Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional yang diarahkan untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dan

kualitas sumber daya manusia. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan

dapat dilihat dari status gizi masyarakat, angka kematian bayi, angka kematian

ibu, dan usia harapan hidup. Tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu

dan rendahnya status gizi akan mempengaruhi derajad kesehatan masyarakat.

Program perbaikan gizi merupakan salah satu penentu utama kualitas

sumber daya manusia. Masalah gizi merupakan salah satu indikator derajad

kesehatan masyarakat. Disamping itu peningkatan status gizi penduduk

merupakan basis pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena

kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan

kecerdasan, menurunkan produktifitas kerja, menurunkan daya tahan tubuh serta

meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian. Masalah gizi disebabkan oleh

berbagai faktor antara lain tingkat konsumsi, keadaan kesehatan, ketersediaan

pangan, pendidikan dan lain-lain, sehingga dalam penanganannya diperlukan

kerjasama terpadu berbagai lintas sektor terkait.

Hal tersebut akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh ketersediaan

bahan dan sarana gizi yang memadai serta operasional pelaksanaannya.

Posyandu merupakan bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

mempunyai daya ungkit yang besar dalam mengatasi masalah kurang gizi karena

menurunnya kinerja posyandu akan berdampak pada menurunnya status gizi

balita. Salah satu program gizi dari pemerintah pusat adalah Bantuan Sosial

berupa operasional posyandu. Gambaran yang lebih akurat tentang situasi

1
masalah gizi, keberhasilan program penimbangan, liputan program dan tingkat

partisipasi masyarakat terhadap kegiatan posyandu di tingkat masyarakat kota

Kendari akan didapat melalui kegiatan tersebut. Pelaksanaan Bantuan Sosial

ProgramPerbaikan Gizi masyarakat khususnya operasional posyandu sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: HK.03.05/B.V/2446/2009 tanggal 29

Juli 2009.

Berdasarkan hal tersebut kami membuat laporan pelaksanaan Bansos Gizi

tingkat kota Kendari Tahun 2009 sesuai petunjuk tehnis yang dikeluarkan oleh

Direktorat Bina Gizi Masyarakat Direktorat Jendral Bina Kesmas Depkes RI,

namun dalam pembuatan laporan ini masih terdapat segala kekurangannya

sehingga diperlukan kritik dari semua pihak demi kesempurnaannya.

B. Tujuan

Tujuan Umum:

Secara umum tujuan penyusunan laporan ini adalah tersedianya informasi

dan gambaran hasil pelaksanaan Bantuan Sosial Operasional Posyandu pada

Dinas Kesehatan Kota Kendari

Tujuan Khusus:

1. Sebagai umpan balik pelaksanaan kegiatan Bansos Gizi.

2. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan Bansos operasional posyandu.

3. Terlaksanannya penggunaan dana Bansos Operasional Posyandu

4. Mengetahui permasalahan kegiatan Bansos Operasional Posyandu

II. KEADAAN UMUM

A. Keadaan Umum

Secara administratif Kota Kendari terdiri dari 10 kecamatan yakni :

2
1. Kecamatan Kendari

2. Kecamatan Kendari Barat

3. Kecamatan Mandonga

4. Kecamatan Puuwatu

5. Kecamatan Kadia

6. Kecamatan Wua-Wua

7. Kecamatan Baruga

8. Kecamatan Kambu

9. Kecamatan Poasia

10. Kecamatan Abeli

Dalam 10 kecamatan tersebut terdiri dari 13 puskesmas dan 192 posyandu,

namun yang mendapat bantuan operasional posyandu sebanyak 181posyandu

yaitu :

1. Puskesmas Kemaraya :10 posyandu

2. Puskesmas Benu-Benua : 17 posyandu

3. Puskesmas Mata : 14 posyandu

4. Puskesmas Poasia : 14 posyandu

5. Puskesmas Mokoau : 12 posyandu

6. Puskesmas Labibia : 9 posyandu

7. Puskesmas Puuwatu : 14 posyandu

8. Puskesmas Mekar : 7 posyandu

9. Puskesmas Perumnas : 19 posyandu

10. Puskesmas Jati Raya : 10 posyandu

11. Puskesmas Abeli : 27 posyandu

12. Lepo-Lepo : 17 posyandu

13. Puskesmas Wua-Wua : 11 posyandu

B. Sumber Daya Tenaga

3
Tenaga gizi yang hingga saat ini masih terlibat dalam pelayanan

kesehatan di bidang gizi sebanyak 74 orang terdiri dari 54 PNS dan tenaga

mengabdi 20 orang dengan klasifikasi pendidikan yang bertugas di Dinas

Kesehatan terdiri dari diploma Tiga (D III) sebanyak 2 orang, dan Sarjana (S1)

Kesmas 4 orang. Sedangkan yang bertugas di Puskesmas dengan klasifikasi

Pendidikan ; Diploma Satu (D1), 14 orang, Diploma Tiga (D III) 30 orang,

Sarjana Tehnologi Pangan (S1) 3 orang, Sarjana Ekonomi (S1) 1 orang, serta

Diploma Tiga (D III) 20 orang sebagai tenaga mengabdi.

