Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan ....

(Suharyanto)

PENGARUH PADAT TEBAR BERBEDA TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN SINTASAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus)
DI TAMBAK

Suharyanto*) dan Suwardi Tahe*)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan padat tebar optimal rajungan (Portunus
pelagicus) yang dibesarkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak
Percobaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maranak, Maros selama 98 hari.
Tambak yang digunakan adalah berukuran 100 m2 tiga petak, 125 m2 tiga petak, dan
tiga petak yang lain berukuran 150 m2. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok, dengan masing-masing luasan tambak 100, 125, dan 150
m2 sebagai kelompok. Perlakuan yang diaplikasikan adalah padat tebar 1 ind./m2, 3
ind./m2, dan 5 ind./m2 berukuran lebar karapas rata-rata 3,9 ± 0,6 cm dan bobot 8,3 ±
1,3 g; masing-masing tiga kali ulangan. Selama pemeliharan diberikan pakan ikan rucah
dengan dosis 5% dari total biomassa per hari. Parameter yang diamati adalah
pertumbuhan lebar karapas, bobot, dan sintasan serta produksi. Selama percobaan
beberapa kualitas air diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan lebar karapas dan bobot rajungan yang
dibesarkan di tambak (P>0,05) tetapi berpengaruh nyata terhadap sintasan dan
produksi (P<0,05). Perlakuan yang tertinggi sintasannya diperoleh pada perlakuan 1
ind./m2, yaitu 10,7%.

ABSTRACT: Effect 0f different stocking density on the growth and survival


rate of swimming crabs (Portunus pelagicus) reared in
brackishwater ponds. By: Suharyanto and Suwardi Tahe

The aim of this experiment was to find out the optimal stocking density of swimming
crabs (Portunus pelagicus) reared in brackishwater ponds. The research was
conducted in research station of Research Institute for Brackishwater Aquaculture
Maranak, Maros, South Sulawesi for 98 days. Nine brackishwater ponds were used in
this research and the dimension were 100 m2, 125 m2, and 150 m2, three brackishwater
ponds, respectively. Experimental design used the Block Randomized Design, stocking
densities were applied 1, 3, and 5 ind./m2 with three replicates respectively, average
size of 3.9 ± 0.6 cm in carapace width and 8.3 ± 1.3 g in body weigth. During the
rearing the crabs were fed with trace fish given of twice a day, dosage 5% of total body
weight a day. During the experiment, the determined parameters were carapace
width, survival rate and production. The result showed that the effect of stocking
density not significantly different on the growth of carapace width and weight (P>0.05)
but the survival rate was significantly different (P<0.05). The highest survival rate
obtained on the treatment of 1 ind./m2, it was 10.7%.

