Anda di halaman 1dari 3

VAKSIN HEPATITIS B: APAKAH ANDA TELAH VAKSINASI HEPATITIS B?

Lindungi diri Anda dari hepatitis B! dr. Wirajaya Sp.PD menyarankan Anda untuk mencegah
infeksi dan kanker hati dengan vaksin.
Hepatitis B merupakan virus yang menyerang hati atau liver dan sangat sukar di sembuhkan.
Namun infeksi hepatitis B dapat di cegah dengan penggunaan vaksin atau imunisasi.

Apakah itu vaksinasi atau imunisasi? Bagaimanakah cara kerjanya?

Vaksin merupakan salah satu cara agar Anda tidak terkena penyakit infeksi yang diakibatkan
oleh kuman. Ketika kuman seperti bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh kita, kuman dapat
menyebabkan infeksi, dan hal inilah yang menyebabkan munculnya penyakit. Ketika terjadi
infeksi, di saat itulah tubuh kita mampu untuk mengenali kuman dan juga mampu mengetahui
bagaimana cara menyerang kuman tersebut. Salah satu cara tubuh kita menyerang kuman adalah
dengan antibodi yang di produksi oleh sel darah putih kita sendiri. Antibodi ini akan melekat
pada kuman, dan tubuh kita akan menyerang kuman itu.

Cara lain untuk memicu agar tubuh kita memproduksi antibodi adalah dengan vaksin tanpa
adanya infeksi yang membahayakan. Vaksin mengandung komponen bakteri atau virus yang
telah dilemahkan atau dimatikan. Komponen kuman yang telah di non-aktifkan tidak dapat
menyebabkan penyakit. Vaksin akan menyebabkan tubuh kita dapat mengenali siapa dan
bagaimana memerangi penyakit ini. Seandainya pun muncul efek samping setelah imunisasi,
seperti contohnya seseorang mengalami demam, hal ini adalah wajar dan dikarenakan tubuh kita
sedang meningkatkan sistem kekebalannya.

Apakah itu virus Hepatitis B? Bagaimanakah akibatnya?

Penyakit hepatitis B merupakan penyakit pada hati atau liver yang diakibatkan oleh adanya
infeksi virus hepatitis B. Penularan virus hepatitis B dapat terjadi melalui kontak cairan tubuh
penderita seperti darah dan kontak seksual tanpa pengaman. Kontak darah bisa terjadi melalui
penggunaan jarum suntik bergantian, terkontaminasi dengan darah pada luka terbuka, ketika
melakukan tatto dengan alat tidak steril, alat cukur, dan transfusi darah yang tidak steril.
Termasuk pula penularan dari ibu yang terinfeksi hepatitis B kepada anak saat persalinan
(penularan vertikal). Hepatitis B tidak ditularkan melalui air liur.

Ketika seseorang terinfeksi hepatitis B untuk pertama kali, gejala baru bisa muncul setelah 2
hingga 5 bulan (masa inkubasi). Gejala awal hepatitis B termasuk demam, lemas, kehilangan
nafsu makan, diare, mual, dan perut terasa tidak nyaman. Gejala bisa berlanjut dengan kulit dan
selaput mata berwarna lebih kekuningan, dan air kencing berwarna seperti teh. Berbeda dengan
hepatitis A yang pada umumnya akan sembuh dengan baik dan tidak menyebabkan komplikasi
penyakit hati kronis, penyakit hepatitis B menjadi permasalahan yang sangat serius. Virus
hepatitis B dapat berkembang menjadi penyakit kronis dan sangat berpotensi untuk
menyebabkan penyakit sirosis (pengerasan hati) dan kanker hati.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, diperkirakan sejumlah 28 juta masyarakat
Indonesia terkena hepatitis B dan C. Dari yang terinfeksi hepatitis B dan C, 14 juta orang
diperkirakan berpotensi berlanjut menjadi penderita kronis dan 1.4 juta berpotensi menjadi
pengidap kanker hati. Dari tahun 2007 hingga 2013, dikatakan terjadi peningkatan 2 kali lipat
kejadian hepatitis B maupun C yang dapat menjadi permasalahan serius akibat komplikasi yang
ditimbulkan.

Vaksinasi Hepatitis B
Vaksin hepatitis B menjadi salah satu jenis vaksin wajib dari pemerintah yang dicanangkan
dalam program imunisasi dasar lengkap. Diawali pada tahun 1987, pemerintah Indonesia
memulai membuat sebuah pilot project selama 10 tahun (1987-1997) untuk melakukan vaksinasi
hepatitis B pada bayi yang dimulai dari provinsi NTB dan kemudian berlanjut ke provinsi
lainnya. Pada April 1997, pemerintah menetapkan agar vaksinasi hepatitis B termasuk dalam
imunisasi dasar lengkap dan menjadi program imunisasi nasional.
Melihat dari sejarah vaksinasi hepatitis B di Indonesia, tahun pertama kali diadakan program
imunisasi hepatitis B secara nasional adalah pada tahun 1997. Kelahiran sebelum tahun tersebut
mungkin saja sudah mendapatkan vaksin hepatitis B, namun mungkin saja juga belum. Dr.
Wirajaya SpPd menyarankan agar Anda dan orang tua Anda yang tidak mengetahui secara pasti
mengenai hal ini, untuk memeriksakan darah Anda dan berkonsultasi dengan dokter Anda agar
dapat mengetahui dengan pasti apakah telah memiliki kekebalan tubuh terhadap hepatitis B.

Selain itu, sangat disarankan bagi Anda yang berisiko tinggi tertular virus hepatitis B untuk
melakukan vaksin hepatitis B. Berikut ini adalah orang dengan risiko tinggi untuk tertular
hepatitis B:
- Seseorang yang aktif secara seksual (multipartner)
- Dalam pengobatan penyakit menular seksual
- Homoseksual/biseksual
- Pengguna obat-obatan terlarang dengan jarum suntik
- Tinggal bersama dengan seseorang yang terinfeksi hepatitis B
- Bekerja di fasilitas kesehatan
- Penderita penyakit ginjal kronis dengan pengobatan hemodialisis (cuci darah)
- Wisatawan yang berkunjung ke daerah dengan angka infeksi hepatitis B yang tinggi
- Penderita penyakit hati kronis
- Penderita infeksi HIV
- Penderita diabetes usia 19- 59 tahun, dan dipertimbangkan pada usia 60 tahun ke atas
- Seluruh orang yang belum mendapatkan vaksin hepatitis B

Dengan pemberian vaksin hepatitis B sebanyak 3 kali (suntikan pertama kali pada usia
berapapun dan dilanjutkan pada 4 minggu kemudian dan bulan ke-6 dari awal pemberian
suntikan), akan menghasilkan proteksi terhadap hepatitis B sebanyak lebih dari 90% pada orang
dewasa sehat.
Terinfeksi penyakit hepatitis B menjadi permasalahan yang sangat serius. Penderita hepatitis B
memiliki risiko berkembangnya penyakit ini menjadi penyakit hati kronis yang menyebabkan
penyakit sirosis (pengerasan hati) dan kanker hati sehingga membahayakan nyawa. Anda dapat
mencegahnya dengan cara yang mudah: Lakukanlah vaksinasi. Dengan vaksinasi hepatitis B ini,
Anda dapat mencegah terkena hepatitis B ini, sekaligus mencegah penularannya kepada orang
tercinta Anda!

Anda mungkin juga menyukai