Laporan Kunjungan
Laporan Kunjungan
Oleh :
Rismayanti
200110140179
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
I
PENDAHULUAN
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Es krim dapat didefinisikan sebagai makanan beku yang dibuat dari produk
susu (dairy) dan dikombinasikan dengan pemberi rasa (flavor) dan pemanis
(sweetener) (Marshall, 1996). Menurut Standar Nasional Indonesia, es krim
adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es
krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau
tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Campuran bahan es krim diaduk ketika
didinginkan untuk mencegah pembentukan Kristal es yang besar. Secara
tradisional, penurunan temperatur campuran dilakukan dengan cara mencelupkan
campuran ke dalam campuran es dan garam.
2.2 HACCP
PEMBAHASAN
Hampir semua es krim diproduksi dari campuran produk susu (dairy); berupa
susu, krim, maupun padatan lemaknya; minyak sayur atau mentega, pemanis,
penstabil, dan pengemulsi, pemberi/penguat rasa (flavor), pewarna (color), dan
bahan lain dapat ditambahkan pada tahap akhir proses produksi. (Person, 1980).
Pada umumnya, campuran tersebut hanya membentuk 50% dari volume akhir es
krim, sisanya merupakan udara yang dicampurkan pada proses whipping. (Person,
1980).
Ada berbagai tipe dari es krim yang diproduksi di Wall’s. Es krim bertipe
water ice (w/o overrun) adalah tipe es krim yang tidak sitambahkan susu sama
sekali, contohnya es krim rasa buah-buahan. Ada juga tipe milk ice with overrun
yang ditambahkan susu. Overrun (OR) adalah jumlah udara yang ditambahkan ke
dalam mix, yang membuat struktur es krim menjadi lembut. OR=100%; artinya
dalam 100 ml es krim, terdapat 50 ml udara. Semakin banyak udara yang
ditambahkan, semakin lembut es krim yang didapat. Akan tetapi terlalu banyak
udara akan membuat es krim menjadi cepat mencair. Banyaknya udara yang
ditambahkan tergantung produk es krim yang akan dibuat.
1. Air
Air merupakan komponen terbesar dalam campuran es krim, berfungsi
sebagai pelarut bahan‐bahan lain dalam campuran. Komposisi air dalam
campuran bahan es krim umumnya berkisar 55‐64%. (Person, 1980).
2. Milk Solid Non Fat (MSNF)
MSNF merupakan bahan baku es krim yang mengandung laktosa, kasein,
whey protein, dan mineral. MSNF merupakan bahan penting dalam
pembuatan es krim. Fungsi MSNF dalam es krim adalah sebagai berikut:
1) Kehadiran protein dalam MSNF dapat meningkatkan tekstur es krim
dan mampu mempertahankan tekstur es krim agar tidak snowy dan
flaky pada overrun tinggi.
2) Memberi bentuk dan membuat tidak kenyal pada produk akhir.
Walaupun memiliki banyak kegunaan, penggunaan MSNF harus dibatasi
karena dapat menghilangkan aroma dari beberapa campuran bahan es krim
dan MSNF memiliki kandungan laktosa yang tinggi. Kelebihan laktosa pada
campuran es krim dapat menyebabkan cacat tekstur es krim menjadi kasar
akibat dari adanya kristal laktosa yang terbentuk ke luar campuran. Selain itu,
kelebihan laktosa juga dapat menurunkan titik beku produk akhir. Penggunaan
MSNF secara umum berkisar antara 9‐12%, bergantung pada jenis produk.
Sumber MSNF untuk kualitas produk yang tinggi berasal dari susu skim
konsentrat dan bubuk susu skim pemanasan rendah proses spray (spray
process low heat skim milk powder). Sumber lain yang digunakan adalah susu
skim, susu skim terkondensasi beku (frozen condensed skimmed milk), bubuk
buttermilk atau buttermilk terkondensasi, susu terkondensasi, dan whey kering
atau whey terkondensasi.
