Anda di halaman 1dari 11

PERPUSTAKAAN DIGITAL

AL-YUSYA’ DOT KOM


MENGHIDUPKAN MALAM ROMADHON
DENGAN SHOLAT TARAWIH

Sholat ini dinamakan tarawih yang artinya istirahat, karena orang yang
melakukan sholat tarawih beristirahat setelah melaksanakan sholat empat roka‟at.
Sholat tarawih termasuk qiyamul lail atau sholat malam. Akan tetapi, sholat tarawih
ini dikhususkan di bulan Romadhon. Jadi, sholat tarawih ini adalah sholat malam
yang dilakukan di bulan Romadhon.1
Adapun sholat tarawih tidak disyari‟atkan untuk tidur terlebih dahulu dan
sholat tarawih hanya khusus dikerjakan di bulan Romadhon. Sedangkan sholat
tahajjud, menurut mayoritas pakar fiqih, adalah sholat sunnah yang dilakukan
setelah bangun tidur dan dilakukan di malam mana saja. 2
Para ulama sepakat bahwa sholat tarawih hukumnya adalah sunnah
(dianjurkan). Bahkan menurut Ahnaf, Hanabilah, dan Malikiyyah, hukum sholat
tarawih adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan). Sholat ini dianjurkan bagi
laki-laki dan perempuan. Sholat tarawih merupakan salah satu syi‟ar Islam.3

Keutamaan Sholat Tarawih


Pertama, akan mendapatkan ampunan atas dosa yang telah lalu.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, Rosululloh Shollallohu „alaihi wa
Sallam bersabda:

“Barangsiapa melakukan qiyam Romadhon karena iman dan mencari pahala,


maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”4
Hadits ini memberitahukan bahwa sholat tarawih bisa menggugurkan dosa
dengan syarat karena iman, yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh dan
5
mencari pahala dari , bukan karena riya` atau alasan lainnya.
Yang dimaksud „pengampunan dosa‟ dalam hadits ini adalah bisa mencakup
dosa besar dan dosa kecil berdasarkan tekstual hadits, sebagaimana ditegaskan
oleh Ibnul Mundzir. Namun Al-Imam An-Nawawi rohimahulloh mengatakan bahwa
yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah khusus untuk dosa kecil. 6
Kedua, sholat tarawih bersama imam seperti sholat semalam penuh.
Dari Abu Dzar Al-Ghiffari, Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam pernah
mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda:

1
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM

“Barangsiapa yang sholat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis


untuknya pahala qiyam satu malam penuh.”7
Hal ini sekaligus merupakan anjuran agar kaum muslimin mengerjakan sholat
tarawih secara berjama‟ah dan mengikuti imam hingga selesai.
Ketiga, sholat tarawih adalah seutama-utamanya sholat.
Ulama-ulama Hanabilah (madzhab Hanbali) mengatakan bahwa seutama-
utamanya sholat sunnah adalah sholat yang dianjurkan dilakukan secara
berjama‟ah, karena sholat seperti ini hampir serupa dengan sholat fardhu.
Kemudian sholat yang lebih utama lagi adalah sholat rowatib (sholat yang
mengiringi sholat fardhu, sebelum atau sesudahnya). Sholat yang paling ditekankan
dilakukan secara berjama‟ah adalah sholat kusuf (sholat gerhana) kemudian sholat
tarawih.8