KEYWORDS: stocking density, swimming crabs, brackishwater ponds,


growth, survival rate

*)
Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

19
J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 19--25

PENDAHULUAN Payau, Kabupaten Maros pada 13 Agustus


sampai dengan 19 November 2005.
Budi daya krustase di tambak merupakan
kegiatan perikanan yang sudah lama dikem- Persiapan tambak untuk penebaran sesuai
bangkan. Saat ini potensi lahan tambak yang prosedur pembesaran udang windu di tambak
cocok untuk budi daya cukup tersedia, dan ada beberapa tahap. Tahap pertama
ditambah lagi banyak tambak-tambak udang meliputi keduk teplok dan pengolahan tanah
yang tidak berproduksi dan banyak ditinggal- dasar tambak, pelapisan pematang dengan
kan oleh pemiliknya, akibat wabah penyakit plastik untuk mencegah rembesan air keluar
yang belum bisa teratasi. dari petak tambak. Tahap selanjutnya adalah
dilakukan pemberantasan hama dengan
Jenis krustase yang dapat dibudidayakan menaburkan saponin dengan dosis 10 mg/L.
masih terbatas pada jenis udang penaeid
Tahap berikutnya adalah pengeringan
seperti Penaeus monodon, Litopenaeus
selama satu minggu, kemudian dilakukan
vanamei, dan L. stylirostris (Sugama, 2002).
pengukuran redoks potensial pada tanah
Jenis krustase lain yang dapat dibudidayakan
pelataran tambak dengan alat “elektroda
di tambak adalah kepiting bakau, Scylla serrata
pengukur redoks”, hasil pengukurannya adalah
tetapi kepadatannya masih rendah. Gunarto &
53 mV, karena itu tambak memerlukan
Rusdi (1993) menyarankan, dalam budi daya
pengapuran, selanjutnya dilakukan penga-
kepiting bakau padat tebar yang baik adalah 1
puran dengan dosis 1.000 kg/ha. Kemudian
ind./m2. Kemudian Sulaeman (2001) dan Hanafi
tambak diairi, dan dipupuk dengan pupuk dasar
et al. (2002) menganjurkan 1--2 ind./m2.
yaitu 150 kg/ha urea dan 75 kg SP-36/ha
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan dengan dosis perbandingan N:P = 3:1 yang
jenis krustase yang bersifat “eurihaline” dilakukan setelah empat hari.
(Nontji, 1986), dapat hidup pada salinitas 9—
Masing-masing petak tambak dilengkapi
39 ppt (Chande & Mgaya, 2003) dan habitat
dengan pintu saluran masuk dan pengeluaran
yang disenangi rajungan adalah dasar lumpur
air, terbuat dari pipa paralon (PVC) diameter 6
berpasir (Coleman, 1991), sehingga mampu
inci. Saluran masuk dan saluran pembuangan
beradaptasi pada perairan tambak. dirancang sedemikian rupa sehingga mem-
Rajungan ini selain rasa dagingnya yang perlancar dalam pemasukan, pengeluaran, dan
lezat juga bergizi tinggi yakni protein 65,72%; pergantian air. Pergantian air dilaksanakan
mineral 7,5%; dan lemak 0,88% (Anonim 2002), mengikuti periode pasang surut.
mudah berkembang biak, responsif terhadap Masing-masing petak dimasukkan 30 buah
makanan, cepat tumbuh, dan mudah dibudi- semen blok berukuran tinggi 35 cm dan dia-
dayakan (Susanto et al., 2005b). meter 15 cm terbuat dari campuran semen,
Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya kerikil, dan pasir dengan perbandingan 1:3:5.
Laut, Gondol-Bali, perbenihan rajungan telah Semen blok merupakan tempat perlindungan
berhasil memproduksi benih ukuran krablet, rajungan.
tetapi informasi pembesarannya di tambak, Hewan uji yang digunakan adalah benih
masih belum tersedia (Susanto et al., 2005a). rajungan (krablet) dengan lebar karapas dan
Oleh karena itu, upaya pengkajian peningkatan bobot rata-rata adalah 3,9 ± 0,6 cm dan 8,3 ±
tingkat sintasan perbenihan dan pembesaran 1,3 g, diperoleh dari perairan Pulau Salemo,
perlu dilakukan terutama padat tebar yang Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.
paling tepat untuk produksi rajungan ukuran
Rancangan percobaan yang digunakan
konsumsi di tambak.
adalah Rancangan Acak Kelompok, di mana
Padat tebar merupakan salah satu aspek sebagai kelompok adalah luas petak tambak
budi daya yang perlu diketahui, karena bisa yakni 100 m2 3 petak, 125 m2 3 petak, dan 3
mempengaruhi laju pertumbuhan, sintasan, petak yang lain seluas 150 m 2 , dengan
dan tingkat produksi. Tujuan penelitian adalah kedalaman masing-masing petak adalah 100
untuk mengetahui padat tebar yang terbaik cm. Kemudian perlakuan yang diaplikasikan
bagi rajungan yang dibudidayakan di tambak. adalah padat tebar yang berbeda, yaitu padat
tebar 1 ind./m2, 3 ind/m2, dan padat tebar 5
BAHAN DAN METODE ind./m2. Tiga kelompok merupakan ulangan.
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Tambak Pakan yang diberikan berupa daging ikan
Maranak, Balai Riset Perikanan Budidaya Air rucah dari jenis ikan sinrilik (Caesio sp.) dan

