Anda di halaman 1dari 5

PEMANFAATAN MEDIAL SOSIAL SEBAGAI SARANA EDUKASI REMAJA DALAM

UPAYA MENCEGAH RESIKO PERNIKAHAN DINI DI MASA PANDEMI COVID-19


Oleh :
Sri wahyuni, Harmiati dan Iis susilawati

Prodi S1 Pendidikan Bidan dan Profesi Bidan


STIKes Hamzar Lombok Timur
Jln. Raya Labuhan Lombok Km.60,Mamben Daya
Kec.Wanasaba,Kab.Lombok Timur,NTB.
Nomor HP: 08590433720

Menurut World Health Organization (WHO) Coronavirus adalah suatu kelompok virus
yang mampu menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus
diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari filek hingga batuk
bahkan lebih serius seperti Middle East Respiratory Stndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Corona jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit
COVID-19.
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru
ditemukan. Covid-19 ini mulai ditemukan di Wuhan, tiongkok, akhir Desember 2019 lalu.
COVID-19 ini sekarang telah menjadi sebuah pandemi yang telah terjadi di banyak negara di
seluruh dunia.
Menurut World Health Organization (WHO), COVID-19 menyebar dari orang ke orang
lain melalui air liur dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang sedang batuk dan
sedang berbicara secara berhadapan dengan jarak kurang dari 1 meter. Orang tersebut
selanjutnya menyentuh mata, hidung, mulut, dan organ-organ tubuh lainnya.
Berdasarkan studi yang ada pada saat ini belum ditemukan penyebaran melalui udara bebas.
bahaya virus corona bisa menyebakan kematian, karena system imunitas tubuh berada
diposisi lemah sehingga sangat mudah di serang oleh virus dan di tambah dengan
komorbiditas penyakit bawaan akan membuat semakin memperparah covid-19.
COVID-19 ini sangat berdampak pada segala sector pemerintah baik di bidang kesehatan,
ekonomi, pariwisata dan masih banyak sekctor lainnya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan
dalam upaya pencegahan resiko penularan covid-19. Di antaranya pemerintah menghimbau
seluruh masyarakat untuk bekerja dan belajar dari rumah (work from home), Lockdown,
PSBB, Sosial distancing sehingga semua aktivitas harus dilakukan dirumah masing-masing.
Covid-19 berdampak besar bagi sector pendidikan dikarenakan pemerintah melalui
Mendikbud menghimbau seluruh aktivitas pembelajaran dilakukan di rumah atau dilakukan
secara daring. Adapun dampak dari pembelajaran daring siswa merasa bosan dan jenuh harus
berdiam diri di rumah di karenakan pemerintah mengharuskan beraktivitas dari rumah
sehingga timbul rasa bosan. Selain merasa jenuh dan bosan ini disebabkan karena lamanya
belajar online di masa pandemi mereka merasa kesulitan untuk memahami berbagai materi
yang di berikan oleh guru. Dampak dari belajar online atau yaitu, ancaman putus sekolah,
Anak yang terpaksa bekerja karena untuk membantu orang tua karena faktor ekonami,
Kondisi sekolah PJJ(Pembelajaran jarak jauh) yang tidak memungkinkan. Pihak sekolah
memikirkan berbagai cara atau hal-hal untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan tersebut.
Salah satunya pihak sekolah ingin memberikan edukasi atau sosialisasi terkait dampak dari
pernikahan dini, akan tetapi masyarakat diharuskan berda dirumah saja sehingga mempersulit
kegiatan.
Kebijakan pemerintah dalam penutupan sekolah sementara ini juga menjadi pemicu
maraknya terjadi pernikahan dini. Najlah Naqiyah, mengatakan bahwa pernikahan dini
adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan remaja remaji di bawah usia 16 tahun. lebih
dari itu Nukman menambahkan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan di
bawah usia yang seharusnya diperbolehkan di karenakan belum siap dan matang untuk
melakukan dan menjalani kehidupan rumah tangga. Sesuai dengan undang-undang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih terbilang anak-anak. Untuk itu, BKKBN
memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
Susilowati mengatakan aktivitas belajar dirumah bisa mengakibatkan remaja memiliki
kebebasan dalam bergaul di lingkungan sekitarnya, ini juga terjadi karena kurangnya
pengawasan orang tua terhadap anaknya sangat lemah atau sangat kurang. Seperti yang kita
ketahui ada beberapa orang tua menganggap bahawa pernikahan pada usia dini merupakan
bagian dari solusi penyelesaian masalah ekonomi,dan kurangnya pengetahuan remaja akan
dampak dari pernikahan dini tersebut. Jadi sangat perlu adanya penyuluhan untuk orang tua
agar orang tua juga mengetahui dan memahami dampak dari pernikahan dini tersebut,orang
tua kemudian akan memahami pentingnya pendidikan dan akan lebih teliti menjaga anaknya
dan mendukung penuh anaknya untuk menyelesaikan pendidikannya. Sehingga perlunya
pemerintah melalukan program penyuluhan melalui media sosial untuk mencegah pernikahan
dini
Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB mengatakan, 148
peserta didik jenjang SMA di NTB melakukan pernikahan dini. Data ini adalah hasil survey
131 sampel dari sekolah. Rincian, 17 siswa di kabupaten bima, 2 siswa di kota bima dan
dompu, sumbawa besar ada 11 siswa, sumbawa barat 1 siswa, Lombok timur 33 siswa.
Selanjutnya Lombok tengah 48 siswa, Lombok barat 20 siswa dan mataram 9 siswa.
Gitayanti (2016), mengatakan dampak pernikahan dini secara fisiologis adalah keguguran
