Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan
dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Prawirohardjo, Sarwono. 2009.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Pt Bina Pustaka)
Syok ialah suatu yang keadaan yang timbul di mana sistem peredaran tubuh
terganggu sehingga tidak dapat memenuhi keperluan. Alat vital tubuh akan
kehilangan cairan dan zat – zat yang di perlukannya. Akibatnya fungsi alat – alat
vital itu pun terganggu. (Kartono Mohamad, Pertolongan Pertama, PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta)
Syok sulit di definisikan, Hal ini berhubungan dengan sindrom klinik yang di
namis, yang di tandai dengan perubahan sehubungan penurunan sirkulasi volume
darah yang menyebabkan ketidaksadaran jika tidak di tangani dapat menyebabkan
kematian. ( Tindakan paramedis tahap kegawatan dan pertolongan pertama, edisi 2.
Buku kedokteran EGC Muriei skeet, 203, 1993 jakarta ).
Shock atau syok (rejatan) adalah kolaps akibat kegagalan sirkualisi perifer
yang akut dan biasanya terjadi akibat trauma atau perdarahan hebat. Penyebab
utama syok adalah hemoragia antepartum dan postpartum
Syok obstetri adalah keadaan syok pada kasus obstetri yang kedalamannya
tidak sesuai dengan perdarahan yang terjadi. Dapat dikatakan bahwa syok yang
terjadi karena kombinasi:
• akibat perdarahan,
• akibat nyeri.
Syok haemoragik Adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang
banyak. Akibat perdarahan pada:
a. kehamilan muda, misalnya: Abortus,Kehamilan ektopik dan penyakit trofoblas
(mola hidatidosa).
b. Perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri.
c. Perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan laserasi jalan lahir.

3
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap perdarahan 500-
1000 ml pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik
kardiovaskuler dan hematologik selama kehamilan

B. ETIOLOGI
1. Perdarahan
Perdarahan merupakan penyebab utama syok dalam kebidanan. Perdarahan sampai
syok antara lain : abortus, kehamilan ektopik, Mola hidatitosa, gangguan pelepasan
plasenta, Atonia uteri, plasenta previa, rupture uteri.
2. Infeksi berat
Infeksi berat sebagai penyebab syok masih sering ditemukan diantaranya adalah
syok septik atau syok endotoksik dengan kuman terseringnya yaitu gram negatif.
Peristiwa infeksi yang dapat menimbulkan syok adalah : abortus infeksiosus, febris
puerperalis yang berat, piolenefritis.
3. Solusio plasenta
Solusio plasenta yang berat selain karena perdarahan syok juga terjadi karena
inversio uteri, syok terjadi disamping karena perdarahan juga bersifat neurogen
karena tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum infudibulo pelvikum, serta
ligamentum rotundum.
4. Emboli air ketuban
Syok karena emboli air ketuban berlangsung sangat mendadak dan berakhir dengan
kematian. Penderita mendadak gelisah, sesak nafas, kejang dan meninggal. Emboli
air ketuban terjadi pada his yang kuat dan ketuban telah pecah. Karena his yang
kuat, air ketuban bersama mekonium, rambut lanugo dan vernik kaseosa masuk
kedalam sinus-sinus dalam dinding uterus dan dibawa ke paru-paru.
5. Supine hipotensive syndrome
Supine hipotensive syndrome terjadi karena adanya tekanan vena kava oleh rahim,
sering terjadi pada kehamilan kembar, hidramnion dan kehamilan trimester akhir.

4
C. KLASIFIKASI PERDARAHAN
Kelas Jumlah Perdarahan Gejala Klinik
I 15% (Ringan) Tekana darah dan nadi normal
Tes Tilt (+)
II 20-25% (sedang) Takikardi-Takipnea
Tekanan nadi < 30 mmHg
Tekanan darah sistolik rendah
Pengisian darah kapiler lambat
III 30-35% (Berat) Kulit dingin, berkerut, pucat
Tekanan darah sangat rendah
Gelisah
Oliguria (<30 ml/jam)
Asidosis metabolic (pH < 7.5)
IV 40-45% (sangat berat) Hipertensi berat
Hanya nadi karotis yang teraba
Syok ireversibel

D. PATOFISIOLOGI
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa
lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada
bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang
terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume darah, resistensi arteriol
(beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini kacau dan faktor lain
tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah
arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah
jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer
meningkat.
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul
gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler.
Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran

5
darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang
kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan
menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk
mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase
kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk
menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi
alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai
cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika
tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan
tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi
mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan
darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata,
gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan
akhirnya terjadi kematian sel.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi
bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler
diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung.
Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi
koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan
respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia
menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan
bradikinin) yang ikut memperjelek syok
(vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus
menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi
bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan. Dapat
timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak,
integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan
perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis

