Anda di halaman 1dari 28

Tugas Compounding & Dispensing

“Analisis Resep Pada Penderita Obesitas”

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Sarah Zaidan, S.Si, M.Farm, Apt.

Disusun oleh :

Analiza ( 2017001228)
Arinda Utami ( 2017001159)
Diah Lestari H. ( 2017001167)
Dinar Puspita Pratiwi ( 2017001238)
Trinda Purnamasari ( 2017001287)

Kelas A

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara
berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara
maju, seperti Inggris, Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara
berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. Prevalensi
obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap oleh
banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama (Kurnia,2014).
Sebagai negara yang berkembang semakin maju dan modern, Indonesia pun tidak
terlepas dari masalah kesehatan yang disebabkan karena penyimpangan beberapa indikator
kesehatan, selaras dengan kemajuan terutama dalam bidang sosio-ekonomi. Dengan
bertambahnya pendapatan bagi sebagian strata penduduk Indonesia, maka berkembang pula
masalah kesehatan yang sebelumnya belum mendapat perhatian serius, yaitu masalah
kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obese). Seperti diketahui kelebihan
berat badan dan obesitas erat hubungannya dengan berbagai penyakit seperti Diabetes
Melitus, hiperlipidemia, aterosklerosis, dan penyakit jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada 6000
orang memerlihatkan adanya peningkatan prevalensi obesitas di Indonesia. Sedangkan data
dari Kemenkes tahun 2010 memerlihatkan prevalensi nasional obesitas umum pada usia >
15 tahun di Indonesia diperkirakan 19.1%, dimana 8.8% dengan status overweight dan
10.3% dengan obese, dengan prevalensi obesitas sentral sebesar 18.8%. Prevalensi obesitas
nasional Indonesia ini memerlihatkan prevalensi pada wanita lebih besar (23.8%), dibanding
pada pria (13.9%).
Diperkirakan pada tahun 2008, di seluruh dunia diperkirakan ada sekitar 1,5 milyar orang
dewasa yang kelebihan berat badan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) > 25 kg/m2, dan 502
juta yang mengalami obesitas dengan IMT >30 kg/m2. Selain itu diketahui juga bahwa kira-
kira 170 juta anak-anak dan remaja usia <18 tahun mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas (Swinburn, 2001).
Etiologi obesitas untuk mayoritas populasi sangat sulit ditentukan, karena obesitas
merupakan suatu hal yang kompleks, dengan multifaktorial etiologi, seperti genetik,
lingkungan (environmental), dan faktor fisiologis. Penelitian pada individual kembar
menegaskan adanya faktor genetik yang turut berperan dalam timbulnya obesitas,
sedangkan peningkatan prevalensi obesitas yang cepat dalam 30 tahun terakhir
memerlihatkan kontribusi faktor lingkungan (Commuzie AG, 2012). Penelitian pada
keluarga jelas memerlihatkan korelasi berat badan antara orang tua dan anak-anaknya,
bahkan korelasi di antara saudara sekandung lebih tinggi lagi. Pada kembar monozigot,
BMI-nya hampir selalu identik dan terdapatnya korelasi kuat pada terjadinya akumulasi
lemak viseral. Sedangkan pengaruh lingkungan pada obesitas ditengarai dipengaruhi oleh
terjadinya perubahan pada gaya hidup (life - style). Banyak perubahan sosio-ekonomi
berkontribusi dalam peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk di dalamnya
sedentary-life style dengan penurunan aktivitas fisik dan pekerjaan, tersedianya makanan
siap saji yang biasanyan tinggi kalori, peningkatan intake lemak, rifined sugar dan
penurunan makanan yang wanita juga sering ditemukan resistensi insulin (Diamanti-
Kadarakis E, Zapanti E, 2000).
Dalam makalah ini akan dibahas obat-obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah kelebihan berat badan atau obesitas, yang beberapa di antaranya telah ditarik dari
peredaran atau digunakan dengan hati-hati karena efek samping yang ditimbulkannya dan
juga tentang analisis resep dokter yang meresepkan obat antiobesitas tersebut.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang obesitas dan obat anti obesitas
2. Untuk mengetahui tentang kelengkapan resep dengan dilakukan analisis pada resep
obat antiobesitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang ditimbun dalam jaringan sub kutan (
di bawah kulit ), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan kedalam jaringan
organnya.
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara
tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan
berat badan yang melampaui ukuran ideal.
Obesitas dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk penyait
kardiovaskular, diabetes mellitus, batu empedu dan osteoarthritis. Depresi, masalah
psikososial lainnya dan beberapa obat adalah factor-fakor yang dapat memperburuk
obesitas

B. Penentuan obesitas
Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasarkan Indeks
Massa Tubuh ( IMT ).
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan
lemak tubuh dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kwadrat tinggi ukuran meter /
Dapat dirimuskan :
𝐵𝐵
MTI = 𝑇𝐵2

Klasifiksi Status Gizi orang dewasa di Asia Pasifik berdasarkan IMT menurut kriteria
WHO tahun 2004.
Status Gizi IMT
Underweight < 18,5 Kg/m2
Normal 18,5 - < 22,9 Kg/m2
Overweight ≥ 23 Kg/m2
Beresiko 23,5 - < 25,0 Kg/m2
Obesitas I 25,0 – < 30,0 Kg/m2
Obesitas II ≥ 30,0 Kg/m2
Untuk orang Asia BMI normal rata-rata adalah 18,5-23, sedangkan menurut WHO, idealnya
adalah 22-25.

