Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) yang tumbuh
pada jaringan payudara. Sel-sel ini biasanya muncul pada saluran atau lobula di payudara. Sel-sel
kanker ini dapat menyebar di antara jaringan atau organ yang ada dan ke bagian tubuh lainnya.
(CanHOPE, 2016)

Penyebab dari penyakit kanker payudara adalah faktor genetik (keturunan), kepadatan
payudara, gaya hidup, radiasi, asupan makanan tidak sehat. (alodokter, 2018 ). Dampak negatif
penyakit kanker payudara. Payudara terbentuk dari lemak, jaringan ikat, dan ribuan lobulus
(kelenjar kecil penghasil air susu). Saat seorang wanita melahirkan, Air Susu Ibu (ASI) akan
dikirim ke puting melalui saluran kecil saat menyusui. Sel-sel dalam tubuh kita biasanya tumbuh
dan berkembang biak secara teratur. Sel-sel baru hanya terbentuk saat dibutuhkan. Tetapi proses
dalam tubuh pengidap kanker akan berbeda.Proses tersebut akan berjalan secara tidak wajar
sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel menjadi tidak terkendali. Sel-sel abnormal
tersebut juga bisa menyebar ke bagian-bagian tubuh lain melalui aliran darah.

Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008
menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun
2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia
sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes RI, 2014a). Berdasarkan wawancara
Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di
Indonesia sebesar 1,4%, dengan prevalensi kanker tertinggi berada pada Provinsi DI Yogyakarta,
yaitu sebesar 4,1%. Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan
pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. (Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2015)

Kanker Payudara merupakan penyebab kematian kedua terbesar bagi wanita saat ini. Di
Singapura, 1 dari 16 wanita akan terdiagnosa mengidap kanker payudara dalam masa hidupnya.
Wanita etnis Cina memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Melayu atau India
sekitar 10% hingga 20%. Di Indonesia, Kasus terbaru kanker payudara menjadi kasus kematian
tertinggi dengan angka 21,5 pada setiap 100.000 yang memprihatinkan, pasien kanker payudara
baru datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013,
prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 dari 1.000 penduduk atau 347.000 orang. Di seluruh
dunia, 8,2 juta orang meninggal setiap tahun akibat kanker , meningkat dari sebelumnya 7,6 juta
pada 2008. Diperkirakan, pada 2025, jumlah orang meninggal akibat kanker meningkat menjadi
11,5 juta bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian yang efektif. (Samodro, 2016)
. Kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur 55-59 tahun. Resiko terkena kanker payudara
meningkat seiring bertambahnya usia. Kabar baiknya sekarang adalah banyak wanita kini mampu
melawan kanker payudara karena melakukan pendeteksian dini serta peningkatan kualitas
pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi dini tanda dan gejala pada kanker
payudara supaya pencegahan dapat dilakukan lebih cepat. (CanHOPE, 2016)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kanker payudara ?
2. Apa saja faktor penyebab dari kanker payudara ?
3. Apa saja tanda dan gejala dari kanker payudara ?
4. Bagaimana cara mendeteksi dini penyakit kanker payudara ?
5. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) ?
6. Bagaimana cara mencegah kanker payudara ?

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan cara mendeteksinya agar
pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin.
2. Tujuan Khusus
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala,
cara mendeteksi dini, cara melakukan perilaku SADARI, apa saja tingkatan stadium, cara
mencegah dan cara mengatasi dari kanker payudara.
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan meningktkan keterampilan penulis dalam penerapan
metodelogi penelitian serta meningkatkan pemahaman penulis tentang hubungan
pengetahuan kanker payudara dengan perilaku pendeteksian dan pencegahan kanker
payudara pada remaja puteri usia 17 tahun di SMA NEGERI 2 AMBON.

2. Bagi Responden
Dapat dijadikan bahan masukan dan menambah pengetahuan mengenai hubungan antara
pengetahuan kanker payudara dengan perilaku pendeteksian dan pencegahan kanker
payudara pada remaja puteri usia 17 tahun di SMA NEGERI 2 AMBON kelas XII IPA 4 ,
sehingga dapat meningkatkan kesadaran remaja untuk membiasakan pola hidup sehat
dengan cara menjaga pola makan yang sehat.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Untuk menambah literatur atau bacaan di perpustakaan sebagai bahan kajian yang
berkaitan dengan hubungan pengetahuan kanker payudara dengan perilaku pendeteksian
dan pencegahan kanker payudara pada remaja puteri usia 17 tahun di SMA NEGERI 2
AMBON dan dapat dijadikan bahan perbandingan pada peneliti lain.
4. Bagi Peneliti Lain
Untuk menambah pengetahuan, dan bahan acuan untuk mengembangkan peneliti lanjutan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI TENTANG KANKER PAYUDARA

