TINJAUAN TEORITIS
A. SEKSIO SESARIA
1. DEFINISI
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan
definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Jenis – jenis operasi sectio caesarea
a. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
1) Sectio caesarea transperitonealis
a) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Mengeluarkan janin dengan cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
b) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low
servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum
Perdarahan tidak begitu banyak
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah
sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
2) SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak
membuka cavum abdominal
b. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Sayatan memanjang ( longitudinal )
2) Sayatan melintang ( Transversal )
3) Sayatan huruf T ( T insicion )
2. ETIOLOGI
Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan
kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio
caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah :
a. Kelainan dalam bentuk janin
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari
jalan lahir.
2) Ancaman gawat janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera
melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.
3) Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus
(kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan
operasi.
4) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu,
bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
b. Kelainan panggul
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh
terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami
penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan
sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.
c. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).
3. PATOFISIOLOGI
WOC Terlampir
Pada ibu: infeksi puerperal, perdarahan, luka kandung kemih, embolisme paru, resiko
rupture uteri pada kehamilan selanjutnya
Pada janin: komplikasi pada janin tergantung pada indikasi dilakukan seksio.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemantauan janin yaitu terhadap kesehatan janin
Pemantauan EKG
JDL dengan diferensial
Elektrolit
Hemoglobin/Hematokrit
Golongan dan pencocokan silang darah
Urinalisis
Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
Ultrasound sesuai pesanan
(Tucker, Susan Martin, 1998)
Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah urin yang tertampung
dikantong urin, periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi.
Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan. Catat lama
operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi
ditandatangani oleh operator.
B. DISPROPORSI SEPALOPELVIK
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya.
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran
pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih
kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada
persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara
anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan
panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat
panggul sempit lainnya. Disproporsi sefalopelvik digolongkan menjadi empat, yaitu:
Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert, split
pelvis, panggul asimilasi.
Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrofi,
nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau kelumpuhan
satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul,
pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.
1. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya
(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari
12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur
konjugata diagonal secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian,
penyempitan pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang
kurang dari 11,5 cm.3 Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan
persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter
transversal kurang dari 12 cm. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata
berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan
wanita dengan panggul sedang atau luas.
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput
ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan
terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan
kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan
pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung
lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam rongga
panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala
janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi janin
berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali
lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
dengan panggul normal atau luas.
Pelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui
pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan
a. Pengkajian
Identitas klien: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, no.MR
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan nyeri post operasi, tidak nyaman/distensi abdomen dan kandung kemih, mulut
kering, sulit BAB dan BAK. Jika ada perdarahan banyak maka muncul keluhan nyeri, sakit
kepala, kelemahan, anemia.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit saluran urogenital seperti herpes virus, riwayat Seksio klasik, preeklamsi dan
eklamsia selama masa kehamilan atau kehamilan dahulu, riwyat partus abnormal atau dengan
bantuan pada kelahiran yang lalu. Riwayat tumor jalan lahir, riwayat stenosis serviks/vagina
pada persalinan dahulu. Riwayat primapara tua.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat DM, hipertensi, jantung, ginjal, penyakit menular.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: bervariasi, baik sampai sedang
Kesadaran: bervariasai, dapat compos mentis sampai somnolen
TTV: TD dapat sedikit meningkat atau turun jika terjadi perdarahan, nadi meningkat bila
perdarahan, suhu biasanya normal, jika meningkat mengindikasikan infeksi, nafas biasanya
normal.
1. Keadaan Umum
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu 36,2-38,
Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
a. Rambut : rambut
dapat bersih atau kotor, warna bervariasi sesuai dengan ras, rambut tidak mudah/mudah
dicabut.
b. Mata :
penglihatan baik, konjungtiva dapat anemis/tidak anemis, sklera tidak ikterik
c. Wajah : kloasma
gravidarum dapat ada/menghilang
d. Hidung : hidung
simetris, bersih, sekret (-), polip (-)
e. Mulut : lidah
bersih, mukosa dapat kring/lembab, carries bias ada atau tidak
f. Leher : tidak ada
pembengkakan kelenjer tiroid dan getah bening, hiperpigmentasi pada kulit (-)
2. Pemeriksaan Thorak
Paru : Inspeksi:
simetris kiri = kanan
Auskultasi: suara napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Palpaasi: Fremitus kiri = kanan
Jantung : Inspeksi:
iktus kordis tidak terlihat
Auskultasi: bunyi jantung murni, Bising (-)
Palpasi: iktus cordis tidak teraba
3. Payudara
Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu, stimulation
nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum.
Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak. inspeksi kesimetrisan kiri = kanan,
hiperpigmentasi areola dan papila (+), papila dapat menonjol/tidak, striae dapat ada atau
tidak, kelenjer montgomery ada. dan palpasi apakah ada nyeri tekan, teraba atau tidaknya
massa, produksi ASI bervariasi, sudah sudah ada dan belum, jika sudah ada payudara teraba
padat.
4. Abdomen
Inspeksi : abdomen mungkin masih membesar, linea nigra bisa ada, bisa tidak, striae bisa ada, bisa tidak,
terdapat luka operasi tertutup perban.
Palpasi : nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin lahir, turun 1-2 jari tiap 24 jam, posisi
di tengah, kontraksi baik. Terdapat diastasis rektus abdominis. Kandung kemih bisa distensi,
bisa tidak (kosong).
Auskultasi : BU bisa tidak ada/menurun
5. Genetalia
Perineum bersih, jumlah lokhea sedikit. Tidak terdapat laserasi pada perineum/jalan lahir.
6. Ekstremitas bawah
Varises ada atau tidak, edema ada atau tidak, tanda Homan dapat positif atau negative.
Refleks Patella: positif.
Pemeriksaan Psikologis
Pada hari 1-2 Ibu berada pada fase taking-in dimana ibu mengharapkan semua kebutuhannya
dipenuhi oleh orang lain. Pada hari ke 3 ibu mulai berada pada fase taking-holk dimana ibu
mempunyai keinginan untuk merawat bayinya secara mandiri dan juga ingin kebutuhannya
dipenuhi. Keinginan tersebut muncul silih berganti.
Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap, Hb/Ht: mengkaji perubahan dari kadar praoperasi dan mengevalusi efek kehilangan
darah pada pembedahan. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika
Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
Urinalisis; kultur urine, darah,vaginal dan lokea: pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan
individual
b. Diagnosa
contoh diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio
caesaria yaitu ;
Resiko infeksi b.d prosedur invasif
Nyeri b.d kondisi pasca operasi.
Konstipasi b.d kelemahan otot, penurunan motilitas traktus urinarius
Resiko gangguan pola eliminasi urine b.d kerusakan sensorik motorik (manipulasi dan/atau
trauma sekunder terhadap sectio caesaria).
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan melalui rute abnornal (perdarahan), intake
tidak adekuat
Resiko cidera b.d efek-efek anestesi, imobilisasi
Ansietas b.d krisis situasional, ancaman konsep diri, perubahan status peran
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
RENCANA ASUKHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SECTIO
CAESAREA
No Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi Aktivitas
Keperawatan Hasil (NOC) Keperawatan
(NIC)
1 Resiko infeksia. Pengetahuan :
Pengontrolan Ciptakan
b.d prosedur kontrol infeksi infeksi lingkungan (
invasif - dapat menyebutkan alat-alat,
cara masuknya berbeden dan
kuman lainnya) yang
- menyebutkan nyaman dan
faktor-faktor yang bersih terutama
mendukung setelah
terjadinya infeksi digunakan oleh
- menyebutkan tanda pasien
dan gejala infeksi Gunakan alat-alat
- menyebutkan yang baru dan
tindakan yang dapat berbeda setiap
mengurangi akan melakukan
terjadinya infeksi tindakan
b. Kontrol resiko keperawatan ke
- Mengetahui resiko pasien
- Memonitor faktor Isolasikan pasien
resiko lingkungan yang terkena
- Memonitor faktor penyakit
resiko dari kebiasaan menular
- Memodifikasi gaya Tempatkan pasien
hidup untuk yang harus
menurunkan resiko diisolasi yang
sesuai dengan
kondisi pasien
Batasi jumlah
pengunjung
sesuai kondisi
pasien
Ajari klien untuk
mencuci tangan
sebagai gaya
hidup sehat
pribadi
Instruksikan klien
untuk mencuci
tangan yang
Proteksi infeksi benar sesuai
dengan yang
telah diajarkan
Instruksikan
kepada
pengunjung
untuk selalu
mencuci tanagn
sebelum dan
sesudah
memasuki
ruangan pasien
Gunakan sabun
antimikroba
untuk proses
cuci tangan
Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukan
tindakan kepada
pasien
Terapkan
kewaspadaan
universal
Gunakan selalu
handscoon
sebagai salah
satu ketentuan
kewaspadaan
universal
Gunakan baju
yang bersih atau
gown ketika
menangani
pasien infeksi
Gunakan sarung
tangan yang
steril, jika
memungkinkan
Bersihkan kulit
pasien dengan
pembersih
antibakteri
Jaga dan lindungi
area atau
ruangan yang
diindikasikan
dan digunakan
untuk tindakan
invasive, operasi
dan gawat
darurat
Monitor tanda-
tanda dan gejala
sistemik dan
local dari
infeksi.