6
metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam
karbonat di jaringan.
3. Fase Irrevesibel/Refrakter
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok. Gagal
sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru
menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya
anoksia dan hiperkapnea.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Nadi cepat dan halus (> 100/menit)
2. Tekanan darah turun (diastolik < 60 mmHg)
3. Respirasi cepat (> 32/ menit)
4. Temperatur suhu turun < 36,5 C
5. Pucat terutama pada konjungtiva, telapak tangan, bibir.
6. Berkeringat, gelisah, apatis/bingung, pingsan/tidak sadar
7. Tekanan darah ↓↓ (sistolik < 90 mmHg)
Tanda dan gejala lain:
a. Pucat (kelopak mata dalam, telapak tangan, sekitar mulut)
b. Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
c. Urin sedikit (< 30 ml/jam)

F. DERAJAT SYOK
Menentukan derajat syok
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak, otot
rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi
rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran
tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis
metabolik tidak ada atau ringan.
2. Syok Sedang

7
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal). Organ-
organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak, kulit
dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan
asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi
untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi
vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat,
gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah
jantung menurun).

G. TAHAPAN SYOK
1. Tahap awal
 Aktivitas sistim saraf simpatis melawan sistim saraf parasimpatis.
 Ditandai oleh vasokonstriksi selektif: ginjal, otot, kulit dan splanknik ->
memperbaiki sirkulasi otak dan jantung
 Penurunan aliran darah koroner mengakibatkan metabolisme anaerob dan
dilatasi arteri
 Ginjal melepaskan hormon epinefrin, merepinefrin, glikokortikoid, renin –
angiotensin – aldosterone
 Pituitari anterior yang menyebabkan sekresi ADH
 Peningkatan produksi energi, volume sirkulasi, dan konstraktilitas
menyebabkan peningkatan CO
2. Tahap lanjut
Bila kompensasi awal gagal, vasokonstriksi berlanjut dengan penurunan
MPA menyebabkan perfusi jaringan tidak adekuat dan hipoksia. Metabolisme
anaerob sistemik memproduksi asam laktat sehingga menyebabkan asidosis
metabolik. Penurunan produksi ATP menyebabkan gangguan transpor membran
sehingga terjadi edema sel dan ruptur sel. Respon renal berlanjut sehingga
memperburuk fungsi jantung. Keadaan ini menyebabkan penurunan CO.

8
3. Tahap irreversible
Kompensasi tidak mampu mempertahankan perfusi otak jantung. Depresi
fungsi miokard berlanjut. Iskemia otak menyebabkan depresi fungsi neuron
sehingga kehilangan mekanisme kompensasi neuronal sentral. Vasokonstriksi
mikrosirkulasi menyebabkan penurunan veneus return.

H. FAKTOR RESIKO
Evaluasi dari semua pasien yang datang untuk perawatan obstetrik atau
operasi harus termasuk riwayat medis lengkap. Sebuah pribadi atau sejarah
keluarga koagulopati, atau penggunaan pribadi dari antikoagulan, harus
didokumentasikan. Pemeriksaan fisik lengkap dapat mengungkapkan memar yang
luas atau petechiae. Investigasi untuk menilai status koagulasi harus diperoleh
dalam situasi ini dan konsultasi dari disiplin lain dipertimbangkan. Semua prosedur
yang diusulkan harus dikaji dengan pasien. Risiko komplikasi termasuk perdarahan
harus diuraikan dan diskusi didokumentasikan dalam chart. kondisi klinis tertentu
dan manajemen bedah mereka berhubungan dengan peningkatan risiko perdarahan,
seperti sebagai kehamilan ektopik, miomektomi, lepasnya plasenta, plasenta previa,
dan disease. ganas dalam beberapa situasi, mungkin tepat untuk perempuan nasihat
tentang darah autologus transfusi atau hemodilusi techniques.

I. PROGNOSIS
Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal. Jika diobati, hasilnya tergantung
kepada penyebabnya, jarak antara timbulnya syok sampai dilakukannya
pengobatan serta jenis pengobatan yang diberikan. Kemungkinan terjadinya
kematian pada syok karena serangan jantung atau syok septik pada penderita usia
lanjut sangat tinggi.

