Perbaikan C & D Obesitas Kelompok 7 Kelas A
Perbaikan C & D Obesitas Kelompok 7 Kelas A
Disusun oleh :
Analiza ( 2017001228)
Arinda Utami ( 2017001159)
Diah Lestari H. ( 2017001167)
Dinar Puspita Pratiwi ( 2017001238)
Trinda Purnamasari ( 2017001287)
Kelas A
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara
berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara
maju, seperti Inggris, Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara
berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. Prevalensi
obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap oleh
banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama (Kurnia,2014).
Sebagai negara yang berkembang semakin maju dan modern, Indonesia pun tidak
terlepas dari masalah kesehatan yang disebabkan karena penyimpangan beberapa indikator
kesehatan, selaras dengan kemajuan terutama dalam bidang sosio-ekonomi. Dengan
bertambahnya pendapatan bagi sebagian strata penduduk Indonesia, maka berkembang pula
masalah kesehatan yang sebelumnya belum mendapat perhatian serius, yaitu masalah
kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obese). Seperti diketahui kelebihan
berat badan dan obesitas erat hubungannya dengan berbagai penyakit seperti Diabetes
Melitus, hiperlipidemia, aterosklerosis, dan penyakit jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada 6000
orang memerlihatkan adanya peningkatan prevalensi obesitas di Indonesia. Sedangkan data
dari Kemenkes tahun 2010 memerlihatkan prevalensi nasional obesitas umum pada usia >
15 tahun di Indonesia diperkirakan 19.1%, dimana 8.8% dengan status overweight dan
10.3% dengan obese, dengan prevalensi obesitas sentral sebesar 18.8%. Prevalensi obesitas
nasional Indonesia ini memerlihatkan prevalensi pada wanita lebih besar (23.8%), dibanding
pada pria (13.9%).
Diperkirakan pada tahun 2008, di seluruh dunia diperkirakan ada sekitar 1,5 milyar orang
dewasa yang kelebihan berat badan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) > 25 kg/m2, dan 502
juta yang mengalami obesitas dengan IMT >30 kg/m2. Selain itu diketahui juga bahwa kira-
kira 170 juta anak-anak dan remaja usia <18 tahun mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas (Swinburn, 2001).
Etiologi obesitas untuk mayoritas populasi sangat sulit ditentukan, karena obesitas
merupakan suatu hal yang kompleks, dengan multifaktorial etiologi, seperti genetik,
lingkungan (environmental), dan faktor fisiologis. Penelitian pada individual kembar
menegaskan adanya faktor genetik yang turut berperan dalam timbulnya obesitas,
sedangkan peningkatan prevalensi obesitas yang cepat dalam 30 tahun terakhir
memerlihatkan kontribusi faktor lingkungan (Commuzie AG, 2012). Penelitian pada
keluarga jelas memerlihatkan korelasi berat badan antara orang tua dan anak-anaknya,
bahkan korelasi di antara saudara sekandung lebih tinggi lagi. Pada kembar monozigot,
BMI-nya hampir selalu identik dan terdapatnya korelasi kuat pada terjadinya akumulasi
lemak viseral. Sedangkan pengaruh lingkungan pada obesitas ditengarai dipengaruhi oleh
terjadinya perubahan pada gaya hidup (life - style). Banyak perubahan sosio-ekonomi
berkontribusi dalam peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk di dalamnya
sedentary-life style dengan penurunan aktivitas fisik dan pekerjaan, tersedianya makanan
siap saji yang biasanyan tinggi kalori, peningkatan intake lemak, rifined sugar dan
penurunan makanan yang wanita juga sering ditemukan resistensi insulin (Diamanti-
Kadarakis E, Zapanti E, 2000).
Dalam makalah ini akan dibahas obat-obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah kelebihan berat badan atau obesitas, yang beberapa di antaranya telah ditarik dari
peredaran atau digunakan dengan hati-hati karena efek samping yang ditimbulkannya dan
juga tentang analisis resep dokter yang meresepkan obat antiobesitas tersebut.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang obesitas dan obat anti obesitas
2. Untuk mengetahui tentang kelengkapan resep dengan dilakukan analisis pada resep
obat antiobesitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang ditimbun dalam jaringan sub kutan (
di bawah kulit ), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan kedalam jaringan
organnya.
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara
tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan
berat badan yang melampaui ukuran ideal.
Obesitas dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk penyait
kardiovaskular, diabetes mellitus, batu empedu dan osteoarthritis. Depresi, masalah
psikososial lainnya dan beberapa obat adalah factor-fakor yang dapat memperburuk
obesitas
B. Penentuan obesitas
Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasarkan Indeks
Massa Tubuh ( IMT ).
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan
lemak tubuh dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kwadrat tinggi ukuran meter /
Dapat dirimuskan :
𝐵𝐵
MTI = 𝑇𝐵2
Klasifiksi Status Gizi orang dewasa di Asia Pasifik berdasarkan IMT menurut kriteria
WHO tahun 2004.