(abortus), persalinan premature, BBLR dan kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia
pada kehamilan dan kematian ibu.
Pihak sekolah memikirkan berbagai cara atau hal-hal untuk menghilangkan rasa jenuh dan
bosan tersebut. Salah satunya pihak sekolah ingin memberikan edukasi atau sosialisasi terkait
dampak dari pernikahan dini, akan tetapi masyarakat diharuskan berada dirumah saja
sehingga mempersulit kegiatan.
Untuk dapat mengatasi pernikahan dini di masa pandemic covid-19, perlu adanya upaya
pemerintah memberikian inovasi yang lebih efektif seperti dengan memanfaatkan media
social. Nasrullah (2018) mengatakan bahwa Media social adalah alat bantu dalam mengetahui
segala informasi dari seseorang kepada seseorang atau kelompok lainnya, perkembangan
medial social saat ini sangat meningkat pesat mengingat peran teknologi sudah tidak dapat
dilepaskan dari setiap kehidupan manusia, dari yang awalnya hanya mengirim kabar melalui
surat, kini dpat memberitahukan kabar dimana saja dengan menggunakan social media.
Berdasarkan studi dan data riset oleh We Are Social (2019), pengguna media sosail di
Indonesia sudah mencapai 150 juta orang. Hal ini dapat diartikan bahwa sekitar 57% sudah
menggunakan berbagai media social. Aplikasi menarik yang dapat digunakan sebagai media
promosi. Seperti sebagian besar remaja menggunakan youtube, youtube merupakan medial
sosial yang memungkinkan para pengguna untuk dapat meihat dan berbagi video, telat
tercatat bahwa 88% orang Indonesia telah menggunakan youtobe. WhatsApp pada urutan
kedua merupakan social media chatting, telah tercatat bahwa 83% orang Indonesia telah
menggunakan medial sisaol whatsapp. Facebook adalah media sosail yang paling sering di
gunakan oleh orang Indonesia karena dapat dikatakan lengkap, kita bisa bekomunkasi berbagi
video membuat group dan perkumpulan membuat jadwal bersama dsb. Instagram merupakan
media social yang penggunanya untuk berbagi foto dan video serta membuat cerita singkat
pada fitur stories, tercatat 80% orang Indonesia menggunakan medial social Instagram.
Tiktok merupakan medial social dimana kita bisa berbagi video berdurasi pendek yang
menampilkan music,tercatat 500 juta orang Indonesia menggunakan tiktok. Twitter adalah
media social yang memungkinkan para penggunanya untuk mengirim teks, telah tercatat 2 %
orang Indonesia menggunakan twitter, itu artinya dari 150 juta pengguna sekitar 78 % sudah
menggunakan twitter. Pemerintah dapat menfaatkan aplikasi yang sering di gunakan remaja
tersebut sebagai sarana untuk melakukan promosi kesehatan dimana membahas terkait
dampak dari pernikahan dini.
Pemerinth dapat bekerjasama dengan kementrian kesehatan dalam upaya
mempromosikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja dengan memanfaatkan media
social yang paling banyak diminati remaja dengan membuat gerakan, poster elektronik dan
kemudian di sebar dalam bentuk status atau caption yang menarik minat remaja untuk
membacanya.
Kemudian dapat diberikan edukasi tentang educatin seks ,Tujuan penyuluhan tentang
education seks untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada remaja tentang
kesehatan reproduksi sehingga remaja bebas dari penyakit menular dan mencegah dirinya
untuk melakukan pernikahan dini. Dan program kesehatan reproduksi remaja (KRR)
merupakan salah satu bagian dari program kependudukan, keluarga berencana dan
pembangunan keluarga (KKBPK). Di Indonesia program ini focus pada peningkatan
pengetahuan remaja serta pihak terkait pentingnya kesehatan reproduksi bagi kehidupan
remaja. Secara khusus program KRR ini ditujukan untuk mencegah pernikahan usia dini, Dan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan dimana sehat secara fisik ,mental, dan sosial secara utuh
untuk semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,fungsi dan
proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Kemudian dilihat dari segi psikologis mental
pasangan yang menikah diusia dini masih sangat labil sehingga ketika dihadapkan pada suatu
masalah mereka cenderung menyelesaikannya dengan kekerasan, pasangan yang telah
menikah dini akan mudah depresi ,trauma, dan kecemasan yang berlebihan karena belum
adanya kesiapan mental pasangan yang menikah usia dini untuk menjalani kehidupan
berumah tangga dan belum siap menjadi rang tua. Kemudian remaja yang memilih
melakukan pernikahan dini harus memiliki persiapan sebelum menjadi orang tua, mengingat
usia yang masih terbilang labil dan rentang mempunyai emosinal yang tinggi. Sebagai rang
tua baru mereka harus siap menjadi ibu dan ayah, mengorbankan waktu yang banyak untuk
mengurusi anak, tetap berperilaku positif terhadap anak dapat mengendalikan perasaan serta
belajar dari orang lain.

Dari permasalahan yang ada dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini pada masa
pandemi telah menjadi bencana besar yang diakibatkan karena bosannya belajar daring, serta
masalah ekonomi dimana beberapa orang tua juga mengambil alternatif membiarkan anaknya
menikah agar dapat mengurangi beban keluarga. Sehingga dengan adanya pemanfaatan
media sosial remaja bias lebih mengetahui tentang dampak pernikahan dini pada masa
pandemi cvid 19.

Anda mungkin juga menyukai