internsional kian pesat serta didukung dengan besarnya perhatian profesi akuntan terhadap
masalah tersebut. Secara garis besar ada tiga definisi terhadap akuntansi internasional
tersebut:
internasional hanya sebatas proses penyusuan laporan konsolidasi dari perusahaan induk
untuk mempelajari serta memahami perbedaan akuntansi yang ada di berbagai negara.
Konsep ini mencakup pengakuan terhadap perbedaan akuntansi dan praktik pelaporan,
3. Universal atau world accounting adalah konsep yang didalamnya mencakup konsep,
Menurut Belkaoui (1985) adanya perbedaan tujuan, standar, kebijakan, dan teknik
Relativisme bahasa
masing-masing negara sehingga mengakibatkan adanya perbedaan antara negara yang satu
dengan negara yang lain. Inilah yang mendasari diperlukannya akuntansi internasional.
Untuk mengatasi permasalahan ini Mueller (1976) mengemukakan tiga usulan, yaitu :
mengarahkan akuntansi internasional menuju formula dan studi terhadap satu kumpulan
prinsip akuntansi yang dapat diterima secara luas/universal. Dengan demikian maka akan
dihasilkan satu standarisasi lengkap terhadap prinsip akuntansi secara internasional. Dasar
praktik-praktik pelaporan.
Pemahaman akan prinsip-prinsip dan praktik-praktik akuntansi dari masing-masing
negara.
pelaporan keuangan.
berbagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi
lainnya. Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan
a) Dengan Pertimbangan
b) Secara empiris
Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistic untuk mengumpulkan data prinsip
1.Sumber pendanaan
2. Sistem Hukum
3. Perpajakan
5. Inflasi
7. Tingkat Pendidikan
8. Budaya
1. Akuntansi Keuangan
- Penjabaran laporan keuangan anak perusahaan yang dilaporkan dalam mata uang asing.
3. Akuntansi Perpajakan
- Transfer pricing
- Perpajakan Internasional
4. Akuntansi Manajemen
5. Auditing
diberbagai negara di dunia serta membandingkan standar dan praktek akuntansi tersebut
transaksi valas, sistem informasi, penganggaran, system penilaian kerja, perpajakan dan
audit internasional.
Dalam aspek ini juga termasuk pembahasan akuntansi manajemen untuk bisnis
internasional. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Akuntansi Internasional yaitu suatu
kegiatan-kegiatan bisnis yang melibatkan 2 atau lebih negara serta penerapan praktek-
Investasi asing langsung (fdi) dapat berupa pembentukan baru operasi di negara
asing (greenfield investasi) dan investasi dalam operasi yang ada di negara asing (akuisisi).
Fdi ini terjadi pada saat perusahaan berinvestasi dalam operasi bisnis pada negara asing
sebagai alternatif untuk mengekspor dari pemasok dan ataupun mengimpor pada pelanggan
Isu utama yang diciptakan fdi ini adalah mengenai kebutuhan untuk :
a. Mengkonversi dari lokal ke us gaap sejak pencatatan akuntansi yang pada biasanya
b. Menerjemahkan dari mata uang lokal ke dolar as sejak catatan akuntansi padahal
biasanya disusun dengan menggunakan mata uang lokal. Selain itu secara konsep
,dimungkinkan bahwa suatu perusahaan multi nasional memiliki lebih dari satu mata uang
fungsional karena dalam prakteknya maka diperlukan seleksi mata uang fungsional.
- Tingkatkan Sales dan Profits : Penjualan internasional mungkin saja satu sumber margin
- Masuk Rapidly Growing atau Emerging Markets : Investasi langsung yang asing adalah
berkembang atau muncul pasar. Objektif terakhir harus meningkatkan penjualan dan laba.
menyediakan barang-barang dan layanan ke pelanggan nya melalui investasi langsung yang
asing.
dan melindungi pasar domestik nya, satu perusahaan mungkin memasuki pasar rumah
kompetitor.
- Amankan Foreign Markets : Investasi tambahan dalam suatu negara asing adalah kadang-
kadang mendorong oleh suatu kebutuhan untuk melindungi pasar itu dari kompetitor lokal.
