OLEH
HARIATI
17640701
OLEH
AYUK SRI WAHYUNINGSIH
17640688
OLEH
APRISTA TRIYAS KARTIKA SARI
17640743
OLEH
ERVIANA AGUSTIN
17640695
OLEH
ARI RISTIANTI
17640601
I. Masalah Utama
Gangguan proses pikir: waham
II. Proses terjadi masalah
Delusi (waham) adalah keyakinan seseorang dengan berdasarkan pada adanya penilaian
terhadap realitas yang salah dan keyakinan tersebut dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan diluar diri pasien baik secara sosial, budaya
dan latar belakang agama (Boyd,1998). Biasanya dikategorikan dengan non bizarre,
maksudnya adalah adanya karakteristik digambarkan dengan situasi yang mungkin yang
dapat timbul dari kenyataan hidup dan masuk akal dalam konteks latar belakang etnik dan
budaya seseorang. Sebagai contoh situasi kehidupan meliputi sesuatu yang diikuti, terpapar
racun, atau infeksi, dan sesuatu yang dicintai namun ada jarak atau ditipu oleh pasangan
atau orang yang mencintai. Untuk mendiagnosis adanya gangguan delusi, maka harus ada
karakteristik non bizarre kurang lebih satu bulan (APA, 1994 dalam Boyd,1998).
Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya berbagai macam proses kehilangan yang dialami
seseorang didalam kehidupannya. Proses kehilangan ini merupakan suatu stresor yang
menyebabkan terjadinya stres pada individu. Apabila stres ini berkepanjangan, maka dapat
memicu adanga masalah gangguan jiwa dan salah satu tandanya adalah waham (Modul
MPKP & BC CMHN, 2006).
Waham merupakan gangguan dari isi pikir. Isi pikir merupakan bagian akhir untuk
pengkajian dari fungsi kognitif dan untuk mengevaluasi adanya delusi yang dialami
seseorang dengan schizoprenia. Pikiran adalah hasil dari suatu yang muncul dari proses
yang rumit yang mempengaruhi penyaringan dari stimulus internal dan eksternal yang
menggunaan suatu proses dari berbagai pengulangan atau feedback dari otak. Pengenalan
dari kompleksitas proses ini membantu perawat untuk menghargai cara seseorang yang tak
mau mundur dengan pertahanan keyakinan dirinya. Ketidakmampuan dari otak untuk
melakukan proses akurasi data dapat menyebabkan adanya waham paranoid, waham
kebesaran, waham agama, waham nihilistik dan waham somatik.
Waham dapat terjadi karena adanya saling pengaruh antara fisiologi otak, stimulus yang
timbul dari lingkungan serta kerangka acuan yang dipakai individu mengenai kehidupan.
Waham dapat terjadi satu pikiran saja atau meliputi keseluruhan dari proses kognitif (Stuart
& Laraia, 2005). Dalam hal ini waham dapat juga dilihat dari karakteristik kerusakan
proses pikirnya, karena proses pikir merupakan suatu cara atau bagaimana pasien
mengekspresikan dirinya. Proses pikir ini dapat diobservasi melalui pembicaraan secara
verbal. Meliputi: sircumstansial, flight of ideas, kehilangan asosiasi, neologisme,
perseverasi, tangensial, blocking.
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
1) Faktor Biologi: perilaku berhubungan dengan respon neurobiologi yang maladaptif.
Adanya anomali dari otak: beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada keteraitan
secara signifikan adanya pelebaran ukuran dari ventrikel serebral dalam otak
seseorang dengan schizoprenia. Dilatasi dari sulcus cortikal dan fisura juga perlu
diobservasi. Beberapa penelitian menunjukkan juga adanya penurunan ukuran dari
lobus temporal. Adanya abnormal serebral asimetris, penurunan volume serebral, dan
adanya perubahan massa otak. Adanya neuropatologi: perubahan histologi dalam otak
yaitu pada area sistem limbik, thalamus, basal ganglia, hippocampus dan kortek
frontal.
2) Faktor Biokimia
Dopamin hipotesis yaitu meningkatnya reseptor dopamin dalam otak. Atau hipotesis
biokimia lainnya yaitu abnormalitas dari neurotransmiter seperti: norepineprine,
serotonin, acetylcoline, dan GABA. Serta abnormalitas dari neuroregulator seperti
prostaglandins, endorpin.
3) Faktor Genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui secara pasti. Namun
studi tentang kembar: rata-rata schizoprenia antar kembar monozygot (identik)adalah
4 kali dibanding dengan kembar dizygot dan hampir 50 kali pada populasi secara
umum. Namun demikian diyakini bahwa interaksi dari lingkungan juga
mempengaruhi. Studi lainnya yaitu adopsi: dinyatakan bahwa anak adopsi dari ibu
yang schizoprenia maka akan berkembang menjadi sakit.
4) Faktor Fisiologi
Infeksi virus, abnormal dari anatomi dan struktur otak. Kondisi fisik otak seperti
epilepsi (biasanya pada lobus temporal), Hungtinton’s chorea, trauma lahir, injury
kepala waktu dewasa, alkoholisme, tumor serebral (biasanya sistem limbik),
kecelakaan pada serebrovaskuler, SLE, myxedema, parkinsonism, dan penyakit
Wilson’s .