Saat ini penggunaan susu skim bubuk atau skim terkondensasi telah
banyak digantikan dengan berbagai jenis susu bubuk pengganti yang
merupakan campuran dari konsentrat whey protein, kasein, dan bubuk whey.
Kandungan protein dalam bubuk pengganti ini lebih kecil dibandingkan
dengan bubuk skim, berkisar antara 20‐25% sehingga memilki harga yang
lebih murah. Campuran ini juga memiliki komposisi whey protein dan kasein
yang tepat untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam membuat campuran
es krim.
3. Susu (milk fat)
Lemak susu dalam campuran es krim memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Meningkatkan cita rasa pada es krim.
2) Menghasilkan tekstur lembut pada eskrim.
3) Membantu dalam memberikan bentuk pada es krim.
4) Membantu dalam pemberian sifat leleh yang baik pada es krim.
5) Membantu dalam melumasi freezer barrel pada saat produksi
(campuran non‐fat sangat kasar untuk peralatan pendinginan)
Seperti halnya MSNF, penggunaan lemak susu juga harus dibatasi karena
dapat menghalangi kemampuan whipping dari campuran es krim. Selain itu,
lemak susu yang berlebihan dapat menghasilkan rasa gurih yang berlebihan
pada es krim sehingga dapat menurunkan konsumsi. Harga lemak susu relatif
tinggi sehingga dapat meningkatkan biaya produksi apabila penggunaannya
berlebihan. Kelemahan lain pada penggunaan lemak susu berlebih adalah nilai
kalori campuran es krim yang meningkat. Sumber lemak susu untuk
menghasilkan produk es krim dengan cita rasa dan kelezatan tinggi adalah
susu segar. Sumber lain yang biasa digunakan adalah mentega dan lemak susu
anhidrat.
Lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sumber lemak susu
adalah struktur kristal lemaknya, laju kristalisasi lemak pada temperatur yang
berubah‐ubah, profil pelelehan lemak (terutama temperatur pendinginan dan
pembekuan), kandungan trigliserida yang mudah meleleh, dan rasa dan
kemurnian minyaknya. Kandungan lemak susu pada es krim pada umumnya
berkisar antara 10‐16%.
4. Pemanis (Sweetener)
Es krim yang manis pada umumnya didambakan oleh setiap orang yang
memakannya. Oleh karena itu, pemanis biasanya ditambahkan pada campuran
es krim sebanyak 12‐16%. Pemanis akan melembutkan tekstur, meningkatkan
kecocokan pada es krim, memperkaya rasa, dan biasanya merupakan sumber
termurah dari padatan es krim. Kegunaan lain dari pemanis adalah berperan
pada penurunan titik beku sehingga pada temperatur yang sangat rendah,
masih terdapat air yang tidak membeku. Tanpaadanya air yang tidak beku
tersebut, maka es krim akan menjadi sangat keras dan sangat sulit untuk
disendok.
Sukrosa merupakan sumber pemanis yang paling banyak digunakan
karena memberi rasa yang kuat. Penggunaan sukrosa telah banyak digantikan
dengan gula jagung (corn syrup) karena dapat lebih memperkokoh bentuk es
krim dan meningkatkan shelf‐life.
5. Pemantap (stabilizer)
Penstabil merupakan senyawa, biasanya getah polisakarida makanan, yang
ditambahkan untuk menambah viskositas campuran dan fasa tak beku es krim.
Tanpa adanya penstabil, es krim akan menjadi kasar dan proses pembentukan
kristal es akan menjadi sangat cepat. Selain itu, penstabil juga berfungsi untuk
mencegah terjadinya proses heat shock, yaitu proses pelelehan dan pembekuan
pada es krim yang terjadi selama distribusi sehingga menyebabkan es krim
menjadi bersifat es. Disebabkan oleh karena berfungsi sebagai menaikkan
viskositas, penggunaan penstabil harus dibatasi agar tidak memberikan
viskositas yang terlalu tinngi pada campuran es krim. Jumlahpenstabil yang
ditambahkan biasanya berkisar 0,2%‐0,5%.