20
Pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan .... (Suharyanto)

ikan sibula (Sardinella sp.). Pemberian pakan Sintasan benih rajungan dihitung dengan
dilaksanakan 3 x sehari yakni pagi 1% dari rumus Effendi (1979) sebagai berikut:
total biomassa, siang 1% dan malam hari 3%
dari total biomassa, sehingga dalam satu hari S = Nt/Nox100 %
jumlah pakan yang diberikan adalah 5% dari di mana:
total biomassa.
S : Sintasan (%)
Sampling dilaksanakan dengan mengambil Nt : Jumlah pada akhir percobaan (ekor)
10 individu rajungan pada masing-masing No : Jumlah pada awal percobaan (ekor)
perlakuan secara manual yaitu mengambil
langsung rajungan menggunakan tangan pada Parameter kualitas air meliputi: salinitas,
masing-masing petak tambak dan dilakukan suhu air, O2 terlarut, NH4-N, NO2-N, NO3-N,
setiap dua minggu (14 hari) sekali selama 98 PO4-P, pH, dan BOT, diukur bertepatan dengan
hari pemeliharaan. sampling, yakni setiap dua minggu sekali.
Kemudian data yang diperoleh dibahas secara
Parameter yang diukur meliputi: per-
deskriptif.
tumbuhan lebar karapas diukur dengan
menggunakan mistar dengan ketelitian 0,5 mm. HASIL DAN BAHASAN
Selanjutnya pertumbuhan bobot diukur
dengan timbangan digital Metler dengan Pertumbuhan lebar karapas dan bobot
ketelitian 0,05 g. Kemudian sintasan dihitung rajungan relatif sama untuk setiap perlakuan
pada akhir penelitian, dengan cara menghitung kepadatan (Gambar 1 dan 2). Pada hari ke-14
jumlah yang hidup pada masing-masing sampai hari ke-56 pertumbuhan relatif cepat,
perlakuan. tetapi hari-hari selanjutnya menjadi sangat
Laju pertumbuhan berdasarkan rumus lambat. Hal ini disebabkan pada hari ke-56
Zonneveld et al. (1991): salinitas meningkat cukup tinggi yakni
mencapai 40—56 ppt menyebabkan tidak
Gr = {(Wt-Wo)/(t)} terjadi pertumbuhan karena energi yang
di mana: dibutuhkan hanya untuk mempertahankan diri
Gr : Laju pertumbuhan (g/hari) dari perubahan salinitas. Sedangkan salinitas
Wt : Bobot pada akhir percobaan (g) optimal untuk pertumbuhan pada pembesaran
Wo : Bobot pada awal percobaan (g) rajungan adalah 27—32 ppt (Juwana, 1993) dan
T : Lama percobaan (hari) 30—31 ppt (Susanto et al., 2005b).

9
56
8
Salinitas (Salinity) (ppt)

48
Carapace width (cm)

7
Lebar karapas

40

6
32

5 24
A(1
A (1ind./m 2)2)
ind./m B(3
B (3ind./m 2)2)
ind./m
4 C(5
C (5ind./m 2)2)
ind./m Salinitas
Salinitas (Salinity)
(Salinity) 16

3 8
0 14 28 42 56 70 84 98

Hari (Days)

Gambar 1. Pertumbuhan lebar karapas rajungan dan fluktuasi salinitas selama


percobaan
Figure 1. Growth of carapace width of swimming crab and salinity fluctuation
during experiment

21
J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 19--25

Swimming crab weight (g) 80 56


72

Salinitas (Salinity) (ppt)


48
64
Bobot rajungan

56 40
48
32
40
32 24
24 A (1 ind./m2) B (3 ind./m2)
16
16 C (5 ind./m2) Salinitas (Salinity)
8 8
0 14 28 42 56 70 84 98

Hari (Days)

Gambar 2. Pertumbuhan bobot rajungan dan fluktuasi salinitas selama percobaan


Figure 2. Growth of body weight of swimming crab and salinity fluctuation during experi-
ment

