Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang menjelaskan proses sirkulasi
yang terjadi di dalam tubuh manusia. Sistem kardiovaskuler terdiri dari : jantung,
pembuluh darah (vena dan arteri), pembuluh limfe dan darah. Jantung merupakan
salah satu organ tubuh manusia yang sangat penting karena mempunyai fungsi
sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia yaitu memompa darah ke
jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida
dan sampah hasil metabolisme. Salah satu penyakit pada system kardiovaskuler
yang menyerang organ jantung adalah Penyakit Demam Reumatik atau RHD
(rheumatoid Heart Disease). Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan
sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui,
dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea
minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
Data di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rs Hasan Sadikin Bandung menunjukan
setiap tahunnya rata – rata ditemukan 55 kasus dengan RHD. Diperkirakan
prevalensi RHD di Indonesia 0,3 – 0,8 anak sekolah usia 5 – 15 tahun
(Rahayuningsih, 2010). Kasus ini sering muncul pada negara berkembang dengan
kondisi social ekonomi rendah dan kondisi lingkungan yang buruk. Perawat sebagai
salah satu profesi kesehatan hendaknya mampu memahami serta melakukan
penatalaksanaan yang tepat pada kasus RHD, baik secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya. Dengan penanganan yang
tepatdiharapkan maka angka kejadian kasus RHD dapat diturunkan dan secara
tidak langsung dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini
diantaranya:
1. Apakan penyakit RHD tersebut ?
2. Bagaimana proses pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat pada pasien
dengan RHD dan apa saja masalah yang ditemukan?
3. Pemeriksaan diagnostic apa saja yang dikerjakan pada pasien dengan RHD
dan masalah apa saja yang ditemukan ?
4. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien demam rematik ?
5. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada kasus demam rematik ?

C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala serta penatalaksanaan
penyakit RHD.
2. Untuk mengetahui proses pemeriksaan fisik serta hal-hal yang ditemukan
pada kasus RHD
3. Untuk mengetahui proses pemeriksaan diagnostik serta hal-hal yang
ditemukan pada kasus RHD
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada kasus demam rematik
5. Untuk mengetahui tentang penerapan proses asuhan keperawatan pada
kasus demam rematik

D. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu:
1. Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan
mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang
sedang dibahas.
2. Metode Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.

2
BAB II
KAJIAN TEORI DEMAM REMATIK

A. Definisi
Demam reumatik (DR) adalah suatu sindrom klinik akibat
infeksiStreptococcus-β hemolyticus golongan A, dengan satu atau lebih gejala
mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan
eritema marginatum (Ngastiyah, 2005).

Penyakit jantung reumatik merupakan gejala sisa dari Demam Rematik (DR)
akut yang juga merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A. Penyakit
ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab penyakit jantung
didapat pada anak dan dewasa muda di seluruh dunia.Penyakit jantung reumatik
adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup
jantung yang disebabkan oleh demam reumatik. Penyakit jantung reumatik (PJR)
merupakan komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik. Katup-katup
jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan
infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus
tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), yang bisa menyebabkan demam
reumatik.

B. Etiologi
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat
interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini
berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang
berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit maupun disaluran nafas,
demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus
dikulit.

3
C. Patogenesis
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi
streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi patologik
jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan. Gejala demam reumatik
bermanifestasi kira-kira 1 – 5 minggu setelah terkena infeksi. Gejala awal, seperti
juga beratnya penyakit sangat bervariasi. Gejala awal yang paling sering dijumpai
(75 %) adalah arthritis. Bentuk poliarthritis yang bermigrasi. Gejala dapat
digolongkan sebagai kardiak dan non kardiak dan dapat berkembang secara
bertahap.
Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun
pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme
terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli
sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit autoimun.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk
ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S,
hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, dioksiribonuklease serta
streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya
antibodi.
Pada penderita yang sembuh dari infeksi streptococcus, terdapat kira-kira 20
sistem antigen-antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih lama daripada yang
lain. Anti DNA-ase misalnya dapat menetap beberapa bulan dan berguna untuk
penelitian terhadap penderita yang menunjukkan gejala korea sebagai
manifestasi tunggal demam reumatik, saat kadar antibodi lainnya sudah normal
kembali.
ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling
sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang
80 % penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan
kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap
streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit jantung
reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus.
Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi eksudatif dan
proliferasi jaringan mesenkim. Kelainan yang menetap hanya terjadi pada

4
jantung; organ lain seperti sendi, kulit, paru, pembuluh darah, jaringan otak dan
lain-lain dapat terkena tetapi selalu reversibel. Diagnosis dibuat berdasarkan
kriteria jones yang dimodifikasi dari American Heart Association. Dua kriteria
mayor dan satu mayor dan dua kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar
demam reumatik. Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.

