1. Jelaskan mengenai BAKTERIOFAGE, sejarah dan perkembangannya sekarang !
Jawaban : Istilah bakteriofage berasal dari kata “bacteria” yaitu bakteri dan "phagein" yang berarti "makan" atau "menggigit". Sebagian besar penelitian dilakukan pada fage yang menyerang E. coli, terutama fage-T dan fage lamda. Bakteriofag adalah virus yang menginfeksi bakteri. Virus ini biasanya menyebabkan infeksi, yang membuat bakteri bermanfaat bagi komunitas medis dan ilmuwan yang menggeluti bakteri. Dalam industri di mana bakteri yang digunakan untuk melakukan tugas-tugas seperti fermentasi makanan atau produksi bahan kimia yang berguna, kontaminasi dengan bakteriofag adalah yang utama, karena virus dapat membawa proses untuk berhenti lengkap. Seperti kebanyakan virus, bakteriofage biasanya hanya membawa informasi genetik yang diperlukan untuk replikasi asam nukleat dan sintesis protein mantel mereka. Ketika fage menginfeksi sel inang mereka, pekerjaan yang dilakukannya adalah untuk meniru asam nukleat dan untuk menghasilkan selubung protein pelindung mereka. Namun, mereka tidak bisa melakukannya sendirian. Mereka membutuhkan prekursor, pembangkit energi dan ribosom yang dipasok oleh sel inang bakteri mereka. Sel bakteri dapat mengalami salah satu dari dua jenis infeksi oleh virus, yaitu infeksi litik dan infeksi lisogenik. Pada E. coli, infeksi litik disebabkan oleh fage kelompok ketujuh yang dikenal sebagai fage- T, sementara infeksi lisogenik disebabkan oleh fage lamda. Morfologi dan Struktur Bakteriofage Tubuh bakteriofage tersusun atas kepala, ekor, dan serabut ekor. Kepala berbentuk polyhedral (segi banyak) yang di dalamnya mengandung DNA atau RNA saja. Dari kepala muncul tubus atau selubung memanjang yang dinamakan sebagai ekor virus. Ekor ini bertugas sebagai alat penginfeksi. Bagian antara kepala dan ekor memiliki selubung yang disebut kapsid. Kapsid tersusun atas molekul-molekul protein, oleh sebab itu disebut sebagai selubung protein atau pembungkus protein, fungsinya sebagai pelindung asam nukleat (DNA dan RNA), dapat membantu menginfeksi virus ke sel inangnya dan menentukan macam sel yang akan dilekati. pada bagian ujungnya ditumbuhi serabut-serabut ekor yang dapat berfungsi sebagai penerima rangsang atau reseptor. Sejumlah subunit molekul protein yang menyusun kapsid dan identik satu dengan yang lain disebut kapsomer. Telah kita ketahui bahwa ekor bakteriofage bertugas untuk menginfeksi. Bakteriofage sebenarnya mempunyai dua tipe cara menginfeksi, yaitu litik atau virulen dan tenang atau lisogenik. Cara-cara menginfeksi bakteriofage tersebut juga sekaligus digunakan sebagai cara bereproduksi (memperbanyak diri). Sejarah Ditemukannya Bakteriofage Peneliti yaitu Ernest Hanbury Hankim meneliti ada apa pada sungai di Gangga India dapat menyembuhkan penyakit seperti Kusta, pada tahun 1896 dari dokumentasinya, beliau melaporkan bahwa ada sebuah aktifitas dan sebuah aksi Antibakteri terhadap Bakteri Kolera dan sebuah makhluk antagonis bakteri tersebut bisa melewati serat porselen, artinya ukuran makhluk tersebut sangatlah kecil. Setelah penemuan tersebut lalu pada tahun 1915. Seorang Ilmuwan Bakteorologi Inggris,Frederick Twort yang merupakan pemilik dari Lembaga Brown, menemukan sebuah Agen kecil yang terinfeksi dan Agen tersebut membunuh bakteri. Dia menarik hipotesa bahwa kemungkinan agen tersebut mempunyai kriteria berikut : Merupakan tahap hidup dari bakteri. Merupakan Enzim yang diproduksi oleh bakteri itu sendiri. Tumbuh Virus yang menghancurkan bakteri tersebut. Namun sayangnya penelitian Twort tidak dilanjutkan karena kekurangan Dana dan meletusnya Perang Dunia I. Lalu munculah seorang Ilmuwan Bakteorologi berkembangsaan Prancis, Felix d'Herelle, beliau bekerja di Institut Pasteur di Paris. d'Herelle pada tanggal 3 September 1917 mengumumkan bahwa ia telah menemukan " Mikroba antagonis dari Bakteri Disentri yang kasat mata, Dan sifatnya adalah Virus yang menjadi parasit sebuah Bakteri. d'Herelle kemudian memberi nama Virus tersebut Bakteriofag ( Bacteriophage ) karena inang dari Virus tersebut adalah Bakteri dan sifat dari Virus adalah memakan Bakteri yang ia Inangi, dalam bahasa latin Phage diambil dari kata Paquein yang artinya Pemakan. Beliau