Peningkatan laju pertumbuhan baik lebar nya pertambahan bobot individu yang dipeli-
karapas maupun bobot rajungan mengindikasi- hara (Williams et al., 1987).
kan bahwa rajungan dalam kondisi yang layak. Rendahnya sintasan (2,1% ± 0,8%—10,7% ±
Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses 1,5%) yang diperoleh pada masing-masing
aklimatisasi yang berjalan sempurna sebelum perlakuan diduga disebabkan oleh sifat
ditebar ke tambak, sehingga rajungan tidak kanibalisme pada rajungan yang cukup tinggi,
mengalami stres akibat perubahan salinitas . selain itu juga tingginya salinitas yang
Rata-rata lebar karapas dan pertumbuhan mencapai 56 ppt, sehingga energi yang
lebarnya sampai akhir percobaan tidak berbeda digunakan hanya untuk beradaptasi terhadap
untuk semua perlakuan, lain halnya dengan lingkungan daripada untuk pertumbuhan.
pertumbuhan bobot, masih menunjukkan Sedangkan kisaran salinitas untuk kehidupan
peningkatan. Rata-rata bobot akhir dan rajungan adalah 9—39 ppt (Chande & Mgaya
pertumbuhan bobot pada perlakuan 1 ind./m2 2003). Kemudian untuk pembesaran, salinitas
lebih tinggi daripada 3 ind./m2, dan 5 ind./m2. yang baik adalah 29--33 ppt (Susanto et al.,
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan 2004). Perolehan sintasan 2,1% ± 0,8%—10,7%
salinitas yang cukup tinggi tidak berpengaruh ± 1,5% masih dianggap cukup baik bila
terhadap nafsu makan rajungan. Hasil peng- dibandingkan hasil budi A(1 ind./m2)
daya rajungan di B(3 ind./m2)
amatan setiap pagi, terlihat pada saat pem- Ambon hanya mencapaiC(5 kurang dari 5% (Weno Salinitas (Sal
ind./m2)
berian pakan tidak dijumpai adanya pakan yang et al., 2005). Selanjutnya Susanto (2005)
tersisa. menyatakan, bahwa sintasan pemeliharaan
rajungan di tambak dengan menggunakan
Sintasan tertinggi (10,7% ± 1,5%) dicapai benih dari hatcheri mencapai tingkat mortalitas
oleh perlakuan 1 ind./m2 dan terendah pada sangat tinggi bahkan mencapai 100%.
perlakuan 5 ind./m2 sebesar 2,1% (P<0,05)
(Tabel 1). Terdapat kecenderungan semakin Produksi tertinggi diperoleh dari perlakuan
tinggi padat penebaran semakin rendah laju padat tebar 3 ind./m 2 yaitu 1,3469 kg
pertumbuhan dan sintasan rajungan. Padat kemudian padat tebar 1 ind./m2 dan padat tebar
penebaran akan mempengaruhi kompetisi 5 ind./m2, masing-masing adalah 0,7728 kg dan
terhadap ruang gerak, kebutuhan makanan, 0,7519 kg (P<0,05). Hal ini disebabkan jumlah
dan kondisi lingkungan yang pada gilirannya rajungan yang hidup pada perlakuan 3 ind./
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan m2 lebih banyak jika dibandingkan dengan
sintasan yang menciri pada produksi (Cholik perlakuan 1 ind./m2 dan perlakuan 5 ind./m2.
et al., 1990). Padat penebaran tinggi akan Hasil pengukuran kualitas air selama
meningkatkan risiko kematian dan menurun- penelitian tersaji pada Tabel 2. Unsur nitro-

22
Pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan .... (Suharyanto)

Tabel 1. Pertumbuhan lebar karapas, bobot, sintasan, dan produksi rajungan pada akhir
percobaan
Table 1. Growth of carapace wide, weight, survival rate, and production of swimming
crab on final experiment

Padat t ebar ( St ocking densit y ) (ind./m2)


Variabel ( Variables )
A (1 ind./m2) B (3 ind./m2) C (5 ind./m2)

