Anda di halaman 1dari 12

1. Apa saja klasifikasi dari karies ?

Klasifikasi lesi karies menurut G.J.Mount dan W.R. Hume (1998)


a. Lesi karies berdasarkan letaknya (site)
 Site 1 = pit, fisure, dan defek enamel pada bagian oklusal pada gigi
posterior/ permukaan halus seperti cingulum pada gigi anterior
 Site 2 = enamel pada bagian aproksimal area yang berkontak
dengan gigi tetangga
 Site 3 = bagian servikal sepertiga mahkota gigi/ yang disertai resesi
gingiva, akar yang terbuka (sepertiga servikal permukaan bukal
dan lingual)
b. Lesi karies dapat dibedakan menjadi 5 ukuran (size)
 Size 0 = belum terjadi lesi, hanya berupa spot berwarna putih
 Size 1 = kavitas permukaan yang minimal, sedikit melibatkan dentin
yang mampu memperbaiki diri dengan remineralisasi itu sendiri
(lesi kecil).
Minimal lesion merupakan suatu lesi yang hanya sedikit mengenai
daerah remineralisasi
 Size 2 = melibatkan dentin yang cukup banyak. Biasanya pada lesi
ini diperlukan preparasi kavitas menyisakan enamel dan didukung
oleh dentin dengan cukup baik dan masih mampu menahan beban
oklusi yang normal. Struktur gigi yang tersisa cukup kuat untuk
mendukung restorasi (lesi sedang).
Moderate size merupakan suatu kavitas yang lebih besar tapi
masih tersedia cukup struktur gigi guna mendukung restorasi.
 Size 3 = karies yang telah mendekati pulpa. Lesi sudah cukup
besar. Struktur gigi yang tersisa cukup lemah. Karies sudah
melibatkan cusp/ permukaan insisal atau sudah tidak mampu
menahan beban oklusi. Biasanya kavitas perlu diperbesar sehingga
restorasi dapat dibuat untuk mendukung struktur gigi yang tersisa
(lesi besar).
Enlarge size dimana mahkota giginya telah melemah karena
kavitas telah meluas sehingga tonjolan gigi yang masih ada perlu
dilindungi agar tidak pecah.
 Size 4 = karies yang luas/ hilangnya beberapa struktur gigi.
Contohnya hilangnya semua cusp gigi/ permukaan insisal (lesi
luas
Extensive dimana sudah terdapat kavitas yang sangat luas (sudah
kehilangan 1 tonjol)
2. Klasifikasi karies menurut G.V. Black
G.V Black mengklasifikasikan kavitas dan diberi tanda dengan nomor
Romawi, dimana kavitas diklasifikasikan berdasarkan permukaan gigi
yang terkena karies
 Kelas I = karies yang mengenai permukaan oklusal gigi
posterior yaitu pada pit dan fisure. Terdapat pada gigi anterior di
foramen caecum
 Kelas II = karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari
gigi posterior yang umumnya meluas sampai bagian oklusal
 Kelas III = karies yang tedapat pada bagian aproksimal dari
gigi anterior tapi belum mencapai 1/3 insisal gigi
 Kelas IV = karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi
anterior dan sudah mencapai 1/3 insisal gigi
 Kelas V = karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi
posterior maupun aterior pada permukaan labial, lingual, palatal,
maupun bukal
 Kelas VI = karies yang terdapat pada gigi depan bagian incisal
edge dan juga pada gigi belakang bagian ujung cups
3. Klasifikasi karies menurut WHO
Klasifikasi karies berdasarkan bentuk dan kedalamannnya terbagi atas 4,
yaitu :
 D1 = secara klinis terdapat lesi enamel pada permukaan (tidak
berlubang)
 D2 = secara klinis terdapat lubang karies sampai sebatas
enamel
 D3 = secara klinis terdapat lubang karies yang sudah mengenai
dentin
 D4 = lesi karies sudah mencapai pulpa
4. Klasifikasi karies menurut IACDS
Klasifikasi karies berdasarkan kedalamannya menurut IACDS (The
International Caries Detection and assessment System) terbagi sebagai
berikut :
 Code 0 = Tidak ada tanda-tanda adanya karies (tidak ada
perubahan pada enamel pada saat gigi dalam keadaan kering).
Bila ada kerusakan pada permukaan gigi seperti enamel
hipoplasia, fluorosis, atrisi, abrasi, dan stain harus dicatat. Adanya
stain yang tidak berhubungan dengan karies harus diberi kode 0
dan begitu pula bila ada kerusakan kurang dari 0,5 mm akan diberi
kode 0.
 Code 1 = Kode 1 merupakan tahap awal adanya karies dimana
dapat dilihat adanya lesi putih pada permukaan gigi pada saat gigi
dalam keadaan kering.
 Code 2 = Apabila enamel kehilangan lagi mineralnya maka akan
mengalami demineralisasi lagi yang membuat lesi pada enamel
tampak walaupun gigi dalam keadaan basah.
 Code 3 = Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi
 Code 4 = Pada saat ini lesi email sudah lebih dalam dan tampak
bayangan gelap pada dentin atau kemungkinan lesi sudah
mencapai DEJ (dentin enamel junction)
 Code 5 = Lesi telah mencapai dentin dimana sebagian besar
lubang pada permukaan gigi telah mencapai dentin. Pada saat ini
tampak jelas kehilangan struktur gigi, kavitas tampak dalam dan
lebar, dan dentin tampak dengan jelas sebagai dasar kavitas.
 Code 6 = Lesi telah mencapai pulpa