Jika BMI diatas 25 harus berhati-hati dalam menjaga diet yang ketat serta berorahraga
secara teratur.

C. Tipe-tipe obesitas
Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe
yaitu :
1. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih
banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan
ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak. Upaya menurunkan berat badan
ke kondisi normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.
2. Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar
dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan
upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe
hiperplastik.
3. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan
ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak
dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan
berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko
terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu:
1. Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhanlemak yang
berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka.
Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak
yang menumpuk adalah lemak jenuh.
2. Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita
oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh

D. Resiko obesitas,
Dari segi fisik, orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan merasa
kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami tekanan, baik dari dirinya
sendiri maupun dari lingkungannya. Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat
badan idial, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi
organ tubuh.
Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif. Penyakit –
penyakit tersebut antara lain :
1. Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap penyakit
hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun
orang obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang hipertensi
dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat Badan normal.
2. Jantung coroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan
pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita
kegemukan, sekitar 88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner.
Meningkatnya faktor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya
penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan
yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya
penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua.
3. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak
selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita
diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya
penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka,
dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya
dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak dan lebih
banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat.
4. Gout
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang
lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita
obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan berat badannya secara
perlahan-lahan.
5. Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena
ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan
empedu lebih banyak diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu.
Penyakit batu empedu lebih sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel.
Penurunan berat badan tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya
membantu dalam pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu empedu harus
menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui pembedahan.
6. Kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko
terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate.
Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.
Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi lemak total harus dikurangi.
Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20 – 25 % perkilo kalori merupakan
pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara

E. Faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung.

1. Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang
tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab
kegemukan . Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor
genetik merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Menurut penelitian , anak-
anak dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 %
resiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang
itu meningkat menjadi 40 – 50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan
maka peluang factor keturunan menjadi 70–80%
2. Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid didalam
tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi
akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal
tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya
Selain hormon tiroid hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal
ini dikarenakan hormon insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi
kedalam sel-sel tubuh. Orang yang mengalami peningkatan hormon insulin, maka
timbunan lemak didalam tubuhnyapun akan meningkat. Hormon lainnya yang
berpengaruh adalah hormon leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary, sebab
hormon ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi
hipotalmus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia.
3. Aktivitas Fisik
Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga
dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi.
Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya
berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas
fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang
kehidupan yang mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak
memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan jumlah penduduk yang
melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi semakin banyak, sehingga obesitas
menjadi lebih merupakan masalah kesehatan

F. Faktor yang menyebabkan obesitas secara tidak langsung


1. Pengetahuan gizi.

Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menggunakan pangan dengan


baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup

Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh pendidikannya. Tingkat pendidikan ,


pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sangat mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Dengan berbekal pendidikan yang cukup, seseorang akan lebih banyak
memperoleh informasi dalam menentukan pola makan bagi dirinya maupun
keluarganya . Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan merupakan hasil tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat
dengan pendidikannya. Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan
formal, namun juga dari informasi orang lain, media massa atau dari hasil
pengalaman orang lain.
2. Pengaturan Makan
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat gizi
tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam
waktu satu hari sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Makanan sumber
karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama. Bahan makanan sumber
karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian
(singkong ubi jalar dan kentang), dan bahan makanan lain yang mengandung
banyak karbohidrat seperti pisang dan sagu. Gula tidak mengenyangkan tetapi
cenderung dikonsumsi berlebih, konsumsi gula berlebihan menyebabkan
kegemukan. Oleh karena itu konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari
jumlah kecukupan energi atau 3-4 sendok makan setiap harinya. Konsumsi zat
tenaga yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan, bila
keadaan ini berlanjut akan menyebabkan obesitas yang biasanya disertai dengan
gangguan kesehatan lainnya. Berat badan merupakan petunjuk utama apakah
seseorang kekurangan atau kelebihan energi dari makanan (Karyadi, 1996).
Obesitas dapat terjadi jika konsumsi makanan dalam tubuh melebihi kebutuhan,
dan penggunaan energi yang rendah .