Tarawih Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam


Abu Salamah bin „Abdirrohman mengabarkan bahwa dia pernah bertanya
pada „A`isyah rodhiyallohu ‘anha, “Bagaimana sholat malam Rosululloh Shollallohu
„alaihi wa Sallam di bulan Romadhon?”
„Aisyah menjawab, “Rosululloh Shollallohu „alaihi wa Sallam tidak pernah
menambah jumlah roka‟at dalam sholat malam di bulan Romadhon dan tidak pula
dalam sholat lainnya lebih dari 11 roka‟at.”9
Jabir bin „Abdillah rodhiyallohu ‘anhu menuturkan, “Rosululloh Shollallohu
„alaihi wa Sallam pernah sholat bersama kami di bulan Romadhon sebanyak
delapan roka‟at lalu beliau berwitir. Pada malam berikutnya, kami pun berkumpul di
masjid sambil berharap beliau akan keluar. Kami terus menantikan beliau di situ
hingga datang waktu fajar. Kemudian kami menemui beliau dan bertanya, „Wahai
Rosululloh, sesungguhnya kami menunggumu tadi malam, dengan harapan engkau
akan sholat bersama kami.‟
Beliau Shollallohu „alaihi wa Sallam menjawab, ‘Sesungguhnya aku
khawatir kalau akhirnya sholat tersebut menjadi wajib bagimu.’”10
Al-Imam As-Suyuthi mengatakan, “Telah ada beberapa hadits shohih dan
juga hasan mengenai perintah untuk melaksanakan qiyamul lail di bulan Romadhon
dan ada pula dorongan untuk melakukannya tanpa dibatasi dengan jumlah roka‟at
tertentu. Dan tidak ada hadits shohih yang mengatakan bahwa jumlah roka‟at

2
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM
tarawih yang dilakukan oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam adalah 20 roka‟at.
Yang dilakukan oleh beliau adalah beliau sholat beberapa malam namun tidak
disebutkan batasan jumlah roka‟atnya. Kemudian beliau pada malam keempat tidak
melakukannya agar orang-orang tidak menyangka bahwa sholat tarawih adalah
wajib.”
Ibnu Hajar Al-Haitsamiy mengatakan, “Tidak ada satu hadits shohih pun yang
menjelaskan bahwa Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam melaksanakan sholat tarawih
20 roka‟at. Adapun hadits yang mengatakan, „Nabi Shollallohu „alaihi wa
Sallam biasa melaksanakan sholat (tarawih) 20 roka‟at,‟ ini adalah hadits yang
sangat-sangat lemah.”11
Ibnu Hajar Al-Atsqolani mengatakan, “Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Syaibah dari hadits Ibnu „Abbas bahwa Rosululloh Shollallohu „alaihi wa
Sallam sholat di bulan Romadhon 20 roka‟at ditambah witir, sanad hadits itu adalah
dho‟if. Hadits „A`isyah yang mengatakan bahwa sholat Nabi tidak lebih dari 11
roka‟at juga bertentangan dengan hadits Ibnu Abi Syaibah ini. Padahal „A`isyah
sendiri lebih mengetahui seluk-beluk kehidupan Rosululloh Shollallohu „alaihi wa
Sallam pada waktu malam daripada yang lainnya. Wallohu a‟lam.”12

Jumlah Roka’at Sholat Tarawih yang Dianjurkan


Jumlah roka‟at sholat tarawih yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 11 atau
13 roka‟at. Inilah yang dipilih oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam sebagaimana
disebutkan dalam hadits-hadits yang telah lewat.
„A`isyah rodhiyallohu ‘anha mengatakan, “Rosululloh Shollallohu „alaihi wa
Sallam tidak pernah menambah jumlah roka‟at dalam sholat malam di bulan
Romadhon dan tidak pula dalam sholat lainnya lebih dari 11 roka‟at.”13
Ibnu „Abbas rodhiyallohu ‘anhu berkata, “Sholat Nabi Shollallohu „alaihi wa
Sallam di malam hari adalah 13 roka‟at.”14
Sebagian ulama mengatakan bahwa sholat malam yang dilakukan oleh
Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam adalah 11 roka‟at. Adapun dua roka‟at lainnya
adalah dua roka‟at ringan yang dikerjakan oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa
Sallam sebagai pembuka melaksanakan sholat malam, sebagaimana hal ini
dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Fat-hul Bari (4/123, Asy Syamilah).

3
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM

Bolehkah Menambah Roka’at Sholat Tarawih Lebih Dari 11 Roka’at?


