Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan
sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat berita tentang
segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti berupa tubuh manusia/benda yang
berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas
permintaan penyidik untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum merupakan pengganti
barang bukti,Oleh karena barang bukti tersebut berhubungan dengan tubuh manusia (luka,
mayat atau bagian tubuh). KUHAP tidak mencantum kata visum et repertum. Namun visum
et repertum adalah alat bukti yang sah. Bantuan dokter pada penyidik : Pemeriksaan Tempat
Kejadian Perkara (TKP), pemeriksaan korban hidup, pemeriksaan korban mati. Penggalian
mayat, menentukan umur seorang korban / terdakwa, pemeriksaan jiwa seorang terdakwa,
pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence).
1. Penyidik
2. Hakim pidana
3. Hakim perdata
4. Hakim agama
Tata cara permintaan visum et repertum sesuai peraturan perundang undang adalah diminta
oleh penyidik, permintaan tertulis, dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar langsung oleh
penyidik, mayat dibuat label, tidak dibenarkan visum et repertum diminta tanggal yang lalu.
(Idries, 1997)
Seperti yang telah di cantumkan dalam pasal 133 KUHP ayat 1 Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang
diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Ayat 2
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Ayat 3 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat,
dilakukan dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian lain badan
mayat(Ritonga, 2011).
1. Pro justisia, pada bagian atas, untuk memenuhi persyaratan yuridis, pengganti materai.
2. Visum et repertum, menyatakan jenis dari barang bukti atau pengganti barang bukti
4. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang di lihat dan ditemukan
pada barang bukti yang di periksa oleh dokter, dengan atau tanpa pemeriksaan lanjutan
(pemeriksaan laboratorium), yakni bila dianggap perlu, sesuai dengan kasus dan ada tidaknya
indikasi untuk itu
5. Kesimpulan, memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil pemeriksaan, yang
disertai dengan pendapat dokter yang bersangkutan sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya
6. Penutup, yang memuat pernyataan bahwasanya visum et repertum tersebut dibuat atas
sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya
Peranan dan fungsi visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian
suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana visum et repertum
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian
pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et
repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik
tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum
secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan
membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada
seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara
pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.
Manfaat dari visum et repertum ini adalah untuk menjernihkan suatu perkara pidana, bagi
proses penyidikan dapat bermanfaat untuk pengungkapan kasus kejahatan yang terhambat
dan belum mungkin diselesaikan secara tuntas.
Visum et repertum juga berguna untuk membantu pihak tersangka atau terdakwa berhak
untuk mengusahakan dan mengajukan saksi ahli dan atau seseorang yang memiliki keahlian
khusus untuk memberikan keterangn yang meringankan atau menguatkan bagi dirinya yaitu
saksi ahli.
Visum et repertum ini juga dapat bermanfaat sebagai petunjuk, dimana petunjuk itu adalah
perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaianya, baik antara yang satu dengan
yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana dan siapa pelakunya (Ritonga, 2011).
Jenis visum et repertum pada orang hidup terdiri dari (Idries, 2009)
1. Visum seketika adalah visum yang dibuat seketika oleh karena korban tidak memerlukan
tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban mengalami luka - luka ringan
2. Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara berhubung korban
memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter membuat visum tentang
apa yang dijumpai pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan walaupun
visum akhir menyusul kemudian
3. Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa perawatan dari korban
oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah dibuat visum sementara untuk awal
penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari dokter atau rumah
sakit yang merawat korban.
Seperti yang telah kita ketahui permintaan visum et repertum orang hidup lebih banyak dari
pada permintaan pada mayat, karena mayat masih banyak diperdebatkan oleh karena pihak
keluarga yang tidaka mengizinkan
1. Luka yang paling banyak terjadi adalah luka mekanis, biasanya luka ini bisa Karena
Semua luka yang tertera diatas dapat diperiksa sesuai lokalisasi, ukuran, jenis kekerasan yang
menjadi penyebab luka. Sehingga dapat digunakan untuk pembuktian pada suatu kasus.
1. Pemeriksaan luar adalah dapat diminta oleh penyidik tanpa pemeriksaan dalam atau otopsi
berdasarkan KUHP pasal 133.
2. Pemeriksaan luar dan dalam adalah jenazah : sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat 1
Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga
korban. Ayat 2 Dalam hal keluarga korban keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukan pembedahan tersebut. Ayat 3 Apabila
dalam waktu 2 hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga pihak yang perlu diberitahu
tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 133
ayat (3) undang-undang ini (Ritonga, 2011).
Ritonga M. 2011. Pengetahuan masyarakat kota medan terhadap visum et repertum.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31194/7/Cover.pdf - akses 10 Mei 2014
UNDULASI
Undulasi memiliki arti tampak seperti ombak atau gerakan menyerupai ombak (Dorland,
2012). Tes undulasi sendiri dalam pemeriksaan abdomen digunakan untuk menilai adanya
ascites.Prosedur tes tersebut adalah;
a. Minta asisten untuk menekan perut di linea mediana dengan tepi kedua tangan.
b. Letakan tangan kanan pemeriksa di flank kanan dan tangan kiri di sisi kiri.
c. Ketukkan ujung jari tangan kanan secara tegas dan tangan kiri merasakan
adanya getaran impuls lewat cairan (Pramana et al., 2014)