Beberapa penyebab yang menjadikan seseorang makan melebihi kebutuhan


adalah :
a. Makan berlebih
Tidak bisa mengendalikan nafsu makan merupakan kebiasaan merupakan
kebiasaan buruk, baik dilakukan dirumah, restoran, saat pesta, maupun pada
pertemuan-pertemuan. Apabila sudah merasa kenyang, janganlah sekali-
kali menambah porsi makanan meskipun makanan yang tersedia sangat
lezat.
Faktor ini sangat berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu
makan. Begitu juga saat terjadi stress (rasa takut, cemas), beberapa orang
dalam menghadapinya akan mengalihkan perhatiaannya pada makanan.
b. Kebiasaan mengemil makanan ringan
Mengemil adalah kebiasaan makan yang dilakukan di luar waktu makan,
dan makanan yang dikonsumsi berupa makanan kecil yang rasanya gurih,
manis manis dan biasanya digoreng. Bila kebiasaan ini tidak dikontrol akan
dapat menyebabkan kegemukan, karena jenis makanan tersebut termasuk
tinggi kalori. Namun jika rasa lapar sulit untuk ditahan, maka makanlah
makanan yang rendah kalori dan tinggi serat seperti sayuran dan buah-
buahan.
c. Suka makan tergesa-gesa
Makan secara terburu-buru akan menyebabkan efek kurang menguntungkan
bagi pencernaan, selain dapat mengakibatkan rasa lapar kembali. Begitu
pula dengan kebiasaan mengunyah makanan yang kurang halus. Padahal
makan dengan tidak terburu-buru dan mengunyah makanan yang halus akan
memelihara kesehatan gigi dan gusi.

d. Salah memilih dan mengolah makanan


Faktor ini biasanya disebabkan karena ketidaktahuan. Tetapi banyak juga
orang yang memilih makanan hanya karena prestise semata. Misalnya,
banyak orang yang lebih memilih makanan yang cepat saji, padahal
makanan tersebut banyak mengandung lemak. kalori dan gula yang berlebih,
sedangkan kandungan seratnya rendah. Selain makanan tersebut,
masyarakat juga menyukai makanan goreng- gorengan ataupun yang
bersantan. Padahal minyak dan santan selain tinggi kalori, juga merupakan
lemak yang mengandung ikatan jenuh sehingga sulit untuk dipecah menjadi
bahan bakar. Oleh karena itu, biasakanlah memasak dengan cara membakar,
merebus, mengukus, memanggang dan meng

G. Manajemen Obesitas (Terapi Non Farmakologi )


Untuk banyak pasien diet yang terkontrol, latihan fisik, dan mengubah perilaku adalah
rnerupakan dasar pengelolaan berat badan. Keadaan ini akan lebih efektif bila dilakukan
secara teratur dan disupervisi, Karena pengelolaan berat badan merupakan usaha jangka
panjang, pasien memerlukan sekurang-kurangnya satu tahun bimbingan dan kadang-
kadang mungkin lebih panjang, biasanya pembelian penekan nafsu makan (annorexiant)
sebagai terapi tambahan akan membantu bila tidak terlihat respon atau karena turunnya
berat badan sangat perlahan. Penggunaan annorexiant tidak boleh lebih lama dari yang
dibutuhkan, serta tidak boleh digunakan sendiri bila diet dan latihan fisik yang terprogam
lainnya sudah dihentikan. Selain itu dapat juga dilakukan terapi radikal lainnya" antara
lain diet yang rnengandung kalori yang sangat rendah, liposuction, lipectomi, dan lain-
lain.

1. Diet dan latihan fisik


Terapi dasar obesitas adalah mengontrol jumlah asupan energi. Untuk menurunkan
berat badan penggunaan energi harus lebih banyak dari pada asupan energi. Diet
rendah energi yang seimbang yang mengandung makanan yang disukai pasien akan
sangat membantu penurunan berat badan dari pada memberikan diet tertentu
(misalnya diet tanpa karbohidrat). Selain itu diet seimbang ini dapat dipertahankan
dalam jangka panjang, dan biasanya lebih aman dibanding diet yang disesuaikan
dengan makanan kesukaan. Diet tinggi lemak atau protein yang mengandung banyak
lemak jenuh dan kolesterol akan dapat rnenginduksi hiperlipidemia. Diet yang rendah
karbohidrat ini bersifat ketogenik dan akan berbahaya pada pasien diabetes atau
pasien dengan gangguan ginjal. Asupan karbohidrat yang tidak adekuat akan
menimbulkan kehilangan natriun, diuresis dan lemak. Sebaliknya kelebihan asupan
karbohidrat dapat menyebabkan retensi air dan natrium. Diet tertentu (misal hanya
makan protein) dapat menyebabkan defisiensi vitamin atau zat-zat tertentu, di
samping mengganggu pertumbuhan pada anak dan remaja. Diet seimbang rendah
kalori (1000 - 1200 kkal,/hari), memerlukan kontrol dokter yang berpengalaman dan
juga pemberian tambahan vitamin serta mineral. Bila diet yang diberikan kurang dari
500 kkal/hari dari kebutuhan tubuh setiap harinya maka berat badan akan turun 0,5
kg per rninggu. Penurunan berat yang lebih dan l% berat badan tidak baik untuk
kesehatan, jadi diet harian tidak boleh dikurangi sampai I000 kkal/hari dari
kebutuhan tubuh. Diet yang diberikan harus memenuhi semua kebutuhan nutrien
paling murah dari sudut ekonomi dan mudah didapat. Asupan makanan berserat harus
ditingkatkan antara lain buah-buahan, sayuran ; sedangkan karbohidrat serta lemak
dikurangi. Setelah I sampai 2 minggu, diet yang diikuti dengan latihan fisik biasanya
akan memperlihatkan penurunan berat badan.