6. Pengemulsi (Emulsifier)
Pengemulsi adalah senyawa yang ditambahkan pada campuran es krim
untuk menghasilkan struktur lemak dan kebutuhan distribusi udara yang tepat
sehingga menghasilkan karakteristik leleh yang baik dan lembut. Pengemulsi
terdiri dari bagian hidrofil dan lipofil yang terpisah pada permukaan
pertemuan antara minyak dan air yang menyebabkan turunnya tegangan
permukaan antara minyak dan air dalam emulsi sehingga disperse lemak dapat
berlangsung dengan baik.
Pengemulsi asli pada es krim adalah kuning telur, namun yang paling
banyak digunakan sekarang ini adalah mono‐ dan digliserida yang berasal dari
hidrolisis parsial lemak hewani maupun minyak nabati. Pengemulsi lain yang
banyak digunakan adalah polisorbat 80 yang merupakan sorbitan ester yang
mengandung glukosa alcohol (sorbitol) yang terikat pada asam lemak dan
asam oleat dan ditambahkan dengan oksietilen untuk meningkatkan kelarutan
dalam air (Person, 1980).
Pengemulsi lain yang dapat digunakan adalah mentega susu dan gliserol
ester. Jumlah penstabil dan pengemulsi kurang dari 1,5%‐berat campuran es
krim. Keduanya harus telah diteliti secara mendalam dan mendapat keterangan
Generally Recognized as Safe (GRAS) sebelum digunakan sebagai bahan
campuran es krim.
7. Pewarna
Merupakan senyawa yang ditambahkan pada campuran es krim untuk
memberikan warna tertentu dan membuat penampilan lebih menarik. Jenis
yang banyak digunakan adalah Tartazine, Sunset Yellow, Brilliant Blue, dan
Carmoisine).
8. Pemberi rasa (flavor)
Pemberi rasa ditambahkan pada campuran es krim untuk memberikan rasa
tertentu. Bahan pemberi rasa yang banyak digunakan adalah vanilla, coklat,
perasa buatan, sari buah, kacang, dan lain‐lain.
9. Bahan Pelengkap
Bahan‐bahan pelengkap ditambahkan untuk menambah penampilan luar
dan memperkaya rasa. Bahan pelengkap yang banyak digunakan adalah
cokelat, permen, biskuit, kacang, dan buah.
1. Pencampuran (Mixing)
Pada tahap ini, semua bahan dasar dicampur di dalam tangki berpengaduk.
Tangki yang digunakan biasanya berbahan baja tahan karat (stainless steel).
Pada proses pencampuran ini, bahan baku cairan dimasukkan langsung ke
dalam tangki melalui pipa yang terhubung langsung dengan tangki, sedangkan
bahan baku padatan dimasukkan ke dalam tangki melalui mulut tangki.
Pencampuran memerlukan agitasi yang keras agar semua bahan dapat
bercampur dengan baik, oleh karena itu biasanya digunakan pengaduk dengan
kecepatan tinggi.
Proses pencampuran pada pabrik es krim dilakukan secara partaian. Pada
tahap ini, seluruh bahan baku dimasukkan ke dalam tangki pencampur
kemudian diaduk. Terdapat dua buah tangki pengaduk berkapasitas dua ton
terbuat dari bahan baja anti karat (stainless steel) dan memiliki pengaduk
berjenis propeller.
Semakin lama pengadukan pada proses pencampuran, campuran yang
dihasilkan menjadi semakin homogen namun temperatur dan viskositas
menjadi semakin menurun sehingga sulit untuk dipompakan menuju proses
pasteurisasi. Oleh karena itu, waktu pengadukan pada proses pencampuran
dibatasi.