Monitor daerah
yang mudah
terinfeksi.
Monitor jumlah
granulosit,
WBC, dan
perbedaan nilai.
Ikuti kewaspadaan
neutropenic.
Batasi
pengunjung.
Lindungi semua
pengunjung dari
penyakit
menular.
Pertahankan
teknik asepsis
untuk pasien
yang berisiko.
Pertahankan
teknik isolasi.
Lakukan
perawatan kulit
untuk area yang
oedem.
Inspeksi kulit dan
membran
mukosa yang
memerah, panas,
atau kering.
Inspeksi kondisi
dari luka operasi
Tingkatkan intake
nutrisi yang
cukup.
Anjurkan intake
cairan.
Anjurkan istirahat.
Monitor
perubahan
tingkat energi /
malaise.
Anjurkan
peningkatan
mobilitas dan
latihan.
Anjurkan nafas
dalam dan batuk
efektif.
Beri agen imun.
Instruksi pasien
untuk
mendapatkan
antibiotik sesuai
resep.
Ajari pasien dan
keluarga tentang
tanda dan gejala
dari infeksi dan
kapan mereka
dapat
melaporkan
untuk
mendapatkan
perawatan
kesehatan.
Ajari pasien dan
anggota
keluarga
bagaimana
menghindari
infeksi.
Hindari buah,
sayuran, dan
lada / merica
dari diet pasien
dengan
neutropenia.
Hindari bunga dan
tumbuhan segar
dari area tempat
pasien berada.
Berikan ruangan
privasi jika
dibutuhkan.
Laporkan
kemungkinan
adanya infeksi
dalam upaya
pengendalian
infeksi.
Laporkan
kebiasaan positif
dalam
mengendalikan
infeksi.
2. Nyeri Manajemen nyeri Lakukan penilaian
b.da. Tingkat kenyamanan
kondisi pasca- fisik baik nyeri secara
operasi. - psikologis baik komprehensif
b. Kontrol nyeri dimulai dari
Batasan - mengetahui faktor lokasi,
Karakteristik: penyebab karakteristik,
- Melaporkan- melaporkan nyeri durasi,
nyeri secara terkontrol frekuensi,
verbal danc. Tingkat nyeri kualitas,
nonverbal - Melaporkan nyeri intensitas dan
- Menunjukkan
- Perubahan frekuensi penyebab.
kerusakan napas Kaji
- Posisi untuk
- Perubahan tekanan ketidaknyamana
mengurangi darah n secara
nyeri - Perubahan nadi nonverbal,
- Gerakan untuk terutama untuk
melindungi pasien yang
- Tingkah laku tidak bisa
berhati-hati mengkomunikas
- Muka topeng ikannya secara
- Gangguan efektif
tidur (mata Pastikan pasien
sayu, tampak mendapatkan
capek, sulit perawatan
atau gerakan dengan
kacau, analgesic
menyeringai) Gunakan
- Fokus pada komunikasi
diri sendiri yang terapeutik
- Fokus agar pasien
menyempit dapat
(penurunan menyatakan
persepsi pengalamannya
waktu, terhadap nyeri
kerusakan serta dukungan
proses berfikir, dalam merespon
penurunan nyeri
interaksi Pertimbangkan
dengan orang pengaruh
dan budaya terhadap
lingkungan ) respon nyeri
- Tingkah laku Tentukan dampak
distraksi nyeri terhadap
(jalan-jalan, kehidupan
menemui sehari-hari
orang lain, (tidur, nafsu
aktifitas makan,
berulang) aktivitas,
- Respon kesadaran,
otonom mood, hubungan
(diaporesis, sosial,
perubaha performance
tekanan darah, kerja dan
perubahan melakukan
nafas, nadi tanggung jawab
dilatasi pupil) sehari-hari)
- Perubahan Evaluasi
otonom dalam pengalaman
tonus otot pasien atau
(dalam rentang keluarga
lemah ke kaku) terhadap nyeri
- Tingkah laku kronik atau yang
ekspresif mengakibatkan
(gelisah, cacat
merintih, Evaluasi bersama
menangis, pasien dan
waspada, tenaga
iritabel, nafas kesehatan
panjang, lainnya dalam
mengeluh) menilai
- Perubahan efektifitas
dalam nafsu pengontrolan
makan nyeri yang
pernah
dilakukan
Bantu pasien dan
keluarga
mencari dan
menyediakan
dukungan.
