Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Audit Terhadap Transaksi Kas”

Dibuat Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Auditing 2

Dosen Pengampu: Pratomo Cahyo Kurniawan SE.,MSi.

Oleh:

1. Galang Putra Mahardika


2. Guruh Mizanudin
3. M. Faisal Amrulloh 11150498
4. Maulana Iqbal Syah 11150503
5. Muhammad Ilham 11150509
6. Panggih Avan Bagastoni 11150525

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

BANK BPD JATENG

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah ini.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, Oktober 2017

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kas adalah sumber pembiayaan yang paling likuid, dimana saldo kas dapat
digunakan sewaktu-waktu dalam proses pembiayaan dalam kegiatan operasional suatu
entitas. Kas merupakan harta lancar perusahaan yang mudah diselewengkan. Hal itu
terjadi karena banyaknya transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran
kas. Selain itu, kas menjadi objek potensi kecurangan dan pencurian dibandingkan
dengan jenis aset lainnya karena kebanyakan aset harus dikonversikan terlebih dahulu
ke kas agar dapat diuangkan. Oleh karena itu sangatlah perlu dilakukan audit terhadap
saldo kas. Tujuan utama audit saldo kas adalah untuk memastikan saldo kas telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca, sehingga kas tersebut
dapat memenuhi kebutuhan entitas. Dengan audit atas saldo kas maka akan
memudahkan perusahaan dalam mengembangkan anggaran kas. Dengan pengelolaan
anggaran kas yang baik perusahaan dapat mempr oyeksikan peramalan yang baik atas
penerimaan dan pengeluaran kas. Dengan teknik peramalan kas, manajemen dapat
merencanakan untuk menginvestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat kebutuhan
akan kas mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang menguntungkan.

1.2. Pokok Bahasan


1.2.1. Siklus Yang Berhubungan Dengan Kas
1.2.2. Permasalahan Yang Muncul Di Kas
1.2.3. Pengujian Substantif terhadap Saldo Kas
1.2.4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2 Laporan Arus Kas
BAB 2

PEMBAHASAN

Kas terdiri dari uang tunai (uang logam dan uang kertas), pos wesel, certified
check, cashiers’ check, cek pribadi, dan bank draft, serta dana yang disimpan di Bank
yang pengambilannya tidak dibatasi oleh Bank atau perjanjian yang lain.

Kas yang dicantumkan terdiri dari dua unsur berikut ini :

1. Kas di tangan perusahaan, yang terdiri dari :

a. penerimaan kas yang belum disetor ke Bank

b. Saldo dana kas kecil

2. Kas di Bank

2.1. Siklus Yang Berhubungan Dengan Kas

Saldo kas dihasilkan dari pengaruh kumulatif kelima siklus transaksi yang telah
di bahas sebelumnya, dari kelima siklus tersebut adalah :

1. Siklus pendapatan
2. Siklus pengeluaran
3. Siklus pendanaan
4. Siklus investasi
5. Siklus jasa personalia

Saldo kas adalah cash on hand (kas ditangan atau disimpan dalam perusahaan),
kas di bank, dan dana tertentu yang disisikan seperti dana kas kecil.

Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing–masing
asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audit
ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh
manajemen.

 Asersi keberadaan dan keterjadian (Saldo kas tercatat benar–benar ada pada
tanggal neraca)

 Asersi kelengkapan (Saldo kas tercatat meliputi pengaruh semua transaksi kas
yang telah terjadi transfer kas antar bank pada akhir tahun, telah dicatat pada
periode yang tepat)

 Asersi hak dan kewajiban (Klien mempunyai hak legal atas seluruh saldo kas
yang tampak pada tanggal neraca)

 Asersi penilaian dan pengalokasian (Saldo kas tercatat dapat direalisasi pada
jumlah yang dinyatakan dalam neraca, dan sesuai dengan skedul pedukungnya)

 Asersi pelaporan dan pengungkapan (Saldo kas telah diidentifikasi dan


dikelompokan dengan tepat dalam neraca.