III. PELAKSANAAN KEGIATAN OPERASIONAL POSYANDU BANSOS GIZI

Pelaksanaan operasional posyandu dilaksanakan pada 181 posyandu

dengan jumlah puskesmas sebanyak 13 puskesmas. Operasional posyandu

tersebut dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Desember 2009

dengan hasil sebagai berikut:

REKAPAN HASIL OPERASIONAL POSYANDU BANSOS GIZI


BULAN AGUSTUS S/D DESEMBER 2009

%Cakupan
Jum. Jum.
No Puskesmas S K D N

K/S D/S N/D N/S 2T BGM

1 Mata 2715 2647 2077 1672 97,5 76,5 80,5 61,6 14 77

2 Benu-Benua 2607 2607 1817 670 100 69,7 57,8 25,7 63 62

3 Kemaraya 2355 2230 1583 1342 94,7 67,2 84,5 57 12 3

4 Puwatu 2825 2288 1780 480 81 63 27 17 242 5

5 Labibia 120 117 53 29 97,5 44,2 54,7 24,2 0 1

6 Perumnas 1442 12934 812 501 89,7 56,3 61,8 34,7 36 40

7 Lepo-Lepo 1377 1377 599 335 100 43,5 56 24,2 68 35

8 Mekar 1860 1513 1409 1074 0,8 0,76 0,76 0,58 38 0

9 Jati Raya 880 710 212 160 80,7 24,1 75,5 18,1 6 4

10 Wua-Wua 465 378 352 268 81,3 75,7 76,1 57,6 20 3

11 Mokoau 920 785 519 433 85,3 56,4 83,4 47 23 27

12 Poasia 1943 1183 1183 1056 60,9 60,9 89,3 54,3 46 22

4
13 Abeli 2220 2018 1292 1081 90,9 58,2 83,7 48,7 138 61

Kota Kendari
21729 30787 13688 9101 142 63 66,5 41,9 706 340

Data tersebut menunjukkan bahwa hasil operasional posyandu

indikator K/S atau liputan program penimbangan yang mempunyai KMS cukup

banyak melebihi 100% dari sasaran sebelunya. Hal ini menunjukkan bahwa

keterlibatan kader posyandu dalam mencari bayi balita untuk memberikan

KMS di kota Kendari sangat tinggi. Bila dilihat dari indikator D/S atau tingkat

partisipasi masyarakat hanya 63%. Hal ini disebabkan partisipasi masyarakat

yang masih rendah karena berbagai faktor antara lain: kesibukan masyarakat

atau orang tua balita atau pengasuh bayi balita untuk bekerja mencari nafka.

Dengan demikian mempengaruhi orangtua atau pengasuhnya untuk membawa

atau menimbang balitannya. Disamping itu karena kader ada keterbatasan

dana dan tenaga serta waktu dalam melacak bayi atau balita dari rumah ke

rumah untuk operasional penimbangan tersebut serta kondisi georafis yang

sulit untuk dijangkau oleh para kader. Bila dilihat dari keberhasilan program

penimbangan (N/D) masih rendah hanya 66,5%. Hal ini disebabkan oleh

berbagai faktor antara lain: konsumsi yang rendah, faktor penyakit pada balita

sehingga mempengaruhi daya serap zat-zat gizi, daya beli masyarakat,

ketersediaan pangan, pola asuh yang salah dan sebagainya. Bila dilihat dari

hasil operasi timbang tersebut masih banyak balita yang menderita BGM

yaitu sebanyak 340 anak. Dari jumlah tersebut sebagian adalah penderita gizi

buruk. Jumlah BGM yang tertinggi pada operasi timbang tersebut yang

tertinggi adalah posyandu wilayah kerja puskesmas Mata sebanyak 77 balita

sedangkan puskesmas Mekar tidak ditemukan. Sedangkan jumlah balita yang

berturut-turut 2 kali berat badannya tidak naik (2T) adalah yang tertinggi

puskesmas Puuwatu sebanyak 242 balita, puskesmas Labibia tidak ditemukan.

IV. PERMASALAHAN DAN SARAN

A. Permasalahan:

5
1. Kondisi geografis masing-masing daerah berbeda –beda sehingga menyulitkan

para petugas di lapangan untuk melaksanakan operasional timbang dan yang

membutuhkan dana yang besar.

2. Tidak semua bayi dan balita dapat terjaring dalam operasi timbang tetapi

hanya sebagian kecil saja .

3. Jarak waktu adanya program bansos gizi dengan pelaksanaan kegiatan di

kabupaten kota sangat singkat sehingga persiapan yang dilakukan para

petugas lapangan kurang maksimal.

4. Banyak gizi kurang atau atau 2T dan BGM yang ditemukan di kota Kendari

dan kasus tersebut setiap saat selalu ada.

B. S a r a n:

1. Biaya Bansos operasional posyandu seharusnya mempertimbangkan kondisi

georafis wilayah setempat.

2. Program perbaikan gizi khususnya penanganan masalah gizi kurang 2T, gizi

buruk sebaiknya dapat disiapkan dana yang sifatnya darurat yang setiap saat.

dapat diambil untuk kepentingan penanggulangan sehingga tidak terkendala

masalah administrasi.

Anda mungkin juga menyukai