5) Faktor Psikologis
Fokus pada hubungan antar anggota keluarga yang mengalami disfungsi sistem
keluarga.
b. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk koping.
1) Faktor Sosial-budaya
Faktor tingkat sosioekonomi yang rendah lebih banyak mengalami schizoprenia
dibanding pada tingkat sosioekonomi tinggi. Penjelasan dari hal ini dapat
menyebabkan schizoprenia meliputi kondisi kehidupan yang dalam kemiskinan,
seperti tidak adanya akomodasi, inadekuat nutrisi, tidak adanya perawatan prenatal,
sedikit sekali sumber untuk mengatasi situasi stres, dan perasaan yang tidak berdaya
untuk merubah gaya hidup dalam kemiskinan.
2) Kehidupan Penuh Stres
c. Prilaku
Respon klien terhadap waham dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
1) Ingatan: pelupa, tidak berminat, kurang patuh
2) Perhatian: kesulitan menyelesaikan tugas, kesulitan konsentrasi pada tugas
3) Bentuk dan isi pembicaraan: kesulitan mengkomunikasikan pikiran dan
perasaan
4) Pengambilan keputusan: kesulitan melakukan dan menjalankan aktivitas,
Pikiran konkrit: ketidakmampuan untuk menjalankan perintah multipel, masalah
dalam penglolaan waktu, kesulitan mengelola keuangan, penafsiran kata-kata dan
simbol secara harfiah
5) Isi Pikir: delusi
d. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh gangguan
otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti modal intelegensia atau kreativitas
yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang
keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan.
Sumber koping keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang
cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan
secara berkesinambungan.
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi
stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping
tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
e. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik, termasuk:
1) Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk
aktivitas hidup sehari-hari.
2) Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi sebagai
tanggungjawab pada seseorang atau sesuatu
3) Menarik diri terkait dengan masalah membangun rasa percaya dan preokupasi dengan
pengalaman internal.
4) Koping keluarga biasanya denial dengan masalah yang dihadapi pasien.
B. Terapi Prilaku
Kelompok Logoterapi
Untuk Klien
Masalah : Gangguan proses pikir:waham
Pertemuan : Ke 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah penghuni surga, orang suci, sehingga
harus menggunakan pakaian putih setiap hari. Klien menguasai pembicaraan,
sering berganti topik pembicaraan.
2. Diagnosa : Gangguan proses pikir : waham agama
3. TUK :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memnuhi
kebutuhan
c. Mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Kerja :
“ Saya mengerti St merasa bahwa St adalah orang suci dan penghuni surga, namun
sulit bagi saya untuk mempercayai hal itu, karena setahu saya penghuni surga itu
ada dialam akhirat bukan didunia seperti sekarang ini. Apa bisa dilanjutkan
pembicaraan yang terputus tadi St?”
”Kelihatannya St gelisah, coba ceritakan apa yang St rasakan saat ini?” Oh...jadi
selama ini St merasa takut nanti diatur-atur sama orang lain dan merasa tidak punya
hak untuk mengatur diri St sendiri?”
”Siapa menurut St, orang yang sering mengatur-atur St itu?”Jadi suami ya yang
selama ini sering mengatur-atur St, juga bapak dan ibu St ya, apa masih ada orang
lain lagi?”
”Kalau menurut St sendiri, St inginnya seperti apa?”Oh..bagus kaau St sudah punya
rencana dan jadwal untuk diri sendiri?”Coba kita tuliskan rencana dan jadwal itu ya
St”
”Ya begitu..bagus sekali, jadi setiap hari St ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan ya kalau dirumah terus”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan St setelah ngobrol sama suster?”
”Bagaimana kalau jadwal yang dibuat tadi coba dilakukan ya St, setuju kan?”
“Bagaimana kalau kita bertemu 1 jam lagi untuk ngobrol tentang emampuan yang
pernah St miliki?”Mau dimana tempatnya?” Jam berapa ya St?”“Baiklah, sampai
jumpa. Assalamu’alaikum”
Kerja :
“Coba St ceritakan pada suster, apa saja hobinya?Suster catat ya, bagus..terus
apalagi?”
”Wah...rupanya St pandai menjahit baju ya, tidak semua orang bisa menjahit baju
lho”
”Bisa St ceritakan pada suster sejak kapan St bisa menjahit, siapa dulu yang
mengajarkannya?” Terus dimana pertamakali belajar menjahit?”
”Coba St peragakan bagaimana cara menjahit yang benar?” Wah bagus sekali ya!”
”Coba kita buat jadwal untuk kemampuan ST itu, berapa kali mau melakukannya
dalam sehari atau seminggu mau menjahitnya?”
”Apa yang St harapkan dari kemampuan St itu?” Masih ada tidak hobi lainnya
selain menjahit?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan St setelah berbicara sama suster tentang hobi dan
kemampuan St?”
” Setelah ini, coba St lakukan terus hobi menjahit sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat tadi”.
”Nanti kita membicarakan tentang obat yang harus St minum, setuju kan?”