Rata-rata lebar karapas akhir 8.3 ± 0.2a 8.2 ± 1.1a 7.6 ± 0.6a
Mean final width carapace (cm)
Rata-rata pertambahan lebar karapas 4.3 ± 0.2a 4.3 ± 1.1a 3.7 ± 0.6a
Mean growth of carapace width (cm)
Rata-rata bobot akhir 82.8 ± 0.7a 73.6 ± 8.0b 73.0 ± 0.3b
Final of body weight (g)
Rata-rata pertambahan bobot 74.5 ± 0.8a 65.3 ± 8.0b 64.7 ± 0.3b
Mean of body weight gain (g)
Sintasan 10.7 ± 1.5a 6.1 ± 6.5b 2.1 ± 0.8c
Survival rate (%)
Hasil 0.889 ± 0.06a 1.386 ± 0.49b 0.792 ± 0.15a
Yield (kg/pond)

* Nilai yang diikuti superscript serupa dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata
The value followed by similar superscript in the same column were not significatly
different (P>0.05)

gen dalam suatu perairan merupakan unsur dan 2,0 pada perlakuan 5 ind./m2, terjadi pada
penting dalam proses pembentukan proto- saat salinitas mulai menurun dari 56 ppt
plasma. Hasil pengukuran unsur-unsur ter- ke-19 ppt.
sebut menunjukkan bahwa kandungan nitro-
Menurunnya salinitas akibat adanya hujan
gen masih dalam batas-batas kewajaran.
dan dengan tidak adanya matahari, akan
Menurut Schmittou (1991), konsentrasi menyebabkan proses fotosintesis fitoplankton
nitrit sebesar 0,1 mg/L dapat menyebabkan tidak berjalan sebagaimana mestinya,
stres pada organisme akuatik. Bila konsen- sehingga oksigen menurun. Namun demikian
trasinya mencapai 1,00 mg/L dapat menyebab- menurut Schmittou (1991), oksigen terlarut
kan kematian. masih menunjukkan kriteria yang aman untuk
Dilihat dari hasil pengukuran PO4-P masih kehidupannya. Bahan organik total (BOT),
dalam kisaran yang layak bagi kehidupan berkisar antara 9,70—16,65 mg/L dan selama
akuatik. Menurut Chu (1943), batas terendah pengamatan terlihat cukup banyak larva-larva
yang dibutuhkan adalah 0,018—0,090 mg/L, ikan. Bahan organik total di perairan dapat
sedangkan untuk pertumbuhan yang optimum berupa bahan organik hidup (Seston) dan
adalah 0,09—1,80 mg/L. bahan organik mati (tripton dan detritus).
Menurut Koesbiono (1981), bahan organik
Pengamatan oksigen terlarut selama terlarut bukan hanya sebagai sumber energi,
penelitian pada masing-masing perlakuan tetapi juga sebagai sumber bahan organik
menunjukkan bahwa pada perlakuan 1 ind./ esensial bagi organisme perairan. Sedangkan
m2 berkisar antara 2,1—7,8 mg/L; 2,3—7,2 mg/ menurut Reid (1961), perairan dengan
L pada perlakuan 3 ind./m2 dan pada perlakuan kandungan bahan organik total di atas 26 mg/
5 ind./m2 adalah 2,0—7,6 mg/L. Penurunan L adalah tergolong perairan yang subur. Dari
konsentrasi oksigen terlarut terjadi pada 2 hasil pengamatan kualitas air pada masing-
minggu ke-VII, bahkan pada 2 minggu ke-VIII masing tambak, maka dapat dikategorikan
mencapai titik terendah yakni 2,1 mg/L pada cukup memenuhi syarat untuk pembesaran
perlakuan 1 ind./m2; 2,3 perlakuan 3 ind./m2; rajungan.

23
J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 19--25

Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air pada masing-masing perlakuan


Table 2. The result of water quality measurement of treatment

Variabel ( Variables ) A (1 ind. /m2) B (3 ind. /m2) C (5 ind. /m2)