2.1. Definisi Kanker (Wilensky, 2007)


Kata kanker berasal dari bahasa latin ‘crab’ (kepiting) yang digunakan untuk
menggambarkan tumor ganas (pertumbuhan kanker). Kanker bermula ketika sel mulai
membelah dan tumbuh dalam cara yang tidak terkontrol dan abnormal, penyebabnya tidak
diketahui. Sepanjang waktu, sel-sel abnormal tersebut berhimpun bersama untuk
membentuk tumor.

2.2. Definisi Payudara


Untuk memahami kanker payudara, kiranya perlu untuk mengetahui tentang bentuk
dan fungsi payudara. Payudara terbuat dari lemak, jaringan kelenjar dan jaringan
penghubung serat (yang menahan itu semua) payudara merupakan kelenjar yang berfungsi
memproduksi susu bagi bayi. Jaringan kelenjar terbuat dari 15-20 unit lobular ductus yang
dilapisi oleh sel-sel. Setiap lobular terbuat dari acini berlipat ganda. Ketika seorang wanita
menyusui. Susu diproduksi dalam lobulan dan dikirim melalui saluran-saluran yang
terbuka pada putting areola. (Wilensky, 2007)
Payudara berkembang setelah pubertas dari sisa duktus yang keluar dari sisa duktus yang
keluar dari putting payudara. Sel-sel asinus dan duktulus terminal yang mengelilinginya
membentuk unit lobules tempat sebagian besar karsinoma berasal. Jaringan payudara juga
berespons terhadap daur haid, oleh estrogen dan progesteron, tetapi baik sel epitel maupun
sel stroma juga berada di bawah kontrol berbagai faktor pertumbuhan, termasuk insulin-
like growth factor –I (IGP-I) dan TGF-α. Hipertrofi sel epitel payudara sebagai respon
terhadap lonjokan estrogen praovulasi dan hyperplasia selama kehamilan adalah contoh
respons faali. (William.Ganong, 2011)

2.3. Etiologi Kanker Payudara


Kanker payudara bisa bersifat menyerang (menyusup) atau tidak menyusup (in situ) :
a. Kanker yang bersifat menyerang bisa tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan di
sekitarnya dan sel-sel ganas bisa terpisah dari tumor induk untuk menyebar ke
bagian-bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel ini bisa tumbuh dan membentuk
himpunan tumor baru yang disebut metastase atau tumor sekunder
Penggolongan kanker payudara bersifat menyerang :
1. Tubular/kribriform
2. Musinus atau mukoida
3. Lobular
4. Medullari
5. Papilari
b. Kanker yang bersifat tidak menyerang dibatasi dengan saluran-saluran (ductus
karsinoma in situ – DKIS) dari payudara. Ketika terdapat kelainan pertumbuhansel-
sel pada lobular (anak baga) payudara dan tidak terdapat serangan (lobular
karanomoa in situ – LKIS) namun tidak dianggap sebagai kanker payudara
sesungguhnya.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko terbentuknya kanker payudara


dapat memberi petunjuk tentang faktor-faktor awal yang mendorong terjadinya kanker.
Pemakaian berkepanjangan estrogen eksogen dosis tinggi adalah suatu faktor resiko yang
menunjukkan adanya peran jalur sinyal-sinyal estrogen. (William.Ganong, 2011)
Kanker payudara terjadi ketika ada pertumbuhan sel abnormal yang cepat pada payudara,
bermula dari sistem saluran kelenjar susu yang kemudian tumbuh menyusup ke bagian lain
melalui pembuluh darah dan getah bening hingga menyerang ke seluruh bagian tubuh
(metastasis). (Kompas.com, 2014). Kaum wanita bisa menerapkan pola hidup sehat dan
menguranginya faktor-faktor risiko yang sudah mereka ketahui. Wanita juga harus “sadar
payudara” dan rutin memeriksa sendiri payudara mereka, setiap bulannya, jadi mereka
akan tahu apabila terjadi perubahan pada payudaranya. Mereka juga bisa melakukan
pemeriksaan mamografi secara teratur, melalui program pemeriksaan payudara di RS
setempat. Program yang dikenal sebagai Sadar Payudara. Penyebab kanker payudara bisa
dibagi kedalam 3 kelompok utama : (Wilensky, 2007)
1. Sporaditas (acak)
2. Hubungan Keluarga
3. Turunan

