Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS TERHADAP KASUS MALAPETAKA KOMPUTER RAKITAN

DENGAN HARGA DISKON


( UNIVERSITAS MAJU MUNDUR VS BALI MEDIA KOMPUTER )

Oleh :
I Gede Murdana
1514101001
Ilmu Hukum
VI/ A
Perlindungan Konsumen & konsultasi Bantuan Hukum

Berdasarkan kasus yang terjadi ada beberapa hak-hak dari UNMAMUD yang
di langgar oleh BM komputer, yang dimana berdasarkan UU No. 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, Pada :
1. Ps. 4 huruf ( a ) dinyatakan bahwa konsumen mempunyai hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barangdan/atau jasa. Dimana dalam hal ini UNMAMUD merasa di rugikan
oleh BM konputer karena barang/ komputer rakitan yang di beli dari BBM
komputer saat dioprasikan meledak sehingga melukai salah satu pegawai dari
UNMAMUD, ini artinya produk dari BM komputer tidan memberikan
jaminan keselamatan dan kenyamanan terhadap konsumennya.
2. Ps. 4 pada huruf ( b ) menyatakan bahwa, hak untuk memilih barang dan/atau
jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar
dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Dimana UNMAMUD mempunyai
hak untuk medapatkan barang atau jasa yang sesuai dengan harga yang telah
di perjanjikan dengan BM komputer, tetapi mengingat kasus ini pihak BM
komputer tidak memberikan produk barang atau jasa yang sesuai dengan
harga yang di jajikan.
3. Ps. 4 huruf ( h ) juga menyatakan bahwa konsumen memiliki hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya. Ini artinya UNMAMUD berhak untuk mendapatkan
ganti rugi karena produk atau jasa yang dibeli dari BM komputer merugikan
UNMAMUD, selain ganti rugi kepada UNMAMUD, pegawai dari
UNMAMUD yang terlukan karena mengoprasikan produk barang/ komputer
rakitan dari BM komputer yang meledak, juga berhak mendapatkan ganti rugi.
Hal tersebut di langgar oleh BM komputer dimana BM komputer tidak mau
memberikan ganti rugi terhadap UNMAMUD yang menderita kerugian karena
produk yang di belinya dari BM komputer.
Selain hak dari konsumen itu sendiri ada beberapa kewajiban dari pihak BM
komputer yang tidak di realisasikan, yang dimana BM komputer sebagai pelaku
usaha/ produsen berkewajiban untuk memberikan ganti kerugian terhadap
konsumennya yang menderita kerugian karena produk/jasanya. Berdasarkan UU No.
8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Terdapat pada pasal 7 dinyatakan
bahwa :
1. Dalam Ps. 7 huruf ( d ) dinyatakan bahwa pelaku usaha menjamin mutu
barang dan/jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang dan/ atau jasa yang berlaku.
2. Ps. 7 huruf (e ) juga dinyatakan bahwa pelaku usaha memberi kesempatan
kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tert
entu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan.
3. Ps.7 huruf (f ) juga dinyatakan bahwa, pelaku usaha memberi konpensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian
dan pemanfaatan barang dan/ atau jasayang diperdagangkan.
4. Ps. 7 huruf ( g ) juga dinyatakan bahwa, pelaku usaha memberi konpensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima
atau di manfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Berkaitan dengan kasus ini selain pihak UNMAMUD dan BM komputer ada
pihak ketiga yang terlibat yaitu pihak stasiun TV ( Dewata TV ) yang dimana pihak
dewata TV menayangkan iklan suatu produk ( komputer rakitan ) yang tidak sesuai
dengan fakta dilapangan. Berdasarkan UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen yang terdapat pada Ps. 20 dinyatakan bahwa pelaku usaha periklanan
bertanggung jawab atas iklan yang diproduksiya dan segala akibat yang ditimbulkan
oleh iklan tersebut. Dalam hal ini pihak UNMAMUD merasa di rugikan, akiabat dari
menonton iklan yang di tayangkan oleh Dewata TV sehingga UNMAMUD tertarik
untuk membeli produk dari BM komputer.

Terkait dengan kasus ini dapat saya simpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran
yang dilakukan dari pihak dewata TV maupun BM komputer terhadap konsumennya.
Yang dimana pelanggaran yang dilakukan oleh BM komputer jika dilihat dari
tanggung jawab pelaku usaha itu sendiri. Komputer jenis buil-up merupakan jenis
komputer yang keseluruhan parangkat kerasnya ( hadwere) yang dibuat dan dirakit
serta di berikan jaminan atau garansi oleh salah satu produsen pembuat komputer.
Sedangkan Komputer rakitan yang mana semua perangkat kerasnya berasal dari
berbagai merek yang dirakit oleh toko komputer yang menjual komputer rakitan
tersebut, serta garansi atau jaminan di berikan oleh toko tersebut, ini berarti BM
komputer sebagai penjual komputer rakitan wajib memberikan jaminan atau garansi
terhadap produk barang yang di jualnya yang berupa komputer rakitan. dimana jika
kita lihat berdasarka UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, yaitu
dapat dilihat pada Ps. 19 pada ayat 1 & 2 menyatakan bahwa :
1. Ps. 19 ayat 1 Menyatakan
Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, penc
emaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
2. Ps. 19 ayat 2 Menyatakan
Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian u
ang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, a
tau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ket
entuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu BM komputer juga melanggar ketentuan dalam UU No. 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, yaitu pada pasal 8 ayat 1 yang menyatakan pelaku
usaha dilarang memproduksi barang dan/ atau jasa yang tertera pada huruf:
a. Menyatakan bahwa
“tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan k
etentuan peraturan perundang­undangan”
e. Menyatakan bahwa
“tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, m
ode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keter
angan barang dan/atau jasa tersebut”
f. Menyatakan bahwa
“tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut”
Serta melanggar pasal 26 yang menyatakan bahwa:
Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan dan/atau
garansi yang disepakati dan/atau yang diperjanjikan.