Proses pencampuran dari mulai memasukkan bahan baku hingga
pemompaan ke proses pasteurisasi menggunakan waktu selama 20 menit.
Tangki pencampur harus dibersihkan terlebih dahulu untuk penggunaan
memproduksi campuran yang berbeda jenis dan warna. Proses memasukkan
bahan baku ke dalam tangki pencampur terdiri dari dua cara yaitu secara
manual dan secara otomatis. Bahan baku yang dimasukkan secara manual
biasanya berupa bahan baku padat, sedangkan yang dimasukkan secara
otomatis berupa cair yang terhubungkan langsung melalui pipa ke dalam
tangki pencampur. Memasukkan bahan baku ke dalam tangki pengaduk secara
berurutan sesuai deng an urutan tertentu. Urutan bahan baku yang dimasukkan
ke dalam tangki pencampur adalah air, gula pasir, bahan susu, racikan, gula
sirup, minyak nabati, dan terakhir adalah rework. Fungsi dari adanya urutan
bahan baku dijelaskan pada uraian berikut ini yang diurutkan dari bahan yang
dimasukkan lebih dahulu:
1) Air
Air dimasukkan pertama kali ke dalam tangki pencampur. Air digunakan
untuk melarutkan semua bahan baku. Temperatur air yang masuk ke
dalam tangki berkisar antara 80‐85 C untuk memudahakan pelarutan
bahan baku. Air dimasukkan ke dalam tangki secara otomatis melalui pipa
yang terhubung langsung ke dalam tangki. Mula‐mula, air yang
dikeluarkan tidak merupakan seluruh jumlah air yang digunakan untuk
melarutkan bahan baku, tapi disisakan sebagian untuk membersihkan
campuran yang masih tersisa setelah campuran dipompakan menuju proses
pasteurisasi.
2) Gula pasir
Setelah jumlah air yang dimasukkan ke dalam tangki pengaduk mencapai
jumlah yang diinginkan, bahan yang kemudian dimasukkan ke dalam
tangki pengaduk adalah gula pasir. Penambahan gula pasir sebelum
penambahan bahan susu adalah untuk menurunkan temperatur air sehingga
tidak terjadi kerusakan nutrien pada susu berupa pemecahan protein.
Akibat penambahan gula tersebut, temperatur air turun hingga mencapai
75‐80 C.
3) Bahan susu
Yang termasuk bahan susu adalah susu skim dan bubuk whey.
Penambahan susu pada temperatur air 75‐80 C bertujuan agar tidak terjadi
penggumpalan, lebih mudah larut, dan dapat membunuh sebagian bakteri
yang terdapat pada susu (jika ada).
4) Racikan
Racikan terdiri dari bahan‐bahan pengemulsi dan pemantap. Racikan
dimasukkan secara sedikit dmi sedikit agar terjadi pencampuran yang baik
dan mencegah terjadinya penggumpalan.
5) Gula sirup
Gula sirup merupakan bahan cair sehingga penambahannya ke dalam
tangki dilakukan secara otomatis melalui pipa. Gula sirup yang masuk ke
dalam tangki bertemperatur 45‐50 C.
6) Minyak nabati
Seperti halnya gula sirup dan air, minyak nabati juga ditambahkan ke
dalam tangki secara otomatik. Minyak nabati yang ditambahkan
bertemperatur 40‐45 C. Selain dengan cara otomatis, penambahan minyak
nabati juga dilakukan secara manual pada pembuatan campuran tertentu
sebagai pelarut bahan tambahan seperti kalsium.
7) Rework
Rework adalah material yang dihasilkan dari beberapa tahapan pada
proses. Penggunaan rework dibatasi hanya 10%‐berat untuk jenis ice
cream dan 15% untuk jenis water ice.