D. Manifestasi klinik
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat
dibagi dalam 4 stadium.
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A. Keluhannya berupa demam, batuk, rasa sakit waktu
menelan, muntah , diare, peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung
1 - 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat
ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit
jantung reumatik.Gejala peradangan umum :
 Demam yang tinggi
 lesu
 Anoreksia
 Lekas tersinggung
 Berat badan menurun
 Kelihatan pucat
 Epistaksis
 Athralgia
 Rasa sakit disekitar sendi

5
 Sakit perut

4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa
katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.Pada penderita penyakit jantung
reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai
dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam
reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami
reaktivasi penyakitnya.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi perlu diperhatikan adanya sesak
napas,pernapasan cuping hidung,sianosis,pembengkakan pada
sendi,melihat apakah denyut jantung terlihat di permukaan kulit atau tidak.
Adanya pernapasan cuping hidung,sianosis merupakan pertanda adanya
gejala dari gagal jantung ataupun kelainan dari pada jantung.
Pembengkakan sendi merupakan salah satu kriteria major jones sehingga
patut menjadi perhatian utama untuk mendiagnosis penyakit jantung
rematik. Denyut jantung yang terlihat juga dapat terjadi karena beberapa
sebab, mungkin terjadi karena terjadi kardiomegali yang cukup besar atau
anak tersebut sangat kurus.
2. Perkusi
Perkusi berguna untuk memeriksa apakah adanya perbesaran dari jantung.
Pada penderita kronis akan terjadi perbesaran jantung karena efek
kompensasi.
3. Palpasi
Palpasi berguna untuk menekan sendi, dimana pada arthritis yang
disebabkan oleh demam rematik akan terjadi sakit. Palpasi juga penting
untuk memeriksa nodul subkutan, nodul subkutan pada demam jantung
rematik dapat digerakan dan tidak sakit. Pemeriksaan palpasi yang tidak
kalah penting adalah menentukan ukuran dari hati. Ukuran dari hati akan

6
membesar apabila terjadi gagal jantung kanan yang merupakan salah satu
komplikasi lanjut dari penyakit jantung rematik.

4. Auskultasi
Pada pemerikssaan auskultasi berguna untuk mencari suara patologis dari
jantung. Pada penderita jantung rematik biasanya ditemukan murmur
holosistolik yang merupakan akibat dari insufisiensi katup mitral dan
mungkin pada penderita yang lebih lanjut disebabkan oleh insufisiensi
katup trikuspidalis. Pada pemeriksaan auskultasi juga mungkin ditemukan
suara jantung ketiga yang disebabkan keterlambatan penutupan atau
percepatan penutupan dari katup-katup jantung. Yang paling sering adalah
kecepatan penutupan dari katup aorta yang disebabkan oleh insufisiensi
dari katup mitral. Kerusakan katup mitral dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan gejala gagal jantung kiri yaitu suara nafas krekel dan
wheezing pada paru.

F. Pemeriksaan Tanda Vital


Pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi pernafasan,denyut
nadi, suhu, berfungsi untuk megetahui kondisi umum dari pasien. Pada
penderita jantung rematik dengan komplikasi yang parah seperti insufisiensi
mitral akan didapatkan tanda – tanda gagal jantung seperti dispneu dan
tachikardia untuk emgkompensasi kekurangan aliran darah yang masuk aorta.
Beberapa kelainan dari tanda vital juga akan ditemukan pada penyakit jantung
rematik dengan komplikasi yang lain.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah :
 LED tinggi sekali
 Lekositosis ( WBC ≥ 10 )
 Nilai hemoglobin dapat rendah (Hb ≤ 10 gr / dl )
 CRP ( C- Reactive Protein ) meningkat

