Anda di halaman 1dari 4

IDENTITAS

NAMA AHMAD ALFIYAN


NOMOR PESERTA 18032502710003
PRODI PPG 027 (Guru Kelas SD)
KELAS F
TUGAS
Modul 3 Teori Belajar dan Pembelajaran
Kegiatan Belajar 2 Teori Belajar Kontruktivistik dan penerapannya
dalam pembelajaran

ANALISIS VIDEO TENTANG PENERAPAN TEORI BELAJAR


KONTRUKTIVISTIK DALAM PEMBELAJARAN

Dalam video berjudul “Use a Learning Theory – Contructivism”. Teacher


Tony ingin menerapkan teori belajar kontruktivistik dalam pembelajaran. Terlihat
bahwa teacher Tony ingin menggali pengetahuan siswa mengenai bagaimana cara
kita mengurangi limbah demi menopang kelangsungan sumber daya bumi. Adapun
strategi yang digunakan oleh Teacher Tony adalah dengan mengedepankan topik
mengenai 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace). Peserta didik dihadapkan
untuk memkontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalamannya
mengenai cara mengurangi limbah untuk menopang kelangsungan sumber daya
bumi. Pengetahuan ini dikontruksi peserta didik melalui pembahasan topik
mengenai recycle (daur ulang) limbah, menggali informasi berkaitan dengan
kegiatan daur ulang melalui proses membaca literasi buku, internet maupun
penggunaan media teknologi informasi dan komunikasi, serta melakukan kegiatan
kolaborasi untuk menemukan solusi pemecahan masalah. Adapaun tujuan dari
pembelajaran kontruksivistik ini antara lain berupa penyelesaian masalah,
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kerja kolaborasi.
Penyelesaian masalah akan problem atau topik pembelajaran yang
dihadapi peserta didik dengan mengaitkan antara permasalahan dengan pengalaman
yang dimiliki peserta didik. Keterampilan berpikir tingkat tinggi, peserta didik
mampu untuk mengembangkan konsep-konsep berpikir tingkat tinggi untuk
menggali informasi sebanyak mungkin untuk memecahkan permasalahan. Kerja
kolaborasi untuk memadukan ide, gagasan maupun pengalaman antara beberapa
individu untuk mencapai penyelesaian masalah yang terbaik.
Menurut saya strategi yang digunakan dalam pembelajaran pengurangan
limbah demi menopang sumber daya bumi dengan mengangkat topik permasalahan
berkaitan dengan permasalahan daur ulang sampah sangat membantu siswa untuk
mencari informasi secara lebih komprehensif melalui media text book maupun
media internet serta layanan interaktif skype. Dengan teori kontruktivistik peserta
didik dipandang memiliki pengalaman berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik belajar untuk mengaitkan atau mengkontruksi pengalaman yang sudah
ada dengan dengan pengetahuan baru yang diperoleh. Sehingga dengan belajar
mengkontruksi ini peserta didik belajar untuk menemukan penyelesaian masalah
sendiri secara lebih kompleks. Selain itu Menurut teori belajar kontruktivistik,
pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,
melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman,
maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia
dan sementara orang lain tinggal.
Pandangan konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kamampuan awal
tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh
sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak
sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran
dan pembimbingan.
Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar
proses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
menstransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami
jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim
bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemauannya.
Kelebihan Teori Belajar Kontruktivistik
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori kontruktivistik terdapat
beberapa kelebihan di antaranya :
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3. Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa
untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah
dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan
berbagai strategi belajar.
4. Pembelajaran Konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
5. Pembelajaran Konstruktivistik memberikan lingkungan belajar yang kondusif
yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
6. Peserta didik yang berkemahiran sosial boleh bekerjasama dengan orang lain
dalam menghadapi sebarang cabaran dan masalah. Kemahiran sosial ini
diperoleh apabila murid berinteraksi dengan rakan-rakan dan guru dalam
membina pengetahuan mereka.

Kekurangan Teori Belajar Kontruktivistik


Model pembelajaran konstruktivisme memiliki beberapa kendala pada
pengaplikasiannya. Ada beberapa kendala yang mungkin timbul dalam penerapan
teori belajar dengan pendekatan konstruktivis yaitu:
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik dalam
proses pembelajaran.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru
merasa nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model ceramah.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivistik memerlukan lebih banyak
waktu.
4. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa
yang besar.
5. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih ada
banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya. Sehingga
penguasaan materi oleh guru kurang memadai.

Anda mungkin juga menyukai