Askep Resiko PK
Askep Resiko PK
Oleh Kelompok 2
Nama Anggota :
1. Abdul Aziz
2. Dewi Permata Sari
3. Febrio Esa Putra
4. Fitria Yusmita
5. Lindung Triyuni Oetary
6. Pramalia Puji Astuti
7. Tri Dova Ningsih
TAHUN AJARAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko PK”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi
kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari
itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya
kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
B. Tujuan .......................................................................................................... 1
1. Pengertian ..................................................................................................... 2
3. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 3
8. Pengkajian .................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran ........................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian.
2. Mengetahui Tanda dan gejala.
3. Mengetahui Diagnosa keperawatan.
4. Mengetahui Tindakan keperawatan generalis pada klien resiko perilaku
kekerasan.
5. Mengetahui Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien resiko
perilaku kekerasan.
6. Mengetahui Terapi aktivitas kelompok.
7. Mengetahui Tindakan keperawatan spesialis jiwa.
8. Mengetahui Pengkajian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau
ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa
ancaman serangan fisik atau konsep diri (Stuart & Laraia; 2005, 2009). Keliat,
Akemat, Helena dan Nurhaeni (2012) menyatakan bahwa perilaku kekerasan
adalah salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman,
mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Perasaan terancam ini dapat
berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan
kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan
tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Resiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujian untuk
melukai seseaorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan linkungan.
2
3
Subjektif
Objektif
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4.1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari perilaku
kekerasan
4.2. Mengontrol/ perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik nafas dalam dan
cara fisik 2; pukul kasu/ bantal
4.3. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara teratur
4.4. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal/ bicara baik-baik
4
4.1.3. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1:
tarik nafas dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal
4.1.4. Melatih klien memasukan latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur/bantal kedalam jadwal kegiatan harian
4.2. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
4.2.1. Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis, frekuensi,
cara, orang dan kontinuitas minum obat).
4.2.2. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat
dengan klien
4.2.4. Melatih klien memasukan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam
jadwal kegiatan harian
Tindakan
5.1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya resiko
perilaku kekerasan
5.2. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
resiko perilaku kekerasan
6
5.2.1. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
resiko perilaku kekerasan
7.3. Terapi Kelompok :Suppotrive Therapi (ST) dan Self Help Group
(SHG)
8
8. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas klien diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medik alamat.
b. Identitas penanggung jawab diantaranya adalah nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan klien.
c. Alasan masuk rumah sakit
Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke RS?
Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah tersebut ketika di rumah?
Bagaimana hasilnya dalam mengatasi masalah tersebut di rumah?
( Renni Aryani, 2012 )
d. Faktor Predisposisi
Menurut Ade Herman ( 2011 ), faktor predisposisi antara lain:
Biologis,adanya penyakit infeksi yang kronis .
Faktor psikologis antara lain perasaan terbuang, kehilangan
kepercayaan pada kegiatan spiritual (Towsend, 2019)
Faktor sosial dan budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif dan agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah menciptakan perilaku yang diterima.
e. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ini bisa ditimbulkan dari dalam maupun luar
individu meliputi : Trauma dan ketegangan peran (Renni Aryani,
2012)
Faktor presipitasi secara biologis
Riwayat keluarga menderita depresi, status nutrisi, ststus kesehatan
secara umum, pembatasan aktivitas jangka panjang ( Stuuartd, 2011).
9
Faktor Psikologis.
Stres jangka panjang, Retardasi mental, kemampuan komunikasi
verbal kurang, pengalaman masa lalu kurang menyenangkan dan
konsep diri kurang baik.