2. Pateurisasi (Pasteurization) dan Homogenisasi (Homogenization)
3. Penuaan (Aging)
CCP merupakan titik spesifik dalam sistem pangan dimana hilangnya kendali
dapat menyebabkan resiko kesehatan terhadap manusia. CCP decision tree
merupakan urutan pertanyaan untuk menentukan apakah suatu titik kendali
merupakan CCP atau bukan. Kriteria CCP ditentukan jika dalam proses produksi
es krim mengandung bahaya tanpa adanya proses yang dapat menghilangkan
bahaya tersebut atau ada proses yang dirancang spesifik untuk menghilangkan
bahaya tersebut.
Pada produksi es krim CCP ditemukan pada tahap sebelum proses produksi,
saat proses produksi dan setelah proses selesai. CCP sebelum proses produksi
terdapat pada tahap penerimaan dan penyimpanan high risk ingredients dan
penyimpanan packaging. High risk ingredients mencakup bahan-bahan yang
ditambahkan setelah proses pasteurisasi dan kondisi bahan tersebut mudah terkena
bahaya, misalnya coating coklat. Ketiga tahap tersebut termasuk CCP karena
tahap tersebut rentan terhadap bahaya. Apabila bahaya sudah terjadi, tidak ada
tahap selanjutnya yang dapat menghilangkan bahaya tersebut. Misalnya jika
coating terkontaminasi maka produk akhir juga terkontaminasi karena produk
bercoating merupakan produk jadi yang siap dikonsumsi tanpa pengolahan lagi.
CCP juga terdapat pada tahap setelah proses yakni pada saat penyimpanan dan
distribusi produk jadi. Hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat
mempengaruhi keadaan produk. Produk es krim harus disimpan dingin untuk
menjaga kondisi dan keamanan produk. Jika suhu dibiarkan melebihi batas maka
bakteri dapat tumbuh pada produk.
1. Kebersihan Peralatan
CIP adalah kegiatan rutin yang harus selalu dilakukan untuk menjaga
kebersihan dan keamanan pangan. Lamanya CIP bergantung pada jenis mesin
yang dibersihkan, ada yang selesai selama satu jam da nada yang selesai
sampai satu shift kerja. Pada saat kami melakukan kunjungan, rata-rata semua
pekerja sedang melakukan sanitasi dan hygiene. Mesin yang berfungsi hanya
bagian akhir dari urutan produksi.
2. Kebersihan Personil
Lantai pabrik pada ruang produksi harus mempunyai struktur yang halus,
tidak licin, sistem drainase yang teratur dan mudah dibersihkan. Lantai
tersebut harus dibersihkan dan disanitasi secara periodik dengan menggunakan
sanitizer tertentu.
KESIMPULAN
1. Pada umumnya bahan baku es krim terdiri atas susu, air, perasa, gula,
dextrose, corn syrup, emulsi, stabilizer, dan flavorings. Asal bahan baku
tegantung dari kualitas, harga, dan resource material.
2. Proses pembuatan es krim terbagi menjadi beberapa tahapan proses, yaitu
pencampuran (mixing), pasteurisasi (pasteurization) dan homogenisasi
(homogenization), penuaan (ageing), pembekuan (freezing), pengisian
(filling), pengerasan (hardening), pencetakan, pembungkusan, dan
penyimpanan, serta distribusi.
3. Pada produksi es krim CCP ditemukan pada tahap sebelum proses produksi,
saat proses produksi dan setelah proses selesai.
4. Penerapan GMP di industry pangan meliputi kebersihan peralatan, kebersihan
personil, dan kebersihan pabrik.
5. Kegiatan kalibrasi mesin merupakakn kegiatan rutin sesuai jadwal yang telah
ditetapkan untuk masing-masing mesin.
DAFTAR PUSTAKA
Marshall, R.R. dan W.S. Arbuckl. 1996. Ice Cream (fifth edition). Champman and
Pearson. 1980. HACCP: Principles and Applications. Champman and Hall Publ.
New York.