Identifikasi dan pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan
dengan adanya pembatasan penggunaan kas tertentu.

2.2. Permasalahan Yang Muncul Di Kas

Dalam pengelolaan keuangan, kadang-kadang kita mengalami masalah pada


arus kas. Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, mengatakan,
masalah cash flow akan terjadi apabila antara dana yang masuk dan dana keluar tidak
seimbang. Masalah akan muncul baik saat dana yang keluar lebih banyak ketimbang
dana masuk, maupun saat dana yang masuk justru lebih banyak dari yang keluar. “Jadi
sebenarnya cash flow yang baik adalah cash flow yang seimbang, di mana dana yang
masuk sama dengan yang akan keluar,” kata Eko.
Dengan demikian, pada dasarnya masalah pada cash flow bisa dikategorikan
menjadi tiga jenis, yakni arus kas yang defisit, arus kas yang balance dan arus kas yang
surplus.

1) Defisit

Mungkin masih banyak orang yang mengalami arus kas deficit, hal ini terjadi
saat pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Biasanya, orang dengan kas yang
defisit terpaksa akan berutang untuk menutupi pengeluarannya. Defisit merupakan
masalah arus kas paling berat. Budi Raharjo, perencana keuangan dan Direktur
OneShildt Financial Planning, menyebut, masalah ini kerap terjadi karena orang
gegabah dalam melakukan keputusan keuangan. Kas menjadi defisit lantaran orang
tersebut seringkali mendahulukan keinginan dan kepuasan pribadi ketimbang
kebutuhan, bahkan sampai rela berutang.

Bila utang sampai menumpuk, hal ini bisa menjadi masalah keuangan di
kemudian hari. ”Bahayanya, aset-aset yang telah dikumpulkan akan berkurang, bahkan
jika aset habis akan berujung pada utang yang ditutup utang lagi,” kata Budi. Hal ini
akan mengakibatkan keuangan orang tersebut rentan terhadap krisis, serta bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Cara yang perlu dilakukan untuk mengembalikan kas
yang defisit menjadi sehat adalah meneliti semua pendapatan dan pengeluaran yang
dilakukan selama satu periode. Sebab, defisit seringkali terjadi bukan karena
pendapatan yang kurang, tetapi karena pengeluaran terlalu banyak. Karena itu, cara
memperbaiki agar kas tidak lagi defisit, orang tersebut harus bisa menurunkan
pengeluaran. Susun daftar semua pendapatan dan pengeluaran di satu periode. Setelah
semua pengeluaran didata, susunlah prioritas keuangan. Kategorikan mana
pengeluaran yang merupakan kebutuhan dan mana kebutuhan yang merupakan
keinginan.
Agar bisa menurunkan pendapatan, hapuslah pengeluaran yang tidak diperlukan, sesuai
prioritas yang sudah disusun tadi. “Seimbangkan antara kebutuhan dan keinginan,” ujar
Budi.

Kalau langkah tersebut belum cukup untuk kembali menyehatkan arus kas,
cobalah kurangi frekuensi dan jumlah pengeluaran yang kurang menjadi prioritas.
Kalau masih belum cukup juga, orang tersebut perlu mengganti pengeluaran yang
prioritasnya tidak terlalu tinggi dengan produk atau jasa sejenis dan memberi kepuasan
serupa, namun harganya lebih murah. Apabila defisit yang terjadi pada kas orang
tersebut sudah sangat parah, misalnya saja utang orang tersebut sudah menggunung.
Bila hal ini terjadi dan pendapatan orang tersebut tidak bisa lagi mencukupi untuk
menanggung pengeluaran bulanan, maka ia perlu menaikkan pendapatan.