2. Apa saja perbedaan kavitas karena karies dengan kavitas non karies?
Kavitas karena karies:
a. Terdapat demineralisasi, bisa dicek menggunakan sonde lesinya kasar
b. Warnanya hitam
c. Multifactorial faktor

Kavitas non karies :

a. Tdk ada demineralisasi


b. Permukaan rata
c. Bisa dilihat dari kebiasaan, misal atrisi karena kebiasaan bruxism
3. Apa interpretasi dan diagnosa dari skenario?
Terdapat kavitas pada gigi anterior.
Pada gigi 13 : sondasi+ menandakann kedalaman kavitas baik media atau profunda. Perkusi
– tdk ada kerusakan jaringan periodontal. CE+ menandakan gigi masih vital. Palpasi-
menandakan tdk ada pembengkakan. Diagnosa Karies kelas 5
Pada gigi 12 : kavitas sampai disto incisal, sondasi+ menandakann kedalaman kavitas baik
media atau profunda. Perkusi – tdk ada kerusakan jaringan periodontal. CE+ menandakan
gigi masih vital. Palpasi- menandakan tdk ada pembengkakan. Diagnosa Karies kelas 4
Penegakan diagnosa bisa memakai pemeriksaan penunjang yaitu radiograf utk mengetahui
kedalaman kavitas.
Apabila saat disondasi sdh keluar darah kavitas sdh mencapai pulpa.
Dari anatomi karies klas 5 bisa mencapai pulpa
4. Apa saja faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penumpatan estetis?
Faktor umum :
a. Kepribadian pasien,
b. Warna kulit, bisa dilihat warna mata
c. Aktifitas sehari-hari atau pekerjaan, ada orang yang sangat sensitif mengenai
penampilannya.
d. Kebiasaan yang dilakukan oleh pasien, seperti menggigit pensil dan benang

Faktor Io :

a. Keadaan vital dan nonvital dari gigi


b. Gigi berjejal, sehingga akan mempersulit preparasi
c. Ukuran dan bentuk gigi
Menurut monsell :
a. Hoe : warna, bisa dilihat dari warna gigi
b. Chroma : kekontrasan warna
c. Value : memperhatikan usia pasien untuk menyamakan warna gigi
5. Apa saja jenis-jenis bahan dari restorasi estetis?
a. GIC
 Indikasi
1. Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien dan lebih
direkomendasikan dari pada amalgam untuk gigi anak-anak (Nicholson,
2008)
2. Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan untuk gigi decidui.
(McCabe, 2008)
3. Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama dibagian
proksimal. (Rhamdani, 2011)
4. Untuk karies kelas III dan V (Anusavice, 2004)
 Kontra Indikasi
1. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen
2. Restorasi tumpatan dengan penekanan oklusal bersifat merusak
3. Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik untuk gigi
depan(Adiana, 2008)

b. Resin komposit (ADA (American Dental Association) )