2. Terapi Perubahan Perilaku


Perubahan perilaku merupakan persyaratan berhasilnya suatu program penurunan
berat badan. Ada tiga perilaku yang harus diubah dalam pola hidup, sehingga berat
badan dapat diturunkan dan bukan malahan meningkat. Pasien dapat memonitor dan
mengevaluasi problemnya sendiri (self-monitoring). Menghilangkan berbagai
stimulus yang dapat menimbulkan keinginan untuk makan, waktu, tempat dan
kebiasaan rutin makan (stimulus control).Reinforcement, memberi hadiah pada diri
sendiri bila dapat menurunkan berat badan tetapi bukan berupa makanan. Perubahan
perilaku ini termasuk di antaranya diet-seimbang rendah kalori, latihan fisik yang
teratur, dan sistem insentif
H. Menejemen obesitas ( Terapi farmakologis )
1. Terapi Anorexiant (penekan nafsu makan)
Penggunaan obat-obatan untuk menekan nafsu makan (anorexiant) tidak dianjurkan.
Semua obat penekan nafsu makan menimbulkan efek samping, menimbulkan
kepercayaan bahwa obat-obat tersebut akan menolong dan tidak berperan dalam
mengubah perilaku yang menyebabkan obesitas pada pasien. Penggunaan penekan
nafsu makan hanya boleh pada orang dewasa dan hanya digunakan sebagai terapi
tambahan terhadap diet, latihan fisik dan perubahan perilaku
Obat penekan nafsu makan asupan makanan, tergantung mengurangi rasa
lapar dan juga mengurangi dosis dan respon individu. Pada terapi konfrehensif bila
tidak dicapai penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu 4 sampai 6 minggu
pada penggunaan dosis maksimum yang dapat ditoleransi, maka terapi tidak boleh
diteruskan. Lamanya penggunaan obat penekan nafsu makan belum jelas. Beberapa
dokter lebih menyukai terapi yang dimulai dengan diet, aktivitas fisik dan ditambah
dengan penggunaan singkat obat penekan nafsu makan
Bila setelah penggunaan penekan nafsu selama 4 sampai 6 mingg penurunan
berat tercapai, sebaiknya pemberian obat dihentikan. Fenfluramin, dietilpropion dan
fentermin resin dapat menurunkan dan mempertahankan penurunan berat badan bila
digunakan 24 sampai 52 minggu tanpa rnenimbulkan efek samping, toleransi atau
adiksi. Penghentian tiba-tiba obat-obat tersebut setelah penggunaan larna dapat
menyebabkan lemah, lelah dan paranoid (biasanya pada penggunaan dosis tingg),
serta depresi mental yang kadang-kadang berat Obat penekan nafsu makan ini tidak
boleh digunakan pada anak-anak dan juga remaja. Dilaporkan adanya gangguan
pertumbuhan pada penggunaan fenfluramin dan mazindol

Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu makan golongan
simpatomimetik dan pemberiannya sementara. Obat ini dapat menimbulkan
toleransi dan lama-lama efek obat ini akan berkurang. Umumnya obat-obat ini
merangsang SSP sehingga akan menyebabkan adiksi. Obat ini sering bekerja dengan
meningkatkan neurotransmitter anoreksigenik seperti NE, serotonin, dan dopamin.

Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:

1. Golongan nonadrenergik: amfetamin (tidak diizinkan), fentermin (meningkatkan


pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol.
2. Golongan serotonergik: fenfluramin (meningkatkan pelepasan serotonin dan
menginhibisi reuptake–nya) dan fluoksetin.

3. Campuran noradrenergik dan serotonergik: sibutramin (menginhibisi reuptake


serotonin dan NE).

4. Gastrointestinal lipase inhibitor: orlistat (menginhibisi lipase lambung dan


pankreas).

I. Spesifikasi Obat

Nama Obat Metformin


Indikasi Diabetes melitus tipe 2 terutama untuk pasien dengn berat
badan berlebih, apabila pengaturan diet dan olahraga tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
Kontraindikasi Gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila terjadi
kondisi seperti hipoksia jaringan (sepsis, kegagalan
pernafasan, baru mengalami infark miokard, gangguan hati),
menggunakan kontras media yang mengandung iodin (
dengan menggnakan metformin sebelum fungsi ginjal
kembali normal) dan menggunakan anastesi umum (
hentikan metformin pada hari pembedahan dan mulai
kembali bila fungsi ginjal kembali normal), wanita hamil
dan menyusui.
Efek samping Anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara ),
nyeri perut, rasa logam, asidosis laktat, penurunan
penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus urtikaria dan
hepatitis.
Dosis Dewasa dan anak > 10 tahun : dosis awal 500 mg setelah
sarapan untuk sekurang-kurangnya satu minggu, kemudian
500 mg setelah sarapan dan makan malam untuk sekurang-
kurangnya satu minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan,
setalah makan siang dan makan malam. Dosis maksimum 2
gram sehari dalam dosis terbagi.
Peringatan Tentukan fungsi ginjal (menggunaan metode sensitive yang
sesuai) sebelum pengobatan sekali atau dua kali setahun (
lebih sering pada atau bila keadaan diperkirakan memburuk)

