Anda di halaman 1dari 11

Nama : Iva Zuhrotun

NIM : P1337431114047

Prodi : DIII Gizi Semester 5

Matkul : Ekonomi Pangan

KERAWANAN PANGAN

Rawan pangan adalah suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang
cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan beraktivitas dengan baik utnuk sementara waktu dalam
jangka panjang.

Kondisi yang memicu timbulnya kerawanan pangan yaitu :

1. Pola konsumsi yang semakin bertambah


2. Ketidakseimbangan antara konsumsi danstok ketersediaan pangan
3. Harga pangan yang mahal sehingga masyarakat tidak mampu membeli

Ada tiga hal penting yang mempengaruhi tingkat rawan pangan, yaitu :
a. Kemampuan penyediaan pangan kepada individu/rumah;
b. Kemampuan individu / rumah tangga untuk mendapatkan dan pangan;
c. Proses distribusi dan pertukaran pangan yang tersedia dengan sumber daya
yang dimiliki oleh individu/rumah tangga.

Tanda-tanda rawan pangan :


1. Terjadinya eksplosi hama dan penyakit pada tanaman;
2. Terjadi bencana alam berupa kekeringan, banjir, gempa bumi, gunung
meletus, dan sebagainya;
3. Terjadi kegagalan tanaman pangan makanan pokok; dan
4. Terjadinya penurunan persediaan bahan pangan setempat.
5. Bentuk tubuh individu kurus;
6. Ada penderita kurang kalori protein (KKP) atau kurang makanan (KM);
7. Terjadinya peningkatan jumlah orang sakit yang dicatat di Balai Kesehatan
Puskesmas;
8. Peningkatan kematian bayi dan balita

SENTRAL BERAS

Beras adalah salah satu produk makanan pokok paling penting di dunia. Menurut
penelitian yang dilaksanakan Bank Dunia hanya 5% dari produksi global beras
diperdagangkan di pasar internasional dan itu mengimplikasikan bahwa harga beras
rentan terhadap perubahan penawaran dan permintaan.
Indonesia adalah negara terbesar ketiga yang memproduksi beras terbanyak di
dunia, Indonesia masih tetap merupakan negara importir beras. Bahkan, Indonesia
memiliki konsumsi beras per kapita terbesar di dunia. Setiap orang Indonesia
mengkonsumsi sekitar 140 kilogram beras per tahun.
Provinsi-provinsi Indonesia yang merupakan penghasil beras terbesar adalah:
1. Sumatra Selatan
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Jawa Timur
5. Sulawesi Selatan
Pemerintah Indonesia menggunakan dua cara untuk mencapai swasembada beras.
Pada satu sisi, pemerintah mendorong para petani untuk meningkatkan produksi mereka
dengan mendorong inovasi teknologi dan menyediakan pupuk bersubsidi (meskipun
subsidi-subsidi ini mungkin dikurangi karena keterbatasan anggaran), dan di sisi lain,
berusaha mengurangi konsumsi beras masyarakat melalui kampanye seperti "satu hari
tanpa beras" (setiap minggunya), sementara mempromosikan konsumsi makanan-
makanan pokok lainnya.
KETAHANAN PANGAN

Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, mengartikan ketahanan pangan sebagai
:kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. 4 komponen yang
harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu:

1. kecukupan ketersediaan pangan;


2. stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke
tahun.
3. aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta
4. kualitas/keamanan pangan

Ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Hal ini
dipandang strategis karena tidak ada negara yang mampu membangun perekonomian tanpa
menyelesaikan terlebih dahulu masalah pangannya. Di Indonesia, sektor pangan merupakan
sektor penentu tingkat kesejahteraan karena sebagian besar penduduk yang bekerja on-farm
untuk yang berada di daerah pedesaan dan untuk di daerah perkotaan, masih banyak juga
penduduk yang menghabiskan pendapatannya untuk konsumsi. Pengembangan diversifikasi
pangan ke arah bahan pangan lokal merupakan salah satu cara yang dipandang efektif untuk
mengatasi sejumlah kerawanan tersebut sekaligus untuk mendukung terwujudnya ketahanan
pangan yang mantap.

Berkembangnya spektrum konsumsi pangan dapat mengurangi konsumsi beras per kapita
dan potensial pula untuk mendukung perkembangan ke arah pola pangan harapan. Pemantapan
ketahanan pangan dapat dilakukan dengan upaya-upaya, antara lain sebagai berikut:

1. peningkatan ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga dengan mengembangkan


komoditas pangan lokal sesuai potensi sumberdaya dan pola konsumsi setempat
2. peningkatan produktivitas pertanian melalui akselerasi pemanfaatan teknologi sesuai
dengan kapasitas sumberdaya manusia setempat
3. pembinaan dan pendampingan secara intensif dan berkelanjutan pada program-program
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya
manusia
4. menguatkan jejaring kerja dan komitmen seluruh pemangku kepentingan terhadap upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan ketahanan pangan rumah
tangga.
5. Dalam jangka panjang, upaya pemantapan ketahanan pangan dan penanganan rawan
pangan di tingkat rumah tangga dapat dilakukan melalui :

 menjaga stabilitas harga pangan


 perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan
 pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan
 peningkatan efektivitas program raskin
 penguatan lembaga pengelola pangan di pedesaan

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah sistem informasi yang dapat
digunakan sebagai alat bagi pemerintah daerah untuk mengetahui situasi pangan dan gizi
masyarakat. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi bertujuan untuk:

1. Mengetahui lokasi (kecamatan dan desa) yang mempunyai risiko rawan pangan dan gizi

2. Memantau keadaan pangan dan gizi secara berkesinambungan.

3. Merumuskan usulan tindakan jangka pendek dan jangka panjang.

Keluaran Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi disuatu Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut:

1. Tersedianya Peta kecamatan daerah rawan pangan dan gizi.

2. Adanya ramalan produksi dan ketersediaan makanan pokok.


3. Diketahuinya perkembangan pola konsumsi dan status gizi.

4. Adanya rumusan kebijakan bidang pangan dan gizi.

Indikator Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi :

1. Produksi Pangan.

a. Luas Tanam (LT).

b. Luas Kerusakan (LK).

c. Luas Panen (LP)

2. Non Pangan, dikembangkan oleh daerah

3. Harga Pangan.

a. Harga Produsen.

b. Harga Konsumen.

4. Indikator Konsumsi Pangan.

Perubahan jenis, frekuensi, jumlah makanan pokok.

5.Indikator Status Gizi.

a. Prevalensi Gizi Kurang balita

b. Pertumbuhan Balita (SKDN).

c. Kasus Gizi Buruk dari pemantauan KLB gizi oleh TPG.

6. Indikator Keluarga Miskin

- Proporsi keluarga miskin

7. Indikator lokal dikembangkan sesuai dengan keadaan daerah


PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari:

1. Pendapatan asli daerah, yaitu:


2. Hasil Pajak Daerah
3. Hasil Retribusi Daerah

Pendapatan asli daerah merupakan sumber pendekatan daerah dengan mengelola dan
memanfaatkan potensial daerahnya. Di dalam mengelola, mengolah dan memanfaatkan potensi
daerah, Pendapatan asli daerah dapat berupa pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah.

Undang-undang nomor 33 tahun 2004 mengklasifikasikan yang termasuk dalam pendapatan


asli daerah yang sah meliputi:

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.


2. Jasa giro.
3. Pendapatan bunga.
4. Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan, pengadaaan barang
ataupun jasa oleh pemerintah.
PIRAMIDA PENDUDUK

Piramida penduduk merupakan bentuk penyajian data kependudukan (jenis kelamin dan
kelompok umur) antara dua grafik batang yang digambarkan secara berlawanan arah dengan
posisi horizontal. Berdasarkan bentuknya, piramida penduduk dapat dibedakan menjadi piramida
penduduk ekspansif, konstruktif, dan stasioner.

1. Piramida Penduduk Ekspansif

Bentuk piramida ekspansif terjadi jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur
muda. Bentuk piramida ini dicirikan melebar di bagian bawah dan semakin meruncing di bagian
atasnya. Bentuk piramida semacam ini umumnya terjadi di negara-negara sedang berkembang.

2. Piramida Penduduk Konstruktif

Bentuk piramida konstruktif terjadi jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur
dewasa. Bentuk piramida ini dicirikan dengan bentuk mengecil di kelompok umur muda,
melebar di kelompok umur dewasa, dan mengecil kembali di kelompok umur tua. Bentuk
piramida seperti ini terdapat di negara-negara maju, seperti Jepang dan Swedia.

3. Piramida Penduduk Stasioner

Bentuk piramida stasioner terjadi jika jumlah penduduk pada tiap kelompok umur (muda,
dewasa, dan tua) relatif seimbang. Bentuk piramida ini dicirikan dengan bentuk yang relatif sama
atau rata di tiap kelompok umur. bentuk piramida semacam ini terdapat di negara-negara Eropa
yang telah lama maju serta mempunyai tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang rendah.
USIA PRODUKTIF

Usia produktif merupakan usia dimana manusia sudah matang secara fisik dan biologis.
Pada usia inilah manusia sedang berada pada puncak aktivitasnya. Aktifitas fisik yang dilakukan
cenderung lebih berat daripada usia lainnya. Padatnya aktifitas sering memicu timbulnya stress
yang juga merupakan penyakit yang sering menghinggapi masyarakat.