- Peroleh Technological dan Managerial Know-how : Selain dari pada melakukan riset dan
Seperti yang dijelaskan diatas Investasi Asing Langsung dapat menimbulkan isu-isu
Akuntansi Internasional. Investasi Asing Langsung ini erat hubungannya dengan penjualan
internasional yang merupakan sumber margin keuntungan yang lebih tinggi atau laba
teknologi dapat menyediakan satu komparatif keuntungan bahwa satu perusahaan berharap
Contoh Kasus
Kasus L/C bodong PT Selalang(slulung) Prima Internasional, yang dimiliki oleh mister
Misbakun, bisa berkembang menjadi kasus pembobolan Bank Century dan penggelapan
duit talangan PMS LPS (Penyertaan Modal Sementara dari Lembaga Penjaminan Kredit ).
Investigasi dari Majalah Tempo minggu ini ( Majalah Tempo Edisi :02/39,8 Maret 2010)
perbankan dari Bank Century. Laporan investigasi ini menurut saya berhasil menunjukan
bukan saja permainan busuk PT Selalang untuk mendapatkan LC dari Bank Century, tetapi
investigasi BPK. Berdasarkan informasi itu cukup mengagetkan karena PT Selalang tidak
saja berhasil mendapatkan fasilitas LC dari Bank Century tetapi mendapatkan juga dana
Credit (L/C) dan konfirmasi dengan pihak terkait diketahui hal-hal sebagai berikut :
memperoleh perlakuan istimewa dalam memperoleh fasilitas L/C dari Bank Century
dimana L/C yang diberikan didasarkan kepada instruksi dari Robert Tantular (Pemegang
Saham Bank Century) dan Hermanus Hasan Muslim (Dirut Bank Century) sesuai
keterangan dari Pimpinan Kantor Pusat Operasional (KPO) Senayan yaitu Linda
Wangsadinata.
1. Fasilitas Letter of Credit (L/C) yang diberikan kepada PT Selalang Prima
lnternational adalah L/C No. 0474LC07B sebesar USD22.5 juta dengan jaminan
(margin deposit) berupa deposito sebesar USD4.5 juta (atau 20% dari plafond L/C).
Fasilitas L/C tersebut digunakan untuk transaksi impor Bentulu Condensate dari
Grains and lndustrial Products Trading PTE, Ltd. (Beneficiary) sesuai kontrak
Jeddah dan Bank Koresponden adalah Saudi National Commercial Bank (SNCB),
Bahrain;
2. Pemberian fasintas L/C tidak didukung oleh analisa dan prosedur yang
tersebut telah rnendapat persetujuan dari Komite Kredit, baik Komite Kredit
(Kakanwil) dan Komite Kredit Pusat yaitu Direksi (Hermanus Hasan Muslim dan
deposito) sebesar USD4.5 juta pada tanggal 22 November 2007. Kondisi tersebut
tidak sesuai dengan Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedornan Pelaksanaan Kredit
3. Bank Century telah menempatkan jaminan (deposit) pada SNCB, Bahrain sebesar
USD50 juta berupa US Treasury Strips dengan ISIN US9l2803BD41 dalam rangka
Century kepada Bank SNCB, Bahrain tersebut tidak sebanding dengan janminan
(deposit) L/C yang diberikan oleh Debitur sebesar USD4.5 juta (atau 20% dari
plafond L/C). Jaminan sembilan debitur lainnya yang mendapat fasilitas L/C dari
tempo tanggal 19 November 2008 sesuai surat konfirmasi dari The Bank of New
5. Pada saat jatuh tempo L/C tanggal 19 November 2008, PT Selalang Prima
sehingga nilai outstanding L/C tersebut sebesar USD16.5 juta (USD22.5 juta –
6. Jaminan Bank Century berupa US Treasury Strips sebesar USD50 juta yang
ditempatkan di SNCB, Bahrain tersebut pada akhirnya dijual dengan nilai penjualan
USD24,62l,500) atau ekuivalen Rp275.089 juta dan pada akhirnya membebani Penyertaan
International tersebut sebesar USDI6.5 juta atau ekuivalen sebesar Rp179.850 juta
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, porsi PMS yang digunakan untuk menutup
kerugian Bank Century dan fasilitas L/C PT Selalang Prima International adalah sebesar
* Kerugian atas penjualan US Treasury Strips untuk pelunasan L/C kepada NCB, Jeddah
* Penyisihan (PPAP) atas L/C PT Selalang Prima International sebesar USD 16.5 juta atau
2. Bank BNI
3. Profil Singkat Bank BNIBank BNI didirikan pada tahun 1946. Perusahaan publik
ini mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Bank BNI
merupakan bank terbesar nomor 3 di Indonesia setelah Bank Mandiri dan BCA
dengan total aset pada tahun 2003 sebesar IDR. 131,49 triliun.