2.4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara (Wilensky, 2007)


Tanda-tanda dan gejala Kanker Payudara
1. Gumpalan di payudara
2. Asimetri/penyimpanan
3. Perubahan-perubahan pada kulit
4. Adanya eksim atau kerak pada bagian puting susu
5. Tidak ada puting
6. Payudara nyeri
7. Pembekakan/peradangan
8. Adanya riwayat kanker payudara pada keluarga atau kanker-kanker lainnya

2.5. Mendeteksi Kanker Payudara

Jika ditemukan benjolan pada payudara sebaiknya tetap waspada dan secepatnya
dipastikan apakah benjolan tersebut bersifat jinak (tumor) atau kanker. Semakin cepat
kanker terdiagnosis, keberhasilan pengobatan akan semakin besar. Oleh karena itu,
penting bagi wanita untuk melakukan deteksi dini kanker payudara dengan tujuan
mendeteksi kanker sedini mungkin agar lebih mudah ditangani. Diperkirakan 95%
wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih
dari 5 tahun. Deteksi dini dilakukan sebelum munculnya tanda atau gejala yang
mencurigakan adanya kanker payudara. (Kompas.com, 2014)

Pemeriksaan laboratorium meliputi:

1. Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma,
Pemeriksaan sitologis
2. Test diagnostik lain:
a. Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
b. Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi
biopsy, Eksisi biopsy

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan :

1. Pemeriksaan payudara sendiri


2. Pemeriksaan payudara secara klinis
3. Pemeriksaan manografi
4. Biopsi aspirasi
5. True cut
6. Biopsi terbuka
7. USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis,
pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.

Benjolan atau perubahan payudara ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Namun
memang hanya sedikit yang mengarah pada penyakit yang serius. Sekitar 1 dari 10
benjolan pada payudara bersifat kanker. Akan tetapi, kanker yang terlambat ditangani
akan membawa dampak yang sangat serius. Oleh karenanya, segera periksakan diri ke
dokter jika dalam pemeriksaan mandiri Anda menemukan:

a. Benjolan keras pada payudara atau ketiak.


b. Perubahan pada permukaan kulit: kulit menjadi berkerut, atau terdapat
cekungan.
c. Perubahan ukuran dan bentuk payudara, terutama ketika Anda mengangkat
payudara atau menggerakkan lengan.
d. Keluar cairan dari puting payudara, tapi bukan ASI.
e. Keluar darah dari puting.
f. Terdapat bagian puting yang memerah dan menjadi lembap, serta tidak
kunjung berubah menjadi seperti semula.
g. Puting berubah bentuk, misalnya menjadi melesak ke dalam.
h. Ruam di sekitar puting.
i. Ada rasa sakit atau tidak nyaman yang berkelanjutan pada payudara.
Pemeriksaan payudara secara klinis juga mungkin diperlukan untuk menentukan
apakah benjolan dan penyebab perubahan pada payudara merupakan tanda dan gejala
awal dari kanker payudara. Adapun pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain
adalah pemeriksaan fisik oleh dokter, dan pemeriksaan penunjang seperti:
mammogram, magnetic resonance imaging (MRI), dan USG. Jika terdapat kecurigaan
akan adanya kanker, maka dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan biopsi.

2.6. Cara Melakukan SADARI

Banyak dokter yang merekomendasikan kepada wanita untuk melakukan deteksi


dini kanker payudara melalui SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) secara rutin,
sebulan sekali sejak usia 20 tahun. SADARI dapat membantu memeriksa kondisi
payudara apakah terdapat benjolan atau perubahan lainnya yang dapat menjadi tanda
terjadinya tumor atau kanker payudara yang membutuhkan perhatian medis. SADARI
sebaiknya dilakukan 1 minggu setelah periode menstruasi dimulai, yakni ketika
payudara sedang mengendur dan terasa lebih lunak.

Jika mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur atau telah mengalami
menopause atau pengangkatan rahim, SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal
yang sama tiap bulannya. Sementara untuk ibu menyusui, SADARI dapat dilakukan
setelah menyusui atau memompa ASI.

Gambar 2.1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (visual)


Terdapat 3 langkah penting untuk melakukan SADARI, yaitu :

1. Pengamatan Pada Cermin


Berdiri di depan cermin dengan bahu lurus dan tangan diletakkan di pinggul. Amati
ukuran, bentuk dan warna payudara, serta perhatikan apakah ada perubahan yang
mudah terlihat atau pembengkakan.

