Anda di halaman 1dari 6

Makna hak dan kewajiban

HAK
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu
yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain
manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban
adalah sesuatu yang harus dilakukan

KEWAJIBAN
Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. - Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”. - Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J
ayat 1 mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

KARAKTERISTIK ATAU CIRI HAK DAN KEWAJIBAN

Hak asasi manusia tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik hak yang dimiliki
manusia ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tidak ada yang paling penting antar
karakteristiknya, oleh karenanya karakteristik HAM bersifat saling mengikat antar komponen.
Pertama, bersifat Universal (universality). Artinya universalitas hak tidak dapat berubah atau tidak
dialami dengan cara yang sama oleh semua orang. Hak asasi bersifat umum, semua orang tanpa
terkecuali, mendapatkannya secara cuma-cuma dan bukan karena kedudukan atau jabatan yang
diembannya. Kedua, martabat manusia (human dignity). Hak asasi merupakan hak yang melekat,
dan dimiliki setiap manusia di dunia tanpa terkecuali, dari dalam kandungan hingga manusia
tersebut mati. Prinsip HAM ditemukan pada pikiran setiap individu, tanpa memperhatikan umur,
budaya, keyakinan, etnis, ras, gender, orientasi seksual, bahasa, kemampuan atau kelas sosial
lainnya. Setiap manusia, oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak asasinya.
Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat dan tidak bisa
digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis.

Ketiga, kesetaraan (equality). Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati harkat


dan martabat yang melekat pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia (DUHAM) menyatakan bahwa ”setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan
sederajat dalam harkat dan martabatnya”. Keempat, Non diskriminasi (non-discrimination). Non
diskriminasi terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa tidak seorangpun dapat
meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti misalnya ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya, kebangsaan, kepemilikan, status
kelahiran atau lainnya. Kelima, Tidak dapat dicabut (inalienability). Hak-hak individu tidak dapat
direnggut, dilepaskan dan dipindahkan. Namun, hak asasi manusia dapat dibatasi sepanjang untuk
alasan yang dibenarkan menurut hukum yang berlaku pada suatu negara, misalnya apabila
seseorang melakukan tindak pidana, dengan ancaman kurungan penjara. Artinya, hak-hak asasi
warga binaan yang dipenjara tidak lantas tidak dapat dikurangi, seperti hak mendapat hiburan,
berwisata, bahkan makan dan minum-pun semua dibatasi.

Keenam, Tak bisa dibagi (indivisibility). HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-
semuanya bersifat inheren, yaitu menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian terhadap
satu hak akan menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa
memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hak tersebut
merupakan hak dasar bagi setiap orang agar bisa menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas
kesehatan atau hak atas pendidikan. Ketujuh, Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and
interdependence). Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya,
baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, dalam situasi tertentu, hak atas pendidikan
atau hak atas informasi adalah saling bergantung satu sama lain. Misalnya, apabila hak terhadap
pendidikan tidak didapat seseorang, maka akan berdampak pada hak memperoleh pekerjaan,
berimplikasi terhadap hak atas kesejahteraan dan tentu berpengaruh terhadap hak hidup secara
layak. Oleh karena itu pelanggaran terhadap suatu hak akan saling bertalian, hilangnya satu hak
mengurangi hak lainnya.

Terakhir, Tanggung jawab negara (state responsibility). Negara dan para pemangku kewajiban
lainnya bertanggung jawab untuk menaati hak asasi. Bahkan, di Indonesia sendiri hal ini
ditegaskan lagi melalui kebijakan Presiden Jokowi melalui Nawacita, bahwa negara harus hadir
kepada segenap warga negaranya, melalui serangkaian instrumen HAM yang disahkan melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karenanya, masyarakat dalam hal ini, harus
tunduk pada norma-norma hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen
HAM. Seandainya pemerintah gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang
dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan secara layak, sebelum tuntutan itu diserahkan pada
sebuah pengadilan yang kompeten atau adjudikator (penentu) lain yang sesuai dengan aturan dan
prosedur hukum yang berlaku.

HAL DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA DALAM NILAI PRAKTIS PANCASILA

Nilai Ideal Disebut juga nilai dasar yang berkaitan dengan hakikat kelima sila pancasila. Nilai-
nilai dasar tersebut bersifat universal, di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai
yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat abstrak, tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup
negara. Penjabaran antara HAM dengan kelima sila Pancasila ialah sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa Menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,
melaksanakan ibadah, dan menghormati perbedaan agama.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Menempatkan setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapatkan
jaminan dan perlindungan hukum.
3. Persatuan Indonesia Mengamanatkan adanya unsur pemersatu di antara warga negara dengan
semangat rela bekorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Mengakui hak milik dan jaminan sosial secara
perorangan yang dilindungi oleh negara serta berhak mendapatkan pekerjaan dan
perlindungan.