Gunakan metoda
penilaian yang
berkembang
untuk
memonitor
perubahan nyeri
serta
mengidentifikasi
faktor aktual dan
potensial dalam
mempercepat
penyembuhan
Tentukan tingkat
kebutuhan
pasien yang
dapat
memberikan
kenyamanan
pada pasien dan
rencana
keperawatan
Menyediakan
informasi
tentang nyeri,
contohnya
penyebab nyeri,
bagaimana
kejadiannya,
mengantisipasi
ketidaknyamana
n terhadap
prosedur
Kontrol faktor
lingkungan
yang dapat
menimbulkan
ketidaknyamana
n pada pasien
(suhu ruangan,
Pemantauan TTV pencahayaan,
keributan)
Mengurangi atau
menghapuskan
faktor-faktor
yang
mempercepat
atau
meningkatkan
nyeri
(spt:ketakutan,
fatique, sifat
membosankan,
ketiadaan
pengetahuan)
Mempertimbang
kan kesediaan
pasien dalam
berpartisipasi,
kemampuannya
dalam
berpartisipasi,
pilihan yang
digunakan,
dukungan lain
dalam metoda,
dan
kontraindikasi
dalam pemilihan
strategi
mengurangi
nyeri
Pilihlah variasi
dari ukuran
pengobatan
(farmakologis,
nonfarmakologis
, dan hubungan
atar pribadi)
untuk
mengurangi
nyeri
Pertimbangkan
tipe dan sumber
nyeri ketika
memilih metoda
mengurangi
nyeri
Mendorong pasien
dalam
memonitor
nyerinya sendiri
Ajari untuk
menggunakan
tehnik non-
farmakologi
(spt:
biofeddback,
TENS,
hypnosis,
relaksasi, terapi
musik, distraksi,
terapi bermain,
acupressure,
apikasi
hangat/dingin,
dan pijatan )
sebelum,
sesudah dan jika
memungkinkan,
selama puncak
nyeri , sebelum
nyeri terjadi atau
meningkat, dan
sepanjang nyeri
itu masih
terukur.
Kolaborasikan
dengan pasien
dan tenaga
kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimplement
asikan metoda
dalam mengatasi
nyeri secara
non-
farmakologi.
Menyediakan
analgesic yang
dibutuhkan
dalam mengatasi
nyeri
Menggunakan
Patient-
Controlled
Analgesia
(PCA)
Gunakan cara
mengontrol
nyeri sebelum
menjadi
menyakitkan
(puncak nyeri)
Pengobatan
sebelum
beraktivitas
untuk
meningkatkan
partisipasi , tapi
evaluasi resiko
pemberian obat
penenang
Pastikan
pretreatmen
strategi analgesi
dan/ non-
farmakologi
sebelum
prosedur nyeri
hebat
Kaji tingkat
ketidaknyamana
n bersama
pasien, catat
perubahan
dalam catatan
medis dan
informasikan
kepada tenaga
kesehatan yang
lain
Evaluasi
efektifitas
metoda yang
digunakan
dalam
mengontrol
nyeri secara
berkelanjutan
Modifikasi
metode kontrol
nyeri sesuai
dengan respon
pasien
Anjurkan untuk
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk
mengurangi
nyeri
Dorong pasien
untuk
mendiskusikan
pengalamannya
terhadap nyeri
Beritahu dokter
jika metoda
yang digunakan
tidak berhasil
atau jika ada
komplain dari
pasien mengenai
metoda yang
diberikan
Informasikan
kepada tenaga
kesehatan yang
lain/anggota
keluarga tentang
penggunaan
terapi non-
farmakologi
yang akan
digunakan oleh
pasien
Gunakan
pendekatan dari
berbagai disiplin
ilmu dalam
manajemen
nyeri
Mempertimbang
kan pasien,
keluarga, dan
hal lain yang
mendukung
dalam proses
manajemen
nyeri
Menyediakan
informasi yang
akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan
keluarga
terhadap respon
nyeri
Menyertakan
keluarga dalam
mengembangka
n metoda
mengatasi nyeri
Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen
nyeri ynag
diberikan dalam
interval yang
ditetapkan.