7
2. Pemeriksaan bakteriologi
 Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya kuman
streptococcus
3. Pemeriksaan serologi
 Peningkatan Titer anti-streptolisin 0 (ASTO) , Antistreptokinase,
Antihyaluronidase
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan rontgen thorax didapatkan bebrapa hal penting yaitu
terlihat pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri serta mungkin tanda
bendungan paru pada kasus regurgitasi mitral yang berat. Adanya
pembesaran jantung (kardiomegali) dengan pinggang jantung menghilang
dan apeks membulat merupakan tanda pembesaran atrium dan ventrikel
kiri. Juga dapat ditemukan pengapuran pada annulus mitral. Sedangkan
pada kasus ringan tanpa gangguan hemodinamik yang nyata, besar
jantung umumnya tampak normal.
5. Elektrokardiogram
Pada demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat menunjukkan
pelbagai kelainan sesuai dengan kelainan jantungnya.Yang paling sering
ditemukan ialah pemanjangan interval P-R,yang dianggap sebagai salah
satu gejala minor. Hal ini menunjukan keterlambatan abnormal system
konduksi nodus Atrio Ventrikuler . Meskipun sering dijumpai namun
perubahan EKG ini tidak spesifik untuk demam rematik maupun karditis
rematik.
6. Echocardiograpy
Menilai beratnya penyumbatan atau kebocoran katup tersebut. Bila
penyumbatan atau kebocoran ringan, tidak diperlukan tindakan khusus,
selain pemberian obat untuk menunjang fungsi jantung. Namun jika
penyumbatan atau kebocoran memberat, diperlukan pergantian katup
jantung dengan operasi.
Ekokardigrafi Doppler dapat dipergunakan untuk mengetahui morfologi
lesi katup mitral, derajat atau beratnya MR. Hasil ekokardiografi yang telah
dilakukan pada pasien ini ± 1 bulan SMRS menunjukkan adanya mitral
regurgitasi dengan fungsi sistolik dari ventrikel kiri yang telah menurun,

8
selain itu dari gambaran ekokardiografi juga tampak dilatasi ventrikel kiri
dan atrium kiri.

H. Diagnosis Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa demam reumatik dapat digunakan Kriteria
Jones yaitu :
1. Kriteria mayor :
 Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang
sendi-sendi besar; lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan , siku
(poliarthritis migrans).
 Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).
 Eritema marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
 Noduli subkutan
Terletak pada ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian
kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
 Korea sydenham
Gerakkan yang tidak disengaja /gerakkan yang abnormal, sebagai
manifestasi peradangan pada sistem syaraf pusat.

2. Kriteria Minor :
 Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung reumatik
 Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
 Demam tidak lebih dari 39 derajad celcius
 Leukositosis
 Peningkatan Laju Endap Darah (LED)
 C-Reaktif Protein (CRF) positif
 P-R interval memanjang
 Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
 Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

9
Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua
kriteria minor dan satu kriteria mayor.

I. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan medis adalah :
1. Memberantas infeksi streptococcus
Yaitu dengan pemberian penisilin benzatin intramuskuler dengan dosis
sebagai berikut :
 Berat badan lebih dari 30 kg  1,2 juta unit
 Berat badan kurang dari 30 kg  600.000 - 900.000 unit
 Untuk pasien yang alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin dengan
dosis 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis pemberian selama kurang
lebih 10 hari.
2. Mencegah komplikasi karditis
 Pemberian penisilin benzatin setiap satu kali sebulan untuk pencegahan
sekunder menurut The American Asosiation
 Tirah baring bertujuan untuk mengurangi komplikasi karditis dan
mengurangi beban kerja jantung pada saat serangan akut demam reumatik
 Bila pasien ada tanda-tanda gagal jantung maka diberikan terapi digitalis
0,04 – 0,06 mg/kg BB.
3. Mengurangi rasa sakit; demam
 Pasien diberi analgetik untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya.
Salisilat diberikan untuk anti radang dengan dosis 100 mg/kg BB/hari
selama kurang lebih dan 25 mg/kg BB/hari selama satu bulan.
 Prednison diberikan selama kurang lebih dua minggu dan tapering off
(dikurangi bertahap) Dosis awal prednison 2 mg/kg BB/hari.
Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari
American Heart Association. Dua kriteria mayor dan satu mayor dan dua
kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam reumatik.
Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.