 Indikasi
1. Resin preventive pada pit dan fisur
Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang
digunakan untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah
terjadinya karies padapit dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam.
Tehnik ini diperkenalkanpertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977,
meliputi pelebaran daerah pitdan fisur kemudian pembuangan email dan
dentin yang telah terkena kariessepanjang pit dan fisur. Tujuan dari
restorasi pencegahan (resin preventive)adalah untuk menghentikan proses
karies awal yang terdapat pada pit
danfisur,terutamapadagigimolarpermanenyangmemilikipitdanfisur,seklaig
us melakukan tindakan pencegahan terhadap karies pada pit dan fisuryang
belum terkena karies pada gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam
dansempit atau pit dan fisur yang memiliki bentuk seperti leher botol,
secaraklinis merupakan daerah yang sangat mudah terserang karies, karena
sewaktugigi disikat bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh
bulu sikatgigi (Yoga, 1997).
2. Restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika
Sejalan dengan kesadaran pasien akan pentingnya faktor
estetika suatu restorasi gigi, penggunaan bahan restorasi estetik
mengalami peningkatan. Resin komposit merupakan material restorasi
yang paling pesat perkembangannya dibandingkan material restorasi
sewarna gigi lainnya, seperti : silikat, resin akrilik dan semen ionomer
kaca. Hal ini dikarenakan karakteristik tertentu dari resin komposit
seperti warnanya yang hampir menyerupai warna gigi, tidak larut
dalam cairan mulut, dan kemampuannya berikatan dengan gigi secara
mikromekanis.
3. Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan
logam yang terkandung dalam bahan tambal seperti amalgam. Selain itu,
beberapa waktu setelah penambalan, pasien seringkali mengeluhkan
rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin.
4. Periodontal splinting
5. Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior
6. Partial/ total veener
7. Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)
8. Lesi pada permukaan fasial gigi premolar
9. Hilangnya sudut insisal gigi
10. Fraktur gigi anterior
11. Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi tuang
12. Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan II)
dengan keterbatasan
 Kontraindikasi
1. Tekanan oklusal yang besarJika semua kontak oklusi terletak pada
bahan restorasi maka resin kompositsebaiknya tidak digunakan. Hal
ini karena resin komposit mempunyaikekuatan menahan tekanan
oklusi lebih rendahdibandingkan amalgam.Tumpatan menggunakan
komposit pada gigi posterior akan cepat rusak padapasien dengan tenaga
pengunyahan yang besar atau bruxism.
2. Tempat atau area yang diisolasiResin komposit tidak dianjurkan untuk
diaplikasikan pada dinding kavitas yang hanya terdapat sedikit, atau sama
sekali tidak ada email. Lalu, pada penggunaan bahan restorasi resin
komposit, daerah operasi harus sama sekali terbebas dari kontaminasi
cairan seperti saliva atau darah.
3. Pasien dengan alergi atau sensitivitas terhadap material
kompositSensitifitas setelah pembuatan restorasi gigi dengan
bahan resin komposit jarang ditemui. Perlekatan monomer resin pada
beberapa individu dapat menyebabkan reaksi alergi. Selain itu,
beberapa laporan menyebutkan bahwa sering terjadi reaksi alergi berupa
dermatitis pada jari dokter gigi yang berkontak langsung dengan monomer
yang tidak bereaksi
c. RMGIC
Penggunaan RMGIC sendiriumumnya dilakukan untuk restorasi pada daerah
dengan tekanan rendah (gigi depan di daerahservikal, kelas III, kelas V, kelas I
gigi susu), dan pasien dengan resiko karies tinggi (hal inisering terjadi pada anak-
anak).

 Indikasi
1. Restorasi gigi desidui2.
2. Restorasi kelas I yang kecil.
3. Restorasi kelas III dan V.
4. Restorasi transisi.
5. Kegagalan pengisian danundercut
6. Teknik laminasi dan sandwich
7. Pembuatan pasak yang sekurang-kurangnya 50% dari struktur mahkota
gigi tersisasehingga dapat dijadikan sebagai dukungan.
6. Apa indikasi dan kontraindikasi dari bahan restorasi estetis?
a. GIC
 Indikasi
1. Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien dan lebih
direkomendasikan dari pada amalgam untukgigianakanak (Nicholson, 2008)
2. Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan untuk gigi decidui.
(McCabe, 2008)
3. Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama dibagian
proksimal. (Rhamdani, 2011)
4. Untuk karies kelas III dan V (Anusavice, 2004)
 Kontra Indikasi
1. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen
2. Restorasi tumpatan dengan penekanan oklusal bersifat merusak
3. Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik untuk gigi
depan(Adiana, 2008)

b. Resin komposit (ADA (American Dental Association) )


