Anda di halaman 1dari 9

A.

PENGERTIAN KULTUR ORGANISASI


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, budaya (culture) diartikan sebagai : pikiran, adat
istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah.
Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi
(tradition). Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai idea-idea umum, sikap dan kebiasaan dari
masyarakat yang nampak dalam perilaku sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok
dalam masyarakat tertentu.
Edward B. Tylor mengatakan bahwa budaya adalah suatu keseluruhan yang kompleks
dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan
dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kata organisasi berasal dari bahasa inggris, organizationyang berarti organisasi atau hal
yang mengatur. Dalam kamus bahasa Indonesia organisasi merupakan susunan atau aturan dan
berbagai bagian sehingga merupakan satu kesatuan yang teratur.
Istilah organisasi memiliki dua arti secara umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai
suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah
perkumpulan dan badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian
yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara apra anggota, sehingga tujuan
organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja
dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai
dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikannya dalam
rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi.

Sedangkan pengertian organisasi menurut para pakar ilmu adalah


1. Menurut Oliver Sheldon
Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-
kelompok harus melakukantugas-tugas, sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk
pemakaian yang efisien, sistematis, positif, dan terorganisasi dari usaha yang tersedia.
2. Menurut Schein
Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan
tanggung jawab.
3. Menurut Kohler
Organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu
kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi kultur organisasi ialah suatu kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat yang memiliki aturan-aturan atau susunan dan
berbagai bagian sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang
diharapkan.
Dari sini dapat dipahami bahwa kultur organisasi terdapat 3 komponen yang harus da
dalam suatu lembaga atau organisasi agar organisasi menjadi lebih baik, yakni : kelompok orang,
kerja sama yang harmonis dan pembagian hak, kewajiban dan tanggung jawab.Adapaun Prinsip-
prinsip Kultur organisasi yang harus dimiliki dalam suatu lembaga atau kelompok adalah:
1. Perumusan tujuan
Tujuan organisasi harus jelas dan diketahui oleh seluruh elemen yang terkait dalam
organisasi itu. Dengan tujuan tertentu, aktivitas-aktivitas yang dilakukan dengan mengarah pada
tujuan yang telah dirumuskan.
2. Pembagian kerja
Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, perlu adanya pembagian tugas yang jelas.
Tanpa pembagian tugas yang jelas, akan terjadi tumpang tindih pekerjaan dan dari sini akan
terjadi pemborosan.

3. Pembagian wewenang
Dengan kekuasaan yang jelas pada masing-masing orang/kelompok dalam suatu
organisasi maka dapat dihindarkan terjadinya benturan kepentingan dan tindakan. Hal ini
dimungkinkan karena setiap orang akan mengetahuia batas-batas wewenang untuk bertindak.
4. Kesatuan komando
Dalam sistem organisasi yang baik harus ada kesatuan komando/perintah agar tidak
terjadi kebingungan di tingkat pelaksana. Oleh karena itu, sistem organisasi perlu dihindarkan
adanya dualism pengaruh dan kekuasaan dalam berbagai tingkat manajerial, baik manjerial
puncak, manajerial menengah maupun manajerial lini.
5. Koordinasi
Koordinasi merupakan suatu proses pengintegrasian tujuan pada satuan-satuan yang
terpisah dalam suatu lembaga untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Koordinasi ini
sangat penting bagi suatu lembaga untuk menyatukan langkah, mengurangi benturan tugas dan
mengurangi timbulnya konflik.