Ada beberapa cara menaikkan pendapatan, misalnya dengan mencari pekerjaan


sampingan, sehingga gaji bertambah. Atau, bila sebelumnya hanya suami yang bekerja,
selanjutnya istri juga ikut bekerja agar penghasilan bertambah. Eko juga mengingatkan,
perhatikan juga sumber tambahan pendapatan tersebut. Jangan sampai menambah
pendapatan melalui utang.

2) Balance

Jangan buru-buru senang kalau pemasukan Anda sama dengan pengeluaran, atau pas-
pasan. Kondisi ini bisa jadi masalah dalam cash flow, meskipun tidak separah defisit.
“Jadi walau seimbang, alokasinya tidak memberikan manfaat keuangan secara lebih
dalam,” kata Eko. Kondisi ini disebabkan karena kurang cermatnya seseorang
mengelola penghasilan, sehingga penghasilan dibelanjakan hingga habis tak bersisa.
Orang tersebut kurang berpikir panjang dan bijak mengenai kebutuhan keuangannya
saat ini maupun di masa depan.
Kas yang pas-pasan tidak disarankan dalam financial planning karena
seseorang akan sulit merencanakan masa depan. Pasalnya, tidak ada dana tersisa untuk
kebutuhan darurat dan masa depan. “Kondisi ini mengakibatkan seseorang dalam
kondisi yang rentan apabila terjadi krisis,” ujar Budi. Budi menambahkan orang dalam
kondisi ini tidak siap jika ada pengeluaran mendadak, seperti anggota keluarga yang
tiba-tiba sakit atau perlu dana perbaikan rumah. Ia juga bisa kesulitan dalam kondisi
krisis, misalnya bila ia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, ia juga
tidak dapat menyiapkan dana untuk kebutuhan jangka panjang, seperti dana pendidikan
anak di masa depan, dana untuk hari tua dan dana untuk membeli aset.

Untuk menyehatkan keuangan yang pas-pasan, orang tersebut harus membuat


prioritas alokasi pengeluaran rutin. Revisi pola pengeluaran selama ini, baik rutin
maupun non rutin. Sisihkan dana untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Lalu, pastikan ada
alokasi dana untuk dana darurat. Setelah dana darurat terpenuhi, pastikan juga ada
alokasi dana untuk utang. Perhatikan juga porsi dana untuk pembayaran utang.
Rekomendasi perencana keuangan, porsi cicilan utang tidak boleh lebih besar dari 30%
penghasilan rutin.

3) Surplus

Arus kas yang surplus, di mana pemasukan lebih besar ketimbang pengeluaran,
merupakan kondisi arus kas yang sesuai dengan perencana keuangan. “Kondisi ini
disebabkan karena seseorang mampu mengendalikan gaya hidup di bawah kemampuan
keuangannya,” kata Budi. Tapi jangan salah, surplus juga bisa menjadi masalah bagi
arus kas, lo. “Surplus jadi masalah apabila dana tidak dialokasikan dengan baik,” kata
Eko. Jadi, surplus tidak dialokasikan untuk aset produktif yang menghasilkan dan
menambah kekayaan.

Ada beberapa tanda kas yang surplus masih bermasalah. Pertama, bisa jadi
meski arus kas surplus, tapi tabungan orang tersebut tidak kunjung bertambah. Kedua,
meski arus kas surplus, orang tersebut tidak memiliki persiapan dana untuk masa
depannya. Untuk orang yang terjebak masalah ini, cara mengatasinya adalah dengan
menyusun kembali prioritas pengeluaran. Pastikan ada pengeluaran untuk proteksi dan
asuransi. Bila masih ada utang, maka gunakan surplus untuk mengurangi utang
tersebut.