banyak melakukan penelitian dan penemuan mengenai Bakteriofag dan Beliau pulalah yang memperkenalkan konsep therapi Fag. Dan sekarang banyak sekali manfaat yang terasa oleh penemuan Bakteriofag yang kita rasakan, seperti untuk menyembuhkan penykit kulit atu penyakit disentri, menghambat proses pembusukan makanan dan lainnya. Perkembangan Bakteriofage Pemanafaatan Pada Bidang Pertanian a) Vektor untuk keperluan Kloning molekular Mungkin telah banyak diketahui bahwa beberapa bakteriofag dapat bermanfaat sebagai alat molekuler paling efektif karena kemampuannya mereplikasi asam nukleatnya secara mandiri. Sebut saja pada “plasmid vektor”. Memang beberapa bakteri secara alami memiliki plasmid yang ukurannya bervariasi mulai dari beberapa ribu basepair bahkan sampai mega basepair. Mengingat dalam kegiatan molekular, penggunaan plasmid vektor sangat penting untuk mempelajari kegunaan gen tertentu contohnya. Sayangnya beberapa bakteri tidak memiliki plasmid yang kompetible (biasanya high copy, ukurannya tidak terlalu besar dan dapat bereplikasi secara mandiri pada sel bakteri inang). Kendala ini ditemui pada bakteri- bakteri dengan ukuran plasmid yang sangat besar seperti pada Ralstonia (hingga mega basepair) atau pada Xanthomonas, sehingga pemetaan plasmid itu sendiri menjadi sulit. Sebuah plasmid dapat dibuat menjadi sebuah vektor jika telah dipetakan berdasarkan urutan asam nukleatnya.Untuk memanipulasi ini, beberapa bakteriofag khususnya dari golongan filamentous phages sangat berguna untuk keperluan ini karena ukurannya yang kecil (5-9 kb). Sebagai contoh vektor yang digunakan adalah Vektor S yang merupakan turunan dari filamentous phage RSS1 pada Ralstonia solanacearum. Namun tidak menutup kemungkinan dari jenis lain seperti Bakteriofag Lambda untuk Erwinia. b) Keperluan deteksi keberadaan bakteri tertentu Untuk hal ini, pemanfaatan bakteriofag dapat diterapkan dengan fungsi utamanya sebagai plasmid ataupun vektor. Dengan sedikit modifikasi asam nukleat pada phage-based vector/plasmid, misalnya dengan menambahkan/menyisipkan gen tertentu yang mempermudah pendeteksian maka hal ini akan sangat berguna sekali. Sebagai contoh dengan menyipkan gen ketahanan terhadap antibiotik atau penghasil warna tertentu (GFP). Beberapa laporan menunjukkan bahwa penggunaan GFP (Green Fluoroscens Protein) sangat efektif untuk melakukan pendeteksian terutama monitoring keberadaan bakteri yang sebelumnya telah ditranformasikan phage-based plasmid yang membawa GFP. Contoh nyata adalah pemanfaatan phage- based plasmid/vector untuk keperluan monitoring pergerakan bakteri penyebab layu pada tanaman yang disebabkan oleh R. Solanacearum. Pemanfaatan bakteriofag untuk pengembangan kit deteksi bakteri penyebab hawar bakteri pada kedelai Pemanfaatan Bakteriofag sebagai Pencegah Keracunan Makanan Bakteriofag dapat dijadikan salah satu alternatif pencegahan foodborne diseases yang efektif dan tanpa efek samping berbahaya. Bakteriofag merupakan salah satu jenis virus yang dapat membunuh bakteri. Virus ini mengandung DNA atau RNA dan protein reseptor spesifik yang cocok pada target bakteri inang sihingga kerja bakteriofag sangatlah spesifik. . Penggunaan bakteriofag yang dapat melisikan bakteri patogen saja akan menguntungkan karena tidak terganggunya bakteri baik dalam makanan. Isolasi bakteriofag dilakukan dengan menggunakan sampel berupa usus ayam. Usus ayam diduga mengandung bakteriofag karena merupakan bagian tubuh hewan yang paling banyak mengandung mikroba patogen dimana mikroba patogen tersebut merupakan inang dari bakteriofag. Isolasian dilakukan dengan penghancuran usus ayam sehingga didapatkan cairan usus ayam yang diduga mengandung bakteriofag. Hasil yang didapat dari isolasi bakteriofag ini, mampu melisiskan bakteri patogen Salmonella sp. dan mencegah perkembangan dari E. coli. Bakteriofag dapat melisiskan bakteri inang hingga dengan pengenceran 10-7 karena bakteriofag mampu melakukan autodosing atau memperbanyak diri sesuai dengan jumlah bakteri patogen yang ada dalam suatu makan. Dalam rekayasa genetika untuk penyembuhan atau pencegahan penyakit infeksi tertentu, pemetaan kromosom, menjinakkan bakteri patogen dengan menginfeksikan profage ke dalam sel nya.