2. Perabaan Pada Posisi Berdiri


Angkat lengan kanan ke belakang kepala, lalu gunakan jari-jari tangan kiri untuk
melakukan perabaan pada payudara sebelah kanan. Lakukan langkah sebaliknya
untuk melakukan perabaan pada payudara sebelah kiri.

Gambar 2.2. Pemeriksaan Payudara Sendiri

(Pengamatan pada cermin dan berdiri)

3. Perabaan Pada Posisi Berbaring


Berbaring di atas permukaan yang keras. Untuk melakukan perabaan payudara
sebelah kanan, letakkan bantal di bawah pundak kanan dan letakkan lengan kanan
di belakang kepala. Ratakan jari-jari tangan kiri pada payudara kanan, dan tekan
secara lembut dengan gerakan memutar searah jarum jam.
Mulailah dari bagian paling puncak dari payudara kanan (posisi jam 12), kemudian
bergerak ke arah jam 10 dan seterusnya hingga ke posisi jam 12. Setelah itu,
pindahkan jari-jari sekitar 2 cm mendekati puting, teruskan gerakan memutar
seperti sebelumnya hingga semua bagian payudara, termasuk puting selesai diraba.
Lakukan hal yang sama untuk payudara sebelah kiri.
Perlu diperhatikan untuk melakukan SADARI yang benar, gunakan buku jari dari
ketiga jari tengah, bukan ujung jari. Dianjurkan mengulang-ulang gerakan
melingkar dengan buku jari disertai dengan sedikit penekanan, namun hati-hati
karena tekanan yang berlebihan menyebabkan tekanan pada tulang rusuk dan akan
terasa seperti benjolan. Beberapa perubahan yang dapat ditemukan, antara lain :
kondisi payudara serta puting susu menebal, bengkak, nyeri dan kemerahan; puting
susu yang membalik ke arah dalam, serta mengeluarkan cairan kehijauan atau
darah; dan adanya benjolan. Jika ditemukan benjolan atau perubahan pada payudara
saat melakukan SADARI yanng membuat khawatir, segera konsultasikan ke
dokter. SADARI merupakan tindakan penting, karena hampir 85% benjolan pada
payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Selain itu,

Gambar 2.3. Pemeriksaan Payudara Sendiri

(Posisi Berbaring)

SADARI merupakan cara deteksi dini kanker payudara yang paling sederhana dan
murah. Oleh karena itu, lakukan SADARI secara rutin dilengkapi dengan clinical
breast examination (pemeriksaan payudara oleh dokter), mamografi (bagi wanita
dengan usia > 40 tahun), serta MRI dan USG mammae jika ditemukan hasil
pemeriksaan abnormal. (Prodia) (Kompas.com, 2014)

2.7. Pencegahan Kanker Payudara

Cara mencegah kanker payudara dapat dilakukan dengan mengurangi risiko-risiko tersebut
dengan hal-hal ini :

1. Menjaga BB Tetap Ideal


Berat badan erat kaitannya dengan risiko kanker payudara. Wanita yang mengalami
pertambahan berat badan atau obesitas setelah masa menopause, memiliki risiko
terkena kanker payudara sebesar 30-60 persen. Sementara, wanita yang mengalami
pertambahan berat badan atau obesitas sebelum masa menopause, risiko terkena
kanker payudara20-40 persen lebih tinggi dibanding dengan yang mempunyai berat
badan normal. Perubahan berat badan dan waktu terjadinya kenaikan berat badan
ini diduga berkaitan dengan keadaan hormon di dalam tubuh. Melihat risiko ini,
menjaga berat badan tetap ideal adalah salah satu cara qmencegah kanker payudara
yang dapat Anda lakukan.

2. Utamakan Makanan Sehat


Meskipun mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran segar belum memberikan
perlindungan yang efektif terhadap kanker payudara, setidaknya hal tersebut dapat
membantu mengurangi risiko kanker payudara. Wanita yang sudah terkena kanker
payudara pun hidupnya dapat lebih berkualitas jika menghindari makanan
berlemak. Daging berlemak, sosis, krim, margarin, mentega, dan minyak adalah
sumber-sumber makanan untuk dihindari sebagai usaha pencegahan yang
disarankan.
3. Luangkan Waktu untuk Berolahraga
Wanita yang aktif secara fisik dapat menurunkan risiko kanker payudara.
Sebaliknya, risiko meningkat pada wanita yang sudah bertahun-tahun tidak pernah
mengolah fisiknya lagi. Standar untuk melakukan olahraga aerobik intensitas
sedang (seperti bersepeda dan jalan cepat) adalah selama 2 jam 30 menit per
minggu.