Mayoritas ulama terdahulu dan ulama belakangan mengatakan bahwa boleh
menambah roka‟at dari yang dilakukan oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam.
Ibnu „Abdil Barr mengatakan, “Sesungguhnya sholat malam tidak memiliki
batasan jumlah roka‟at tertentu. Sholat malam adalah sholat nafilah (yang
dianjurkan), termasuk amalan dan perbuatan baik. Siapa saja boleh mengerjakan
sedikit roka‟at. Siapa yang mau juga boleh mengerjakan banyak.”15
Yang membenarkan pendapat ini adalah dalil-dalil berikut:
Pertama, sabda Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam, “Sholat malam adalah
dua roka‟at dua roka‟at. Jika engkau khawatir masuk waktu shubuh, lakukanlah
sholat witir satu roka‟at.” (Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhori dan Al-Imam
Muslim).
Kedua, sabda Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam, “Bantulah aku (untuk
mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (sholat).”16
Ketiga, sabda Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya, tidaklah
engkau melakukan sekali sujud kepada melainkan akan meninggikan satu
17
derajat bagimu dan menghapus satu kesalahanmu.”
Keempat, pilihan Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam yang memilih sholat
tarawih dengan 11 atau 13 roka‟at ini bukanlah pengkhususan dari tiga dalil di atas.
Alasan pertama, perbuatan Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam tidaklah
mengkhususkan ucapan beliau sendiri, sebagaimana hal ini telah diketahui
dalam ilmu ushul.
Alasan kedua, Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam tidaklah melarang menambah lebih
dari 11 roka‟at. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sholat malam di bulan
Romadhon tidaklah dibatasi oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam dengan bilangan
tertentu. Yang dilakukan oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam adalah beliau tidak
menambah di bulan Romadhon atau bulan lainnya lebih dari 13 roka‟at, akan tetapi
sholat tersebut dilakukan dengan roka‟at yang panjang. Barangsiapa yang mengira
bahwa sholat malam di bulan Romadhon memiliki bilangan roka‟at tertentu yang
ditetapkan oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam, tidak boleh ditambahi atau
dikurangi dari jumlah roka‟at yang beliau lakukan, sungguh dia telah keliru.”18
Alasan ketiga, Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam tidak memerintahkan para sahabat
untuk melaksanakan sholat malam dengan 11 roka‟at. Seandainya hal ini

4
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM
diperintahkan, tentu saja beliau akan memerintahkan sahabat untuk melaksanakan
sholat 11 roka‟at. Namun tidak ada satu orang pun yang mengatakan demikian. Oleh
karena itu, tidaklah tepat mengkhususkan dalil yang bersifat umum yang telah
disebutkan di atas. Dalam ushul telah diketahui, dalil yang bersifat umum tidaklah
dikhususkan dengan dalil yang bersifat khusus kecuali jika ada pertentangan.
Kelima, Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam biasa melakukan sholat malam
dengan bacaan yang panjang dalam setiap roka‟at. Di zaman setelah
Beliau Shollallohu „alaihi wa Sallam, orang-orang begitu berat jika melakukan satu
roka‟at begitu lama. Akhirnya, Umar bin Khoththob memiliki inisiatif agar sholat
tarawih dikerjakan 20 roka‟at agar bisa lebih lama menghidupkan malam Romadhon,
namun dengan bacaan yang ringan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Tatkala Umar mengumpulkan
manusia dan Ubay bin Ka‟ab sebagai imam, dia melakukan sholat sebanyak 20
roka‟at kemudian melaksanakan witir sebanyak 3 roka‟at. Namun ketika itu, bacaan
setiap roka‟at lebih ringan dengan diganti roka‟at yang ditambah. Karena melakukan
semacam ini lebih ringan bagi makmum daripada melakukan satu roka‟at dengan
bacaan yang begitu panjang.”19
Keenam, telah terdapat dalil yang shohih bahwa Umar bin Khoththob pernah
mengumpulkan manusia untuk melaksanakan sholat tarawih. Ubay bin Ka‟ab dan
Tamim Ad-Daari ditunjuk sebagai imam. Ketika itu, mereka melakukan sholat
tarawih sebanyak 21 roka‟at. Mereka membaca dalam sholat tersebut ratusan ayat
dan sholatnya berakhir ketika mendekati waktu shubuh.20
Begitu juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa mereka melakukan sholat
tarawih sebanyak 11 roka‟at. Dari As Saa-ib bin Yazid, beliau mengatakan bahwa
Umar bin Khoththob memerintahkan Ubay bin Ka‟ab dan Tamim Ad-Daari untuk
melaksanakan sholat tarawih sebanyak 11 roka‟at. As Saa-ib mengatakan, “Imam
membaca ratusan ayat, sampai-sampai kami bersandar pada tongkat karena saking
lamanya. Kami selesai hampir subuh.”21