Faktor sosial budaya
Adanya hambatan pelaksanaan interaksi sosial Kehilangan
kepercayaan pada kekuatan spiritual Kehilangan kepercayaan pada
nilai penting Kurang dukungan sosial
Putus sekolah dan pemutusan hubungan kerja
f. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ: seperti
tanda-tanda vital,ukuran dan tinggi badan,Tanyakan apakah berat
badan klien naik atau turun,Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan,Kaji lebih lanjut tentang sitem dan fungsi organ sesuai
dengan keluhan yang ada. ( Renni Aryani, 2012 )
g. Pengkajian psikososial
Terdiri atas Genogram dan konsep diri klien.
h. Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan kehidupan klien, tempat mengadu, tempat
berbicara, minta bantuan atau sokongan, apakah klien pernah
mengikuti kegiatan di masyarakat, sejauh mana klien terlibat dalam
kelompok itu. ( Renni Aryani, 2012 )
i. Spiritual
Terdiri atas Nilai dan Keyakinan dan juga kegiatan ibadah yang
dilakukan
j. Status Mental
k. Mekanisme Koping
Terdiri atas mekanisme koping jangka pendek dan jangka
panjang
Mekanisme koping yang konstrukstif
10
11
12
Pasien : Saya sudah mencobanya ketika saya mulai merasa kesal dan marah, dan
saya menjadi lebih baikkan.
Perawat 1 : bagus pak, saya harap bapak dapat terus melakukannya ya. Nah
sekarang saya bersama teman saya ini akan mengajarkan bapak teknik ke 2 ketika
bapak mulai merasa kesal dan marah. Sebelumnya perkenalkan terlebih dahulu
teman saya ini pak, namanya perawat O. Teman saya ini akan mengajarkan bapak
teknik ke 2 kita pada hari ini.
Pasien ; baiklah
Perawat 2 : Pagi bapak, bagaimana keadaannya hari ini, apakah bapak masih
mengalami perasaan kesal dan juga marah?
Pasien : ya saya kadang-kadang masih merasa kesal dan juga marah. Saya ingin
sekali memukul keluarga saya yang sering berperilaku kasar kepada saya.
Perawat 2 : baik pak, sebelumnya perkenalkan saya perawat O. Saya akan
memberikan bapak cara dan tindakan yang bapak lakukan jika mulai merasa kesal
dan marah ya pak
Pasien : Iya
Perawat 2 : untuk pertemuan sekarang bapak maunya berapa lama? Bagaimana
kalau 20menit saja
Pasien : baiklah saya bersedia
Perawar 2 : bapak nyamannya kita bicaranya dimana?
Pasien : Disini saja, saya lebih nyaman bicara disini
Perawat 2 : Baiklah kalau begitu pak, kita bicaranya disini saja, Pada pertemuan
sekarang ini saya ingin mengajarkan bapak teknik yang kedua yaitu ketika bapak
mulai merasa kesal dan juga marah bapak dapat melampiaskan kekecewaan bapak
seperti ke bantal dan juga kasur.
Pasien : kenapa saya harus melampiaskannya kebantal dan juga kasur? Saya ingin
memukul orang yang membuat saya merasa kesal tersebut
Perawat 2 : Bapak, jika hal tersebut bapak lakukan menurut saya itu sangatlah
tidak baik pak, akan lebih baik jika bapak mulai merasa marah dan juga kesal
lebih baik bapak melampiaskannya ke benda benda yang tidak mencederai diri
bapak sendiri seperti bantal dan juga kasur
Pasien : oh begitu
14
Perawat 2 : sekarang mari saya contohkan kepada bapak bagaimana cara latihan
memukul bantal dan juga kasur ini.(Perawat mencontohkan). Sekarang saya mau
melihat bapak yang mencontohkannya
Pasien : (Mencontohkan tindakan yang diajarkan perawat 2)
Perawat 2 : bagus pak, tindakan yang saya ajarkan kepada bapak benar, tapi
ketika melakuka ini jangan sampai bapak memukul benda benda lain yang
nantinya bisa membuat bapak terluka
Pasien : baiklah saya akan mencobanya
Perawat 2 ; sekarang bagaimana pak perasaan nya setelah saya mengajarkan
tindakan tadi? Saya harap bapak melakukannya ya ketika mulai merasa kesal dan
juga marah. Jangan lupa juga cara pertama yang diajarkan kemaren untuk terus
bapak cobakan
Pasien : Baiklah kalau begitu saya mengerti, saya akan mencobakannya nanti jika
saya merasa kesal dan marah
Perawat 2 : Iya pak, bagus. Nah berhubung waktu pertemuan kita sudah 20 menit
kalau begitu saya cukupkan ya sampai disini dahulu, sekarang bapak dapat
beristirahat kembali. Besok kita akan mencobakan cara selanjutnya ya pak,
apakah bapak masih mau melanjutkannya?