4. Hentikan Kebiasaan Merokok apa pun alasannya


Anda yang pernah menjadi perokok saja masih memiliki risiko terkena kanker
payudara sebesar 13 persen lebih tinggi daripada mereka yang tidak pernah
merokok sama sekali. Kondisi yang lebih buruk bisa Anda alami jika masih aktif
merokok, yaitu 24 persen berisiko lebih tinggi. Wanita yang sejak usia dini sudah
merokok, risikonya menjadi lebih tinggi lagi, yaitu ditambah 12 persen. Satu lagi,
wanita yang merokok sebelum kehamilan pertama, risiko akan bertambah sebesar
21 persen. Melihat risiko-risiko ini, berhenti merokok sekarang juga adalah pilihan
yang paling tepat.

5. Membatasi Minuman Beralkohol


Mengonsumsi minuman beralkohol satu gelas tiap hari dapat meningkatkan risiko
terkena kanker payudara sebesar 10-12 persen dibandingkan dengan seseorang
yang tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Potensi terkena kanker payudara
lebih tinggi jika biasa minum lebih dari segelas per hari. Hal ini dapat terjadi karena
ada kaitan antara tingkat alkohol dengan perubahan jumlah hormon di dalam darah.
Dalam hal ini sebagai cara mencegah kanker payudara adalah mengurangi asupan
alkohol, bahkan disarankan untuk menghentikan sama sekali.

6. Menyusui Bayi secara Teratur


Meskipun tingkat penurunan risikonya kecil, menyusui bayi dapat membantu
mencegah kanker payudara. Tiap 12 bulan menyusui, risiko terkena kanker
payudara dapat berkurang sebesar 4,3 persen.
7. Membatasi Terapi Hormon
Terapi hormon biasa dilakukan oleh wanita terkait dengan masa menopause. Terapi
yang umumnya menggunakan hormon estrogen dan progesteron ini biasanya
bersifat jangka waktu panjang, yaitu sekitar 10 tahun. Karena itulah, terapi ini
berisiko meningkatkan kanker payudara. Namun ketika pemakaian dihentikan,
dalam waktu sekitar lima tahun, risiko tersebut dapat kembali berkurang. Apabila
Anda benar-benar membutuhkan terapi hormon, konsultasikan kepada dokter agar
kadar hormon tersebut dapat dikurangi.

8. Hindari Terkena Paparan Radiasi


Ada beberapa hal yang mungkin membuat Anda terpapar radiasi tingkat tinggi,
misalnya penggunaan peralatan kesehatan CT scan, bekerja di tempat pengobatan
yang menggunakan radiasi, dan terpapar asap kendaraan, serta bahan-bahan kimia.
Lindungi diri Anda dari paparan tersebut dan semaksimal mungkin dihindari.

2.8. Mengatasi Kanker Payudara

Untuk mengatasi pasien dengan penyakit Kanker Payudara, pertama kita harus melihat
sudah sampai pada stadium berapa Kanker Payudara yang dimiliki pasien dan apa
keunggulan dan kekurangan jika dilakukan pengobatan tersebut. (Guangzhou, 2012)

1. Pasien Stadium Awal (Stadium 0 – II)


a. Rancangan pengobatan : Lumpektomi
b. Keunggulan : Minim luka, minim rasa sakit, melindungi bentuk payudara,
serta melindungi fungsi organ. Jika dikombinasikan dengan pengobatan
komprehensif, efektifitasnya setara dengan operasi.
c. Kekurangan : Operasi konservasi payudara memiliki keterbatasan, metode
ini hanya cocok diterapkan pada pasien stadium awal.
2. Pasien Stadium Lanjut (Stadium III-IV)
a. Rancangan pengobatan : Mastektomi radikal+Rekonstruksi payudara
b. Keunggulan : Menghilangkan sel tumor secara tuntas sementara
merekonstruksi kembali payudara, menjaga kesehatan dan kepercayaan diri
wanita, minim komplikasi pasca operasi dan tidak meningkatkan risiko
kekambuhan tumor atau metastasis.
c. Kekurangan : Tidak cocok untuk pasien yang lemah, lanjut usia, yang takut
atau tidak dapat menjalani operasiini hanya cocok diterapkan pada pasien
stadium awal.