J. PENANGANAN
Prinsip pertama dalam penanganan kedaruratan medik dalam penanganan
kedaruratan medik dalam kebidanan atau setiap kedaruratan adalah ABC yang
terdiri atas menjaga fungsi saluran nafas (Airway). Pernapasan (Breathing) dan

9
sirkulasi darah (Circulation). Jika situasi tersebut terjadi di luar rumah sakit, pasien
harus dikirim ke rumah sakit dengan segeran dan aman.
Prinip Dasar Penanganan Syok
1. Tujuan utama pengobatan syok adalah melaku kan penanganan awal dan
khusus untuk:
Menstabilkan kondisi pasien
Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
Mengefisiensikan system sirkulasi darah
2. Setelah pasien stabil tentukkan penyebab syok
Penanganan Awal
1. Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan
fasilitas tindakan gawat darurat
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan
bahwa jalan napas bebas.
3. Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
4. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko
terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk memeastikan jalan napasnya
terbuka.
5. Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan
menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
6. Naikan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika
memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki).
Penanganan Khusus
1. Mulailah infus intra vena (2 jika memungkinkan dengan menggunakan kanula
atau jarum terbesar (no. 6 ukuran terbesar yang tersedia). Darah diambil sebelum
pemberian cairan infus untuk pemeriksaan golongan darah dan uji kecocockan
(cross match), pemeriksaan hemoglobin, dan hematokrit. Jika memungkinkan
pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, ureum, kreatinin, pH darah dan
elektrolit, faal hemostasis, dan uji pembekuan.
 Segera berikan cairan infus (garam fisiologk atau Ringer laktat) awalnya
dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit

10
Catatan: Hindari penggunaan pengganti plasma (seperti dekstran). Belum
terdapat bukti bahwa pengganti plasma lebih baik jika dibandingkan dengan
garam fisiologik pada resusitasi ib yag mengalami syok dan dekstran dalam
jumlah banyak dapat berbahaya.
 Berikan paling sedikit 2 Liter cairan ini pada 1 jam pertama. Jumlah ini
melebihi cairan yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang
sedang berjalan
 Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan
dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam
 Catatan: Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin dibutuhkan
dalam penatalaksanaan syok akibat perdarahan. Usahakan untuk mengganti
2-3 kali lipat jumlah cairan yang diperkirakan hilang.
2. Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lekukakan venous cut-down
3. Pantau terus tanda-tanda vital (setiap 15 menit) dan darah yang hilang. Apabila
kondisi pasien membaik, hati-hati agar tidak berlebihan memberikan cairan.
Napas pendek dan pipi yang bengkak merupakan kemungkinan tanda kelebihan
pemberian cairan.
4. Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan jumlah
urin yang keluar. Produksi urin harus diukur dan dicatat.
5. Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup atau
kanula hidung.

K. PENENTUAN DAN PENANGANAN PENYEBAB SYOK


Tentukan penyebab syok setelah ibu tersebut stabil keadaannya
Syok Perdarahan
Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok:
1. Ambil langkah-langkah secara berurutan untuk menghentikan perdarahan
(seperti oksitosin, masasse uterus, kompresi bimanual, kompresi aorta, persiapan
untuk tindakan pembedahan).
2. Transfusi sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah. Pada kasus syok
karena perdarahan, transfusi dubutuhkan jika Hb <8 g%. Biasanya darah yang
diberikan ialah darah segar yang baru diambil dari donor darah.

11
3. Tentukan penyebab perdarahan dan tata laksana:
 Jika perdarahan terjadi pada 22 minggu pertama kehamilan, curigai
abortus, kehamilan ektopik atau mola
 Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan tetapi
sebelum melahirkan, curigai plasenta previa, solusio plasenta atau robekan
dinding uterus (rupture uteri).
 Jika perdarahan terjadi setelah melahirkan, curigai robekan dinding uterus,
atonia uteri, robekan jalan lahir, plasenta tertinggal.
4. Nilai ulang keadaan ibu: dalam waktu 20-30 mnit setelah pemberian cairan, nilai
ulang keadaan ibu tersebut untuk melihat tanda-tanda perbaikan.
5. Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil atau ada perbaikan sebagai
berikut:
 Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100 mmHg
 denyut jantung stabil
 Kondisi mental pasien membaik, ekspresi ketakutan berkurang
 Produksi urin bertambah. Diharapkan produksi urin paling sedikit 100
ml/4 jam atau 30 ml/jam

L. PENILAIAN ULANG
1. Nilai ulang respon ibu tehadap pemeriksaan varian dalam waktu 30 mneit
untuk menentukkan apakah kondisinya membaik. Tanda-tanda perbaikkan
meliputi:
 nadi yang stabil (90 menit atau kurang)
 Peningkatan tekanan darah (sistolik 00 mmHg atau lebih)
 Perbaikan tatus mental (brkurangnya kebingungan dan kegelisahan)
 meningkatnya jumlah urin (30 ml pr jam atau lebih)
2. Jika kondisi ibu tersebut membaik
 Sesuaikan kecepatan infuse menajdai 1 liter dalam 6 jam
 Teruskan penatalaksanaan untuk penyebab syok
3. Jika kondisi ibu tersebut tidak membaik, berarti ia membutuhkan penanganan
selanjutnya.

12
13

Anda mungkin juga menyukai