2.3. Pengendalian Intern Terhadap Kas

Internal control kas merupakan salah satu cara untuk menjaga agar dana kas
perusahaan tidak diselewengkan. Meskipun penyelewengan itu tidak mungkin untuk
dihilangkan tetapi dengan internal control kas penyelewengan ini dapat dihindari.
Internal Control kas dibagi menjadi dua yaitu;
1. Internal control atas Penerimaan Kas

Dalam organisasi perusahaan pada umumnya dijumpai banyak jenis transaksi


kas yang biasa atau rutin. Dengan tidak mempersoalkan sumber kasnya, basis untuk
pencegahan kesalahan atau kecurangan adalah prinsip pengendalian intern. Sistem
tersebut meliputi pemisahan fungsi antara pengurusan fisik uang dengan
penyelenggaraan pembukuannya. Sistem ini mengharuskan pekerjaan seseorang
pegawai dengan pegawai lain dapat saling melengkapi. Sistem internal control
penerimaan kas, adalah:
a) Semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara
harian
b) Fungsi penerimaan kas dan pengeluaran kas harus dipisahkan sama sekali.
c) Penanganan fisik kas harus dipisahkan seluruhnya dari penyelenggaraan
pembukuan dan kasir tidak berwenang atau berhak terhadap pembukuan.
d) Kasir diharuskan memberikan kuitansi tanda terima, tentunya dengan
meninggalkan tembusan untuk arsip.
e) Dilakukan opname kas secara periodik oleh pihak yang independen.

2. Internal control atas Pengeluaran Kas

Beberapa prinsip internal control pengeluaran kas:


a) Semua pengeluaran kas harus diotorisasi oleh Atasan terlebih dahulu
b) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan menggunakan cek, kecuali
pengeluaran yang jumlahnya kecil dilakukan menggunakan cek dapat
dilakukan dengan menggunakan dana kas kecil.
c) Perlu adanya ketentuan yang tegas dalam pengesahan pembayaran. Harus ada
ketetapan siapa yang berhak menulis cek, siapa yang berhak menandatangani
cek.
d) Semua cek harus diberi nomor lebih dahulu
e) Tanggung jawab untuk penerimaan kas harus dipisahkan dari tanggung jawab
untuk pengeluaran kas
f) Pencatatan kas harus dipisahkan dari tugas melakukan pembayaran
g) Faktur yang telah disetujui untuk pembayaran dan semua dokumen
pendukung yang diperlukan harus menjadi prasyarat untuk melakukan
pembayaran.
h) Setelah pembayaran dilakukan, semua dokumen pendukung harus diberi tanda
“telah dibayar” atau “Lunas” agar tidak bisa dipergunakan untuk kedua
kalinya.

Internal control kas bertujuan supaya transaksi yang telah terjadi mendapat
persetujuan dari pihak yang berwenang, dapat dicatat dengan tepat sehingga
manajemen dapat mengevaluasi semua informasi terhadap transaksi dengan benar.
Lalu, dengan pengendalian yang baik, maka akan menghasilkan manajemen kas yang
baik. Perusahaan akan memiliki dana yang tertata sehingga dapat menggunakan dana
tersebut untuk membayar utang yang telah jatuh tempo. Dan apabila terdapat kelebihan
dana maka perusahaan dapat menggunakan dana yang tersedia tersebut untuk investasi
perusahaan.

2.4. Pengujian Substantif terhadap Saldo Kas

Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian kas di neraca adalah


sebagai berikut :

1. Kas yang dicantumkan dineraca adalah saldo kas yang ada di tangan perusahaan
pada tanggal tersebut dan saldo rekening giro di Bank, yang pengambilannya
tidak dibatasi oleh Bank atau perjanjian yang lain.
2. Kas dalam bentuk valuta asing harus dicantumkan di neraca sebesar nilai kurs
yang berlaku pada tanggal neraca.

3. Unsur-unsur berikut ini harus disajikan secara terpisah dari unsur kas di neraca
jika jumlahnya material :

 Tabungan di Bank

 Dana untuk perluasan pabrik, dana pelunasan utang, atau dana lain yang
tidak digunakan digunakan untuk keperluan modal kerja.