Usia produktif yaitu usia 18 – 45 tahun. Pada usia produktif orang akan semangat
melakukan aktivitas yang lebih banyak dan hasil yang didapat maksimal. Dengan ini Indonesia
banyak membutuhkan orang – orang yang produktif didunia kerja maupun yang lainnya.

Diusia produktif akan bekerja lebih keras lagi sehingga masalah ekonomi pangan dan gizi
akan berkurang karena terpenuhinya kebutuhan rumah tangga atau diri sendiri. Diusia produktif
juga akan mengembangkan system perekonomian Indonesia agar tidak rendah atau turun.

Usia produktif sangat dibutuhkan diindonesia dan diinginkan bagi setiap perusahaan,
perkantoran maupun politik. Dengan usia produktif kita bisa meningkatkan produktivitas pangan
dan kebutuhan konsumen seluruh Indonesia.yang mempengaruhi usia produktif diantaranya
lapangan pekerjaan yang sempit, rendahnya pengetahuan , dan sifat malas setiap orang.

ANGKA KELAHIRAN

1. Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR)

Angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi setiap 1.000
penduduk. CBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

CBR = L/P x 1.000

2. Angka kelahiran khusus (Age Specific Birth Rate/ASBR)

Angka kelahiran khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi setiap 1.000
penduduk wanita pada kelompok umur tertentu. ASBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

ASBR = Li/Pi x 1.000


3. Angka kelahiran umum (General Fertility Rate/GFR)

Angka kelahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran setiap 1.000 wanita
yang berusia 15 – 49 tahun dalam satu tahun. GFR dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini.

GFR = L/(W(15-49)) x 1.000

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah


tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah penduduk suatu wilayah di
masa yang akan datang. penduduk akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dimana
pertambahan penduduk meningkat secara deret ukur sedangkan pertambahan bahan makanan
meningkat secara deret hitung

Rumus laju pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut.

atau

Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau terjadi
penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya pertumbuhan penduduk
negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya
tidak terjadi perubahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan pendapatan (PDB) tanpa
mengaitkannya dengan tingkat pertambahan penduduk. Pertumbuhan penduduk biasanya
dikaitkan dengan tingkat pembangunan ekonomi, atau bahkan tidak jarang dianggap hal yang
sama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara umum yaitu:

 Faktor produksi
 Faktor investasi
 Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran
 Faktor kebijakan moneter dan inflasi
 Faktor keuangan Negara

Negara berkembang menghadapi banyak masalah dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi.


Hambatan-hambatan terpenting yang dialami adalah

 Kegiatan sektor pertanian masih tetap tradisonal dan produktivitasnya sangat rendah
 Kebanyakan negara masih menghadapi masalah kekurangan dana modal dan barang
modal (peralatan produksi) yang modern
 Tenaga terampil, terdidik dan keahlian keusahawanan penawarannya masih jauh dibawah
jumlah yang diperlukan
 Perkembangan penduduk sangatlah pesat
 Berbagai masalah institusi, sosial, kebudayaan dan politik yang sering dihadapi.

Kebijakan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pemerintah adalah:

 Kebijakan diversivikasi kegiatan ekonomi


 Mengembangkan infrastruktur
 Meningkatkan tabungan dan investasi
 Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat
 Merumuskan dan melaksanakan perencanaan ekonomi
DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP GIZI

Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap gizi yaitu

1. penurunan prevalensi balita gizi buruk,


2. peningkatan prevalensi status gizi normal
3. penurunan prevalensi status gizi kurang pada dewasa
4. penurunan prevalensi balita sangat pendek

Dengan naiknya ekonomi akan memberi dampak yang signifikan pada kesehatan
terutama pada status gizi. Status gizi yang dulunya kurang dengan naiknya ekonomi menjadi
status gizi yang baik dan member kemakmuran pada masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi karena pendapatan perkapita yang naik, laju
pertumbuhan penduduk rendah dan sumber daya alam yang kaya. Jika laju pertumbuhan
ekonomi semakin hari semakin naik maka kebutuhan masyarakat akan terpenuhi dan tidak ada
lagi yang mengalami gizi kurang / gizi buruk.

Anda mungkin juga menyukai