Berbagai Pendapat Mengenai Jumlah Roka’at Sholat Tarawih


Jadi, sholat tarawih 11 atau 13 roka‟at yang dilakukan oleh Nabi Shollallohu
„alaihi wa Sallam bukanlah pembatasan. Sehingga para ulama (dalam hal
pembatasan jumlah roka‟at sholat tarawih) terbagi menjadi beberapa pendapat.

5
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM
Pendapat pertama, yang membatasi hanya 11 roka‟at. Alasannya karena
inilah yang dilakukan oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam. Inilah pendapat Syaikh
Al-Albani dalam kitab beliau Sholatut Tarowaih.
Pendapat kedua, sholat tarawih adalah 20 roka‟at (belum termasuk witir).
Inilah pendapat mayoritas ulama semacam Ats-Tsauri, Al-Mubarok, Asy-Syafi‟i, Ash-
haabur Ro‟yi, juga diriwayatkan dari Umar, Ali, dan sahabat lainnya. Bahkan
pendapat ini adalah kesepakatan (ijma‟) para sahabat.
Al-Kasaani mengatakan, “Umar mengumpulkan para sahabat untuk
melaksanakan qiyam Romadhon lalu diimami oleh Ubay bin Ka‟ab rodhiyallohu
Ta’ala ‘anhu. Lalu sholat tersebut dilaksanakan 20 roka‟at. Tidak ada seorang pun
yang mengingkarinya sehingga pendapat ini menjadi ijma‟ atau kesepakatan para
sahabat.”
Ad-Dasuuqiy dan lainnya mengatakan, “Sholat tarawih dengan 20 roka‟at
inilah yang menjadi amalan para sahabat dan tabi‟in.”
Ibnu „Abidin mengatakan, “Sholat tarawih dengan 20 roka‟at inilah yang
dilakukan di timur dan barat.”
Ali As-Sanhuriy mengatakan, “Jumlah 20 roka‟at inilah yang menjadi amalan
manusia dan terus menerus dilakukan hingga sekarang ini di berbagai negeri.”
Al-Hanabilah mengatakan, “Sholat tarawih 20 roka‟at inilah yang dilakukan
dan dihadiri banyak sahabat, sehingga hal ini menjadi ijma‟ atau kesepakatan
sahabat. Dalil yang menunjukkan hal ini amatlah banyak.”22
Pendapat ketiga, sholat tarawih adalah 39 roka‟at dan sudah termasuk witir.
Inilah pendapat Al-Imam Malik. Beliau memiliki dalil dari riwayat Daud bin Qois,
dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan riwayatnya shohih.23
Pendapat keempat, sholat tarawih adalah 40 roka‟at dan belum termasuk
witir. sebagaimana yang dilakukan oleh „Abdurrohman bin Al-Aswad sebanyak 40
roka‟at dan witir 7 roka‟at. Bahkan Al-Imam Ahmad bin Hanbal melaksanakan sholat
malam di bulan Romadhon tanpa batasan bilangan sebagaimana dikatakan oleh
Abdulloh.24
Kesimpulan dari pendapat-pendapat yang ada adalah sebagaimana
dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Semua jumlah roka‟at di atas boleh
dilakukan. Melaksanakan sholat malam di bulan Romadhon dengan berbagai
macam cara tadi itu sangat bagus. Dan memang lebih utama adalah melaksanakan
sholat malam sesuai dengan kondisi para jama‟ah. Kalau jama‟ah kemungkinan