PELANGGARAN HAM DALAM PERSPEKTIF DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Begitu banyaknya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia dan sebagian besar dari kasus
tersebut tidak dapat diungkap oleh aparat penegak hukum, walaupun sebagian kasus sudah
didesak untuk diselesaikan oleh keluarga korban yang merasa kehilangan atas korban
pelangggaran hak asasi manusia tersebut. Mereka menuntut agar pelaku pelanggaran tersebut
dapat menerima sanksi yang setimpal atas apa yang telah diperbuat. Namun ada juga kasus yang
sudah tersentuh tangan hukum negeri ini tetapi tidak diselesaikan dengan baik, bahkan pelaku
yang mendapat proses hukum bukanlah otak dari peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi.
Beberapa pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia merupakan perbuatan pemimpin dan
aparat negeri ini dengan alasan untuk menegakkan kebenaran. Seperti yang pembantaian
terhadap anggota PKI dan ormas yang dianggap berafiliasi dengannya yang dilakukan oleh
aparat negara kala itu dengan alasan memberantas paham komunis di Indonesia. Sebenarnya
tindakan tersebut merupakan pelanggaran HAM berat karena menghabisi nyawa manusia dalam
jumlah massal tanpa adanya proses hukum terlebih dahulu. Hal tersebut dengan jelas menentang
Pancasila, karena dalam Pancasila tidak dibenarkan untuk menghabisi nyawa individu atau
sekelompok orang tanpa adanya proses hukum yang jelas.
Dari peristiwa yang telah ditulis di atas dapat kita sadari bahwa Pancasila merupakan
landasan negara yang dapat kita gunakan untuk melawan pelanggaran hak asasi manusia dalam
bentuk apapun. Kandungan dari setiap sila dari Pancasila dengan tegas menentang setiap
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh siapaun termasuk oleh pemimpin dan aparat negeri ini.
Kaitannya dengan hal ini adalah Indonesia harus tegas menindak aparat atau pemimpin
pemerintahan baik yang menjabat di masa sekarang atau masa lalu yang dengan sengaja
melakukan pelanggaran HAM. Hal ini juga berkaitan dengan doktrin tentang hak-hak asasi
manusia yang diterima secara universal sebagai ‘a moral, political, legal framework and as
aguideline’ dalam membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan
serta perlakuan yang tidak adil. Rumusan Pancasila yang menentang adanya pelanggaran HAM
juga ada dalam Declaration of Human Right 1948 yang dilakukan oleh PBB. Deklarasi sedunia
tentang hak-hak asasi manusia tersebut menjelaskan bahwa bangsa-bangsa sedunia melalui
wakil-wakilnya memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal walaupun
realisasinya juga disesuaikan dengan kondisi serta peraturan perundangan yang berlaku dalam
setiap negara di dunia ini.Di Indonesia sendiri landasan yang berkaitan dengan penjelasan di atas
adalah Pancasila dan UUD 1945.
Namun demikian, dikukuhkannya naskah Universal Declaration of Human Right ini, ternyata
tidak cukup mampu untuk mencabut akar-akar penindasan di berbagai negara termasuk di
Indonesia.Oleh karena itu PBB secara terus-menerus berupaya untuk
memperjuangkannya.Akhirnya setelah kurang lebih 18 tahun kemudian, PBB berhasil juga
melahirkan Convenant on Economic, Social and Cultral (Perjanjian tentang ekonomi, social dan
budaya) dan Convenant on Civil and Political Rights (Perjanjian tentang hak-hak sipil dan
politik) (Asshiddiqie, 2006: 92).
Melihat kembali sejarah kelam pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia yang dilakukan
pemimpin dan aparat pemerintahan pada masa itu dapat kita ketahui bahwa pelaku dengan jelas
mengetahui adanya Pancasila, UUD 1945 dan Declaration of Human Right namun mereka
dengan sengaja memutar balikkan hukum yang ada demi kepentingan pihak atau golongan yang
dianut dengan mengatasnamakan kebenaran yang harus ditegakkan atas nama hukum negeri ini.
Peranan Pancasila dalam hal ini sangatlah besar karena kandungannya telah mengatur hak-hak
dan kewajiban warga negara yang telah ditentukan juga dalam UUD 1945 dan tidak dapat
dilanggar. Sebagai contoh dalam masa Orde Baru ada salah satu pelanggaran HAM yang ironis
yaitu pembunuhan berencana terhadap pelopor yang menuntut dipenuhinya hak-hak buruh di
Indonesia, yang sekarang kita kenal dengan kasus Marsinah. Pelaku utama dari kasus tersebut
tidak tersentuh hukum, sementara orang lain menjadi kambing hitam, dan hal tersebut
merupakan bukti represi militer di bidang pembunuhan yang membenarkan tindakannya dan
tidak ambil pusing terhadap permasalahan rakyat Indonesia. Selain melanggar Pancasila,
pelanggaran HAM di atas juga melanggar UUD 1945, khususnya Pasal 28 A yang berbunyi
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”.
Dalam realisasi kehidupan, Pancasila memang berperan dalam menekan tindakan
pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia karena unsur-unsur yang terkandung dalam
Pancasila selalu mengajarkan tentang bagaimana cara menghormati hak-hak sesama manusia
yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis tentang hakekat manusia
yang melatarbelakanginya. Menurut pandangan filsafat bangsa Indonesia yang terkandung dalam
Pancasila hakikat manusia adalah ‘monopuralis’. Susunan kodrat manusia adalah jasmani dan
rohani, atau jiwa dan raga, sifat kodrat manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial,
serta kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia,
secara resmi Deklarasi Pembukaan dan pasal-pasal UUD telah lebih dahulu merumuskan hak-
hak asasi manusia dari pada Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB. Fakta sejarah
menunjukkan bahwa Pembukaan UUD 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945, sedangkan Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB pada tahun
1948.Hal ini menunjukkan kepada dunia bahwa sebenarnya bangsa Indonesia sebelum
tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia beserta convenantnya, telah mengangkat hak-hak
asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan negara, yang tertuang dalam UUD 1945.Hal
ini juga telah ditekankan oleh The Founding Fathers bangsa Indonesia, misalnya pernyataan
Moh. Hatta dalam siding BPUPKI yang berbunyi “Walaupun yang dibentuk itu negara
kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkannya beberapa hak dari warga negara, agar jangan
sampai timbul negara kekuasaan atau ‘Machtsstaat’, atau negara penindas (Yamin, 1959: 207)”.
Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, dan
Pembukaan inilah yang merupakan sumber normative bagi hukum positif Indonesia terutama
penjabarannya dalam pasal-pasal UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea I dinyatakan
bahwa : “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Dalam pernyataan ini terkandung pengakuan
secara yuridis hak-hak asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana terkandung dalam
Deklarasi PBB pasal I. Dasar filosofis hak asasi manusia tersebut adalah bukan kemerdekaan
manusia secara individualis saja, melainkan menempatkan manusia sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial yaitu sebagai suatu bangsa. Oleh karena itu hak asasi ini tidak dapat
dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia.

