Anda di halaman 1dari 3

HAL YANG WAJIB DIJAUHI

OLEH ORANG YANG BERPUASA


Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali

Ketahuilah, wahai orang yang diberi taufik untuk mentaati Robbnya, ‫ ا‬Jalla
Sya’nuhu, yang dinamakan orang berpuasa adalah orang yang mempuasakan
seluruh anggota badannya dari dosa, mempuasakan lisannya dari perkataan
dusta, kotor dan keji, mempuasakan perutnya dari makan dan minum, serta
mempuasakan kemaluannya dari jima’ (hubungan seksual). Jika bicara, dia
berbicara dengan perkataan yang tidak merusak puasanya, hingga jadilah
perkataannya baik dan amalannya sholih.
Inilah puasa yang disyari’atkan ‫ا‬, bukan hanya tidak makan dan minum
semata serta tidak menunaikan syahwat. Puasa adalah puasanya anggota badan
dari dosa, puasanya perut dari makan dan minum. Sebagaimana halnya makan
dan minum merusak puasa, demikian pula perbuatan dosa merusak pahalanya,
merusak buah puasa hingga menjadikan dia seperti orang yang tidak berpuasa.
Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam telah menganjurkan seorang muslim yang
berpuasa untuk berhias dengan akhlak yang mulia dan sholih, menjauhi perbuatan
keji, hina, dan kasar. Perkara-perkara yang jelek ini, walaupun seorang muslim
diperintahkan untuk menjauhinya setiap hari, namun larangannya lebih ditekankan
lagi ketika sedang menunaikan puasa yang wajib.
Seorang muslim yang berpuasa wajib menjauhi amalan yang merusak
puasanya ini, hingga bermanfaatlah puasanya dan tercapailah ketaqwaan yang ‫ا‬
sebutkan :

tβθà)−Gs? öΝä3ª=yès9 öΝà6Î=ö7s% ÏΒ šÏ%©!$# ’n?tã |=ÏGä. $yϑx. ãΠ$u‹Å_Á9$# ãΝà6ø‹n=tæ |=ÏGä. (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ

∩⊇∇⊂∪

1
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa
sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar
kalian bertaqwa. (Surat Al-Baqoroh ayat 183).
Karena puasa adalah pengantar kepada ketaqwaan, puasa menahan jiwa
dari banyak melakukan perbuatan maksiat, berdasarkan sabda Rosululloh
Shollallohu ‘alaihi wa Sallam, “Puasa adalah perisai.” (Maksud dari perisai di sini
adalah pelindung dari kejelekan, red).
Inilah, saudaraku se-Islam, amalan-amalan jelek yang harus kau ketahui
agar engkau menjauhinya dan tidak terjatuh ke dalamnya, bagi ‫ا‬-lah untaian
syair:
Aku mengenal kejelekan bukan untuk berbuat jelek,
tapi untuk menjauhinya
Barangsiapa yang tidak tahu kebaikan dari kejelekan,
akan terjatuh padanya

1. Perkataan Palsu
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak
meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka tidaklah ‫ا‬
‘Azza wa Jalla butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan
minumnya.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhori dari jalur Abu Huroiroh rodhiyallohu
‘anhu).

2. Perbuatan Sia-sia dan Kotor


Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa Sallam bersabda, “Puasa bukanlah
(menahan diri) dari makan dan minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari
perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu, katakanlah, ‘Aku
sedang puasa, aku sedang puasa.’” (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-
Hakim).
Oleh karena itu Rpsulullao Shollallohu ‘alaihi wa Sallam mengancam dengan
ancaman yang keras terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan tercela ini.

2
Rosululloh Ash-Shodiqul Mashduq (yang selalu benar dan dibenarkan), yang
tidak berkata kecuali wahyu yang diwahyukan ‫ ا‬kepadanya, bersabda, “Berapa
banyak orang yang berpuasa, bagian (yang dipetik) dari puasanya hanyalah lapar
dan haus (semata).” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ahmad, dan Al-
Baihaqi, dari jalur Abu Huroiroh).
Sebab terjadinya yang demikian adalah karena orang-orang yang
melakukan hal tersebut tidak memahami hakekat puasa yang ‫ا‬ perintahkan
atasnya, sehingga ‫ا‬ memberikan ketetapan atas perbuatan tersebut dengan
tidak memberikan pahala kepadanya.
Oleh sebab itu Ahlul Ilmi dari generasi pendahulu kita yang sholih,
membedakan antara larangan dengan makna khusus dengan ibadah hingga
membatalkannya dan membedakan antara larangan yang tidak khusus dengan
ibadah hingga tidak membatalkannya. Wallohu a’lam.

(Dinukil dengan sedikit perubahan dari kitab Ash-Shifatu Shoumin Nabi Shollallohu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, tulisan Syaikh
Salim bin ‘Id Al-Hilali dan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid).

Anda mungkin juga menyukai