Visi : Menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja
Misi : Memaksimalkan stakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan yang fokus
Budaya Perusahaan
3. BNI secara terus menerus membina hubungan yang saling menguntungkan dengan
1. Ringkasan Kasus
Awal terbongkarnya kasus menghebohkan ini tatkala BNI melakukan audit internal pada
bulan Agustus 2003. Dari audit itu diketahui bahwa ada posisi euro yang gila-gilaa
besarnya, senilai 52 juta euro. Pergerakan posisi euro dalam jumlah besar mencurigakan
karena peredaran euro di Indonesia terbatas dan kinerja euro yang sedang baik pada saat
itu. Dari audit akhirnya diketahui ada pembukaan L/C yang amat besar dan negara bakal
– Total Nilai L/C : USD.166,79 juta & EUR 56,77 juta atau sekitar Rp. 1,7 trilyun
1. Kronologi :
2. Bank BNI Cabang Kebayoran Baru menerima 156 buah L/C dengan Issuing Bank :
Rosbank Switzerland, Dubai Bank Kenya Ltd, The Wall Street Banking Corp, dan
Middle East Bank Kenya Ltd. Oleh karena BNI belum mempunyai hubungan
koresponden langsung dengan sebagian bank tersebut di atas, mereka memakai bank
atas L/C-L/C tersebut di atas kepada BNI dan disetujui oleh pihak BNI. Gramarindo
Group menerima Rp 1,6 trilyun dan Petindo Group menerima Rp 105 milyar.
4. Setelah beberapa tagihan tersebut jatuh tempo, Opening Bank tidak bisa membayar
kepada BNI dan nasabahpun tidak bisa mengembalikan hasil ekspor yang sudah
dicairkan sebelumnya.
5. Setelah diusut pihak kepolisian, ternyata kegiatan ekspor tersebut tidak pernah terjadi.
6. Gramarindo Group telah mengembalikan sebesar Rp 542 milyar, sisanya (Rp 1.2
Dalam menanggapi kasus ini manajemen Bank BNI mengatakan bahwa tidak ada
ekspor fiktif dan belum ada kerugian, tetapi yang ada hanya potensi kerugian (potential
losses). Pertanyaannya adalah apakah mungkin kerugian sebesar itu terjadi tanpa ekspor
melalui letter of credit (L/C) menimbulkan semakin banyaknya pertanyaan mengenai kasus
Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai penjualan barang/jasa jarak jauh
Definisi L/C menurut CFG Sunaryati Hartono : ”Secara harfiah L/C dapat
diterjemahkan sebagai Surat Hutang atau Surat Piutang atau Surat Tagihan, tetapi
sebenarnya L/C lebih merupakan janji akan dilakukan pembayaran,apabila dan setelah
terpenuhi syarat-syarat”
”Letter of Credit adalah janji dari issuing bank untuk membayar sejumlah uang kepada
eksportir sepanjang ia dapat memenuhi syarat dan kondisi Letter of Credit tersebut”
Sedangkan menurut Uniform Customs and Practice for Documentary Credit, ICC
Publication No. 500 tahun 1993 (UCP 500), definisi L/C adalah : ”Setiap perjanjian,
apapun namanya atau maksudnya, dimana suatu bank (Issuing Bank atau bank penerbit)
bertindak atas permintaan dan instruksi seorang nasabah (Applicant/pembuka) atau atas
namanya sendiri, untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga atau kuasanya (orang
yang ditunjuk oleh beneficiary/penerima L/C) atau memberikan kuasa kepada bank lain
exchange/wesel, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk menegosiasi atas penyerahan
Sebelum lebih jauh membahas mengenai kasus BNI, terlebih dahulu akan diuraikan
Dari gambar tersebut, berikut diuraikan alur L/C, barang dan uang sbb :
Pembuka
of Exchange, Bill of Lading, Commercial Invoice, Packing List dan dokumen lain
kesesuian dokumen dengan L/C dan membayarkan senilai wesel yang diserahkan
2. Solusi
termasuk Bank BNI, cukup baik karena telah dibangun dan disempurnakan selama
Akan tetapi, sistem pengamanan yang baik saja tidak cukup. Masih diperlukan sikap
dari para petugasnya. Sekalipun sistem pengamanan sudah demikian baik, tetapi apabila
para petugas bank sengaja melanggar sistem dan prosedur dengan tujuan yang tidak baik,
Bank selalu dihadapkan pada pilihan dilematis antara pengamanan dan pelayanan
kepada nasabah. Pengamanan yang terlalu ketat akan menghasilkan pelayanan yang
mengecewakan nasabah.
