DI BULAN ROMADHON
SAHUR
1. Hikmahnya
ا mewajibkan puasa kepada kita sebagaimana telah mewajibkannya
kepada orang-orang sebelum kita dari kalangan Ahlul Kitab. اberfirman:
tβθà)−Gs? öΝä3ª=yès9 öΝà6Î=ö7s% ÏΒ šÏ%©!$# ’n?tã |=ÏGä. $yϑx. ãΠ$u‹Å_Á9$# ãΝà6ø‹n=tæ |=ÏGä. (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ
2. Keutamaannya
a. Berkah ada pada sahur
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barokah ada pada tiga
perkara, yaitu Jama’ah, Tsarid (roti berkuah kaldu daging), dan makan sahur.”
(Diriwayatkan oleh Ath-Thobroni dari jalur Salman Al-Farisi rodhiyallohu ‘anhu).
1
Abdulloh bin Al Harits bertutur, “Aku masuk menemui Nabi Shollallohu
‘alaihi wa Sallam ketika dia makan sahur. Beliau berkata, ‘Sesungguhnya
makan sahur adalah berkah yang اberikan pada kalian, maka janganlah
kalian tinggalkan.’” (Diriwayatkan oleh An-Nasaa`i dan Ahmad).
Keberadaan sahur sebagai barokah sangatlah jelas, karena dengan
makan sahur berarti mengikuti sunnah, menumbuhkan semangat serta
meringankan beban yang berat bagi yang berpuasa.
Makan sahur juga menyelisihi Ahlul Kitab karena mereka tidak melakukan
makan sahur. Oleh karena itu, Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam
menamainya dengan sebutan ‘Makan Pagi Yang Diberkahi’, sebagaimana
dalam dua hadits dari Al-Irbadh bin Sariyah dan Abi Darda` rodhiyallohu
‘anhuma bahwa Rosululloh bersabda, “Marilah menuju makan pagi yang
diberkahi, yakni sahur.”
2
3. Waktunya
Disunnahkan untuk mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar, karena ketika
Rosululloh selesai makan sahur, Rosululloh bangkit untuk sholat subuh, dan jarak
(selang waktu) antara sahur dan masuknya sholat kira-kira lamanya seseorang
membaca lima puluh ayat Al-Qur`an.
Zaid bin Tsabit rodhiyallohu ‘anhu berkata, “Kami makan sahur bersama
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam, kemudian beliau sholat.”
Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu bertanya, “Berapa lama jarak antara
adzan dan sahur?”
Zaid bin Tsabit menjawab, “Kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur`an.”
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim).
4. Hukumnya
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam memerintahkannya, dengan
perintah yang sangat ditekankan. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang mau
berpuasa, hendaklah sahur dengan sesuatu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah, Ahmad, Abu Ya’la, dan Al-Bazzar).
Juga sabda Rosululloh, “Makan sahurlah kalian, karena dalam sahur ada
barokah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim).
Perintah Nabi ini sangat ditekankan anjurannya, hal ini terlihat dari tiga sisi:
a. Perintah untuk makan sahur.
b. Sahur adalah syi’arnya puasa seorang muslim, dan pembeda antara puasa
kita dengan puasanya Ahlul Kitab.
c. Larangan meninggalkan sahur.
Inilah qorinah yang kuat dan dalil yang jelas. Walaupun demikian, Al-Hafizh
Ibnu Hajar menukilkan dalam kitabnya yang berjudul Fathul Bari (4/139) tentang
kesepakatan kaum muslimin (ijma’) bahwa sahur adalah sunnah. Wallohu a'lam.
3
BERBUKA
1. Waktu Berbuka
اTa’ala berfirman, “Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam.”
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam menafsirkannya dengan datangnya
malam dan perginya siang serta sembunyinya bundaran matahari.
Syaikh Abdurrozzaq telah meriwayatkan dalam kitabnya yang berjudul
Mushonnaf dengan sanad yang shohih, “Para sahabat Muhammad Shollallohu
‘alaihi wa Sallam adalah orang-orang yang paling bersegera dalam berbuka puasa
dan paling lambat dalam sahur.”
