atau
tidak?
Pasien : Saya selalu mencobakannya. Dan saya masih merasa kesal dan juga
marah
Perawat 3 : bagus pak, saya harap bapak dapat terus melakukannya ya. Semoga
bapak rajin dan terus melakukannya ya.. Nah sekarang saya bersama teman saya
lagi ini pak.. teman saya ini akan mengajarkan bapak teknik ke 4 ketika bapak
mulai merasa kesal dan marah. Sebelumnya perkenalkan terlebih dahulu teman
saya ini pak, namanya perawat P. Teman saya ini akan mengajarkan bapak teknik
ke 4 kita pada hari ini.
Pasien ; Iya.. saya akan berusaha terus melakukannya
Perawat 4 : Pagi bapak, bagaimana keadaannya hari ini, apakah bapak masih
mengalami perasaan kesal dan juga marah?
Pasien : ya saya kadang-kadang masih merasa kesal dan juga marah. Saya masih
merasa ingin membalasnya
Perawat 4 : baik pak, sebelumnya perkenalkan saya perawat D. Saya akan
memberikan bapak cara dan tindakan yang bapak lakukan jika mulai merasa kesal
dan marah ya pak. Tindakan ke 4 ini saya akan mengajarkan bapak tentang
17

mengontrol marah tersebut dengan cara spritual namanya... untuk pertemuan


sekarang bapak maunya berapa lama? Bagaimana kalau 20menit saja
Pasien : baiklah saya bersedia selama 20 menit
Perawar 4 : bapak nyamannya kita bicaranya dimana?
Pasien : Disini saja
Perawat 4 : Baiklah kalau begitu pak, kita bicaranya disini saja, sebelumnya coba
bapak ceritakan kepada saya kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan?
Pasien ; saya kadang-kadang shalat saja
Perawat 4 : wah bagus pak, selain itu apa lagi yang bapak lakukan
Pasien ; tidak ada lagi
Perawat 4 ; pada tindakan selanjutnya ini, cara yang dapat bapak lakukan jika
merasa marah dan ingin melakukan perilaku kekerasan kepada orang lain yang
pertama kali bapak lakukan seperti bapak dapat langsung duduk dan tarik
nafasnya dalam dalam, jika tidak reda juga marahnya cobalah untuk merebahkan
badannya agar rileks dan nyaman. Jika tidak reda juga coba bapak ambil air
wudhu dan kalau bisa bapak shalat biar lebih tenang.
Pasien : tapi saya ketika marah tidak bisa langsung merasa seperti itu
Perawat 4 ; iya pak, hal tersebut bisa bapak lakukan ketika bapak merasa marah,
dengan terus mencobakannya bapak dapat merasa lebih baik. Sekarang saya mau
mencontohkannya kepada bapak. Lihat baik baik ya pak(perawat mencontohkan)
Pasien ; apakah saya harus melakukan itu setiap saya merasa ingin marah?
Perawat 4 ; iya pak, bapak dapat mencobanya. Sekarang saya mau liat bapak
yang mencontohkannya kepada saya. Apakah bapak mau?
Pasien ; saya tidak mau sekarang, nanti saja akan saya cobakan
Perawat 4 : ya sudah kalau bapak ingin begitu, tapi saran saya bapak jangan lupa
melakukannya ya setiap merasa marah tersebut
Pasien ; iya saya mengerti
Perawat 4 ; iya pak, nah sekarang waktu pertemuan sekarang sudah selesai
apakah bapak ada yang ragu dengan penjelasan saya tadi?
Pasien ; tidaka ada yang ragu, saya mengerti
Perawat 4 ; baiklah kalau begitu, besok bapak masih ingin tau bagaimana cara
selanjutnya pak?
18