 Indikasi
1. Resin preventive pada pit dan fisur
Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang
digunakan untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah
terjadinya karies padapit dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam.
Tehnik ini diperkenalkanpertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977,
meliputi pelebaran daerah pitdan fisur kemudian pembuangan email dan
dentin yang telah terkena kariessepanjang pit dan fisur. Tujuan dari
restorasi pencegahan (resin preventive)adalah untuk menghentikan proses
karies awal yang terdapat pada pit dan fisur,terutama pada gigi molar
permanen yang memiliki pit dan fisur,sekaligus melakukan tindakan
pencegahan terhadap karies pada pit dan fisuryang belum terkena karies
pada gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam dansempit atau pit dan fisur
yang memiliki bentuk seperti leher botol, secaraklinis merupakan daerah
yang sangat mudah terserang karies, karena sewaktugigi disikat bagian
dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh bulu sikatgigi (Yoga, 1997).
2. Restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika
Sejalan dengan kesadaran pasien akan pentingnya faktor
estetika suatu restorasi gigi, penggunaan bahan restorasi estetik
mengalami peningkatan. Resin komposit merupakan material restorasi
yang paling pesat perkembangannya dibandingkan material restorasi
sewarna gigi lainnya, seperti : silikat, resin akrilik dan semen ionomer
kaca. Hal ini dikarenakan karakteristik tertentu dari resin komposit
seperti warnanya yang hampir menyerupai warna gigi, tidak larut
dalam cairan mulut, dan kemampuannya berikatan dengan gigi secara
mikromekanis.
3. Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan
logam yang terkandung dalam bahan tambal seperti amalgam. Selain itu,
beberapa waktu setelah penambalan, pasien seringkali mengeluhkan
rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin.
4. Periodontal splinting
5. Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior
6. Partial/ total veener
7. Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)
8. Lesi pada permukaan fasial gigi premolar
9. Hilangnya sudut insisal gigi
10. Fraktur gigi anterior
11. Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi tuang
12. Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan II)
dengan keterbatasan
 Kontraindikasi
1. Tekanan oklusal yang besarJika semua kontak oklusi terletak pada bahan
restorasi maka resin kompositsebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena
resin komposit mempunyaikekuatan menahan tekanan oklusi lebih
rendahdibandingkan amalgam.Tumpatan menggunakan komposit pada gigi
posterior akan cepat rusak padapasien dengan tenaga pengunyahan yang besar
atau bruxism.
2. Tempat atau area yang diisolasiResin komposit tidak dianjurkan untuk
diaplikasikan pada dinding kavitas yang hanya terdapat sedikit, atau sama
sekali tidak ada email. Lalu, pada penggunaan bahan restorasi resin
komposit, daerah operasi harus sama sekali terbebas dari kontaminasi
cairan seperti saliva atau darah.
3. Pasien dengan alergi atau sensitivitas terhadap material
kompositSensitifitas setelah pembuatan restorasi gigi dengan
bahan resin komposit jarang ditemui. Perlekatan monomer resin pada
beberapa individu dapat menyebabkan reaksi alergi. Selain itu,
beberapa laporan menyebutkan bahwa sering terjadi reaksi alergi berupa
dermatitis pada jari dokter gigi yang berkontak langsung dengan monomer
yang tidak bereaksi
c. RMGIC
Penggunaan RMGIC sendiriumumnya dilakukan untuk restorasi pada daerah
dengan tekanan rendah (gigi depan di daerahservikal, kelas III, kelas V, kelas I
gigi susu), dan pasien dengan resiko karies tinggi (hal inisering terjadi pada anak-
anak).

 Indikasi
1. Restorasi gigi desidui2.
2. Restorasi kelas I yang kecil.
3. Restorasi kelas III dan V.
4. Restorasi transisi.
5. Kegagalan pengisian danundercut
6. Teknik laminasi dan sandwich
7. Pembuatan pasak yang sekurang-kurangnya 50% dari struktur mahkota
gigi tersisasehingga dapat dijadikan sebagai dukungan.
7. Apa saja prinsip pada penumpatan estetis gigi anterior?

