A. Financial Instrument
1. Pengertian Financial Instrument
Instrument keuangan (financial instrument) definisi menurut IAS 32 dan 39:
Instrumen keuangan (financial instrument) adalah kontrak yang mengakibatkan timbulnya
asset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas
lainnya. Instrument keuangan adalah suatu kontrak yang menambah nilai aset atau liabilitas
keuangan.
a. Asset keuangan (financial asset)
Asset keuangan (financial asset) adalah asset berupa:
1. Kas baik dalam bentuk kas dalam perusahaan dalam bentuk uang tunai maupun kas yang
disimpan di dalam Bank.
2. Instrumen ekuitas entitas yang diterbitkan entitas lain. Dalam sebuah entitas, aset ini
merupakan bentuk investasi dalam saham.
3. Hak kontraktual:
a. untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain
b. untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain yang
persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan bagi entitas sendiri
4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas sendiri dan
merupakan:
a. instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas itu untuk
menerima instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variabel , atau
b. instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui pertukaran kas
atau asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen ekuitas entitas
sendiri dalam jumlah tetap. Untuk maksud ini, instrumen ekuitas entitas sendiri tidak
mencakup instrumen yang berupa kontrak untuk menerima dan menyerahkan instrumen
ekuitas entitas sendiri di masa depan; instrumen ekuitas entitas sendiri juga tidak
mencakup instrumen keuangan yang dapat dijual dengan harga tertentu di masa depan
(puttable financial instrument).
1
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
mencakup instrumen keuangan yang dapat dijual dengan harga tertentu di masa depan
(puttable financial instrument).
c. Instrumen Keuangan Yang Termasuk Dalam Cakupan IAS 32 dan 39
Instrumen keuangan yang termasuk dalam cakupan IAS 32 dan 39 yaitu :
1. kas
2. giro dan deposito
3. commercial paper
4. utang dan piutang usaha, wesel, dan pinjaman
5. sekuritas utang dan ekuitas, baik dari perspektif pemegang maupun penerbitnya.
Kategori ini mencakup investasi dalam perusahaan anak, perusahaan assosiasi, dan
usaha patungan.
6. sekuritas yang dijamin dengan asset, seperti kewajiban hipotik dengan jaminan,
kesepakatan pembelian kembali, dan securitised packages of receivables
7. derivatif, yang mencakup opsi, right, waran, kontrak berjangka, kontrak forward, dan swap
Permasalahan tentang instrumen keuangan (financial instrument) diatur dalam IPSAS 15,
namun IPSAS 15 ini hanya mencakup masalah penyajian dan pengungkapan saja
sementara masalah pengukuran dan pengakuan belum diatur dalam IPSAS sehingga harus
merujuk pada IAS 39 Financial Instrument: Recognition and Measurement.
Berkaitan dengan masalah investasi maka kedua standar ini mengatur masalah aset keuangan
(financial asset) yang didefinisikan sebagai aset yang terdiri dari :
1. Kas.
2. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain.
3. Hak kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain atau
untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas tersebut.
4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan intrumen ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas dan tidak diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas entitas.
Beberapa contoh dari aset keuangan yang berkaitan dengan investasi antara lain investasi
dalam saham atau instrumen ekuitas lainnya, pinjaman ke entitas lainnya, investasi dalam
obligasi atau instrumen utang lainnya, dll.
Sesuai dengan IAS 39 maka aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:
1. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (Financial assets at fair value through
profit or loss/FVTPL).
2. Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo (Held-to-maturity investments/HTM).
3. Pinjaman dan Piutang (Loans and receivables/L&R).
4. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual (Available-for-sale financial assets /AFS).
2
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
Pengukuran aset atau liabilitas keuangan dibedakan menjadi dua yaitu pengukuran pada saat
pengakuan awal dan pengukuran setelah pengakuan awal.Secara umum pengukuran
menggunakan dasar nilai wajar, namun saat nilai wajar tidak dapat diperoeh maka dapat
menggunakan nilai perolehan atau nilai tercatat.
Pengakuan awal aset dan liabiliats keuangan menggunakan nilai wajar pada tanggal
perolehan atau transaksi. Pada saat perolehan ini, ada kalanya entitas harus membayar biaya
transaksi untuk memperoleh aset atau mengeluarkan liabilitas keuangan. Biaya transaksi
tersebut perlakuannya beda untuk aset dan liabilitas keuangan yang berbeda. Untuk aset dan
liabilitas keuangan yang dalam pengukuran setelah pengakuan awal menggunakan nilai wajar
biaya transaksi tersebut diklasifikasikan sebagai beban pada periode berjalan Biaya transaksi
untuk aset atau liabilitas yang pengukuran setelah pengakuan awal tidak menggunakan nilai
wajar, dikapitalisasi menambah nilai aset atau liabilitas keuangan.
Berdasarkan PSAK 55, berikut klasifikasi aset keuangan yang dibagi menjadi empat:
a. Aset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi
b. Investasi dipegang hingga jatuh tempo
c. Pinjaman yang diberikan atau piutang
d. Aset keuangan tersedia untuk dijual
3
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
B. Transaksi Mata Uang Asing
1. Pengertian Mata Uang Asing
Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang dinyatakan dalam mata uang yang bukan
mata uang fungsional badan usaha bersangkutan. Secara singkat dalam Statement of
Financial Accounting Standards No. 52 dijelaskan bahwa mata uang fungsional suatu
perusahaan adalah mata uang dari lingkungan ekonomi dimana perusahaan itu pada
umumnya beroperasi.