Nama obat Xenical (orlistat)


Indikasi Terapi tambahan untuk makanan rendah kalori pada pasien
kegemukan dengan BMI > 30 kg/m2 atau pasien kelebihan
berat badan ( BMI > 25 kg/m2) dengan memiliki faktor
resiko terkait. Pengobatan denga orlistat hanya dimulai jika
terapi dengan makanan saja telah memberikan pengurangan
berat badan minimal 2,5 kg selama 4 minggu. Pengobatan
dengan orlistat harus dihentikan setelah 12 minggu jika
pasien tidak dapat mengurangi berat badannya sebesar
minimal 5 % dari saat awal terapi.
Kontraindikasi Sindrom malabsorpsi kronis, kolestatis, hipersensitivitas,
penggunaan bersama dengan siklosporin, kehamilan dan
menyusui.
Efek samping Sangat umum: urgensi untuk buang air besar (bab), feses
berminyak, flatus with discharge, rembesan berminyak dari
rectum, sudden bowel irritation.
Umum : inkontenensia BAB, feses cair, nyeri abdomen,
gerakan usus besar yang lebih sering, reaksi alergi berat
dengan gelaja kesulitan bernafas berat, berkeringat, ruam
kulit, gatal, wajah bengkak, detak jantung meningkat dan
kolaps
Dosis 60 mg 3 kali sehari, dimimum segera sebelum atau ditengah
malam atau hingga satu jam setelah makan (maksimal 180
mg perhari ), teruskan terapi hingga 12 minggu hanya bila
penurunan berat badan sejak awal terapi > 5%. Jangka waktu
pemakaian maksimum 2 tahun, anak tidak
direkomendasikan
Peringatan Diperlukan monitoring yang ketat terhadap penggunaan
obat antidiabetes, dapat mengganggu absopsi vitamin larut
lemak, seperti vitamin A, D, E dan K. penggunaan
bersamaan dengan multivitamin diberikan dengan selang
waktu 2 jam setelah orlistat atau saat waktu tidur.

Nama obat Lipibron (Gemfibrozil)


Indikasi Pencegahan primer penyakit jantung kroner pda pria usia
40-55 tahun dengan hyperlipidemia yang tidak merespo
dengan baik terhaap diet. Hiperkolesterolemia dengan
dyslipidemia dan hipertrigliseridemia, atau dengan
klasifikasi Fredricksonn tipe IIa, IIb, dan IV. Tetapi
hyperlipidemia lain, seperti Fredrickson tipe III dan V,
Dislipidemia akibat diabetes, dan xantoma akibat
dyslipidemia.
Kontaindikasi Gangguan fungsi hati berat dan ginjal, penyakit kantung
empedu, hipersensitifitas, penggunaan brsama HMG-CoA
reductase inhibitor (simvastatin, serivastatin) dan
repaglinid.
Efek samping Sangat umum : gangguan saluran cerna, dyspepsia.
Umum : nyeri abdomen, apendisitis akut, diare, lelah, mual
atau muntah, eksim, ruam, vertigo, konstipasi, sait kepala.
Tidak umum : vibrilasi atrium.
Tidak diketahui frekuensinya : icterus kolestatik,
pankreatitis, pusig, kantuk, paraestesia, neuritis perifer,
penurunan libido, depresi, pndangan kabur, impotensi,
atralgia, sinovitis, myalgia miopati, miastenia, nyeri pada
ekstremitas, rabdomiolisis, dermatitis eksfoliatif, dermatitis,
pruritus, angioedema, urtikari, udem laring, fotosensitifitas,
alopesia, kolesistitis.
Dosis 600 mg 2 kali sehari, 30 menit sebelum makan. Dosis 900
mg dberikan pada pasien yang intoleran pada dosis normal.
Dosis maksimal 1500 mg per hari diberikan jika diperlukan
penurunan maksimal trigliserida seperti pada pasien tipe V.
Peringatan Kolelitiasis, mempengaruhi uji fungsi hati (peningkatan
SGOT, SGPT, kadar basa posfat, laktat dihidrogenase
(LDH), CK, dan bilirubin), gangguan hematopoetik
(penurunan hemoglobin, hematocrit dan sel darah putih),
monitor perhitungan sel darah dan profil lipid secara
periodic, kehamilan dan menyusui.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Resep

Bogor, 24 Februari 2017


Nama Dokter : dr. Randika Hermanda
SIP: 38/503/Dinkes/SIP.dr/III/2016

R/ metformin tab 500 mg NO. XXX


S 3 dd tab 1
R/ Xenical caps 120 mg NO. XXI
S 3 dd caps 1
R/ Lifibron tab 600 mg NO. XXX
S 2 dd tab 1