Pasien: iya besok saya bersedia.
Perawat 2 ; kalau begitu sekarang saya permisi dulu ya pak
Pasien : iya
SP 3 : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau verbal
Perawat 2 : Selamat pagi pak, apa bapak masih ingat dengan saya?
Pasien : Iya masih.
Perawat 2: Apakah teknik yang saya ajarkan kemarin sudah bapak coba lakukan?
Pasien : Saya sudah mencobanya ketika saya mulai merasa kesal dan marah, dan
saya menjadi lebih baikkan.
Perawat 2 : bagus pak, saya harap bapak dapat terus melakukannya ya. Nah
sekarang saya bersama teman saya ini akan mengajarkan bapak teknik ke 3 ketika
bapak mulai merasa kesal dan marah
Pasien ; iya
15
Perawat 3 : Pagi bapak, bagaimana keadaannya hari ini, apakah bapak masih
mengalami perasaan kesal dan juga marah?
Pasien : ya saya kadang-kadang masih merasa kesal dan juga marah. Tapi saya
sudah mulai merasa baikkan setelah mencobakan cara yang diajarkan kemaren
Perawat 3 ; wah ternyata bapak sudah merasa lebih baik ya, Perkenalkan ya pak
saya perawat C. Pada pertemuan sekarang saya akan menjelaskan cara ke 3
kepada bapak bagaimana cara mengontrol emosi tersebut. Sebelum memulai cara
ke tiga ini bapak sudah bersedia?
Pasien : Saya sudah bersedia kok, tapi saya mau nya sekarang kita bicaranya di
kursi depan kamar saya saja,
Perawat 3 : baik pak, mari kita bicara di kursi depan kamar bapak.(Menuju
tempat yang disepakati)... Sekarang kita latihan nya disini ya pak. Bapak maunya
kita berbincang-bincang tentang cara yang ketiga ini sekitar 15 menit apakah
bapak mau?
Pasien ; iya saya bersedia kok
Perawat 3 : sekarang kita latihan bicara yang baik untuk mencegah marah dan
juga kesal. Kalau marah sudah disalurkan melalui teknik nafas dalam dan
memukul bantal atau kasur dan bapak sudah lega, maka kita perlu bicara dengan
orang yang membuat kita marah pak, caranya yaitu meminta dengan baik tanpa
marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kat-kata kasar.
Misalnya ketika bapak dimarahi dalam memecahkan sesuatu tanpa sengaja, bapak
dapat berbicara dan menjelaskannya dengan suara yang rendah dan juga baik.
Kalau bapak sering dimarahi dan diperlakukan kasar cobalah terlebih dahulu
untuk tidak sama-sama marah, cobalah tenangkan dahulu diri bapak, baru setelah
itu bapak bicara dan menjelaskannya dengan baik. Apakah bapak mengerti pak
maksud saya?
Pasien ; iya saya mengerti, akan tetapi saya sering dibuat marah karena
kebanyakan orang-orang bicara dan berperilaku kasar kepada saya.makanya saya
juga ingin membalasnya
Perawat 3 ; Iya pak, saya sangat mengerti apa yang bapak rasakan. Oleh karena
itu ketika bapak mulai merasa marah lagi coba bapak lakukan cara yang saya
16
ajarkan tadi ya, karena dengan begitu saya yakin bapak pasti lebih merasa baikkan
dari yang sebelumnya
Pasien ; baiklah saya akan mencoba kembali cara ke 3 ini, bagaimana pak/buk
saya sudah merasa ingin istirahat saja sekarang
Perawat 3 : iya pak, berhubung pertemuan ke 3 ini sudah cukup sekarang bapak
dapat beristirahat kembali.. untuk pertemuan selanjutnya bapak masih mau
melanjutkannya?