B. PROSES PEMBENTUKAN KULTUR ORGANISASI


Munculnya gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam dalam suatu
budaya dalam organisasi bisa bermula dari mana pun, dari perorangan atau kelompok, dari
tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha (1997) menginventarisir sumber-sumber
pembentuk budaya organisasi, diantaranya :
(1) pendiri organisasi;
(2) pemilik organisasi;
(3) Sumber daya manusia asing;
(4) luar organisasi;
(5) orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder);
(6) masyarakat
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi dengan cara: (1)
kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3) penggalian budaya. Pembentukan budaya tidak
dapat dilakukan dalam waktu yang sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang
tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang “baik” atau “buruk”, yang
ada hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki
budaya yang cocok, maka manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai-
yang ada dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan dalam memberikan
asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya kualitas kinerja, maka perubahan budaya
mungkin diperlukan.
Karena budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui sejumlah proses
belajar yang telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk diubah. Kebiasaan lama akan sulit
dihilangkan
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya sendiri yang dibentuk dan
dipengaruhi oleh nilai- nilai, persepsi, kebiasaan, kebijakan pendidikan dan perilaku orang yang
ada didalamnya. Sebagai suatu organisasi, sekolah s kekhasan sesuai dengan cure bisnis yang
dijalankan yaitu pembelajaran. Budaya sekolah seharusnya menunjukkan kapabilitas yang sesuai
dengan tuntunan pembelajaran yaitu menumbuh kembangkan peserta didik sesuai dengan
prinsip- prinsip kemanusiaan. Budaya sekolah harus disadari oleh seluruh konstituen sebagai
asumsi dasar yang dapat membuat sekolah tersebut memiliki citra yang
membanggakan stakeholders. Oleh sebab itu, semua individu memiliki posisi yang sama untuk
mengangkat citra melalui performance yang merujuk pada budaya sekolah yang efektif.
Pembentukan dan Manajemen Budaya sekolah yang Efektif, Pada awal kemunculanya,
budaya organisasi mengacu pada visi pendirinya yang dipengaruhi oleh cita- cita internal dan
tuntutan eksternal yang meliputinya. Pada hakekatnya suatu budaya adalah sebuah fenomena
kelompok. Oleh sebab itu, dalam menelaah proses terbentuknya budaya organisasi tidak dapat
lepas dari proses kelompok. Selain itu, proses kemunculan budaya organisasi memakan waktu
yang cukup lama yang pada umumnya melibatkan seorang tokoh yang mengintroduksikan visi
dan misi kepda stafnya, yang kemudian dijadikan sebagai acuan anggota kelompok.
Disamping itu pengelolaan kultur organisasi perlu diketahui faktor yang
mempengaruhinya yaitu
1. Komunikasi
Komuniaksi merupakan proses pengintegrasian tujuan terhadap anggota-anggota yang
lainnya. Komunikasi ini sangat penting sekali untuk menyatukan dalam sebuah organisasi,
karena dengan adanya komunikasi diharapkan terjadi saling mengisi secara yang baik dan lancar
yang akan mengurangi timbulnya konflik yang terjadi secara internal.
2. Motifasi
Dalam suatu lembaga harus memiliki motivasi yang sangat kuat untuk mencapai lembaga
yang maju. Dan motivasi ini harus mampu mendorong anggota organisasi agar lebih kerja keras
dalam lembaga. Jangan sampai suatu organisasi tidak memiliki motivasi yang dibutuhkan dalam
lembaga.
3. Karakteristik organisasi
Karakter merupakan watak atau sifat yang ada dialam suatu organisasi. Karakter sangat
berpengaruh untuk kemajuan dan perkembangan dalam suatu organisasi. Karakter dalam suatu
organisasi tidak boleh individual, karena dalam suatu organisasi harus memiliki sifat yang
memasyarakat antar anggota.
4. proses administrasi
proses administrasi ini behubungan dengan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan
perkerjaan dalam suatu kesatuan yang harmonis. Pada saat setiap orang dan setiap bagian
melaksanakan pekerjaan, kemungkinan timbul konflik diantara anggota, dan mekanisme
administrasi ini untuk mengkoordinasikan memungkinkan setiap anggota organisasi untuk tetap
bekerja secara efektif.
5. struktur oeganisasi
sturktur organisasi sebagai pola hubungan komponen atau bagian suatu organisasi.
Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas
orang dan kelompok agar tercapai tujuan. Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja,
pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan tasan dan bawa han, kelompok,
komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi.
6. gaya manajemen
melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan dan mneingkatkan manajemen. Gaya untuk mengatur dalam suatu organisasi
harus menarik dan mampu membuat anggota agar bias bekerja dengan baik dan benar. Gaya
menajemn yang baik dan menarik akan menghasilkan potensi atau hasil yang sangat memuaskan
untuk suatu organisasi, namun jika manajemen suatu organisasi rusak, maka organsisasi itu juga
akan mengalami kerusakan dan tidak akan mencapai target atau tujuan yang diinginkan.

