PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eklamsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut
dipakai karena seolah - olah gejala - gejala eklamsia timbul dengan tiba – tiba tanpa
didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklamsia pada
umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda pre
eklamsia. Pada wanita yang menderita eklamsia timbul serangan kejangan yang diikuti
oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya eklamsia dibedakan eklampsia gravidarum,
eklampsia parturientum dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada
eklamsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.
Eklamsia adalah pre-eklamsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul
bukan akibat dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran, 1999, Jilid 1 : 310).
Pre-eklamsia dan eklamsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara
langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif
merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan
umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih
dari 35 tahun. Pada multipara biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan seperti
kehamilan multifetal dan hidrop fetalis, penyakit vaskuler, termasuk hipertensi
essensial kronis dan diabetes mellitus, penyakit ginjal.
1
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
Pre-Eklamsia
A.Defenisi
Pre-eklamsia merupakan suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi
setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria, edema juga
dapat terjadi (Wijayarini, Maria : 2001)
Pre-eklamsia disebut juga hipertensi pada kehamilan, merupakan kelainan
yang tidak di ketahui etiologinya yang terjadi dalam kehamilan, di manifestasikan
dengan hipertensi (tekanan sistolik 30 mmHg atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas
nilai dasar). Edema, proteinuria (preeklamsia) yang dapat berlanjut pada kejang atau
koma (eklamsia) (Doengus, Marilyn E., 2001 : 178)
Pre-eklamsia ialah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi dalam triwulan ke 3
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya (Prawihardjo S, Ilmu Kebidanan dan Ilmu
Bedah Kebidanan, edisi 3 : 282, 1999)
Pre-eklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal.
Dapat disimpulkan wanita hamil dengan pre-eklamsia adalah kumpulan gejala
yang timbul pada ibu hamil atau pada wanita hamil, yang terdiri dari trias : hipertensi,
proteinuri, dan edema. Dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila
tekanan darah meningkat, tubuh menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin.
Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension
(PIH).
Pre-eklamsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga
muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki
kemungkinan untuk mengalami pre-eklamsia.
3
Klasifikasi Pre Eklamsia
1. Pre eklamsia Ringan
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang
berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Diagnosis :
Diagnosis pre eklamsi ringan di tegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
• Hipertensi : sistolik / diastolik ≥ 140/90 mmHg.
• Proteinuria : ≥ 300 mg / 24 jam
• Edema : edema lokal tidak dimasukan dalam kriteria pre eklamsi, kecuali edema pada lengan,
muka dan perut, edema generalisata.
2. Pre-Eklamsia Berat
Adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr / 24 jam.
A.Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria pre-eklamsia berat sebagaimana tercantum di
bawah ini:
• Sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg
• Proteinuria lebih 5 gr / 24 jam
• Oliguria
• Kenaikan kadar kreatinin plasma
• Gangguan fisus dan serebral
• Nyeri epigastrium
• Edema paru-paru dan sianosis
• Hemolisis mikroangiopatik
• Trombositopenia berat
• Gangguan fungsi hepar
• Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat
• Sindrom HELLP
4
C.Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori
– teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh
karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang
memuaskan. penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui.
Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah :
- Kelainan aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistem ketahanan tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, pre-eklamsia akan segera
berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan
perdarahan yang menyebabkan kematian. Maka pencegahan yang bisa dilakukan
adalah memastikan pemeriksaan rutin setiap bulan agar perkembangan berat badan
serta tekanan darah ibu dapat terpantau secara baik.
D.Diagnosa
Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan :
1. peningkatan tekanan darah yang lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg
2. peningkatan tekanan sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15 mmHg
3. peningkatan mean arterial pressure >20 mmHg, atau MAP > 105 mmHg
4. proteinuria signifikan, 300 mg/24 jam atau > 1 g/ml
5. diukur pada dua kali pemeriksaan dengan jarak waktu 6 jam
6. edema umum atau peningkatan berat badan berlebihan
Tekanan darah diukur setelah pasien istirahat 30 menit (ideal). Tekanan darah
sistolik adalah saat terdengar bunyi Korotkoff I, tekanan darah diastolik pada
Korotkoff IV.
Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka pre-
eklamsia disebut berat. Meskipun tekanan darah belum mencapai 160/110 mmHg, pre-
eklamsia termasuk kriteria berat jika terdapat gejala lain.
5
E.Penyebab
Pre-eklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang
memiliki sejarah pre-eklamsia di keluarganya. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita
yang memiliki banyak anak, ibu hamil, usia remaja, dan wanita hamil di atas usia 40
tahun. Selain itu, wanita dengan tekanan darah tinggi atau memiliki gangguan ginjal
sebelum hamil juga beresiko tinggi mengalami pre-eklamsia. Penyebab sesungguhnya
masih belum di ketahui. Ada beberapa teori menjelaskan perkiraan etiologi dari
kelainan tersebut di atas, sehingga kelaianan ini sering di kenal sebagai the disease of
theory (Zweifel, 1916). Adapun teori – teori tersebut antara lain:
Faktor predisposisi:
1) Primigravida atau multipara, terutama pada umur reproduksi eksterm, yaitu
remaja dan umur 35 tahun ke atas.