Pasien ; baiklah kalau begitu kita lanjutkan besok saja
Perawat 3 ; baiklah kalau begitu, saya permisi dulu ya
SP 4:Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
Perawat 3 : bapak, bagaimana kabarnya hari ini, apa bapak masih ingat dengan
saya?
Pasien : Iya masih. Kabar saya baik
Perawat 3: Apakah teknik yang diajarkan kemarin masih sering dilakukan atau
tidak?
Pasien : Saya selalu mencobakannya. Dan saya masih merasa kesal dan juga
marah
Perawat 3 : bagus pak, saya harap bapak dapat terus melakukannya ya. Semoga
bapak rajin dan terus melakukannya ya.. Nah sekarang saya bersama teman saya
lagi ini pak.. teman saya ini akan mengajarkan bapak teknik ke 4 ketika bapak
mulai merasa kesal dan marah. Sebelumnya perkenalkan terlebih dahulu teman
saya ini pak, namanya perawat P. Teman saya ini akan mengajarkan bapak teknik
ke 4 kita pada hari ini.
Pasien ; Iya.. saya akan berusaha terus melakukannya
Perawat 4 : Pagi bapak, bagaimana keadaannya hari ini, apakah bapak masih
mengalami perasaan kesal dan juga marah?
Pasien : ya saya kadang-kadang masih merasa kesal dan juga marah. Saya masih
merasa ingin membalasnya
Perawat 4 : baik pak, sebelumnya perkenalkan saya perawat D. Saya akan
memberikan bapak cara dan tindakan yang bapak lakukan jika mulai merasa kesal
dan marah ya pak. Tindakan ke 4 ini saya akan mengajarkan bapak tentang
17
jam 7.... nah jika bapak setelah mmeminum obat ini ada merasa mengantuk
sebaiknya bapak langsung istirahat, jangan beraktivitas lagi ya. Bapak minum
obatnya yang rajin dan teratur. Bapak jangan menghentikan meminumnya ya
sebelum disuruh dokter untuk berhenti meminumnya
Pasien ; baiklah
Perawat 5 ;bapak meminum obat yang dikasih dokter itu sesuai yang dianjurkan.
Nah sekarang mari saya bantu bapak untuk meminum obatnya. Sekarang kita
masukkan ya pemberian obat ini kedalam daftar harian yang harus bapak lakukan
Pasien : baiklah saya mau
Perawat 5 ; iya pak, jika semua yang kami ajarkan ini bapak lakukan dengan baik
saya yakin pasti bapak akan merasa semakin baik lagi
Pasien ; iya terima kasih
Perawat 5 ; sekarang saya mau mencoba kembali menanyakan apa saja yang
sudah bapak dapat dari apa yang dijelaskan kemaren itu. Lamgkah langkah apa
saja yang sudah bapak kuasai ketika bapak merasa marah dan ingin melakukan
kekerasan
Pasien ; baiklah saya akan mencontohkan apa saja yang sudah saya
dapatkan(pasien mencontohkan Sp 1 sampai 5)
Perawat 5 ; wah bagus ya ternyata bapak sangat pintar sekali, saya menjadi
senang melihat nya. Baiklah pak berhubung waktunya sudah selesai kalau begitu
saya permisi dulu, sekarang bapak dapat beristirahat ya
Pasien ; iya saya akan beristirahat
BAB IV
PENUTUP
A. kesimpulan
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwasanya dalam makalah yang dibuat ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis berharap
kritik dan saran yang membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Keliet, B. A., & Akenat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta :Penerbit Buku Kodokteran EGC
21