D. UPAYA UPAYA UNTUK MEUWUJUDKAN KULKTUR ORGANISASI


Pembentukan dan pengelolaan budaya organisasi adalah suatu hal yang mutlak untuk
memperoleh budaya organisasi yang kental. Membentuk budaya organisasi merupakan tanggung
jawab pimpinan yang realisasinya merupakan tanggung jawab seluruh personel sekolah.
Pimpinan perlu memahami cara pembentukan dan pengelolaan budaya organisasi. Budaya
organisasi bisa terbentuk dengan tiga cara yaitu:
1. Seleksi, sejak awal sudah ditekankan bahwa hanya pegawai yang memenuhi kriteria organisasi
yang diterima.
2. Manajemen puncak, pimpinan menjadi pendorong kuat bagi tumbuhnya perilaku bawahan.
3. Sisoalisasi, penanaman norma- norma yang ditetapkan organisasi dapat dilakukan dengan cara
membicarakan dalam rapat- rapat, pertemuan atau bahkan dengan media khusus.
Untuk mewujudkan organisasi yang efektif, perlu adanya upaya-upaya yang harus
dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan. Adapaun langkah-langkah yang harus ditempuh
yaitu :
1. Organisasi tersebut harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas yang diarahkan pada upaya
mewujudkan cita-cita atau tujuan yang diharapkan
2. Organisasi tersebut harus dipimpin oleh orang yang memiliki visi, capability, loby dan
morality. Visi berkaitan dengan gagasan, cita-cita dan imajinasi yang terus mengalir. Adapun
capability berkaitan dengan kesanggupan untuk mewujudkan cita-cita dan visi tersebut.
Sementara loby terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan
berbagai pihak yang memungkinkan dapat diakses untuk mencapai tujuan. Selanjutnya morality
berkaitan dengan akhlak yang mulia seperti keihlasan dalam bekerja, jujur, amanah, sabar,
pemaaf, toleransi dan sebagainya.
3. Organisasi tersebut harus memiliki sumber ekonomi yang dihasilkan melalui berbagai usaha.
Untuk ini kelompok yang berada dalam pengelolaan sarana dapat dilihat sebagai market.
4. Organisasi tersebut harus mampu membaca peluang yang memungkinkan dapat dilakukan
berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh kelompok
5. Organisasi tersebut harus didukung oleh sarana dan prasarana pendukung yang baik. Dalam hal
ini teknologi yang canggih dalam bidang komunikasi, informasi dan pengelolaan data seperti
telepon, computer, fakximile dan sebagainya yang harus digunakan
6. Organisasi tersebut harus memperoleh legimitasi dan masyarakat dengan cara menciptakan
berbagai kegaitan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Adapun Kultur organisasi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :


1. Budaya mempunyai suatu peran menempatkan tapal batas; artinya budaya menciptakan
pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan jangkauannya.
2. Budaya membawa satu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan-
kepentingan dari individual seseorang.
4. Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem social. Budaya merupakan perekat social yang
membantu mempersatuakan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk
apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota.
5. Akhirnya budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memadu dan
membentuk sikap serta perilaku anggaotanya.

E. ANALISIS
Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai dan keyakinan yang sama
dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya berbagi nilai dan keyakinan yang sama melalui
pakaian seragam. Namun menerima dan memakai seragam saja tidaklah cukup. Pemakaian
seragam haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol dan membentuk citra organisasi.
Dengan demikian, nilai pakaian seragam tertanam menjadi basic.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang “baik” atau “buruk”, yang ada
hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya
yang cocok, maka manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai- yang ada
dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan dalam memberikan asumsi
dasar yang berdampak terhadap rendahnya kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin
diperlukan.
Budaya yang strategis cocok secara eksplisit menyatakan bahwa arah budaya harus
menyelaraskan dan memotivasi anggota, jika ingin meningkatkan kinerja organisasi. Konsep
utama yang digunakan di sini adalah “kecocokan”. Jadi, sebuah budaya dianggap baik apabila
cocok dengan konteksnya. Adapun yang dimaksud dengan konteks bisa berupa kondisi obyektif
dari organisasinya atau strategi usahanya.
Karena budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui sejumlah proses
belajar yang telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk diubah. Kebiasaan lama akan sulit
dihilangkan
penerapan konsep budaya organisasi di sekolah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Kalaupun terdapat perbedaan mungkin hanya
terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakateristik dari para
pendukungnya.
Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi
untuk berusaha mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para
siswanya. Nilai-nilai yang mungkin dikembangkan di sekolah tentunya sangat beragam

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kultur organisasi ialah suatu kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat yang memiliki aturan-aturan atau susunan dan
berbagai bagian sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang
diharapkan.
Disamping itu pengelolaan kultur organisasi perlu diketahui faktor yang
mempengaruhinya yaitu Komunikasi, Motifasi, Karakteristik organisasi, proses
administrasi struktur oeganisasi dangaya manajemen. Adapun fungsi dari kultur organisasi
ialah Budaya mempunyai suatu peran menempatkan tapal batas; artinya budaya menciptakan
pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan jangkauannya, Budaya membawa satu rasa
identitas bagi anggota-anggota organisasi, Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada
suatu yang lebih luas dari pada kepentingan-kepentingan dari individual seseorang., Budaya itu
meningkatkan kemantapan sistem social. Budaya merupakan perekat social yang membantu
mempersatuakan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang
harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota dan Akhirnya budaya berfungsi sebagai
mekanisme pembuat makna dan kendali yang memadu dan membentuk sikap serta perilaku
anggaotanya.
Upaya untuk mengembangkan budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan tugas
kepala sekolah selaku leader dan manajer di sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah hendaknya
mampu melihat lingkungan sekolahnya secara holistik, sehingga diperoleh kerangka kerja yang
lebih luas guna memahami masalah-masalah yang sulit dan hubungan-hubungan yang kompleks
di sekolahnya. Melalui pendalaman pemahamannya tentang budaya organisasi di sekolah, maka
ia akan lebih baik lagi dalam memberikan penajaman tentang nilai, keyakinan dan sikap yang
penting guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan lingkungan belajarnya.

Anda mungkin juga menyukai