 Saldo Bank minimum yang disyaratkan oleh Bank dalam suatu perjanjian
penarikan kredit.
 Saldo di Bank luar negeri yang tidak digunakan dalam hubungannya
dengan kegiatan bisnis di luar negeri dan tidak dapat segera diubah ke
dalam mata uang rupiah karena batasan-batasan.
 Persekot biaya perjalanan atau persekot lain kepada karyawan.

Pengujian substantif terhadap saldo kas bertujuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan kas.

2. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan


kas yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca.

4. Membuktikan kewajaran penilaian kas yang dicantumkan di neraca.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di neraca.


Ada lima golongan dalam prosedur audit yaitu antara lain prosedur audit awal,
prosedur Analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, dan pengujian terhadap akun
rinci dan verifikasi pengajian dan pengungkapan.

a. Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo kas yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan kas yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor harus
melakukan rekonsiliasi antara informasi kas yang dicantumkan di neraca dengan
catatan akuntansi yang mendukungnya. Oleh karena itu, auditor melakukan lima
prosedur audit berikut ini :

1. Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang bersangkutan
di dalam buku besar.

2. Hitung kembali saldo akun kas di buku besar.

3. Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu.

4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun kas.

5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang


bersangkutan

b. Prosedur Analitik

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik


dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Oleh karena itu, auditor
melakukan tiga prosedur audit berikut ini :

1. Hitung ratio berikut ini : Ratio kas dengan aktiva lancar


2. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada
data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.

3. Bandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau saldo kas akhir
tahun lalu.

c. Pengujian terhadap Transaksi Rinci

Prosedur audit pengujian terhadap transaksi rinci antara lain :

1. Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas
menurut catatan klien.

2. Usut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca ke dalam
cutoff bank statement.

3. Periksa tanggal yang tercantum di dalam cek yang beredar pada tanggal neraca.

4. Periksa adanya cek kosong yang tercantum di cutoff di bank statement.

5. Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan


hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca.

d. Pengujian Terhadap Akun Rinci

Keberadaan kas yang dicantumkan di neraca dibuktikan oleh auditor dengan


menghitung kas yang ada di tangan klien pada tanggal neraca dan untuk kas klien yang
disimpan di Bank dengan cara memeriksa rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien pada
tanggal neraca dan mengirim surat konfirmasi bank.

Oleh karena itu, auditor melakukan empat prosedur audit berikut ini:

1. Hitung kas yang ada di tangan klien.

2. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening koran bank yang bersangkutan.
3. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank.

4. Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening koran bank.

e. Verifikasi Pengajian dan Pengungkapan Kas

Bandingkan penyajian akun kas dengan prinsip akuntansi berterima umum

a. Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan


terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank.

b. Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas


klien.

2.5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2 Laporan Arus Kas

Tujuan Pernyataan ini adalah mensyaratkan ketentuan atas informasi mengenai


perubahan historis dalam kas dan setara kas suatu entitas melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan
selama suatu periode. Entitas menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan
dalam Pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian takterpisahkan
dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.

Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Entitas
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode
berikut:

a) metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto
dan pembayaran kas bruto diungkapkan; atau

b) metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh transaksi yang bersifat nonkas, penangguhan, atau akrual
dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu atau masa depan,
dan pos penghasilan atau beban yang berhubungan dengan arus kas investasi atau
pendanaan.

Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Entitas menerapkan Penyesuaian paragraf 16, 37,
38, 40A, 42A, 42B, 50(b) untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2015.
DAFTAR PUSTAKA

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-8-psak-2-
laporan-arus-kas
https://mengenalekonomi.blogspot.co.id/2014/07/pengauditan-saldo-kas-sifat-siklus-
kas.html

http://m.kontan.co.id/news/berbagai-masalah-pada-arus-kas

Referensi : Buku Mulyadi. 2014. Auditing Edisi 6, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai