HIV/AIDS
RSSA Malang
Oleh :
NIM. 170070301111008
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS
2. KONSEP HIV/AIDS
2.1 DEFINISI
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat
Acid (RNA) yang spesifik menyerang system kekebalan tubuh/imunitas manusia dan
menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) (Nuraeni, 2011).
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya system
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (Huldani, 2012).
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit HIV/AIDS menurut WHO (2006) yaitu:
2.3 ETIOLOGI
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui dua
tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh
HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis dari HIV-1
dan HIV-2 relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah ditularkan dan
masa inkubasi sejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit lebih pendek (Huldani,
2012).
2.4 TRANSMISI HIV
Hanya beberapa cairan darah, air mani, cairan rektal, cairan vagina, dan ASI
dari seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV. Cairan ini harus datang
dalam kontak dengan membran mukosa (di dalam rektum, vagina, pembukaan
penis, dan mulut) atau jaringan yang rusak atau langsung disuntikkan ke dalam
aliran darah (dari jarum atau jarum suntik) untuk memungkinkan transmisi terjadi
(Nuraeni, 2011).
1. Transmisi utama
a. Berhubungan seks tanpa kondom dengan orang yang memiliki HIV.
b. Anal seks adalah yang risiko tertinggi perilaku seksual.
c. Seks vaginal adalah yang risiko tertinggi perilaku seksual kedua.
d. Memiliki banyak pasangan seks atau memiliki infeksi menular seksual lainnya
dapat meningkatkan risiko infeksi melalui seks.
e. Berbagi jarum, jarum suntik, bilas air, atau peralatan lainnya yang digunakan
untuk menyiapkan obat injeksi dengan seseorang yang memiliki HIV.
2. Transmisi yang kurang umum
a. Dilahirkan dari ibu yang terinfeksi. HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak
selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui.
b. Terjebak dengan jarum terkontaminasi HIV atau benda tajam lainnya. Ini
adalah risiko terutama untuk petugas kesehatan.
c. Menerima transfusi darah, produk darah, atau transplantasi organ atau
jaringan yang terkontaminasi dengan HIV.
d. Makan makanan yang telah dikunyah oleh orang yang terinfeksi HIV.
Kontaminasi terjadi ketika darah yang terinfeksi dari mulut pengasuh
bercampur dengan makanan saat mengunyah, dan hal ini sangat jarang
terjadi.
e. Digigit oleh orang dengan HIV. Masing-masing dari jumlah yang sangat kecil
dari kasus yang terdokumentasi telah melibatkan trauma berat dengan
adanya kerusakan jaringan yang besar dan terdapatnya darah. Tidak ada
risiko penularan jika kulit tidak rusak.
f. Oral seks menggunakan mulut untuk merangsang penis, vagina, atau anus.
g. Kontak antara kulit rusak, luka, atau selaput lendir dan darah yang terinfeksi
HIV atau cairan tubuh darah yang terkontaminasi.
h. Mencium penderita HIV yang memiliki luka atau gusi berdarah dan darah
dipertukarkan. HIV tidak menyebar melalui air liur. Penularan melalui ciuman
saja sangat jarang (CDC, 2014).
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Menurut KPAD (2010) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis meliputi:
a. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai
pada laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV (20%), tetapi jarang
pada orang dewasa lain (kurang dari 2%) dan sangat jarang pada anak. Tanda
lesi berupa bercak-bercak merah kekuningan di kulit, tetapi warna juga mungkin
bervariasi dari ungu tua, merah muda, sampai merah coklat. Gejala demam,
penurunan berat badan, dan keringat malam.
b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup
nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek, kelumpuhan syaraf kranialis,
hemiparesis, dan perubahan kepribadian.
c. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini, gejala: demam, batuk kering non
produktif, rasa lemah, dan sesak nafas.
d. Gastro Intestinal
Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya selera
makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan diare kronis.
e. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif,
pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
f. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan
disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit.
Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi
yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga dapat
memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan
mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti exzema atau psoriasis.
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan HIV/AIDS (Huldani, 2012)
yaitu:
a. Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru-paru
b. Kandidiasis esophagus
c. Kriptokokosis ekstra paru
d. Kriptosporidiosis intestinal kronis (>1 bulan)
e. Renitis CMV (gangguan penglihatan)
f. Herpes simplek, ulkus kronik (> 1 bulan)
g. Mycobacterium tuberculasis di paru atau ekstra paru
h. Ensefalitis toxoplasma.
DAFTAR PUSTAKA
Nuraeni, T. (2011). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV/AIDS dan VCT
dengan Sikap terhadap Konseling dan Tes HIV/AIDS secara Sukarela di
Puskesmas Karangdoro Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Semarang : Universitas
Muhammadiyah Semarang.