Sebaliknya, pelayanan yang dirasakan sangat memuaskan nasabah akan
mengorbankan sistem pengamanan. Menghadapi dilema ini, bank harus bijak dan mampu
membangun prosedur kerja yang tetap dapat menjamin keamanan, namun pelayanan bank
Dari penelitian, ternyata transaksi dalam kasus Bank BNI ini merupakan transaksi
bermasalah dengan indikasi transaksi tersebut dilakukan tanpa mengikuti ketentuan intern
Bank BNI. Transaksi L/C kedua grup usaha yang menjadi beneficiary telah dinegosiasikan
oleh Bank BNI Kebayoran Baru dengan diskonto tanpa didahului adanya akseptasi dari
bank penerbit.
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh kantor besar Bank BNI, para
Hal ini terungkap antara lain dari hasil verifikasi kepada Pejabat Bea Cukai cabang
Sementara itu pula, penyelesaian pembayaran hasil transaksi ekspor (proceed) dari
beberapa slip L/C tersebut yang telah dinegosiasikan dilakukan bukan oleh bank pembuka
L/C (issuing bank), melainkan dilakukan oleh para eksportir sendiri dengan cara melakukan
Sebagaimana diketahui, atas laporan kantor besar Bank BNI pada tanggal 30
September 2003, pihak kepolisian telah menahan pegawai Bank BNI Kebayoran Baru yang
terlibat, yaitu Koesadiyuwono (mantan pemimpin cabang Bank BNI Kebayoran Baru) dan
Edi Santoso (mantan Customer Service Manager Luar Negeri cabang Bank BNI Kebayoran
Baru).
Semua mahfum bahwa Enron tergolong pebisnis yang ”the best”, bahkan Arthur
`Anderson merupakan ”suhu” GCG yang mengajarkan ilmu ini kepada banyak sekali
klien di mancanegara. Dapat kita cermati pula bahwa Enron merupakan perusahaan
raksasa ke 7 dalam ukuran nilai pasar tebesar dibidang energi dan perdagangan energi
yang listed di NYSE; menguasai bisnis jaringan pipa didaratan Amerika sehingga 34.000
miles. Sebelum kejatuhan, bisnis mereka berkembang pesat. Penjualan Enron pernah
Konsultan Arthur pernah berjaya sebagai the king five konsultan yang sangat ulung,
bisnis mereka merambah ke seluruh pelosok dunia. Perusahaan ini bukan konsultan
sembarangan. Enron dan Konsultan Arthur Anderson paham betul keutamaan GCG.
Logika sederhananya adalah bagaimana mungkin Enron dapat listed di NYSE kalau tidak
melaksanakan GCG. Bukankah negeri Paman Sam merupakan negeri yang sangat ketat
bagaimana mungkin konsultan kalau mereka ”pikun” tidak mengerti GCG? Lalu dimana
letak kesalahannya? Mengapa kesimpulan banyak kalangan banyak menyatakan bahwa
Sesungguhnya mereka bukan lemah menerapkan GCG. Akan tetapi tidak melaksanakan
tata kelola perusahaan yang baik. Karenanya sangat cocok bila dikatakan bahwa mereka
miskin integritas. Lebih tepatnya lagi adalah karena orang-orang yang memegang kunci
tampuk kuasa perusahaan kering integritas. Terbukti dari hasil analisis Jill dan Aris
Salomon yang menyatakan bahwa penyebab utama kejatuhan Enron berawal dari watak
korup para anggota BoD. Selama masa jabatannya orang-orang dalam BoD melakukan
berbagai macam kecurangan (Fraudulents) demi kepentingan diri mereka sendiri. Chief
Financial Officier dan Cheift Executive Officier Enron menciptakan pos-pos laporan
keuangan yang tidak diungkapkan secara transparan, tidak tepat waktu dan tidak akurat.