Pasien ; iya saya masih ingin melanjutkannya


Perawat 4 ; kalau begitu besok siang kita akan melanjutkannya ya pak, sekarang
saya permisi dulu, bapak dapat kembali istirahat ya
SP.5 Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
Perawat 4 ; halo selamat siang bapak, bagaimana keadaannya hari ini?
Pasien : iya siang, saya sudah merasa sangat baik sekarang
Perawat 4 ; alhamdulillah saya juga melihat bapak makin baik ya sekarang,
apakah cara-cara yang sudah kita ajarkan kemaren masih dilakukan pak?
Pasien ; iya masih, saya terus melakukannnya, makanya saya merasa semakin
baik sekarang
Perawat 4 ; syukurlah kalau begitu saya sangat senang mendengarnya.
kedatangan saya sekarang bersama teman saya juga pak, namanya perawat G.
Teman saya ini juga akan membantu dalam merawat bapak disini
Perawat 5 : iya pak, saya disini akan membantu bapak jika bapak membutuhkan
bantuan saya
Pasien ; iya terima kasih banyak
Perawat 5 ; sebelum masuk pada perbincangan kita siang ini kenalkan pak saya
perat G
Pasien ; iya nama saya Z
Perawat 5 ; wah namanya bagus ya pak, sebelum memulai ke masalah yang akan
dibahas bapak mau tidak kita bicarnya sekitar 15menit.
Pasien ; ya saya mau, tapi saya inginnya kita bicara disini saja ya, saya merasa
tidak nyaman kalau bicara diluar
Perawat 5 ; iya bapak, boleh kok, kita bicaranya disini saja kalau begitu. Bapak
sudah pernah minum obat dari dokter?
Pasien ; belum pernah
Perawat 5 ; nah sekarang saya sudah membawa obat bapak untuk diminum siang
ini pak, ini obatnya ada 3 macam pak, yang warnanya oren ini namanya CPZ
gunanya agar pikiran bapak bisa menjadi lebih tenang, yang warna putih ini
namnaya THP agar tenang dan rileks, kalau yang warnanya merah muda ini
namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah bapak berkurang. Obat ini
harus bapak minum 3 kali sehari ya, pagi diminum jam 7, siang jam 1 dan malam
19

jam 7.... nah jika bapak setelah mmeminum obat ini ada merasa mengantuk
sebaiknya bapak langsung istirahat, jangan beraktivitas lagi ya. Bapak minum
obatnya yang rajin dan teratur. Bapak jangan menghentikan meminumnya ya
sebelum disuruh dokter untuk berhenti meminumnya
Pasien ; baiklah
Perawat 5 ;bapak meminum obat yang dikasih dokter itu sesuai yang dianjurkan.
Nah sekarang mari saya bantu bapak untuk meminum obatnya. Sekarang kita
masukkan ya pemberian obat ini kedalam daftar harian yang harus bapak lakukan
Pasien : baiklah saya mau
Perawat 5 ; iya pak, jika semua yang kami ajarkan ini bapak lakukan dengan baik
saya yakin pasti bapak akan merasa semakin baik lagi
Pasien ; iya terima kasih
Perawat 5 ; sekarang saya mau mencoba kembali menanyakan apa saja yang
sudah bapak dapat dari apa yang dijelaskan kemaren itu. Lamgkah langkah apa
saja yang sudah bapak kuasai ketika bapak merasa marah dan ingin melakukan
kekerasan
Pasien ; baiklah saya akan mencontohkan apa saja yang sudah saya
dapatkan(pasien mencontohkan Sp 1 sampai 5)
Perawat 5 ; wah bagus ya ternyata bapak sangat pintar sekali, saya menjadi
senang melihat nya. Baiklah pak berhubung waktunya sudah selesai kalau begitu
saya permisi dulu, sekarang bapak dapat beristirahat ya
Pasien ; iya saya akan beristirahat
BAB IV
PENUTUP
A. kesimpulan

Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga


penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan
intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu
tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat
penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
jiwa.

B. Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwasanya dalam makalah yang dibuat ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis berharap
kritik dan saran yang membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.


Cetakan 2011. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliet, B. A., & Akenat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta :Penerbit Buku Kodokteran EGC

Keliat, B, A., Akemat., Helena C. D., Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan


Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course). Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Stuart,G.W. (2009), Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition.


Missouri : Mosbyyu3yu3

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.


Yokyakarta : ANDI

21

Anda mungkin juga menyukai