2) Multigravida dengan kondisi klinis:
a) Kehamilan ganda dan hidrops fetalis
b) Penyakit vaskuler termasuk hipertensi esensial kronik dan diabetes melitus
c) Penyakit ginjal
3) Hiperplasentosis
4) Riwayat keluarga pernah Pre eklamsi dan eklamsi
5) Obesitas dan hidramion
6) Gizi yan kurang dan anemi
7) Kasus – kasus dengan asam urat yang tinggi, defisiensi kalsium, defisiensi
asam lemak tidak jenuh kurang anti oksidan.
Penyebab lain yang diperkirakan dapat menyebabkan Pre Eklamsia adalah :
- Kelainan aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistim ketahanan tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang salah.
6
Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera
berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan
perdarahan yang menyebabkan kematian.
G.Pengobatan
Sebenarnya Ibu tidak perlu terlalu khawatir ketika terbukti terkena
preeklamsia, karena penyakit ini bisa diatasi dengan dua pengobatan yang dilakukan,
yakni secara medis konvensional dan secara holistik modern.
7
Medis konvensional merupakan pengobatan yang dilakukan tergantung pada
seberapa dekat tanggal perkiraan kelahiran Ibu. Bila kelahiran sudah dekat dengan
tanggal kelahiran dan bayi sudah cukup berkembang, maka dokter mungkin akan
menyarankan untuk mengeluarkan bayi dengan segera.
Namun apabila Ibu mengalami preeklamsia sedang, sementara bayi belum
berkembang secara penuh maka dokter akan menyarankan Ibu melakukan beberapa
hal seperti:
• Istirahat, berbaring pada sisi kiri tubuh agar janin tidak menindih urat darah
• Sering melakukan pemeriksaan sebelum kelahiran
• Mengurangi makan garam
• Minum 8 gelas air putih per hari
Dokter pun mungkin akan menyarankan Ibu untuk mengkonsumsi beberapa
jenis obat tertentu dan/atau melakukan terapi tertentu.
Tetapi apabila Ibu mengalami pre-eklamsia berat, maka biasanya dokter akan
mengobatinya dengan memberikan obat untuk menurunkan tekanan darah sampai
perkembangan bayi cukup untuk dapat dilahirkan dengan selamat. Selain itu, dapat
disertai dengan pengobatan dan/atau terapi lain yang diperlukan untuk menjaga
kondisi Ibu dan janin.
Sementara itu penanganan pre-eklamsia secara holistik modern biasanya
dilakukan oleh dokter dengan menyarankan Ibu mengambil tindakan preventif dan
perawatan seperti berikut:
• Hindari stres, karena stres dapat mengacaukan metabolisme tubuh, menurunkan
sistem imun dan bisa menyebabkan tekanan darah tinggi.
• Perbanyak mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, brokoli, wortel, kacang-kacangan
dan juga buah-buahan.
• Minum air putih sebanyak delapan gelas perhari
• Hindari minum susu, kafein, soft drink dan junk food
• Ganti garam meja dengan garam laut
• Mengkonsumsi supleman dan vitamin
8
Pengobatan Pre-Eklamsia Ringan
1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg).
3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan
minimal 8 jam pada malam hari)
4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi
metildopa 3x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau
nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7. Diet rendah garam dan diuretik TIDAK PERLU
8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau
pasien menunjukkan tanda-tanda preeklamsia berat. Berikan juga obat anti-hipertensi.
10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.
Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
9
cukup data untuk member rekomendasi tentang sikap terhadap kehamilannya pada
kehamilan preterm.
Berdasar Williams Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan
gejala–gejala preeklamsia berat selama perawatan; maka sikap terhadap kehamilannya
dibagi menjadi :
1. Aktif (aggressive management) : berarti kehamilan segera diakhiri /
diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa
2. Konservatif (ekspektatif) : berarti kehamilan tetap dipertahankan
bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
10
2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.
11
Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg
atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai umumnya
nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi
tambahan 10 mg lagi.
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2.
Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi
partus pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi
vakum atau cunam.
Pada pre-eklamsia terdapat penyulit pada ibu dan janin yang dapat
memperburuk keadaan ibu maupun janin.
Penyulit Ibu :
Sistem saraf pusat : perdarahan intracranial, thrombosis vena sentral, hipertensi
ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atau retina detachment dan
kebutaan korteks.
Gastrointestinal – hepatik : subskapular hematoma hepar, rupture kapsul hepar.
Ginjal : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.
Hematologik : DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi.
Kardiopulmonar : edema paru kardiogenik atau non – kardiogenik, depresi atau
arrest, pernapasan, kardiak arrest, iskemia miokardium.
Lain – lain : asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikan.
Penyulit Janin :
Penyulit yang dapat terjadi pada janin ialah intrauterine fetal growth
restriction, solusio plasenta, prematuritas, sindroma distress napas, kematian janin
intrauterin, kematian neonatal perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis,
sepsis, cerebral palsy.