HAK DAN KEWAJIBAN BERDASARKAN UUD 1945


Hak dan kewajiban warga negara juga diatur dalam UUD 1945, antara lain:
1. Hak warga negara yang sama dalam hukum dan pemerintahan, serta kewajiban
untuk menjunjung hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945)
2. Hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(Pasal 27 ayat (2) UUD 1945)
3. Hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara
(Pasal 27 ayat (3) UUD 1945)
4. Hak kemerdekaan warga negara untuk berserikat, berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan (Pasal 27 UUD 1945)
5. Hak kemerdekaan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah
menurut agamanya (Pasal 29 ayat (2) UUD 1945)
6. Hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30 ayat (1) UUD 1945)
7. Hak untuk mendapatkan pengajaran bagi tiap-tiap warga negara (Pasal 31 ayat (1)
UUD 1945).

D. Kewajiban dan Kewenangan Pemerintah Negara Indonesia

Hak dan kewajiban warga negara juga diatur dalam UUD 1945, antara lain:

1. Hak warga negara yang sama dalam hukum dan pemerintahan, serta kewajiban
untuk menjunjung hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945)
2. Hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(Pasal 27 ayat (2) UUD 1945)
3. Hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara
(Pasal 27 ayat (3) UUD 1945)
4. Hak kemerdekaan warga negara untuk berserikat, berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan (Pasal 27 UUD 1945)
5. Hak kemerdekaan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah
menurut agamanya (Pasal 29 ayat (2) UUD 1945)
6. Hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30 ayat (1) UUD 1945)
7. Hak untuk mendapatkan pengajaran bagi tiap-tiap warga negara (Pasal 31 ayat (1)
UUD 1945).

D. Kewajiban dan Kewenangan Pemerintah Negara Indonesia

Hak dan kewajiban warga negara juga diatur dalam UUD 1945, antara lain:
1. Hak warga negara yang sama dalam hukum dan pemerintahan, serta kewajiban
untuk menjunjung hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945)
2. Hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(Pasal 27 ayat (2) UUD 1945)
3. Hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara
(Pasal 27 ayat (3) UUD 1945)
4. Hak kemerdekaan warga negara untuk berserikat, berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan (Pasal 27 UUD 1945)
5. Hak kemerdekaan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah
menurut agamanya (Pasal 29 ayat (2) UUD 1945)
6. Hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30 ayat (1) UUD 1945)
7. Hak untuk mendapatkan pengajaran bagi tiap-tiap warga negara (Pasal 31 ayat (1)
UUD 1945).

Adapun kewajiban dan kewenangan Pemerintah Negara Republik Indonesia, antara lain:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia


2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial
5. Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara
6. Memelihara kemerdekaan dan kedaulatan negara
7. Memelihara keamanan, ketertiban, ketenteraman bangsa dan negara
8. Menghormati dan melindungi hak asasi warga negara
9. Menegakkan hukum/perundang-undangan dan keadilan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
10. Melaksanakan program pembangunan Nasional
11. Membuat dan mencabut kebijakan demi pelaksanaan pemerintahan negara.

Anda mungkin juga menyukai