Status Gizi IMT
Underweight < 18,5 Kg/m2
Normal 18,5 - < 22,9 Kg/m2
Overweight ≥ 23 Kg/m2
Beresiko 23,5 - < 25,0 Kg/m2
Obesitas I 25,0 – < 30,0 Kg/m2
Obesitas II ≥ 30,0 Kg/m2
Untuk orang Asia BMI normal rata-rata adalah 18,5-23, sedangkan menurut WHO, idealnya
adalah 22-25.
Jika BMI diatas 25 harus berhati-hati dalam menjaga diet yang ketat serta berorahraga
secara teratur.
C. Tipe-tipe obesitas
Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe
yaitu :
1. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih
banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan
ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak. Upaya menurunkan berat badan
ke kondisi normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.
2. Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar
dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan
upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe
hiperplastik.
3. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan
ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak
dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan
berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko
terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.
Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu:
1. Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhanlemak yang
berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka.
Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak
yang menumpuk adalah lemak jenuh.
2. Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita
oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh
D. Resiko obesitas,
Dari segi fisik, orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan merasa
kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari dirinya
sendiri maupun dari lingkungannya. Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat
badan idial, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi
organ tubuh.
Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif. Penyakit –
penyakit tersebut antara lain :
1. Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap penyakit
hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun
orang obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi
dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat Badan normal.
2. Jantung coroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan
pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita
kegemukan, sekitar 88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner.
Meningkatnya faktor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya
penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan
yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya
penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua.
3. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak
selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita
diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya
penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka,
dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya
dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih
banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat.
4. Gout
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang
lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita
obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara
perlahan-lahan.
5. Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena
ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan
empedu lebih banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu.
Penyakit batu empedu lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel.
Penurunan berat badan tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya
membantu dalam pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu empedu harus
menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui pembedahan.
6. Kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko
terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate.
Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.
Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi lemak total harus dikurangi.
Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20 – 25 % perkilo kalori merupakan
pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara
1. Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang
tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab
kegemukan . Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor
genetik merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Menurut penelitian , anak-
anak dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 %
resiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang
itu meningkat menjadi 40 – 50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan
maka peluang factor keturunan menjadi 70–80%
2. Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid didalam
tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi
akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal
tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya
Selain hormon tiroid hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal
ini dikarenakan hormon insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi
kedalam sel-sel tubuh. Orang yang mengalami peningkatan hormon insulin, maka
timbunan lemak didalam tubuhnyapun akan meningkat. Hormon lainnya yang
berpengaruh adalah hormon leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary, sebab
hormon ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi
hipotalmus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia.
3. Aktivitas Fisik
Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga
dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi.
Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya
berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas
fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang
kehidupan yang mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak
memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan jumlah penduduk yang
melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi semakin banyak, sehingga obesitas
menjadi lebih merupakan masalah kesehatan
Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu makan golongan
simpatomimetik dan pemberiannya sementara. Obat ini dapat menimbulkan
toleransi dan lama-lama efek obat ini akan berkurang. Umumnya obat-obat ini
merangsang SSP sehingga akan menyebabkan adiksi. Obat ini sering bekerja dengan
meningkatkan neurotransmitter anoreksigenik seperti NE, serotonin, dan dopamin.
I. Spesifikasi Obat
1. Resep
2. Skrining farmasetik
Nama obat Ada
Bentuk sediaan Ada
Kekuatan sediaan Ada
Dosis Ada
Jumlah obat Ada
Aturan pakai Ada
Cara penggunaan Ada
3. Skrining klinis
Kesesuaian indikasi Sesuai
Ketepatan dosis Tepat dosis
Dupikasi obat Tidak ada
Interaksi Tidak ada
Reaksi obat yang tidak diketahui Tidak ada
4. Perhitungan dosis
Nama obat Dosis dalam resep Dosis dalam literature Keterangan
Metformin 1 x pakai 500 mg Untuk dewasa 500 mg Sesuai
1 hari 1500 mg Dosis masimal 2 g perhari
Xenical 1 x pakai 120 mg Untuk dewasa 120 mg 3 x Sesuai
1 hari 360 mg sehari
Lifibron 1 x pakai 600 mg Untuk dewasa 600 mg 2 x Sesuai
1 hari 1200 mg sehari
Dosis maksimal 1500 mg
5. Perhitungan harga
Jumlah Mark Up
Nama Obat HNA PPN (10%) HJA
tablet (25%)
Metformin 500 mg 30 Rp. 925 /tab Rp. 1017,5 Rp. 1271,88 Rp. 38.156,25
Xenical 120 mg 21 Rp 14.776/tab Rp.16.253,6 Rp. 20.317 Rp. 426.657
Lifibron 600 mg 30 Rp.3.098/tab Rp.3.407 Rp. 4.259,75 Rp .127.792,5
Total Rp.592.605,75
6. Penyiapan
Ambil metformin 500 mg sebanyak 30 tablet, kemas kemudian beri etiket putih
Ambil vitamin xenical 120 mg sebanyak 21 kapsul, kemas kemudian beri etiket
putih
Ambil lifibron 600 mg sebanyak 30 tablet, kemas kemudian beri etiket putih
7. Etiket
Reni Rostina
3 x Sehari 1 Tablet
Reni Rostina
3 x Sehari 1 Kapsul
Reni Rostina
2 x Sehari 1 tablet
8. Penyerahan resep
Panggil pasien dengan menyebutkan nama lengkapnya beserta umurnya,
Tanyakan kembali nama pasiennya dan umurnya untuk memastikan kembali,
Perkenalkan diri, jelaskan tujuan konseling dan minta persetujuan pasien untuk
melakukan konseling.