6
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM
senang dengan roka‟at-roka‟at yang panjang, maka lebih bagus melakukan sholat
malam dengan 10 roka‟at ditambah dengan witir 3 roka‟at, sebagaimana hal ini
dipraktekkan oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam sendiri di bulan Romadhon dan
bulan lainnya. Dalam kondisi seperti itu, demikianlah yang terbaik. Namun apabila
para jama‟ah tidak mampu melaksanakan roka‟at-roka‟at yang panjang, maka
melaksanakan sholat malam dengan 20 roka‟at itulah yang lebih utama. Seperti
inilah yang banyak dipraktekkan oleh banyak ulama. Sholat malam dengan 20
roka‟at adalah jalan pertengahan antara jumlah roka‟at sholat malam yang sepuluh
dan yang empat puluh. Kalaupun seseorang melaksanakan sholat malam dengan 40
roka‟at atau lebih, itu juga diperbolehkan dan tidak dikatakan makruh sedikitpun.
Bahkan para ulama juga telah menegaskan dibolehkannya hal ini semisal Imam
Ahmad dan ulama lainnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang menyangka bahwa
sholat malam di bulan Romadhon memiliki batasan bilangan tertentu dari
Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam sehingga tidak boleh lebih atau kurang dari 11
roka‟at, maka sungguh dia telah keliru.”25
Dari penjelasan di atas, kami katakan hendaknya setiap muslim bersikap arif
dan bijak dalam menyikapi permasalahan ini. Sungguh tidak tepatlah kelakuan
sebagian saudara kami yang berpisah dari jama‟ah sholat tarawih setelah
melaksanakan sholat 8 atau 10 roka‟at karena mungkin dia tidak mau mengikuti
imam yang melaksanakan sholat 23 roka‟at atau dia sendiri ingin melaksanakan
sholat 23 roka‟at di rumah.
Orang yang keluar dari jama‟ah sebelum imam menutup sholatnya dengan
witir juga telah meninggalkan pahala yang sangat besar. Karena jama‟ah yang
mengerjakan sholat bersama imam hingga imam selesai –baik imam melaksanakan
11 atau 23 roka’at- akan memperoleh pahala sholat seperti sholat semalam penuh.
Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang sholat
bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam
penuh.”26
Semoga memafkan kami dan juga mereka.

Yang Paling Bagus adalah yang Panjang Bacaannya


Setelah penjelasan di atas, tidak ada masalah untuk mengerjakan sholat 11
atau 23 roka‟at. Namun yang terbaik adalah yang dilakukan oleh Nabi Shollallohu
„alaihi wa Sallam, namun berdirinya agak lama. Dan boleh juga melakukan sholat

7
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM
tarawih dengan 23 roka‟at dengan berdiri yang lebih ringan sebagaimana banyak
dipilih oleh mayoritas ulama.
Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam bersabda, “Sebaik-baik sholat adalah yang
lama berdirinya.”27
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu berkata, “Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam
melarang seseorang sholat mukhtashiron.”28.
Ibnu Hajar rohimahulloh membawakan hadits di atas dalam kitab beliau
Bulughul Marom bab Dorongan Agar Khusyu‟ Dalam Sholat, “Sebagian ulama
menafsirkan ikhtishor (mukhtashiron) dalam hadits di atas adalah sholat yang
ringkas (terburu-buru), tidak ada thuma‟ninah ketika membaca surat, ruku‟ dan
sujud.”29
Oleh karena itu, tidak tepat jika sholat 23 roka‟at dilakukan dengan kebut-
kebutan, bacaan Al-Fatihah pun kadang dibaca dengan satu nafas. Bahkan kadang
pula sholat 23 roka‟at yang dilakukan lebih cepat selesai dari yang 11 roka‟at. Ini
sungguh suatu kekeliruan. Seharusnya sholat tarawih dilakukan dengan penuh
khusyu‟ dan thuma‟ninah, bukan dengan kebut-kebutan. Semoga memberi taufik
dan hidayah.