3. Pasien Segala Stadium


a. Rancangan pengobatan : Pengobatan komprehensif Minimal Invasif
b. Keunggulan :
1) Cocok untuk pasien kanker payudara segala stadium, menentukan
rancangan pengobatan Minimal Invasif sesuai kondisi pasien.
2) Minim luka dengan luka sayat dalam milimeter, pemulihan relatif
cepat, bisa mencapai hasil yang sama seperti operasi.
3) Minim efek samping, bertarget, minim komplikasi, dapat dilakukan
berulang

Setelah dilihat dari stadium, secara umum yang dilakukan untuk pengobatan Kanker
Payudara yaitu :

1. Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila hingga otot pectoralis
mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis
minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.

c. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.

d. Wide excision/mastektomy parsial.


Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.

e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.

2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.

3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam pedoman darah.
Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat,
mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi Hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
therapi endokrin lainnya.\
B. KERANGKA KONSEP

Faktor Penyebab :

 Kurangnya
Pengetahuan
 Pola Makan
 Faktor Genetik
 Gaya Hidup

Deteksi Dini :

 SADARI
 MAMOGRAM Kanker
 Ultrasound Scan Payudara

Pencegahan :

 Menjaga berat badan


tetap ideal
 Utamakan makanan
sehat
 Hentikan kebiasaan
merokok

Keterangan :

: Variebel Independen

: Variabel Dependen

Gambar 2.11. Kerangka Konsep


C. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat petanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris. (Sugiyono, 2014).
mHipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan gaya hidup dan pola makan dengan kanker payudara pada remaja
putri usia 17 tahun di SMA Negeri 2 Ambon
2. Tidak ada hubungan gaya hidup dan pola makan dengan kanker payudara pada
remaja putri usia 17 tahun di SMA Negeri 2 Ambon
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini meliputi rancangan penelitian, desain sapling, lokasi dan waktu
penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, uji validasi dan reliabilitas, pengolahan
dan analisa data, dan yang terakhir yaitu etika penelitian.

3.2. Desain Sapling

a. Populasi
Populasi 30 siswi kelas XII IPA 4 di SMA Negeri 2 Ambon
b. Sampel
Sampel yang diambil sebanyak 15 siswi dalam kelas XII IPA 4 yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
Kriteria inklusif :
1) Siswi yang bersedia untuk dijadikan sampel penelitian
2) Siswi yang berada di dalam kelas XII IPA 4

Kriteria eksklusi :

1) Siswi yang sehat-sakit


2) Siswi yang belum memiliki pengetahuan tentang kanker payudara

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi
Jln. Jan Paays, Ambon, Maluku, Indonesia
SMA Negeri 2 Ambon
b. Waktu Penelitian
2 Juni - 6 Juni 2018

3.4. Variabel Penelitian


a. Variabel bebas (Independen)
Perilaku pendeteksian dan pencegahan kanker payudara pada remaja puteri berumur 17
tahun
b. Variabel Terikat (Dependen)
Pengetahuan remaja puteri berumur 17 tahun tentang kanker payudara

3.6. Teknik Pengumpulan Data

3.7. Instrumen Penelitian

3.8. Teknik Pengolahan Data dan Teknik Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data


Setelah data terkumpul, selanjutnya melakukan proses pengolahan data.
Menurut Notoatmodjo (2012), terdiri atas 4 tahap :
a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dari setiap jawaban kuesioner yang telah
dikumpul
b. Coding, yaitu memberikan pengkodean pada data yang telah diedit, yakni mengubah
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Tabulasi, yaitu membentuk table-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian yang
diinginkan oleh penelitian.
d. Data entri (memasukan data), yaitu dengan mengisi kolam-kolam atau kotak-kotak atau
dengan kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
2. Metode Analisa Data
Analisa data yang ditabulasi akan diolah menggunakan teknik komputerisasi. Analisa
data disini dimaksud untuk mengetahui hubungan pengetahuan kanker payudara dengan
perilaku pendeteksian dan pencegahan kanker payudara pada remaja puteri di SMA Negeri
2 Ambon
a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012)
Pada penelitian ini, analisa data inivariat yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat
dijadikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki
perbedaan (Notoatmodjo, 2012). Uji hubungan yang digunakan adalah uji
pengetahuan tentang kanker payudara dengan pencegahan dan deteksi dini kanker
payudara.

Anda mungkin juga menyukai