12
Eklamsia
A. Pengertian
Eklamsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa
dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada
pasien yang telah menderita preeklampsia (pre-eklamsia dan eklamsia secara kolektif
disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.).
Eklamsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau
koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong, Tjandra
dan John, 2008 )
Eklamsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan.
Menjelang kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :
· Nyeri kepala di daerah frontal
· Nyeri epigastrium
· Penglihatan semakin kabur
· Adanya mual muntah
· Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah terangsang.
Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai
gejalanya eklamsia yaitu :
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein dalam urine
3. Edema kaki, tangan sampai muka
4. Terjadinya gejala subjektif :
· Sakit kepala
· Penglihatan kabur
· Nyeri pada epigastrium
· Sesak nafas
· Berkurangnya pengeluaran urine
13
5. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
6. Terjadinya kejang
14
· Berlangsung 1 sampai 2 menit
· Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
· Konsentrasi otot berlangsung cepat
· Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
· Mata melotot
· Mulut berbuih
· Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
· Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4. Tingkat koma
· Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas\
· Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi bertambah
cepat, dan tekanan darah meningkat.
1. Komplikasi ibu :
· Dapat menimbulkan sianosis
· Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
· Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung
mendadak
· Lidah dapat tergigit
· Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
· Gangguan fungsi ginjal
· Perdarahan
· Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus
2. Komplikasi janin dalam rahim :
· Asfiksia mendadak
· Solusio plasenta
· Persalinan prematuritas
15
· Jumlah primigravida terutama primigravida muda
· Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa
· Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukan
· Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
B. Etiologi Eklamsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau
payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan
penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan
protein dapat menimbulkan badan keton
b. Merangsang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang
menyebabkan :
· Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi bradikardi
serta irama yang tidak teratur
· Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya mekonium
yang akan masuk ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c. Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah
gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim . Oleh sebab itu
perlu memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian ibu dan bayi. Maka
usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia perlu diketahui bidan
dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.
C. Patofisiologi Eklamsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklamsia dijumpai kadar aldosteron
yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
dan natrium. Serta pada eklamsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
16
terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
sering terjadi pada eklamsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam
dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara
tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada
kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi
glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi
garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal,
sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau
anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan
oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan . Setelah
persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Skotoma,
diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya
eklamsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklamsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi
pada eklamsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklamsia
akan menurun.
Metabolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklamsia
sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan
17
diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan,
hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai
ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklamsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi
bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada
kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
D. Diagnosis Eklamsia
Eklamsia selalu didahului oleh pre eklamsia. Perawatan prenatal untuk
kehamilan dengan predisposisi pre eklamsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi
sedini mungkin gejala – gejala eklamsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang
tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi
adanya pre eklamsia sebelumnya.
Eklamsia harus dibedakan dari epilepsi ; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada,
kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.
E. Komplikasi Eklamsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklamsia dan eklamsia. Komplikasi
yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklamsia berat dan eklampsia :
1. Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah,
sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian plasenta
dapat terlepas.
2. Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
3. Hemolisis
18
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran
sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita
eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru – paru
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama
penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan
enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik.
Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai
beberapa hari setelah melahirkan.
9. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat
timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -
kejang pneumonia aspirasi, DIC, prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra
uterin.
F. Prognosa Eklamsia
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korban besar dari ibu dan bayi.
19
Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam
24 jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri
merupakan gejala yang buruk.
Gejala – gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ;
koma yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu di atas 39 ˚c, tekanan darah di atas
200 mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya edema, edema paru –
paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
G. Pencegahan Eklamsia
Pada umumnya timbulnya eklamsia dapat dicegah atau frekuensinyadi kurangi.
Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan jumlah balai
pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml memeriksa diri
sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre eklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya pada
kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda – tanda pre eklamsia tidak juga
dapat hilang.
H. Penanganan Eklamsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah
keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
· Beri obat anti konvulsan
· Perlengkapan untuk penanganan kejang
· Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
· Aspirasi mulut dan tenggorokan
· Baringkan pasien pada sisi kiri
· Posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
· Berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.
I. Pengobatan Eklamsia
Eklamsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di
rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
20
a. Menghindari terjadinya :
· Kejang berulang
· Mengurangi koma
· Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
· Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
· Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
· Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
· Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
· Hindari terjadinya trauma tambahan
21
- Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat
pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.
- Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
- Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
- Gagal induksi persalinan pervaginam
- Gagal pengobatan konservatif
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
23
baik pada ibu atau janin bila penanganannya tidak di lakukan oleh tenaga medis yang
benar-benar profesional.
Saran
Diharapkan kepada mahasiswa mengerti dan mengamati pengertian pre eklamsia dan
eklamsia sampai kepada penanganannya
24
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, ME dan Moorhouse, MF. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Edisi 2.
Jakarta EGC. 2001.
Mansjor A, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Media Aeusculapius,
1999.
Mochtar Rusta, Sinopsis Obstetri, Jilid 1 dan Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998.
Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan dan Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 3, Yayasan
Bina Pustaka, 1999.
Wiknjosastro, Hanifa, DSOG., Prof. dr., dkk. Ilmu Kebidanan. Edisi 3, Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohaij : 281-301, 1997.
25