Salam Setiap Dua Roka’at


Para pakar fiqih berpendapat bahwa sholat tarawih dilakukan dengan salam
setiap 2 roka‟at karena tarawih termasuk sholat malam. Sholat malam dilakukan
dengan dua roka‟at salam dan dua roka‟at salam. Dasarnya adalah sabda
Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam, “Sholat malam adalah dua roka‟at dua
roka‟at.” (Hadits diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim).
Ulama-ulama Malikiyah mengatakan, “Dianjurkan bagi yang
melaksanakan sholat tarawih untuk melakukan salam setiap dua roka‟at dan
dimakruhkan mengakhirkan salam hingga empat roka‟at. Yang lebih utama adalah
salam setelah dua roka‟at.”30

Istirahat Tiap Selesai Empat Roka’at


Para ulama sepakat tentang disyari‟atkannya istirahat setiap melaksanakan
sholat tarawih empat roka‟at. Inilah yang sudah turun temurun dilakukan oleh
para salaf. Namun tidak mengapa kalau tidak istirahat. Dan juga tidak disyari‟atkan

8
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM
untuk membaca do‟a tertentu ketika melakukan istirahat. Inilah pendapat yang benar
dalam madzhab Hanbali.31
Dasar dari hal ini adalah perkataan „A`isyah yang menjelaskan tata cara
sholat malam Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam, “Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam
melaksanakan sholat 4 roka‟at. Janganlah tanyakan lagi mengenai bagus dan
panjang roka‟atnya. Kemudian beliau melaksanakan sholat 4 roka‟at lagi, janganlah
tanyakan mengenai bagus dan panjang roka‟atnya.”32
Sebagai catatan penting, tidaklah disyari‟atkan membaca dzikir-dzikir tertentu
atau do‟a tertentu ketika istirahat setiap melakukan empat roka‟at sholat tarawih,
sebagaimana hal ini dilakukan sebagian muslimin di tengah-tengah kita yang
mungkin saja belum mengetahui bahwa hal ini tidak ada tuntunannya dalam ajaran
Islam.33
Ulama-ulama Hanbali mengatakan, “Tidak mengapa jika istirahat setiap
melaksanakan empat roka‟at sholat tarawih ditinggalkan. Dan tidak dianjurkan
membaca do‟a-do‟a tertentu ketika waktu istirahat tersebut karena tidak adanya dalil
yang menunjukkan hal ini.”34

Surat yang Dibaca Ketika Sholat Tarawih


Tidak ada riwayat mengenai bacaan surat tertentu dalam sholat tarawih yang
dilakukan oleh Nabi Shollallohu „alaihi wa Sallam. Jadi, surat yang dibaca boleh
berbeda-beda sesuai dengan keadaan. Imam dianjurkan membaca bacaan surat
yang tidak sampai membuat jama‟ah bubar meninggalkan sholat. Seandainya
jama‟ah senang dengan bacaan surat yang panjang-panjang, maka itu lebih baik
berdasarkan riwayat-riwayat yang telah kami sebutkan.
Ada anjuran dari sebagian ulama semacam ulama Hanafiyah dan Hanbali
untuk mengkhatamkan Al-Qur`an di bulan Romadhon dengan tujuan agar manusia
dapat mendengarkan seluruh Al-Qur`an ketika melaksanakan sholat tarawih.

Kesalahan-Kesalahan Dalam Sholat Tarawih


1. Menyeru jama‟ah dengan, “Ash-Sholaatu Jaami‟ah.”
Ulama-ulama Hanabilah berpendapat bahwa tidak ada ucapan untuk memanggil
jama‟ah dengan ucapan Ash Sholaatu Jaami‟ah. Menurut mereka, ini termasuk
perkara yang diada-adakan (baca: bid’ah).35

9
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM
2. Dzikir jama‟ah dengan dikomando. Syaikh Abdul „Aziz bin Baz rohimahulloh tatkala
menjelaskan mengenai dzikir setelah sholat mengatakan, “Tidak diperbolehkan para
jama‟ah membaca dzikir secara berjama‟ah. Akan tetapi yang tepat adalah setiap
orang membaca dzikir sendiri-sendiri tanpa dikomando oleh yang lain. Karena dzikir
secara berjama‟ah (bersama-sama) adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya
dalam syari‟at Islam yang suci ini.”36
3. Bubar sebelum imam selesai sholat malam. Nabi Shollallohu „alaihi wa
Sallam bersabda, “Barangsiapa yang sholat (malam) bersama imam hingga ia
selesai, maka ditulis untuknya pahala melaksanakan sholat satu malam penuh.” 37
Jika seseorang bubar terlebih dahulu sebelum imam selesai, maka dia akan
kehilangan pahala yang disebutkan dalam hadits ini. Jika imam melaksanakan
sholat tarawih ditambah sholat witir, makmum pun seharusnya ikut menyelesaikan
bersama imam. Itulah yang lebih tepat.