Berdasarkan kasus ini dewata TV selaku pengusaha periklanan jika dilihat


Dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, pada pasal 17 ayat 1
juga menyatakan bahwa pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang
dinyatakan pada huruf :
1. Pada huruf ( a ) dinyatakan “Mengelabui konsumen mengenai kualitas,
kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/ atau tarif jasa serta
ketepatan waktu penerimaan barang dan/ atau jasa”
2. Pada huruf ( b ) dinyatakan “ mengelabui jamnan/ garansi terhadap barang
dan/ atau jasa.
3. Pada huruf ( d ) dinyatakan “tidak memuat informasi mengenai risiko
pemakaian barang dan/ atau jasa.
4. Pada huruf ( f ) dinyatakan “ melanggar etika dan/ atau ketentuan peraturan
perundang-undangngan mengenai periklanan.
Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut ini berarti pihak dewata TV
selaku pelaku usaha periklanan juga melakukan pelanggaran karena iklan yang
ditayangkan tidak sesuai dengan faktanya atau dapat dikatakan melebih-lebihkan.
Maka dari kasus ini ada beberapa hal yang patut kita ketahui bahwa perlunya
kesadaran dan kejelian konsumen dalam transaksi baik itu barang maupun jasa, serta
kecerdasan konsumen dan ketelitian dalam memilih produsen sebagai tempat untuk
melakukan pembelian barang atau jasa. Karena jika kita sebagai produsen lengah
maka hal tersebut akan dijadikan peluang oleh produsen untuk melakukan hal-hal
yang dapat merugikan konsumen itu sendiri demi keuntungan yang didapat produsen.
Sehingga kedepannya perlu ditingkatkan ketelitian, kejelian dan ketepatan
konseumen dalam memilih barang/ jasa serta memilih pelaku usaha penghasil barang
atau jasa yang memang sudah terpercaya dan tidak terpengaruh dengan iming-iming
harga yang murah atau diskon. Terkait dengan penyelesain sengketanya dapat
diselesaikan dengan musyawarah mufakat ( non litigasi ) , sebelum kasus ini di
selesaikan melalui jalur litigasi kedua belah pihak ( konsumen dan pelaku usaha )
dapat melakukan musyawarah mufakat untuk mencapai suatu kesepakatan dan
perdamaian yang dimana BM komputer dituntut untuk memberikan ganti rugi kepada
UNMAMUD karena produk yang di beli dari BM komputer merugikan
UNMAMUD, pihak BM komputer harus melakukan kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagai pelaku usaha diaman produk barang/jasa yang di perdagangkan
merugikan terhadap konsumennya. Sehingga dengan dilaksanakan kewajiban dan
tanggug jawabnya sebagai pelaku usaha makan sengketa ini dapat di selesaikan. Jika
BM komputer mengabaikan tanggung jawab atau tuntutan tersebut maka BM
komputer dianggap tidak memiliki itikad baik. Dalam hal ini ketika musyawarah
yang dilakukan tidak dapat menemukan titik terang untuk kedua belah pihak maka
kasus ini dapat diselesaikan melalui jaluur litigasi yaitu penyelesaian sengketa
melalui jalur pengadilan.
Akibat hukum yang ditimbulkan yaitu dewata TV ( pelaku usaha periklanan)
sebagai pihak 3 melanggar pasal 20 UU No. 8tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, dikenakan sanksi administratif sebagaiman diatur dalam pasal 60 ayat 1 &
2, UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, menyatakan bahwa, ayat 1
”Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administrati
f terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, Pas
al 25 dan Pasal 26. “ dan ayat 2 ‘’ sanksi administratif berupa penetapan gati rugi
paling banyak Rp 200.000.000.00 ( dua ratus juta rupiah ). Sedangkan terhadap
pelaku usaha ( BM komputer ) dapat diberikan sanksi pidana berdasarkan UU No. 8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dilihat dari pasal 61 yang menyatakan
bahwa“Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusn
ya “ dan pasal 62 pada ayat 1 yang menyatakan bahwa
“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, hu
ruf c,huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (li
ma) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah)
.”

Anda mungkin juga menyukai