Suhu air (Water temperature ) (o C) 29.6 ± 2.1 29.1 ± 2.6 29.1 ± 2.1
Salinitas (Salinity ) (ppt) 38.5 ± 30.4 38.5 ± 30.4 38.5 ± 30.4
pH 8.5 ± 0.3 8.5 ± 0.3 8.5 ± 0.3
Oksigen (Dissolved oxygen ) (mg/L) 5.0 ± 4.0 5.0 ± 4.0 5.0 ± 4.0
Amonia (Ammonia ) (mg/L) 0.2358 ± 0.2098 0.2422 ± 0.1810 0.2356 ± 0.1755
Nitrit (Nitrite ) (mg/L) 0.0584 ± 0.0771 0.0064 ± 0.0045 0.0083 ± 0.0018
Nitrat (Nitrate ) (mg/L) 0.0085 ± 0.0047 0.0569 ± 0.0582 0.0450 ± 0.0528
Fosfat (Phophate ) (mg/L) 0.0813 ± 0.1052 0.0932 ± 0.1231 0.0942 ± 0.1173
BOT (TOM ) (mg/L) 14.2 ± 3.5 12.3 ± 0.9 11.8 ± 3.0

KESIMPULAN DAN SARAN Produksi Nila Merah, Oreochromis niloticus


dalam Keramba Jaring Apung di Laut. J. Pen.
1. Padat tebar tidak berpengaruh nyata
Budidaya Pantai, 6(2): 87—96.
terhadap pertumbuhan lebar karapas dan
bobot rajungan yang dibesarkan di tambak Chu, S.P. 1943. The influence of mineral com-
tetapi berpengaruh nyata terhadap sintasan position of the medium on the growth of
dan produksi. Perlakuan yang terbaik phytoplankton algae. Part II. The influence
diperoleh pada perlakuan 1 ind./m2 dengan of concentration of inorganic nitrogen and
sintasan 10,7%; sedangkan produksi phospate phosphorus. The Ecol. 31(2): 1—19.
tertinggi diperoleh pada perlakuan 3 ind./ Coleman, N. 1991. Encyclopedia of Marine Ani-
m2. mals. Angus & Robertson, An Inprint of
2. Penggunaan shelter yang tepat dapat Harper Collins Publishers. Australia. 324 pp.
menekan mortalitas selama pembesaran. Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan
Pustaka Nusantara. Yogyakarta, 163 pp.
UCAPAN TERIMA KASIH Gunarto dan I. Rusdi. 1993. Budidaya kepiting
bakau, Scylla serrata di tambak pada
Riset ini dibiayai oleh Proyek Pengem-
padat penebaran berbeda. J. Pen. Budidaya
bangan Sumberdaya Riset Kelautan dan
Perikanan Tahun Anggaran 2005. Ucapan Pantai. 9(3): 7—12.
terima kasih disampaikan kepada Sdr. Saide Hanafi, A., I. Rusdi., dan D. Makatutu. 2002.
dan Nail sebagai teknisi serta Kurniah sebagai Pembesaran crablet kepiting bakau (Scylla
analis Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, paramamosain) di lahan konservasi
Maros yang telah banyak membantu dalam Parancak Kab. Jembrana-Bali. Laporan
pelaksanaan kegiatan penelitian dan Teknis BBRPBL-Gondol Bali. 10 pp.
menganalisis kualitas air. Juwana, S. 1993. Pengaruh pencahayaan,
salinitas, dan suhu terhadap kelulus-
DAFTAR PUSTAKA hidupan dan laju pertumbuhan benih
Anonim. 2002. Laporan Ujicoba Pemeliharaan rajungan (Portunus pelagicus) Pusat
Larva Kepiting Bakau, Scylla serrata Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-
Forskal. Balai Budidaya Air Payau, Direktorat LIPI. Majalah Ilmu Kelautan. 16: 194—204.
Jenderal Perikanan, Jepara. 3 pp. Koesbiono. 1981. Biologi Laut. Fakultas
Chande, A.I. and Y.D. Mgaya. 2003. The fishery Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
of Portunus pelagicus and species diver- 150 pp.
sity of portunid crabs along the coastal of Nontji, A. 1986. Laut Nusantara. Penerbit
Dar es Salaam, Tanzania. Western Indian Djambatan. Jakarta. 367 pp.
Ocean. J. Mar. Sci. 2(1): 75—84. Reid, G.K. 1961. Ecology of Inland Water
Cholik, F., Rachmansyah, dan S. Tonnek. 1990. estuaries. Rein hald Published Co. New
Pengaruh Padat Penebaran terhadap York. 375 pp.