Pantau tekanan
darah, nada,
suhu dan status
pernapasan
Pantau tanda
hipotermi atau
hipertermi
Pantau ada
tidaknya nadi
dan kualitasnya
Pantau warna suhu
dan kelembaban
kulit
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Nama : Ny. L
Umur : 30 Tahun
No.MR : 88.57.74
Tanggal Masuk : 20 Oktober 2014
Tanggal Pengkajian: 21 Oktober 2014
Alamat : Jl. Berok Nipah No 18 Padang
Diagnosa Medis : Post SC
ANALISA DATA
CATATAN PERKEMBANGAN
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan post sestio caesaria hari ke 2, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian adalah masih terasa nyeri pada luka
operasi, nyeri bertambah saat banyak gerak; klien belum mampu menyusui secara
efektif. Selain itu klien juga butuh informasi tentang perawatan diri bayi.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
a. Nyeri b.d luka post SC
b. Menyusui tidak efektif b.d kurang pengatahuan ibu
c. Kurang pengetahuan (tentang perawatan diri dan bayi) b.d keterbatasan paparan informasi.
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan intake kurang.
e. Gangguan pola tidur b.d nyeri dan asing dengan lingkungan
f. Resiko infesi b.d personal hygiene yang kurang
B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan kepada perawat untuk mengajarkan dan mendorong pasien dengan post sectio
caesaria untuk melakukan mobilisasi dini, selain itu pasien juga diinformasikan tentang
nutrisi setelah operasi karena masih ada mispersepsi tentang nutrisi setelah operasi.
Diharapkan kepada perawat untuk tetap mempertahankan pengajaran perawatan bayi pada
pasien.
2. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa keperawatan khususnya yang sedang atau akan melakukan praktek di rumah
sakit agar mampu melakukan asuhan keperawatan secara holistik dengan melakukan
pengkajian secara jeli dan mendalam terkait kasus yang ditemui, mampu menentukan
masalah keperawatan sesuai prioritas berdasarkan data yang diperoleh pada pengkajian,
mampu menyusun rencana keperawatan terkait masalah yang ditemui dan mampu melakukan
implementasi sesuai dengan rencana yang telah disusun serta mampu melakukan evaluasi
terhadap masalah berdasarkan implementasi yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta: EGC.
McCloskey dan Bulecheck. (2006). Nursing intervention classification (NIC). Mosby: United State
of America.
Hamilton, P. M. (2006). Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Johnson, M. dan Moorhead. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby: United State
of America.
Wilkinson, M, W. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria
hasil NOC. Jakarta: EGC.
Sarwono P. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
ASUHAN KEPERAWATAN POST OP SECTIO CAESARIA TERHADAP
NY. S DI POLI KEBIDANAN RSU BANYUMAS JAWA TENGAH
APLIKASI NANDA, NOC, NIC
I. Pengertian
Sectio Saesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim.
II. Jenis
1. Bedah Caesar klasik /corporal.
2. Bedah Caesar transperitoneal profunda
3. Bedah Caesar ekstraperitoneal
Yang paling banyak dilakukan saat ini adalah SC transperitoneal profunda dengan insisi dari
segmen bawah uterus.
Keunggulan dari SC transperitoneal profunda :
1. Perdarahan luka insisi tidak terlalu banyak
2. Bahaya peritonitis tidak terlalu besar
3. Parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya terjadi ruptur uteri di kemudian hari
tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
III. Indikasi
1. Indikasi Ibu :
a. Panggul sempit
b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
c. Stenosis serviks uteri atau vagina
d. Plassenta praevia
e. Disproporsi janin panggul
f. Rupture uteri membakat
g. Partus tak maju
h. Incordinate uterine action
2. Indikasi Janin
a) Kelainan Letak :
- Letak lintang
- Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
- Latak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
- Presentasi ganda
- Kelainan letak pada gemelli anak pertama
b) Gawat Janin
3. Indikasi Kontra(relative)
a. Infeksi intrauterine
b. Janin Mati
c. Syok/anemia berat yang belum diatasi
d. Kelainan kongenital berat
VI. Komplikasi
1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang bernar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan
sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
5. Retensi urine berhubungan dengan spinkter yang kuat dan kaku
6. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Pemberian Analgetik
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin,, 2001 , Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Abdul Bari Saifuddin,, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Hacher/Moore, 2001, Esensial Obstetric Dan Ginekologi, Hypokrates , Jakarta
Iowa Outcome Project, 2000, Nursing Outcome Classification (NOC), Mosby-Year Book
Iowa Intervention Project, 1996, Nursing Intervention Classification (NOC), Mosby-Year Book
Manuaba,Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana,
EGC, Jakarta
Marlyn Doenges,Dkk, 2001,Rencana Perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Sarwono, 1989, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Sarwono, Jakarta.