Nama : Ny. Reni Rostina


Umur: 46
No. RM:
A. Skirining resep
1. Skrining administrasi
Nama dokter Ada
No. izin praktek dokter Ada
Tempat, tanggal, bulan, tahun, peresepan Ada
Tanda R/ Ada
Nama pasien Ada
Umur Ada
Tanda tangan/ paraf dokter Ada

2. Skrining farmasetik
Nama obat Ada
Bentuk sediaan Ada
Kekuatan sediaan Ada
Dosis Ada
Jumlah obat Ada
Aturan pakai Ada
Cara penggunaan Ada

3. Skrining klinis
Kesesuaian indikasi Sesuai
Ketepatan dosis Tepat dosis
Dupikasi obat Tidak ada
Interaksi Tidak ada
Reaksi obat yang tidak diketahui Tidak ada

4. Perhitungan dosis
Nama obat Dosis dalam resep Dosis dalam literature Keterangan
Metformin 1 x pakai 500 mg Untuk dewasa 500 mg Sesuai
1 hari 1500 mg Dosis masimal 2 g perhari
Xenical 1 x pakai 120 mg Untuk dewasa 120 mg 3 x Sesuai
1 hari 360 mg sehari
Lifibron 1 x pakai 600 mg Untuk dewasa 600 mg 2 x Sesuai
1 hari 1200 mg sehari
Dosis maksimal 1500 mg
5. Perhitungan harga

HJA : Harga Jual Apotek


HNA : Harga Netto Apotek = Harga PBF
PPN : Pajak Pertambahan Nilai

HJA = HNA + PPN (10%) + Mark Up (25-40%)


Harga Resep (1 R/) = (HJA x Jumlah Bahan) + Biaya Pelayanan

Jumlah Mark Up
Nama Obat HNA PPN (10%) HJA
tablet (25%)
Metformin 500 mg 30 Rp. 925 /tab Rp. 1017,5 Rp. 1271,88 Rp. 38.156,25
Xenical 120 mg 21 Rp 14.776/tab Rp.16.253,6 Rp. 20.317 Rp. 426.657
Lifibron 600 mg 30 Rp.3.098/tab Rp.3.407 Rp. 4.259,75 Rp .127.792,5
Total Rp.592.605,75

6. Penyiapan
 Ambil metformin 500 mg sebanyak 30 tablet, kemas kemudian beri etiket putih
 Ambil vitamin xenical 120 mg sebanyak 21 kapsul, kemas kemudian beri etiket
putih
 Ambil lifibron 600 mg sebanyak 30 tablet, kemas kemudian beri etiket putih

7. Etiket

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mulia Pajajaran


Jl. Raya Pajajaran No. 98 Bantarjati, Kota Bogor
Jawa Barat 16153 Telp: 0251-837 9898
No Resep. 1
Tanggal 30 Mei 2018
Metformin

Reni Rostina
3 x Sehari 1 Tablet

Semoga Lekas Sembuh


Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mulia Pajajaran
Jl. Raya Pajajaran No. 98 Bantarjati, Kota Bogor
Jawa Barat 16153 Telp: 0251-837 9898
No Resep. 1
Tanggal 30 Mei 2018
Xenical

Reni Rostina
3 x Sehari 1 Kapsul

Semoga Lekas Sembuh

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mulia Pajajaran


Jl. Raya Pajajaran No. 98 Bantarjati, Kota Bogor
Jawa Barat 16153 Telp: 0251-837 9898
No Resep. 1
Tanggal 30 Mei 2018
Lifibron

Reni Rostina
2 x Sehari 1 tablet

Semoga Lekas Sembuh

8. Penyerahan resep
 Panggil pasien dengan menyebutkan nama lengkapnya beserta umurnya,
 Tanyakan kembali nama pasiennya dan umurnya untuk memastikan kembali,
 Perkenalkan diri, jelaskan tujuan konseling dan minta persetujuan pasien untuk
melakukan konseling.
 Tanyakan riwayat penyakit pasien dan apa saja yang dikonsumsinya, meliputi
obat resep, obat non resep, vitamin atau suplemen dan herbal.
 Tanyakan pada pasien tentang 3 prime question yaitu
1. Apakah yang dijelaskan dokter tentang obat
2. Apakah dokter menjelaskan bagaimana cara penggunaan obat
3. Apakah dokter menjelaskan tujuan setelah mengkonsumsi obat
 Serahkan obatnya dengan disertai juga pemberian informasi obat yang belum
dijelaskan dokter, menambahkan atau mengingatkan kembali seperti efek
samping secara umun dan cara penyimpanan obat yang baik.
 Lakukan verifikasi ulang terhadap informasi yang telah diberikan kepada pasien
dengan cara meminta pasien untuk mengulangi bagaimana cara menggunakan
obat.
 Tutup konseling.
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apakah orlistat merupakan obat pertama dalam penanganan obesitas ? jelaskan


Jawaban:
Xenical (orlistat) bukan merupakan obat pertama tetapi obat tambaham ataupun terapi
pendukung. Terapi tambahan untuk makanan rendah kalori pada pasien kegemukan
dengan BMI > 30 kg/m2 atau pasien kelebihan berat badan ( BMI > 25 kg/m2) dengan
memiliki faktor resiko terkait. Pengobatan denga orlistat hanya dimulai jika terapi
dengan makanan saja telah memberikan pengurangan berat badan minimal 2,5 kg selama
4 minggu. Pengobatan dengan orlistat harus dihentikan setelah 12 minggu jika pasien
tidak dapat mengurangi berat badannya sebesar minimal 5 % dari saat awal terapi.