1. BEVELED CONVENTIONAL TOOTH PREPARATION


Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk
konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk bevel
pada margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan
diamond atau stone bur.
Preparasi beveled conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana gigi tersebut
sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi restorasi tersebut akan diganti dengan
menggunakan resin komposit. Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan pada
kavitas klas III, IV, dan V.
Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah
perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah
ikatan antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi,
mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel
pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi
sehingga tampak lebih estetik.
Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya tidak
ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang berkontak
tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana
perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak
ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface
margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi resin komposit pada
gigi posterior.

2. CONVENSIONAL TOOTH PREPARATION


Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya
sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outlinediperlukan untuk
perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman
dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya.
Pada preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal,
retensi groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda. Desain preparasi ini
digunakan secara ekstensif pada restorasi amalgam dan komposit masa lampau, dan desain
ini bisa digabungkan ketika penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan
preparasi konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja,
namun bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5.
Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit adalah
(1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar.
Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk preparasi yang baik
karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik antara
komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi pada material
komposit di dalam gigi.
Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk
resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan amalgam.
Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain
preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya
lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil
preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain
konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual.
Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan
amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90
derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding
yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan
area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear
layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer
ketika dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self-etching bonding bisa
menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam yang dikandung
semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan operator, yang
berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya.
Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan restorasi
komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi
kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih
kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2
konvensional harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus
diperluas sampai area pit dan fisur pada permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.

3. MODIFIED TOOTH PREPARATION


Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun kedalaman
pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan yang mencolok
antara teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak
dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini
diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi karies atau kerusakan
yang lain.
Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif mungkin
dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk mempertahankan restorasi
di dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini,
yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation, struktur
gigi yang dibuang sedikit.

8. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi?


A. Macrofilled Composite Resins Macrofill/konvensional mempunyai ukuran ratarata
partikel sebesar 5 – 25 mikrometer dan kandungan filler sebesar 75 – 80 persen dari
berat.
 Keuntungan: Sifat fisik dan mekanis yang lebih baik dari resin akrilik.
 Kekurangan: Permukaan akhir yang kasar, mudah berubah warna, sulit dipolish
B. Microfilled Resins Microfill mempunyai ukuran rata-rata partikel sebesar 0,04 – 0,1
mikrometer dan kandungan filler sebesar 35 – 50 persen dari berat.
 Keuntungan: Mudah dipolish, estetik baik
 Kekurangan: Kekuatan mekanis lemah, stabilitas warna lemah, ketahanan
kekuatan penggunaan lemah, modulus elastisitas rendah, tensile strength
rendah, mudah menyerap air, ekspansi suhu yang tinggi.
C. Hybrid Composite Resins Komposit resin hybrid yang merupakan gabungan keunggulan
dari komposit macrofill/konvensional dan komposit microfill serta gabungan dari grup
polymer organic phase yang diperkuat dengan inorganic phase. Ukuran partikel
bervariasi, kurang dari 2 mikrometer dan mengandung 0,04 mikrometer silica serta
kandungan filler sebesar 75 – 80 persen dari berat.
 Keuntungan: Warna bervariasi, mudah dipolish dan tekstur yang baik,
ketahanan penggunaan dan abrasive yang baik, ekspansi suhu yang sama
koofesiennya dengan struktur gigi, tidak mudah menyerap air, penyusutan yang
rendah setelah polimerisasi, adaptasi ke struktur gigi yang baik.
 Kekurangan: Tidak cocok untuk daerah yang menerima tekanan kunyah besar,
kecerahan warna dapat berkurang jika menyikat gigi dengan pasta gigi yang
abrasive, terkadang sulit dipolish disebabkan adanya filler yang berukuran besar
di antara partikel yang kecil.
9. Bagaimana prosedur penumpatan estetis klas 4 dan 5 menggunakan RK?
10. Bagaimana pandangan islam tentang penumatan estetis?
Hukumnya boleh karena ada suatu penyakit. Kalau estetis boleh karena untuk
menyembuhkan suatu penyakit.

Anda mungkin juga menyukai