10
J. Pathway

Infeksi oleh Kuman Streptokokus Beta H.


pada saluran nafas atas

Hipertermi Reaksi autoimun, proses inflamasi pada


peradangan sistemik akut sendi

Lesi patologik pada organ jantung, udema, proliferasi


Regurgitasi dan stenosis katup mitral & membran sinovial,
trikuspidalis kerusakan kartilago dan
erosi tulang

Insufisiensi katup mitral


dan trikuspidalis
Nyeri akut

Pembesaran atrium kiri


dan ventrikel kiri

Peningkatan bendungan
Gagal Jantung kiri
paru

Ketidakseimbangan suplai Penurunan cardiac output


Odema paru
O2 dan kebutuhan

Gangguan Pertukaran
Intoleran aktifitas Penurunan Curah jantung Gas

Penurunan sirkulasi darah


pada tingkat jaringan

Perfusi Perifer Tidak


Efektif

11
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Pasien “MW”
Dengan Dx : Demam Reumatik, Di Ruang Melati RSUD Papua
27 – 30 September 2017

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Mawar
Umur : 5 tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Kawin
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Ditrik 8 ,Yahokimo, Merauke, Papua barat
No. Register : 363636
Diagnosa Medis : Demam Reumatik
Nama Penanggung jawab : Sylvano comvalius
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung

2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan Utama
Panas, bengkak dan nyeri pada persendian
 Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pasien MRS tanggal 27/9/2017 pkl 15.00 dengan membawa surat
rujukan dari Puskesmas Merauke I. Orangtuanya mengatakan px
mengalami panas hilang timbul sejak 2 minggu, kemudian sejak 1
minggu muncul keluhan bengkak dan nyeri pada persendian terutama
pada lutut kanan, siku dan ruas2 jari. Pasien sering merasa cepat lelah
terutama saat aktifitas seperti berjalan jauh atau berlari.

12
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien beberapa bulan yang lalu
sempat mengeluh batuk dan nyeri tenggorokan. Pasien tidak pernah MRS
sebelumnya, tidak punya riwayat alergi terhadap obat maupun makanan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Orangtua pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah
mengalami penyakit yang sama seperti anaknya, riwayat penyakit
keturunan seperti DM, hipertensi, penyakit jantung disangkal.
d. Diagnosa Medis dan therapy
Diagnosa medis : Demam Reumatik
Therapy : sesuai program dokter

3. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Tampak lemas, kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6
b. Vital sign :
TD = 90/50 mmHg, N = 120 x/mnt, S = 38.5 0C, RR =20x/menit
c. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Kepala dan leher : tampak kemerahan pada faring dan pembesaran
tonsil, pemeriksaan lain dalam batas normal.
2) Dada dan paru-paru : tampak eritema marginatum pada dada perut dan
punggung pasien. Pada auskultasi ditemukan suara jantung terdengar
sangat jauh (muffled). Tidak ditemukan suara nafas tambahan pada
paru seperti ronchi atau wheezing.
3) Payudara dan ketiak : dalam batas normal
4) Abdomen :tidak ditemukan nyeri tekan, pembesaran hepar, ascites,
bising usus normal.
5) Genetalia : dalam batas normal
6) Integumen : tampak bercak bercak kemerahan berbatas tegas pada kulit
di sekitar dada, perut, dan punggung pasien, rasa gatal (-)
7) Ekstremitas : tampak pembengkakan pada ruas – ruas jari tangan,
bengkak dan nyeri pada sendi lutut kiri, nyeri seperti ditusuk, skala nyeri
6 (0-10). Nyeri bertambah saat beraktifitas misalnya berjalan dan
berkurang saat diistirahatkan.

13
8) Neurologis : tidak ditemukan defisit neurologis termasuk chorea signs

d. Pengkajian 6 B
1) Breath : dyspneu (-), RR 20 x/mnt, Rh (-) , Wh (-), batuk (-), penggunaan
otot nafas tambahan (-), nafas cuping hidung (-)
2) Blood : TD 90/50, CRT 3 dtk, akral hangat, nadi teraba lemah, EKG
sinus tachikardi, HR 120x/mnt,
3) Brain : kesadaran compos mentis, E4 V5 M6,
4) Bone : tampak pembengkakan persendian pada ruas ruas jari, lutut kiri
dan siku kiri. Nyeri dengan skala 6 (0-10), nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri bertambah saat aktifitas/bergerak dan berkurang saat istirahat.
5) Blader : BAK normal, Nyeri saat BAK (-),
6) Bowel : Makan ¾ porsi , minum adekuat, mual muntah (-), peristaltik
normal.