[Sanad adalah mata rantai periwayatan hadits. Shohih adalah derajat hadits yang dinilai valid,
2. Menyegerakan berbuka
Wahai saudaraku seiman, wajib bagimu berbuka ketika matahari telah
terbenam. Janganlah dihiraukan rona merah yang masih terlihat di ufuk, karena
dengan ini berarti engkau telah mengikuti sunnah Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa
Sallam, serta menyelisihi Yahudi dan Nasrani, karena mereka mengakhirkan
berbuka hingga nampak bintang-bintang.
a. Menyegerakan berbuka menghasilkan kebaikan. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wa Sallam bersabda, “Manusia akan terus dalam kebaikan selama
menyegerakan berbuka.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dari jalur
Sahl bin Sa’ad rodhiyallohu ‘anhu).
b. Menyegerakan berbuka adalah sunnah Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa
Sallam. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Umatku akan terus
dalam sunnahku selama mereka tidak menunggu bintang ketika berbuka
(puasa).” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari jalur Sahl bin Sa’ad rodhiyallohu
‘anhu).
c. Menyegerakan berbuka berarti menyelisihi Yahudi dan Nasrani. Rosululloh
Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Agama ini akan terus jaya selama
menyegerakan berbuka, karena orang Yahudi dan Nasrani mengakhirkannya.”
4
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Hibban dari jalur Abu Huroiroh
rodhiyallohu ‘anhu).
d. Berbuka sebelum sholat maghrib, karena menyegerakan berbuka termasuk
akhlaqnya para Nabi. Rosululloh bersabda, “Tiga perkara yang merupakan
akhlaq para nabi, yaitu menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur,
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam sholat.” (Diriwayatkan oleh
Ath-Thobroni dari jalur Abu Darda’ rodhiyallohu ‘anhu).
šÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ Νà6ø‹n=tæ ëȃÌym óΟšGÏΨtã $tΒ Ïµø‹n=tã ͕tã öΝà6Å¡àΡr& ôÏiΒ Ñ^θß™u‘ öΝà2u!%y` ô‰s)s9
5
sholat. Jika tidak ada ruthob, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering).
Jika tidak ada kurma, beliau minum dengan satu tegukan air.” (Diriwayatkan oleh
Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Khuzaimah).
6
5. Memberi Makan Orang yang Berpuasa
Dan hendaklah engkau bersemangat, wahai saudaraku, (yaitu) bila engkau
memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka padanya terdapat pahala
yang agung serta kebaikan yang melimpah ruah.
Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa memberi makan
seorang yang berpuasa, ia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa
tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tadi.” (Diriwayatkan
oleh Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dan apabila seorang muslim yang sedang berpuasa diundang makan, wajib
baginya untuk memenuhi undangan tersebut. Karena barangsiapa yang tidak
memenuhi undangan, maka sungguh ia telah mendurhakai Abul Qosim Shollallohu
‘alaihi wa Sallam.
Dan disukai bagi yang diundang (makan) untuk mendoakan kebaikan
kepada si pengundang setelah selesai makan, sebagaimana telah datang dari
Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam do'a yang bermacam-macam, di antaranya,
“Afthoro ‘indakumushsho`imun, wa akala tho’amakumul abror, wa shollat
‘alaikumul mala`ikah.”
Artinya, “Orang-orang yang berpuasa telah berbuka di sampingmu, orang-
orang yang baik telah makan makananmu dan para malaikat telah bersholawat
kepadamu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasa`i, serta yang
lainnya).
Atau, “Wahai ا, berilah makan orang yang telah memberi makan
kepadaku dan berilah minum orang yang telah memberi minum kepadaku.”
(Diriwayatkan oleh Muslim dari jalur Al-Miqdad).
Atau, “Ya ا, ampunilah mereka, sayangilah mereka, dan berkahilah
terhadap apa yang telah Engkau rizkikan kepada mereka.” (Diriwayatkan oleh
Muslim dari jalur Abdulloh bin Busyr).
Dinukil dari Buletin Al-Wala` wal Baro` dengan sedikit penyesuaian redaksional
judul asli Sahur dan Berbuka Puasa menurut Sunnah Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam, Edisi Edisi ke-1 Tahun
ke-2, 14 November 2003 (19 Romadhon 1424 H)