Untuk Keluarga
Masalah : Gangguan proses pikir
Pertemuan : Ke 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah penghuni surga, orang suci, sehingga
harus menggunakan pakaian putih setiap hari. Klien menguasai pembicaraan,
sering berganti topik pembicaraan.
2. Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. TUK : Mengidentifikasi masalah, mejelaskan proses terjadinya masalah, dan obat
pasien
Kerja :
“Bapak dan Ibu, Apa masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat St?”
Apa saja yang sudah dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap St yang sealu
mengaku-ngaku penghuni surga tetapi nyatanya kan belum meninggal adalah
merupakan gangguan dalam proses berpikir.Untuk itu akan suster jelaskan sika dan
cara menghadapinya. Setiap kali St berkata bahwa ia adalah penghuni surga, maka
Bapak/Ibu dapat mengatakan pertama:
”Kami mengerti St merasa menjadi penghuni surga, tapi sulit bagi kami untuk
mempercayainya karena setahu kami penghuni surga itu berada di alam akhirat dan
bukan didunia ini”
”Kedua: Bapak/Ibu harus sering memuji St jika ia melakukan hal-hal yang baik”
”Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang memang sering
berinteraksi dengan St’
”Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan St tentang kebutuhan yang diinginkan
oleh St, misalnya: ”Bapak/Ibu percaya St punya kemampuan yang diinginkan St,
misalnya: ”Kami percaya St punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan pada
kam, St kan punya kemampuan....
”Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” Jika St mau mencoba maka
berikan pujian
”Baka/Ibu, St juga perlu minum obat ini, agar pikirannya menjadi tenang, tidurnya
juga menjadi tenang”Obatnya ada tiga macam: warna orange namanya CPZ
gunanya untuk agar tenang, dan yang putih namanya THP gunanya untuk rileks, dan
yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran tenang. Dan semuanya ini
harus diminum secara teratur 3 kali sehari, mulai jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam. Jangan sampai dihentikan ya Bapak/Ibu sebelum berkonsultasi dengan
dokter karena dapat menyebabkan St kambuh lagi. Terus St juga sudah membuat
jadwal minum obat, jika dia minum obat sesuai jamnya, segera diberikan pujian ya
Bapak/Ibu”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
St di rumah?”
”Setelah ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi ya, setiap
kali berkunjung ke rumah sakit”.
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara tersebut
secara langsung sesuai dengan apa yang sudah kita bicarakan tadi?”
Jam berapa bapak/ibu bisa datang ke rumah sakit ini lagi? Bagaimana kalau jam
10.00. Baiklah, saya tunggu, Sampai jumpa. Wassalammualaikum
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan St setelah kita ngobrol selama 30 menit ini?
“ Nanti St ingat-ingat lagi, jika ada hal lain yang menyebabkan munculnya rasa
tidak berguna, sampaikan pada saya.
a. Topik
“Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang
rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai dengan metode 3
kolom.”
b. Tempat
“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”
c. Waktu
“Berapa lama St mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja :
“ Apa yang St maksudkan dengan tulisan ini. Bisa St ceritakan? Bagaimana
pendapat St dengan tulisan ini? Bagus.”
Sekarang apa yang St inginkan?Untuk dapat menata maa depan. Baik sekali
keinginan St, maukah saya bantu untuk belajar cara mewujudkan itu ? Ini ada tiga
kolom, kolom pertama untuk mengungkapkan pikiran otomatis (negatif, kolom kedua
saya yang akan mengisi, dan kolom ketiga untuk melawan pikiran negatif atau hal
positif yang St miliki.” Ada yangbelum dimengerti dan mau ditanyakan?
Terminasi:
1. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan St setelah kita mempelajari cara menghilangkan pikiran
negatif dengan metode 3 kolom selama 30 menit ini?
2. Evaluasi Objektif
“ Nanti St ingat-ingat lagi, jika ada positif lain yang sudah St lakukan untuk diri
St sendiri atau untuk keluarga St, sampaikan pada saya dan tuliskan lagi di
kertas ini.”
4. Kontrak
Triangle Terapi
Sesi I: Mengenali dan mengekspresikan perasaan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak
seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak
mau berinteraksi dengan orang lain
2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis
3. TUK :
a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang terjadi pada klien.
d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah klien.
e. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang dihadapi. Pada saat
ini, terapis menggunakan tehnik – tehnik komunikasi, misalnya; silence,
klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain – lain
f. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien
tersebut.
g. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya) pada keluarga.
3. Evaluasi Objektif
“ Jika ada lagi pikiran negatif atau pikiran positif yang St rasakan silahkan
dicatat disini!”
4. Kontrak
a. Topik: Baiklah untuk pertemuan berikutnya kita akan membahas tentang
bagaimana ibu (keluarga) dapat menerima orang lain, dalam hal ini
adalah St“.
b. Tempat : Nanti dimana kita maunya ngobrol lagi? Baiklah..nanti kita bertemu
disini lagi.
c. Waktu : “Bagaimana jika setengah jam lagi saya kesini lagi? Ibu masih
disini kah? Baiklah .”