d. Pengkajian pola fungsional Gordon


1) Pola persepsi dan managemen kesehatan
Orangtua pasien mengatakan berharap anaknya segera mendapat
pengobatan dan bisa sembuh dari penyakitnya
2) Pola nutrisi –metabolik
Orangtua pasien mengatakan nafsu makan anaknya agak menurun
sejak sakit, hanya mampu menghabiskan ¾ porsi makan dari biasanya.
Tapi untuk minum anaknya masih cukup banyak , 6-8 gelas sehari.
3) Pola eleminasi
Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak ada masalah saat BAB
atau BAK
4) Pola aktivitas dan latihan
Orangtua pasien mengatakan sejak sakit anaknya jarang beraktifitas
seperti bermain dan lebih banyak istirahat dirumah. Untuk kebutuhan
ADL pasien dibantu oleh orangtua

14
5) Pola kognitif dan persepsi
Orangtua pasien mengatakan bingung dengan penyakit anaknya dan
tidak tau harus melakukan apa untuk perawatannya, orangtua pasien
tampak bingung dan bertanya-tanya tentang penyakit pasien.
6) Pola persepsi – konsep diri
Tidak dapat dikaji
7) Pola tidur dan istirahat
Orangtua pasien mengatakan anaknya sejak sakit lebih banyak istirahat
dan tidur dirumah
8) Pola peran hubungan
Orangtua pasien mengatakan hubungan mereka dengan anaknya baik-
baik saja, pasien sangat dekat dengan kedua orangtuanya terutama
ayahnya.
9) Pola seksual-reproduksi
Tidak dapat dikaji
10) Pola toleransi stres – koping
Tidak dapat dikaji
11) Pola nilai – kepercayaan
Pasien beragama kristen. Orangtua pasien selalu mengajak anaknya
berdoa setiap hari memohon kesembuhan dari Tuhan.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
WBC : 12,3 10^3/ul
Hb : 12,4 gr/dL
HCt : 37 %
PLT : 199 10^3/ul
CRP ( + )
LED meningkat
ASTO (+)
b. Radiologi
Thorax AP : gambaran kardiomegali, organ lain dalam batas normal
c. EKG tampak pemanjangan P – R interval, axis bergeser ke kiri

15
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : - infeksi kuman streptococcus Penurunan
DO : tampak gambaran curah jantung
kardiomegali, perubahan EKG proses inflamasi pada katup
(sinus tachikardia, PR interval jantung
memanjang, pergeseran axis),
nadi perifer teraba lemah, insufisiensi mitral & trikuspidalis
CRT 3 dtk
Hipertrofi vntrikel dan atrium kiri
(cardiomegali)

penurunan kontraksi jantung

2. DS : “anak saya panas naik infeksi kuman streptococcus Hipertermi


turun sejak 2 minggu”
DO : Kulit teraba hangat, temp proses inflamasi sistemik
38,5 o C
Hipotalamus termoregulator

Suhu tubuh meningkat

3. DS : “anak saya mengeluh infeksi kuman streptococcus Nyeri akut


nyeri pada persendian
terutama pada lutut kirinya bila proses inflamasi pada sendi
berjalan “
DO : Pasien tampak meringis udema, proliferasi membrane
saat berjalan, HR : 120 x/mnt synovial, kerusakan kartilago dan
erosi tulang

Nyeri sendi

16
4. DS : “Anak saya sering Hipertrofi vntrikel dan atrium kiri Intoleran
merasa cepat lelah saat (cardiomegali) aktifitas
berjalan jauh atau berlari,
tidak seperti anak lain “ Penurunan cardiac output
DO : anak tampak lemas
Ketidak seimbangan antara
kebutuhan dan suplai O2

Cepat lelah
5. DS : “Saya bingung dengan Kurang Informasi tentang Ansietas
penyakit anak saya, saya tidak penyakitnya
tahu harus melakukan apa “
DO : orangtua pasien tampak Merasa bingung dan khawatir
bingung dan bertanya-tanya dengan kondisi yang dihadapi

B. Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas dan
irama jantung ditandai dengan cardiomegali, tachikardia, perubahan ECG,
terdengar suara jantung mufled, nadi perifer teraba lemah
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan
pasien mengeluh panas suhu tubuh 38,50C, kulit teraba hangat.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (poliarthritis)
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada sendi lutut, siku, ruas-ruas jari,
nyeri seperti ditusuk-tusuk apabila melakukan aktivitas, skala nyeri 6, HR
120x/mnt
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai O2 ditandai dengan pasien sering merasa cepat lelah
saat aktifitas fisik, HR 120x/mnt
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
kondisi/pengobatan ditandai dengan orangtua pasien mengatakan bingung
dengan penyakit anaknya dan tidak tahu harus melakukan apa untuk
perawatan anaknya.

17
C. Rencana Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan / NOC Intervensi / NIC
1 Penurunan curah Setelah diberikan Monitor Tanda-tanda
jantung berhubungan tindakan keperawatan Vital
dengan perubahan selama …x24 jam a. Monitor tekanan
kontraktilitas dan irama diharapkan curah darah, nadi, suhu dan
jantung ditandai jantung klien optimal status pernafasan
dengan cardiomegali, dengan criteria : b. Catat gaya dan
tachikardia, perubahan Kefektifan Pompa fluktuasi yang luas
ECG, terdengar suara Jantung pada tekanan darah
jantung mufled, nadi a. Tekanan darah c. Monitor tekanan
perifer teraba lemah systole normal darah setelah pasien
b. Tekanan darah minum obat
diastole normal d. Monitor tekanan nadi
c. Ukuran jantung yang menyempit atau
dipertahankan pada melebar
deviasi sedang e. Monitor irama dan
d. Denyut nadi perifer tekanan jantung
normal f. Monitor warna kulit,
e. Disritmia suhu dan kelembapan
dipertahankan dalam g. Monitor sianosis
dalam deviasi ringan sentral atau perifer
f. Angina tidak ada h. Monitor oksimetri nadi
g. Edema perifer/paru Pengaturan
tidak ada Hemodinamik
Status sirkulasi a. Lakukan penilaian
a. Vital sign dalam batas komprehensif
normal terhadap status
b. Kekuatan nadi normal hemodinamik (yaitu
c. CRT normal TD, denyut jantung,
d. Tidak ada suara nafas denyut nadi, tekanan
tambahan vena jugularis, dll
e. Saturasi oksigen dengan tepat)

18
normal b. Kurangi kecemasan
dengan memberikan
informasi yang akurat
dan perbaiki setiap
kesalahpahaman
c. Identifikasi adanya
tanda dan gejala
peringatan dini
system hemodinamik
yang dikompromikan
(misal dyspnea,
orthopnea, sangat
lelah, pusing,
palpitasi, melamun,
edema, PND, dll)
d. Auskultasi bunyi
jantung tambahan
e. Monitor efek obat
f. Lakukan auskultasi
pada paru, apakah
ada suara/ bunyi
tambahan lainnya.
g. Minimalkan stress
lingkungan
h. Kolaborasi dengan
dokter sesuai indikasi.
2 Hipertermi Setelah diberikan Perawatan Demam :
berhubungan dengan tindakan keperawatan a. Pantau suhu dan
proses inflamasi selama …x24 jam tanda vital lainnya
ditandai dengan px diharapkan suhu tubuh b. Monitor warna kulit
mengeluh panas, suhu klien normal dengan dan suhu
tubuh 38,50C, kulit criteria : c. Dorong konsumsi
terasa hangat, Thermoregulation cairan

19
(0800) : d. Mandikan px dengan
a. Melaporkan spon hangat dengan
kenyamanan suhu hati-hati, hindari
b. Vital sign dalam batas menggigil
normal e. Pantau komplikasi
c. Tidak ada perubahan berhubungan dengan
warna kulit demam (mis.kejang)
d. Penurunan suhu kulit f. Lembabkan bibir dan
mukosa yang kering.
g. Kolaborasi/delegasi
dalam pemberian
antipiretik
(paracetamol) sesuai
dosis px.
h. Kolaborasi/delegatif
dalam pemberian
antibiotic sebagai
eradikasi agen
penyebab (penisilin /
erythromycin)
Temperature
Regulation :
a. Monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
b. Monitor vital sign
sesuai kebutuhan
c. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat
d. Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien

20
2. Nyeri akut Setelah diberikan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan a. Kaji nyeri meliputi
agen pencedera selama …x24 jam lokasi, karakteristik,
fisiologis diharapkan nyeri durasi, frekuensi,
(poliarthritis)ditandai berkurang dengan kualitas,
dengan pasien criteria : intensitas/beratnya
mengeluh nyeri pada Kontrol Nyeri nyeri dan faktor
sendi lutut, siku, ruas- a. Mengenali kapan pencetus
ruas jari, nyeri seperti nyeri terjadi b. Gali pengetahuan dan
ditusuk-tusuk apabila b. Mengenali apa yang kepercayaan pasien
melakukan aktivitas, terkait dengan gejala mengenai nyeri
skala nyeri 6, HR nyeri c. Pertimbangkan
120x/mnt, RR: 20x/mnt c. Menggunakan pengaruh budaya
tindakan pencegahan terhadap respon nyeri
d. Melaporkan nyeri d. Ajarkan teknik non
terkontrol farmakologi (spt:
Tingkat Nyeri hypnosis, relaksasi,
a. Nyeri yang dilaporkan terapi music, terapi
b. Panjang episode bermain, aplikasi
nyeri panas/dingin, dll)
c. Ekspresi nyeri wajah Pemberian Analgetik
d. Tidak bisa beristirahat a.Cek riwayat alergi
obat
b.Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan (delegatif
pemberian):
Prednison 2mg/KgBB
sampai 2 minggu,
tapering off selama 2