Korupsi dan kolusi dimulai dari pucuk pimpinan. Sehingga tidak ada lagi praktik-praktik
kotor yang merambah hingga ke level bawah. BoD Enron memanipulasi pos-pos neraca
waktu yang bersamaan Konsultan Arthur Anderson sebagai eksternal auditor dan konsultan
Menurut Stuart L. Gillian dan John Martin hal ini disebabkan konsultan Arthur Anderson
menerima consulting fees yang sangat fantastis. Sehingga bersedia melakukan kompromi
terhadap temuan auditnya. Oleh karenanya, mudah dipahami jika putaran roda usaha
mereka berubah menjadi binal dan liar seperti tampak dari perilaku mereka yang berbisnis
merupakan sebuah imperatif lengkap dengan code of conduct dan segenap perangkatnya.
Begitu ironis, masih juga terjadi pelanggaran besar-besaran terhadap GCG. Sehingga
Djokosantoso Moeljono sampai pada premis bahwa ada sesuatau yang ’lebih dalam dari
GCG’ yang dijabarkan sebagai berikut: (a) Organisasi hidup untuk menkreasikan nilai bagi
lingkungannya. Jika organisasi tidak mampu lagi memberikan nilai tersebut, ia akan hilang
atau mati, atau pindah dan berganti menjadi organisasi lain ; (b) untuk dapat menkreasikan
membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan
manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru. (c) jika diperlukan GCG
untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Namun, organisasi digerakkan
manusia-manusia. GCG berjalan jikan SDM secara internal mempunyai value atau sistem
nilai yang mendorong mereka untuk menerima, mendukun dan melaksanakan GCG. Sisem
nilai yang ada pada individu-individu tumbuh didalam perusahaan dan digunakan sebagai
sistem perekat yang dikenal sebagai corporate culture. Dengan demikian good corporate
culture merupakan inti dari GCG dimana GCG berperan untuk memastikan atau menjamin
akan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan sebenarnya digerakkan oleh value dari
Jadi kesimpulannya adalah ’sesuatu yang lebih dalam lagi’ itu tidak lain integritas insan-
insan perusahaan yang terlahir dari ”rahim’ good corporate culture. Contoh kasus yang
terjadi pada bisnis perbankan dan perdagangan internasional berikut membuktikan argumen
ini valid. Saul Daniel Rumeser menyatakan bahwa ada sederet resiko yang mengancam
eksportir, importir maupun bank yang berbisnis disektor perdagangan internasional dengan
memanfaatkan medium letter of credit (LC). Semua resiko tersebut dapat diimitigasi –
setidaknya bisa diemilir- kecuali melibatkan orang dalam di suatu bank atau perusahaan
maka bablas semua. Fraud niscaya terjadi, secanggih apapun GCG yang dibangun. Kasus
L/C Bank BNI yang ramai digunjingkan beberapa waktu lalu merupakan contoh nyata.
transaksi L/C Bank BNI sudah baik karena telah dibangun dan disempurnakan selama
bertahun-tahun. Akan tetapi, sistem pengamanan yang baik saja tidak cukup apabila budaya
kerja SDM bank sengaja melanggar sistem dan prosedur dengan tujuan yang tidak baik.
https://www.academia.edu/11344249/AKUNTANSI_INTERNASIONAL
https://www.academia.edu/25573812/Sejarah_Akuntansi_di_Indonesia
https://www.academia.edu/6468602/BAB_I_PENDAHULUAN_AKUNTANSI_INTERN
ASIONAL
http://www.belajarakuntansionline.com/pengertian-akuntansi-internasional-menurut-para-
ahli/
https://jessicaodiliaputri.wordpress.com/2016/04/30/akuntansi-internasional-bab-1-2/
http://vincajovany93.blogspot.co.id/2015/03/akuntansi-internasional.html