Ciri utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesaiannya
dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing terjadi pada
saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan
dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam
mata uang asing.
Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi diukur
atau dicatat dalam mata uang yang lain. Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan
sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama di mana perusahaan beroperasi dan
menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negeri relatif berdiri sendiri
dan terintegrasi dalam negara asing (yaitu suatu anak perusahaan yang menghasilkan produk
untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata
uang lokal (negara tempat domisili).
4
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
Normalnya, kurs yang sama digunakan pada periode yang meliputi tanggal transaksi dan
penyelesaian.
Menurut PSAK No. 10 (revisi 2010) alinea 10 Faktor-faktor berikut juga dapat memberikan
bukti mengenai mata uang fungsional :
a) Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan (anatara lain penerbitan
instrumen utang dan instrumen ekuitas).
b) Mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.
6. Pengakuan Awal
Menurut PSAK 10 (revisi 2010) Alinea 20 transaksi mata uang asing adalah transaksi yang
didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam mata uang asing, termasuk transaksi
yang timbul ketika entitas :
5
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
a) membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata
uang asing.
b) meminjam atau meminjamka dana ketika jumlah yang merupakan utang atau tagihan
didenominasikan dalam mata uang asing; atau
c) memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan liabilitas, yang
didenominasikan dalam mata uang asing.
Pada pengakuan awal, transaksi mata uang asing dicatat dalam mata uang fungsional. Jumlah
mata uang asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara mata uang
fungsional dan mata uang pada tanggal transaksi. (PSAK No. 10 revisi 2010 alinea 21)
7. Selisih kurs
Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran pos
moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan, pada
pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya, diakui
dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya, kecuali sebagaimana dijelaskan
dalam paragraf 32. (PSAK No.10 revisi 2010 alinea 28)
Menurut PSAK 10 revisi 2010 Alinea 32 selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang
membentuk bagian dari investasi neto entitas pelapor dalam kegiatan usaha luar negeri (lihat
paragraf 14) diakui dalam laba rugi pada laporan keuangan tersendiri entitas pelapor sesuai
dengan PSAK 4 revisi 2009 : laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan
tersendiri atau laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri mana yang tepat.
Dalam laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor
(misalnya laporan keuangan konsolidasian ketika kegiatan usaha luar negeri adalah entitas
anak), selisih kurs diakui awalnya dalam pendapatan komprehensif lain dan direklasifikasi
dari ekuitas ke laba rugi pada saat pelepasan investasi neto sesuai dengan paragraf 46.
8. Pengungkapan
Menurut PSAK No. 10 revisi 2010 (alinea 54) Entitas mengungkapkan:
a) jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang timbul
pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi sesuai
dengan PSAK 55 (revisi 2006) : instrumen keuangan : pengakuan dan pengukuran;
b) selisih kurs neto yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan
dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal
dan akhir periode;
6
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
Matrik Financial Instrument dan Transaksi Mata Uang Asing
7
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
akuntansi fair value melaporkan asset
dan kewajiban dalam carayang
ekonomis akan memperhatikan mereka
.
fair value adalah pengukuran berbasis
pasar yang tidak di pengaruhi oleh
faktor-faktor khusus untuk entitas
tertentu.
Kelemahan dari Fair Value :
opurtunistik dan ketidakjujuran
manajemen dapat mengambil
keuntungan dari penilaian dan estimasi
yang digunakan dalam proses
manipulasi dan mengurutkan angka
pada hasil dalam angka pendapatan
yang di inginkan.
meskipun bermaksud baik namun
perkiraan manajemen mengenai fair
value bisa menjadi salah pada luas
berbagai prediksi dan asumsi yang
salah.
8
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
yang berlaku termasuk metode
penjabaran.
4. Apa perbedaan Instrumen non derivatif Instrumen non derivatif mewajibkan entitas
Instrumen non mewajibkan entitas untuk untuk menyerahkan instrumen ekuitas entitas
Derivatif dan menyerahkan instrumen sendiri dalam jumlah variabel, sedangkan
Derivatif? Berikan ekuitas entitas sendiri instrumen derivatif mewajibkan entitas untuk
Contoh! dalam jumlah variabel, menyerahkan instrumen ekuitas entitas
sedangkan instrumen sendiri dalam jumlah tetap, Contoh
derivatif mewajibkan instrumen non derivatif yaitu kas, giro dan
entitas untuk menyerahkan deposito, commercial paper, hutang dan
instrumen ekuitas entitas piutang usaha, wesel dan pinjaman, sekuritas
sendiri dalam jumlah tetap, utang dan ekuitas, sekuritas yang dijamin
Contoh instrumen non dengan aset. Contoh instrumen derivatif
derivatif yaitu kas, giro yaitu opsi, right, warant, kontrak berjangka,
dan deposito, commercial kontrak forward, dan swap.
paper, hutang dan piutang
usaha, wesel dan
pinjaman, sekuritas utang
dan ekuitas, sekuritas yang
dijamin dengan aset.
Contoh instrumen derivatif
9
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
yaitu opsi, right, warant,
kontrak berjangka, kontrak
forward, dan swap.
10
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan
Penerapan sistem ini terbatas pada
negara yang sistim perekonomiannya
mapan, masih kurang teapt untuk
negara berkembang.
Tidak adanya intervensi pemerintah
untuk menjaga harga.
11
Arif Wahyudi
Pelaporan dan Akuntansi Keuanagan