2. Bagaimana penatalaksanaan obesitas pada anak, karena fenomena banyaknya


anak yang menderita obesitas?
Jawaban:
Pemberian obat-obat anoreksian tidak boleh diberikan karena dapat menghambat
pertumbuhan anak. Sehingga penatalaksanaanya yaitu :
 Tujuan :
- Mengurangi IMT dan massa lemak
- Menormalkan toleransi guloksa, lemak plasma, fungsi hati dan ginjal
- Mencegah atau mengatasi komorbiditas akut dan kronik
 Prinsip tata laksana :
Mengurangi asupan energy dan meningkatkan keluaran energy dengan
menentukan target berat badan, pengaturan diet, peningkatan aktivitass fisik dan
modifikasi pola hidup.
 Dengan operasi
Terdapat 3 macam operasi bariatrik yang umumnya dilakukan, yaitu:
1. Gastric Banding
Gastric banding adalah jenis operasi yang dilakukan dengan memasang cincin
pada lambung dan membuatnya menjadi lebih kecil sehingga kemampuan
untuk menampung makanan jadi lebih sedikit. Keuntungan lain prosedur ini
adalah membantu pengurangan lemak hingga 40%- 50% dan juga memerlukan
lebih sedikit waktu pulih di rumah sakit karena tidak invasif.
2. Sleeve Gastrectomy
Operasi bariatrik sleeve gastrectomy juga termasuk metode restriktif. Berbeda
dengan gastric banding, pada operasi ini lambung akan dipotong sebesar 75-
80% sehingga lambung akan berbentuk tubular dan lebih kecil. Prosedur ini
menghasilkan 2 efek, yaitu pengurangan jumlah makanan yang dapat
dikonsumsi akibat lambungnya mengecil, dan efek kedua, yang paling utama,
adanya perubahan hormon pada sistem pencernaan yang berpengaruh pada
kontrol rasa lapar, kenyang, dan gula darah. Sleeve gastroctomy dan gastric
banding memiliki tingkat efektivitas yang sama dalam menurunkan berat
badan (>50%).
3. Gastric Bypass
Prosedur operasi gastric bypass sejatinya adalah standar baku dalam
pembedahan pada obesitas. Sesuai namanya, gastric bypass meliputi 2 tahap.
Pertama, lambung dibagi menjadi 2 bagian, kemudian sebagian kecil usus
halus dipotong, dan sisa usus disambungkan dengan sebagian dari lambung.
Lalu, sisa dari usus yang lain disambungkan dengan sisa lambung sehingga
enzim yang diperlukan tetap tersedia. Prosedur ini dapat mengurangi jumlah
makanan yang dikonsumsi dan penurunan berat yang signifikan (60-80%)

3. Apakah ada intervensi lain selain orlistat pada penderita obesitas

Jawaban :
obat golongan lain tidak digunakan karena sudah dilarang oleh BPOM karena ada
rekomendasi dari FDA bahwa obat golongan obat yang mengurangi nafsu makan
contohnya sibutramine bahwa efek samping yang diakibatkan bahaya antara lain sakit
kepala, insomnia, mudah tersinggung dan gelisah serta yang paling parah depresi akibat
kurang percaya diri gangguan emosi yang sering berubah. Intervensi utama dari terapi
pengobatan obesitas antara lain :
1. Pengaturan diet
Diet yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan basal kalori tubuh masing-masing
sesuai dengan berat badan dan aktifitas fisik sehari-hari. Deficit kalori dilakukan dua
jenis yaitu low intake kalori dan very low intake kalori. Contohnya seseorang dengan
berat badan diatas 90 kg dan dikatagorikan obesitas tingkat 2 kebutuhan kalori harian
2300 kalori dilakukan pengurangan kalori 500 kalori per hari selama 6 hari (low intake
kalori) dan sehari kebutuhan kalori 1200 kalori (very low intake kalori).
2. Aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang dilakukan harus sesuai dengan berat badan yang dimiliki oleh
orang penderita obesitas karena salah memilih olahraga dapat mengakibatkan cedera
tulang punggung dan lutut karena itulah titik utama penyangga tubuh sehungga olah
raga yang dianjurkan untuk penderita obesitas dibagi dua yaitu low impact exercise
dan high impact exercise. Low impact diperuntukkan untuk obesitas tingkat 1 dan
2 untuk mengurangi cedera lutut, pinggang, pinggul dan tulang belakang. Contoh
olah raga jenis ini adalah berenang, sepada statis, berjalan cepat. High impact
diperuntukkan untuk obesitas katagori overweight dan berisiko karena tidak terlalu
ada penekanan berat badan yang berlebih pada lutut bila dilakukan olahraga jenis
ini. Contoh olahraga jenis ini adalah aerobic dan kardio. Bila BMI penderita sudah
mau mendekati ideal sebaiknya aktivitas fisik yang dilakukan ditambahkan latihan
ketahan di pusat olahtaga (gym) untuk mulai membentuk massa otot dalam tubuh.