Tanyakan riwayat penyakit pasien dan apa saja yang dikonsumsinya, meliputi
obat resep, obat non resep, vitamin atau suplemen dan herbal.
Tanyakan pada pasien tentang 3 prime question yaitu
1. Apakah yang dijelaskan dokter tentang obat
2. Apakah dokter menjelaskan bagaimana cara penggunaan obat
3. Apakah dokter menjelaskan tujuan setelah mengkonsumsi obat
Serahkan obatnya dengan disertai juga pemberian informasi obat yang belum
dijelaskan dokter, menambahkan atau mengingatkan kembali seperti efek
samping secara umun dan cara penyimpanan obat yang baik.
Lakukan verifikasi ulang terhadap informasi yang telah diberikan kepada pasien
dengan cara meminta pasien untuk mengulangi bagaimana cara menggunakan
obat.
Tutup konseling.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Jawaban :
obat golongan lain tidak digunakan karena sudah dilarang oleh BPOM karena ada
rekomendasi dari FDA bahwa obat golongan obat yang mengurangi nafsu makan
contohnya sibutramine bahwa efek samping yang diakibatkan bahaya antara lain sakit
kepala, insomnia, mudah tersinggung dan gelisah serta yang paling parah depresi akibat
kurang percaya diri gangguan emosi yang sering berubah. Intervensi utama dari terapi
pengobatan obesitas antara lain :
1. Pengaturan diet
Diet yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan basal kalori tubuh masing-masing
sesuai dengan berat badan dan aktifitas fisik sehari-hari. Deficit kalori dilakukan dua
jenis yaitu low intake kalori dan very low intake kalori. Contohnya seseorang dengan
berat badan diatas 90 kg dan dikatagorikan obesitas tingkat 2 kebutuhan kalori harian
2300 kalori dilakukan pengurangan kalori 500 kalori per hari selama 6 hari (low intake
kalori) dan sehari kebutuhan kalori 1200 kalori (very low intake kalori).
2. Aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang dilakukan harus sesuai dengan berat badan yang dimiliki oleh
orang penderita obesitas karena salah memilih olahraga dapat mengakibatkan cedera
tulang punggung dan lutut karena itulah titik utama penyangga tubuh sehungga olah
raga yang dianjurkan untuk penderita obesitas dibagi dua yaitu low impact exercise
dan high impact exercise. Low impact diperuntukkan untuk obesitas tingkat 1 dan
2 untuk mengurangi cedera lutut, pinggang, pinggul dan tulang belakang. Contoh
olah raga jenis ini adalah berenang, sepada statis, berjalan cepat. High impact
diperuntukkan untuk obesitas katagori overweight dan berisiko karena tidak terlalu
ada penekanan berat badan yang berlebih pada lutut bila dilakukan olahraga jenis
ini. Contoh olahraga jenis ini adalah aerobic dan kardio. Bila BMI penderita sudah
mau mendekati ideal sebaiknya aktivitas fisik yang dilakukan ditambahkan latihan
ketahan di pusat olahtaga (gym) untuk mulai membentuk massa otot dalam tubuh.
Bila berada pada kategori Oveweight dan beresiko disarankan untuk melakukan terapi
non farmakologi untuk menurunkan berat badan yaitu, diet, latihan fisik atau berolahraga
dan terapi perubahan perilaku seperti kontrol jumlah makanan yang dikonsumsi, juga
konsumsi makanan tinggi serat rendah kolesterol jahat.
Bila berada pada kategori Obesitas I dan Obesitas II bisa digunakan terapi
farmakologi tapi tanpa mengenyampingkan terapi non farmakologi. Pada terapi
farmakologi digunakan obat-obat antiobesitas yang bersifat penekan nafsu makan
(Terapi Anorexiant). Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:
1. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2017. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. Hal 337
2. Supariasa I. N, Bakri, B, Hajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC 2001
3. Comuzzie AG, The emerging pattern of the genetic contribution to human obesity. Best Pract
Res Clin Endocrinol Metab 2012:16(4):529-644.
4. Diamanti-Kadarakis E, Zapanti E. Insulin sensitizers and antiandrogens in the treatment of
polycystic ovary syndrome. Ann NY Acad Sci 2000;900:203- 12.
5. Kurnia Y, Adakah Antiobesitas yang Aman, J. Kedokt Meditek Vol 20, No. 52, Jan-April 2014.
6. Swinburn BA, Sacks G, Hall KD, McPherson K, et.al. The globaal Obesity pandemic: shaped by
global drivers and local Environtments. Lancet.2001;378:804-14.