24
Pengaruh padat tebar berbeda terhadap pertumbuhan .... (Suharyanto)

Schmittou, H.R. 1991. Budidaya Keramba: Susanto, B., I. Setyadi, dan G.S. Sumiarsa. 2005a.
Suatu Metode Produksi Ikan di Indonesia. Pertumbuhan krablet rajungan (Portunus
FRDP. Puslitbang Perikanan. Jakarta. pelagicus) turunan I (F-1) dengan jenis pakan
Indonesia. 126 pp. berbeda. Dalam Sudradjat et al. (Eds.) Buku
Sugama, K. 2002. Status budidaya udang Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat
introduksi Litopenaeus vanammei dan Riset Perikanan Budidaya Badan Riset
Litopenaeus stilirostris serta prospek Kelautan dan Perikanan. p. 187—186.
pengembangannya dalam tambak air tawar. Susanto, B., I. Setyadi, Haryanti, dan A. Hanafi.
Makalah disampaikan dalam Temu Bisnis 2005b. Pedoman Teknis Teknologi
Udang. Makassar, 19 Oktober 2002. 7 pp. Perbenihan Rajungan (Portunus pelagicus).
Sulaeman. 2001. Kepiting bakau Genus: Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset
Scylla: Taksonomi dan budidayanya. Dalam Kelautan dan Perikanan. Departemen
Limbongan, J. et al. (Eds). Seminar Regional Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 22 pp.
Pengembangan Teknologi Pertanian Weno, P.A., A.W. Aoumokil, dan O. Pattirane.
Spesifik Lokasi di Sulawesi Tengah. Tanggal 2005. Potensi dan Prospek Pembudidayaan
12—14 November 2001. Pusat Penelitian Rajungan di Perairan Maluku. Makalah
dan Pengembangan Sosial Ekonomi disampaikan pada Seminar Akuakultur
Pertanian. Departemen Pertanian. p. 327— Indonesia. Hotel Sahid Jaya, Makassar, 23-
340. 25 Nopember 2005. Balai Riset Perikanan
Susanto, B., M. Marzuki, I. Setyadi, D. Syahidah, Budidaya Air Payau. Balai Besar Riset
G.N. Permana, dan Haryanti. 2004. Perikanan Budidaya Laut. 6 pp.
Pengamatan aspek biologi rajungan Williams, K., D.P. Schwarts, G.E. Gebhart, and
(Portunus pelagicus) dalam menunjang O.E. Maughan. 1987. Budidaya Ikan yang
teknik perbenihannya. Warta Pen. Per. Dikerambakan Skala Kecil di Kolam Okla-
Indonesia. 10(1): 6--11. homa. Penerjemah. Langston University
Susanto, B. 2005. Pengembangan Teknologi Agricultural Research. 21 pp.
Perbenihan Rajungan (Portunus pelagicus). Zonneveld, N., E.A. Huisman, and J.H. Boon.
Makalah disampaikan pada Seminar 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
Akuakultur Indonesia. Hotel Sahid Jaya, Penerjemah. Pustaka Utama. Gramedia,
Makassar. 23—25 Nopember 2005. Balai Jakarta. 71 pp.
Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Balai
Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. 11 pp.

25
J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 Tahun 2007: 19--25

Hal 21

9
56
8

Salinitas (Salinity) (ppt)


48
Carapace width (cm)

7
Lebar karapas

40

6
32

5 24
A(1
A (1ind./m 2)2)
ind./m B(3
B (3ind./m 2)2)
ind./m
4 C(5
C (5ind./m 2)2)
ind./m Salinitas
Salinitas (Salinity)
(Salinity) 16

3 8
0 14 28 42 56 70 84 98

Hari (Days)

Hal 22

80 56
Swimming crab weight (g)

72
Salinitas (Salinity) (ppt)

48
64
Bobot rajungan

56 A(1 ind./m2)
40 B(3 ind./m2)
48 C(5 ind./m2) Salinitas (Sal
32
40
32 24
24 A (1 ind./m2) B (3 ind./m2)
16
16 C (5 ind./m2) Salinitas (Salinity)
8 8
0 14 28 42 56 70 84 98

Hari (Days)

26

Anda mungkin juga menyukai