21
minggu.
Asetosal 75mg/KgBB
mulai awal minggu ke-
3 sampai 6 minggu.
Paracetamol
10mg/KgBB prn 3-4
kali sehari.
c. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
d.Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping
4 Intoleransi aktifitas Setelah diberikan a. Tentukan penyebab
berhubungan dengan tindakan keperawatan keletihan
ketidakseimbangan selam .... x 24 jam b. Gunakan teknik
antara kebutuhan dan diharapkan pasien distraksi dan relaksasi
suplai O2 ditandai menunjukan peningkatan selam aktifitas
dengan pasien sering toleransi terhadap c. Pantau respon
merasa cepat lelah aktifitas yang biasa kardiorespiratori
saat aktifitas fisik HR dilakukan dengan daya terhadap aktifitas
120x/mnt tahan, penghematan d. Ajarkan pengaturan
energi, dan perawatan waktu aktifitas dan
diri dengan kriteria : istirahat
a. Mengidentifikasi e. Monitor tanda tanda
faktor yang vital dan status nutrisi
menurunkan f. Rujuk ke ahli
intoleransi aktifitas fisioterapi sumber
b. Menunjukan perencanaan aktifitas
penghematan enrgi
c. Melaporkan
penurunan gejala-

22
gejala intoleransi
aktifitas
d. Memperlihatkan
penurunan tanda-
tanda hipoksia pada
peningkatan aktifitas
5. Defisiensi Setelah diberikan Anxiety Reduction
pengetahuan asuhan keperawatan (penurunankecemasan)
berhubungan dengan selama … x 24 jam a. Gunakan pendekatan
kurang pengetahuan diharapkan keluarga yang menenangkan
orangtua/anak tentang pasien dapat b. Nyatakan dengan
kondisi/pengobatan mengungkapkan jelas harapan
ditandai dengan berurangnya terhadap pelaku
orangtua pasien kecemasan dengan pasien
bingung dengan kriteria hasil : c. Jelaskan semua
penyakit anaknya dan a. Keluarga pasien prosedur dan apa
tidak tahu harus dapat memahami yang dirasakan
melakukan apa untuk proses penyakit dan selama prosedur
perawatan anaknya perawatan pasien d. Temani pasien untuk
b. Keluarga pasien memberikan
tidak tampak keamanan dan
bertanya-ttanya lagi mengurangi takut
e. Berikanin formasi
factual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
f. Dorong keluarga
untuk menemanianak
g. Lakukan back / neck
rub
h. Dengarkan dengan
penuhperhatian
i. Identifikasi tingkat

23
kecemasan
j. Bantu pasien
mengenalsituasi yang
menimbulkan
kecemasan
k. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
l. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
m. Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

24
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Demam Reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang
merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A. Penyakit jantung reumatik merupakan gejala sisa dari Demam Rematik
(DR) akut yang juga merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A. Penyakit ini
cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab penyakit jantung didapat
pada anak dan dewasa muda di seluruh dunia.
Penegakan diagnose jentung rematik dapat dilakukan dengan mengumpulkan
data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik (inspeksi, perkusi, palpasi,
auskultasi) maupun data dari pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, ECG,
Echocardiograpy). Selain itu dapat juga dilakukan dengan menggunakan Jones
Criteria apabila ditemukan 2 data mayor atau 1 data mayor + 2 data minor.
Dari patofisiologi penyakitnya dapat memunculkan beberapa diagnosa
keperawatan seperti nyeri akut, hipertermi, intoleran aktifitas, penurunan curah
jantung dan defisiensi pengetahuan. Penyusunan rencana keperawatan
berdasarkan atas standar NANDA NIC/NOC.