3. Pembedahan gastic bypass


Pembedahan dilakukan bila dinilai oalahraga dan pembatasan kalori tidak banyak
membantu terapi dan adanya penyakit penyerta lain yang memperburuk keadaan
seorang pasien contohnya hiperlipidemia dan diabetes mellitus. Pembedahan ini
dilakukan dengan cara laparskopi untuk dimasukkan kedalam labung bongkahan
silikonn untuk memenuhi lambung sehingga pasien cepat merasa kenyang bisa juga
dilakukan pengikatan lambung dan dibuatkan saluran buatan langsung ke usus halus
(Bypass) tanpa memotong lambung hal ini ditunjukkan memeprtahankan lambung
sebagai tempat pembentukan enzim pencernaan tetapi dengan adanya pengikatan
kapasitas lambung menjadi lebih kecil dan lebih cepat kenyang. Pembedahan ini juga
ada efek sampingnya antara lain gangguan pencernaan glukosa, infeksi dan pecahnya
silicon dalam labung bila dimasukkan silicon.
4. Perbedaan terapi obesitas berdasarkan tingkat status gizi
Jawaban :
Klasifiksi Status Gizi orang dewasa di Asia Pasifik berdasarkan IMT menurut kriteria
WHO tahun 2004.
Status Gizi IMT
Underweight < 18,5 Kg/m2
Normal 18,5 - < 22,9 Kg/m2
Overweight ≥ 23 Kg/m2
Beresiko 23,5 - < 25,0 Kg/m2
Obesitas I 25,0 – < 30,0 Kg/m2
Obesitas II ≥ 30,0 Kg/m2

Bila berada pada kategori Oveweight dan beresiko disarankan untuk melakukan terapi
non farmakologi untuk menurunkan berat badan yaitu, diet, latihan fisik atau berolahraga
dan terapi perubahan perilaku seperti kontrol jumlah makanan yang dikonsumsi, juga
konsumsi makanan tinggi serat rendah kolesterol jahat.

Bila berada pada kategori Obesitas I dan Obesitas II bisa digunakan terapi
farmakologi tapi tanpa mengenyampingkan terapi non farmakologi. Pada terapi
farmakologi digunakan obat-obat antiobesitas yang bersifat penekan nafsu makan
(Terapi Anorexiant). Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:

1. Golongan nonadrenergik: amfetamin (tidak diizinkan), fentermin (meningkatkan


pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol.
2. Golongan serotonergik: fenfluramin (meningkatkan pelepasan serotonin dan
menginhibisi reuptake–nya) dan fluoksetin.
3. Campuran noradrenergik dan serotonergik: sibutramin (menginhibisi reuptake serotonin
dan NE).
4. Gastrointestinal lipase inhibitor: orlistat (menginhibisi lipase lambung dan pankreas).
Pada umumnya di masyarakat sering digunakan orlistat yang berfungsi sebagai
inhibitor gastrointestinal lipase. Orlistat dapat digunakan jika terapi dengan makanan saja
telah memberikan pengurangan berat badan minimal 2,5 kg selama 4 minggu.
Pengobatan dengan orlistat harus dihentikan setelah 12 minggu jika pasien tidak dapat
mengurangi berat badannya sebesar minimal 5 % dari saat awal terapi. Efek samping
yang spesifik terjadi saat penggunaan orlistat yaitu feses berminyak, dan rembesan
berminyak dari rectum. Perlu diperhatikan, obat-obat antiobesitas dapat menimbulkan
toleransi dan lama-lama efek obat akan berkurang sehingga perlu perhatian dokter dalam
terapinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2017. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. Hal 337
2. Supariasa I. N, Bakri, B, Hajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC 2001
3. Comuzzie AG, The emerging pattern of the genetic contribution to human obesity. Best Pract
Res Clin Endocrinol Metab 2012:16(4):529-644.
4. Diamanti-Kadarakis E, Zapanti E. Insulin sensitizers and antiandrogens in the treatment of
polycystic ovary syndrome. Ann NY Acad Sci 2000;900:203- 12.
5. Kurnia Y, Adakah Antiobesitas yang Aman, J. Kedokt Meditek Vol 20, No. 52, Jan-April 2014.
6. Swinburn BA, Sacks G, Hall KD, McPherson K, et.al. The globaal Obesity pandemic: shaped by
global drivers and local Environtments. Lancet.2001;378:804-14.

Anda mungkin juga menyukai