Demikian sedikit pembahasan kami seputar sholat tarawih. Semoga memberi


taufik kepada kita agar dapat menghidupkan malam Romadhon dengan sholat
tarawih dan amalan lainnya.
Wash-sholaatu was-salaamu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi
ajma’in. Alhamdulillahi Robbil ‘alamin.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal (http://rumaysho.com)


Dipublikasikan oleh www.muslim.or.id
Ditulis ulang oleh Abu Filzah Rila dengan beberapa penyesuaian redaksional

Keterangan:
1. Lihat Al-Jaami’ li Ahkamish Sholah (3/63) dan Al-Mawsu`ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (2/9630)
2. Al-Mawsu`ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (2/9630)
3. Al-Mawsu`ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (2/9631)
4. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhori (nomor 37) dan Al-Imam Muslim (nomor 759). Yang
dimaksud qiyam Romadhon adalah sholat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh Al-Imam An-Nawawi
dalam kitabnya Syarh Muslim (3/101)
5. Fat-hul Bari (6/290)
6. Fat-hul Bari (6/290)
7. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Al-Imam At-Tirmidzi. Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ (447)
mengatakan bahwa hadits ini shohih.
8. Al-Mawsu`ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (2/9633)
9. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhori (1147) dan Al-Imam Muslim (738)

10
PERPUSTAKAAN DIGITAL
AL-YUSYA’ DOT KOM
10. Hadits diriwayatkan oleh Ath-Thobroni, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al-Albani mengatakan
bahwa derajat hadits ini hasan dalam kitab Sholat At-Tarowih halaman 21
11. Al-Mawsu`ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (2/9635)
12. Fat-hul Bari (6/295)
13. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhori (1147) dan Al-Imam Muslim (738)
14. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhori (1138) dan Al-Imam Muslim (764)
15. At-Tamhid (21/70)
16. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (489)
17. Hadits diriwayatkan oleh A-Imam Muslim (488)
18. Majmu’ Al-Fatawa (22/272)
19. Majmu’ Al Fatawa (22/272)
20. Diriwayatkan oleh „Abdurrozaq (7730), Ibnul Ja‟di (2926), Al-Baihaqi (2/496). Sanad hadits ini shohih.
Lihat Shohih Fiqh Sunnah (1/416)
21. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik dalam Al-Muwatho’ (1/137 no. 248) Sanadnya shohih.
Lihat Shohih Fiqih Sunnah (1/418)
22. Lihat Al-Mawsu`ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (2/9636)
23. Lihat Shohih Fiqh Sunnah (1/419)
24. Lihat Kasyaful Qona’ ‘an Matnil Iqna’ (3/267)
25. Majmu’ Al-Fatawa (22/272)
26. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Al-Imam At-Tirmidzi. Syaikh Al Albani dalam Al-Irwa’ (447)
mengatakan bahwa hadits ini shohih
27. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (756)
28. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim
29. Lihat Syarh Bulughul Marom Syaikh „Athiyah Muhammad Salim (49/3), Asy Syamilah
30. Lihat Al-Mawsu`ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, 2/9640)
31. Lihat Al-Inshof (3/117)
32. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhori (3569) dan Al-Imam Muslim (738)
33. Lihat Shohih Fiqih Sunnah (1/420)
34. Lihat Al-Mawsu`ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah (2/9639)
35. Lihat Al-Mawsu’ah Al Fiqhiyyah (2/9634)
36. Majmu’ Fatawa Ibnu Baz (11/189)
37. Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan dan Al-Imam At-Tirmidzi, shohih

11

Anda mungkin juga menyukai