B. SARAN
Diharapkan kepada para pembaca khususnya mahasiswa/i Stikes Wira
Medika PPNI Bali dapat memahami konsep teori penyakit demam reumatik serta
meningkatkan kemampuan individu masing masing dalam melakukan asuhan
keperawatan pada kasus demam rematik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Azmi,A 2012. PJR ( Penyakit Jantung Reumatik). Available http://arijal–ridz-


arti.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 21 september 2017
Brunner&Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Madikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC
Chandra. 2011. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler. Available:
https://chandrarandy.wordpress.com. Diakses pada tanggal 14 September 2017
Ganong, William F.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22.Jakarta: EGC
Guyton,Arthur C.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 1.Jakarta: EGC
Hasgur, Yaya. 2011. Regulasi Sistem Kardiovaskuler. Available:
http://hasgurstika.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 14 September 2017
Ngastiyah (2005), Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Sartono, dkk. 2016. Basic Trauma Cardiac Life Suport. Bekasi: GADAR Medik
Indonesia
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Syaifuddin.2011.Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4.Jakarta: EGC

26
Lampiran 1
Satuan Acara Penyuluhan
Penyakit Demam Rematik

Pokok Bahasan : Gangguan Sistem Kardiovaskuler


Sub Pokok Bahasan : Penyakit Demam Rematik
Sasaran : Penunggu pasien
Tempat : Ruang tunggu pasien RSUD Papua
Hari/Tanggal : 30 September 2017
Waktu : 25 Menit
Pembawa materi : Kelompok IV (B10-A)

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit diharapkan para penunggu pasien
mengerti tentang penyakit demam rematik dan dapat memberikan penanganan yang
tepat kepada penderita baik selama di rumah sakit maupun di rumah.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit diharapkan para penunggu pasien
mengerti tentang :
a. Pengertian demam rematik
b. Penyebab demam rematik
c. Tanda dan gejala demam rematik
d. Penatalaksanaan demam rematik
3. MATERI
a. Pengertian demam rematik
b. Penyebab demam rematik
c. Tanda dan gejala demam rematik
d. Penatalaksanaan demam rematik
4. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi
5. MEDIA
a. Leaflet

27
6. ISI MATERI
a. Definisi
Demam reumatik (DR) adalah suatu sindrom klinik akibat
infeksiStreptococcus-β hemolyticus golongan A, dengan satu atau lebih gejala
mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan
eritema marginatum (Ngastiyah, 2005).
b. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh Streptokokus β-hemolitikus grup A, seperti
Steptococcus pyogenesyang biasanya menyebabkan infeksi tenggorokan (faringitis)
c. Tanda dan gejala
 Bengkak dan nyeri pada daerah persendian
 Demam
 Ruam kemerahan pada kulit yang berbatas tegas
 Lesu dan cepat lelah
d. Penatalaksanaan
 Obat antiradang, antibiotic, dan penurun panas bila diperlukan
 Istirahat yang cukup
 Makan makanan bergiizi
7. PROSES PELAKSANAAN
No Jenis Kegiatan Respon Waktu
1 Pendahuluan :
Memberi salam, memperkenalkan Menjawab salam, 5 menit
diri, menyampaikan tujuan menyimak

2 Penyampaian materi demam rematik


• Definisi
• Penyebab Menyimak 10 menit
• Tanda dan gejala
• Penatalaksanaan

3 Penutup
• Diskusi Aktif bertanya
• Kesimpulan Memperhatikan 10 menit
• Evaluasi Menjawab pertanyaan
• Memberikan salam penutup Menjawab salam

28
VIII. SETTING TEMPAT

MODERAT MEJA OBSERVER


OR PENYAJI
PINTU
MASUK

PESERTA PENYULUHAN

IX. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
• Kesiapan materi
• Kesiapan SAP
• Kesiapan media Leaflet
• Peserta hadir ditempat penyuluhan
• Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses
• Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
• Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
• Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
• Suasana penyuluhan tertib
• Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat saat penyuluhan

3. Evaluasi Hasil
• Menjelaskan pengertian Demam Rematik
• Menjelaskan penyebab Demam Rematik
• Menjelaskan tanda dan gejala Demam Rematik
• Menjelaskan penatalaksanaan Demam Rematik

29
SOAL POST TEST

1. Apakah demam reumatik itu?


2. Apa penyebab dari demam reumatik ?
3. Apa tanda dan gejala demam rematik ?
4. Bagaimana perawatan demam reumatik ?

30

Anda mungkin juga menyukai