Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS NOVEMBER, 2017

REAKSI KUSTA TIPE ENL


(ERITEMA NODUSUM LEPROSUM)

OLEH:

NABILA AULIA RAMADHANTY


N 111 17 056

PENGUJI KLINIK
dr. DIANY NURDIN, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 19 tahun
Alamat : Jl.Tadulako
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pengawai Fotocopy
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 20 November 2017
Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Munculnya benjolan berwarna kemerahan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki berumur 19 tahun datang ke poliklinik kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan munculnya benjolan kemerahan
pada bagian lengan kanan dan kiri. Keluhan pasien ini telah ia rasakan sejak 1
bulan terakhir dan pasien juga mengeluhkan benjolan disertai demam. Benjolan
merah tersebut mati rasa, semakin lama semakin banyak dan juga muncul
bercak kemerahan. Pasien memiliki riwayat pengobatan morbus hansen 1 tahun
yang lalu, dan dinyatakan sembuh.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah didiagnosis menderita penyakit morbus hansen 2 tahun yang
lalu, kemudian dinyatakan sembuh setahun kemudian sehingga pasien berhenti
mengkonsumsi obat.
Riwayat Hipertensi (-)
Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama di keluarga.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
1) Keadaan umum : Sakit sedang
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanandarah :140/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit:
1. Kepala : Terdapat ujud kelainan kulit
 Telinga
Tampak nodul eritematosa berukuran lentikular dan berbatas tegas
pada regio aurikula dextra et sinistra
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Ekstremitas atas : Terdapat ujud kelainan kulit berupa adanya
nodus eritematosa berukuran numular hingga
plakat, berbentuk bulat, berbatas tegas pada
regio antebrachial dextra. Tampak nodul
eritematosa berukuran lentikular, berbatas pada
regio antebrachial dextra.

III. GAMBAR

Gambar 1.
Terdapat ujud kelainan kulit berupa adanya nodus eritematosa berukuran numular
hingga plakat, berbentuk bulat, berbatas tegas pada regio antebrachial dextra.
Tampak nodul eritematosa berukuran lentikular, berbatas pada regio antebrachial
dextra.
Gambar 2.
Terdapat ujud kelainan kulit berupa adanya nodul eritematosa berukuran
lentikular dan berbatas tegas pada regio aurikula dextra at sinistra.

IV. RESUME
Seorang laki-laki berumur 19 tahun datang ke poliklinik kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan munculnya benjolan kemerahan
pada bagian lengan kanan dan kiri. Keluhan pasien ini telah ia rasakan sejak 1
bulan terakhir dan pasien juga mengeluhkan benjolan disertai demam.
Benjolan merah tersebut mati rasa, semakin lama semakin banyak dan juga
muncul bercak kemerahan. Pasien memiliki riwayat pengobatan morbus
hansen 1 tahun yang lalu, dan dinyatakan sembuh.
Pasien pernah didiagnosis menderita penyakit morbus hansen 2 tahun yang
lalu, kemudian dinyatakan sembuh setahun kemudian sehingga pasien
berhenti mengkonsumsi obat.
Terdapat ujud kelainan kulit berupa adanya nodus eritematosa berukuran
numular hingga plakat, berbentuk bulat, berbatas tegas pada regio antebrachial
dextra. Tampak nodul eritematosa berukuran lentikular, berbatas pada regio
antebrachialdextra. Terdapat ujud kelainan kulit berupa adanya nodul
eritematosa berukuran lentikular dan berbatas tegas pada regio aurikula dextra
at sinistra.

V. DIAGNOSA KERJA
Reaksi Morbus Hansen Tipe ENL ( Eritema Nodusum Leprosum)

VI. DIAGNOSA BANDING


Granuloma annulare
Penyakit Von Recklinghausen

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan Sensorik dan Motorik Saraf Perifer
 Nervus Ulnaris : tidak terdapat gangguan sensibilitas dan motorik namun
tidak terdapat kerusakan / deformitas
 Nervus Medianus : tidak terdapat gangguan sensibilitas, motorik dan
deformitas
 Nervus Radialis : tidak terdapat gangguan sensibilitas, motorik dan
deformitas
 Nervus Poplitea Lateralis : tidak terdapat gangguan sensibilitas, namun
tidak terdapat gangguan motorik dan kerusakan / deformitas
 Nervus Tibialis posterior : tidak terdapat gangguan sensibilitas, motorik
dan deformitas
 Nervus Fasialis : tidak terdapat gangguan sensibilitas, motorik dan
deformitas
 Nervus Trigeminus : tidak terdapat gangguan sensibilitas, motorik dan
deformitas
 Nervus Auricularis magnus : terdapat nyeri perabaan tanpa adanya
gangguan fungsi

b. Pemeriksaan Sensibilitas
Hipoanastesi pada bagian lesi
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan Bakterioskopik ( kerokan jaringan kulit)
Pemeriksaan Histopatologik

IX. PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
Istirahat yang cukup
Atasi faktor pencetus
Memakai pelindung tangan ketika beraktivitas dengna benda tajam atau
panas
Merendam kaki dan tangan, disikat dan diminyaki agar kulit tidak kering
2. Medikamentosa
Prednisolon 5 mg ( 2 x 1) (3 – 2 – 0)
Neurodex (1x1)
Paracetamol 500 mg (3x1)
Cefadroxyl 500 mg (2x1)

X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : dubia ad bonam
b. Qua ad functionam : dubia ad bonam
c. Qua ad sanationam : dubia ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN

Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit
yang sebenarnya kronik. Adapun patofisiologi belum jelas betul, terminologi dan
klasifikasi masih bermacam – macam. Mengenai patofisiologinya yang belum
jelas tersebut akan dijelaskan secara immunologik. Reaksi imun dapat
menguntungkan dan dapat pula merugikan yang disebut rekasi imun patologik,
dan reaksi kusta ini tergolong di dalamnya. Klasifikasi reaksi kusta adalah eritema
nodusum leprosum (ENL) dan reaksi reversal atau reaksi upgrading.1
Secara imunopatologis, ENL termasuk respons imun humoral berupa
fenomena kompleks imun akibat reaksi antara antigen M. Leprae + antibodi (IgM,
IgG + komplemen  kompleks imun. Protein pada M. Leprae bersifat antigenik,
sehingga tubuh akan membentuk antibodi, sehingga terjadi reaksi imun.1
ENL lebih banyak terjadi pada pengobatan tahun kedua. Hal ini dapat
terjadi karena pada pengobatan, banyak kuman kusta yang mati dan hancur,
berarti banyak antigen yang dilepaskan dan bereaksi dengan antibodi, serta
mengaktifkan sistem komplemen. Komplen imun tersebut terus beredar dalam
darah yang akhirnya dapat melibatkan berbagai organ.1,2
Pada kulit akan timbul gejala klinis yang berupa nodus eritema, dan nyeri
dengan tempat predileksi di lengan dan tungkai. Bila mengenai organ lain dapat
menimbulkan gejala seperti iridosiklitis, neuritis akut, limfadenitis, artritis, orkiti
dan nefritis akut dengan adanya proteinuria.1
Obat yang paling sering dipakai untuk reaksi ENL ialah tablet
kortikosteroid, antara lain prednisolon. Dosisnya tergantung berat ringannya
reaksi, biasanya prednisolon 15 – 30mg sehari, kadang – kadang lebih. Makin
berat reaksinya makin tinggi dosisnya, tetapi sebaliknya bila reaksinya terlalu
ringan tidak perlu diberikan. Sesuai dengan perbaikan reaksi, dosisnya diturunkan
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Dapat ditambahkan obat analgetik-
antipiretik dan sedativa, serta memperhatikan kontraindikasi pemakaian
kortikosteroid.1
Skema Pemberian Prednisolon1
Minggu Pemberian Dosis Pemberian Harian Yang
Dianjurkan

Minggu 1-2 40 mg

Minggu 3-4 30 mg

Minggu 5-6 20 mg

Minggu 7-8 15 mg

Minggu 9-10 10 mg

Minggu 11-12 5 mg

Obat yang dianggap sebagai obat pilihan pertama adalah talidomid, tetapi
harus berhati – hati karena mempunyai efek teratogenik. Jadi tidak boleh
diberikan pada orang hamil atau masa subur. Di Indonesia obat ini sudah tidak di
dapatkan. Klofazimin dapat juga dipakai sebagai anti-rekasi ENL, tetapi dengna
dosis yang lebih tinggi. Juga bergantung pada berat ringannya reaksi, makin berat
makin tinggi dosisnya, biasanya antara 200 -300 mg sehari. khasiatnya lebih
lambat daripada kortikosteroid. Juga dosisnya diturunkan secara bertahap
disesuaikan dengan perbaikan ENL. Keuntungan lain klofazimin dapat dipakai
sebagai usaha untuk lepas dari ketergantungan kortikosteroid. Salah satu efek
samping dari klofazimin adalah kulit berubah warna menjadi merah kecoklatan,
apalagi pada dosis tinggi, tapi masih bersifat reversible. 1,3
Kerusakan saraf terutama berbentuk nyeri saraf, hilangya sensibilitas dan
berkurangnya kekuatan otot. Keluhan berbentuk nyeri saraf atau luka yang tidak
sakit, lepuh kulit atau hanya berbentuk daerah yang kehilangan sensibilitasnya
saja. Cara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat adalah dengna
melaksanakan diagnosis dini kusta, pemberian pengobatan MDT yang cepat dan
tepat, serta mengenali gejala dan tanda reaksi kusta yang disertai gangguan saraf
serta memulai pengobatan dengan kortikosteroid sesegera mungkin. Bila terdapat
gangguan sensibilitas, penderita diberi petunjuk sederhana misalnya memakai
sepatu untuk melindungi kaki yang telah terkena, memakai sarung tangan bila
bekerja dengan benda yang tajam atau panas, dan memakai kacamata untuk
melindungi matanya. Selain itu diajarkan pula cara perawatan kulit sehari – hari.
Hal ini dimulai dengan memeriksa ada tidaknya memar, luka atau ulkus. Setelah
itu tangan dan kaki direndam, disikat, dan diminyaki agar tidak kering.1,3
Klasifikasi Cacat1

Cacat Pada Tangan dan Kaki Cacat Pada Mata


Tingkat 0 : tidak ada gangguan Tingkat 0 : tidak ada kelainan /
sensibilitas, tidak ada kerusakan atau kerusakan pada mata (termasuk visus)
deformitas yang terlihat
Tingkat 1 : ada gangguan sensibilitas Tingkat 1 : ada kelainan/ kerusakan
tanpa kerusakan atau deformitas yang pada mata, tetapi tidak terihat, visus
terlihat sedikit berkurang
Tingkat 2 : terdapat kerusakan atau Tingkat 2: ada kelainan mata yang
deformitas terlihat dan atau visus sangat terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaidi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2015.
2. Wolff K., et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight
Edition Volume 2. Mc Graw Hill; 2012.
3. Pusat Pelatihan Kusta Nasional Makassar. Buku Modul Program
Pengendalian Penyakit Kusta. Badan Penerbit Pusat Pelatihan Kusta
Nasional. Makassar; 2011.

Anda mungkin juga menyukai