“HIDRONEFROSIS”
Di Susun dalam rangka tugas mata kuliah Sistem Perkemihan
Dosen Pembimbing: Ns. Ana Fitria Nusantara S,Kep.
KELOMPOK 5
Anggota Kelompok:
1. MOH. KHOLIL SIDIK (14201.05.13014)
2. MOH INDRA WIBAWA (14201.05.13015)
3. NUR HIDAYATI (14201.05.13021)
4. KHUSWATUN KHASANAH (14201.05.13011)
5. RADHA NIKMATUL MAULA(14201.05.13025)
6. SAIFUL BAHRI (14201.05.13033)
7. SULI ASTRIA NUNGSIH (12.01.030)
Penyusun
DAFTAR ISI
2.4 Patofisiologi
Hidronefrosis dapat timbul dari Obstruksi pada aliran normal urine yang
menyebabkan urine mengalir balik sehingga tekanan ginjal meningkat. Jika
obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermitten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas
jaringan parut akibat obses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran
tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di
pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku.
Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi
pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urine di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini, atrofi ginjal
terjadi ketika salah satu ginjal mengalami kerusakan bertahap maka ginjal
yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi komensatori) akhirnya
fungsi renal terganggu (Smeltzer, 2008:1442).
2.6.4 Sistoskopi
Sistoskopi adalah teknik pemeriksaan berisiko rendah yang menentukan
kondisi dari uretra dan kandung kemih. Tindakan ini menggunakan
sistoskop, yaitu tabung lentur atau kaku dengan kamera dan sumber cahaya,
yang bergerak melalui uretra dan masuk ke kandung kemih. Cahaya alat ini
menerangi bagian dalam organ sementara kamera mengirimkan gambar
pada waktu bersamaan ke layar. Tindakan pemeriksaan ini dilakukan oleh
dokter ahli urologi.
2.6.4.1 Indikasi
Pemeriksaan sistoskopi dapat dianjurkan untuk pasien yang
menunjukan tanda dan gejala masalah saluran kemih, yang
meliputi:
Perubahan intensitas buang air kecil (semakin sering atau
jarang buang air)
Nyeri saat buang air kecil
Tingginya kadar protein atau terdapat kristal pada sampel
urin.
Hematuria (darah dalam urin)
Sering terjadi infeksi pada saluran kemih
Nyeri di daerah panggul
Kandung kemih terasa penuh bahkan setelah buang air kecil
Demam
Penurunan berat badan
Kondisi ini dapat mengindikasikan adanya kemungkinan
penyumbatan dalam ureter atau kandung kemih akibat batu ginjal,
polip, atau tumor, yang dapat bersifat ganas atau jinak. Di sisi lain,
rasa sakit mungkin disebabkan oleh peradangan yang diakibatkan
oleh bakteri, iritasi dinding ureter, atau penyakit lainnya.
Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memeriksa hyperplasia
(pembesaran) prostat atau kanker prostat.
Tindakan ini juga dapat dilakukan sebagai bagian dari operasi.
Sarung tambahan dapat dimasukkan di mana alat bedah mikro dapat
digunakan.
2.6.4.2 Cara
Pemeriksaan ini dapat berlangsung beberapa menit hingga satu
jam. Jika sitoskop kaku yang digunakan, pasien diberikan bius total.
Jika sitoskop lentur yang digunakan, hanya dibutuhkan bius lokal,
yang berarti pasien bisa pulang setelah pemeriksaan. Bagaimanapun,
mungkin terdapat perasaan tidak nyaman, yang dapat dikurangi
dengan minum air atau mandi air hangat, yang tergantung pada
perintah dokter.
2.6.4.3 Efek Samping
Selain rasa tidak nyaman ringan dan keinginan buang air kecil
yang mendesak ketika larutan garam dimasukkan ke dalam kandung
kemih, jarang terdapat risiko atau komplikasi yang berhubungan
dengan tindakan ini.
Namun, sedikit pendarahan dapat terjadi terutama setelah biopsi
selesai. Sensasi terbakar dan nyeri yang berlangsung beberapa hari
setelah pemeriksaan juga dapat terjadi. Infeksi, pembengkakan, atau
peradangan juga dapat terjadi.
2.6.5 Laboratorium
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea karena ginjal
tidak mampu membuang limbah metabolik. Urinalisis. Pyuria
menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan
adanya batu ginjal atau tumor.
Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin
menunjukkan infeksi akut. Kimia serum : hidronefrosis bilateral dapat
mengakibatkan peningkatan BUN (Normal : angka 5 s/d 25 mg/dl) dan
kreatinin (Normal : 0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria dewasa 0.5 s/d 1.3 mg/dl
untuk wanita dewasa) Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang
mengancam kehidupan.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Farmakologi
Farmakologi yang dapat diberikan pada klien dengan gangguan tersebut
meliputi:
2.7.1.1 Antibiotik
a. Nitrofurantoin
- Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali
diresepkan untuk ISK pada tahun 1953. Nitrofurantoin
merupakan bakteriostatik atau bakterisidal, tergantung dari
dosis obat, dan efektif untuk melawan banyak organisme gram
positif dan gram negatif, terutama terhadap E. coli. Obat ini
dipakai untuk pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi
ginjal yang normal, obat akan cepat dieliminasi karena waktu
paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat
menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran
kemih. Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap
nitrofurantoin, tetapi pada populasi mutan resisten yang peka
terhadap nitrofurantoin jarang ada. Resistensi klinis muncul
secara lambat. Tidak ada restisten silang di antara
nitrofurantoin dan obat antimikroba lain.
- Mekanisme kerja nitrofurantoin tidak diketahui, diduga obat
ini mengahmabat sistem enzim bakteria termasuk siklus asam
trikarboksilat. Aktivitas nitrofurantoin sangat diperkuat pada
pH 5,5 atau kurang.
Farmakokinetik
Nitrofurantoin diabsorbsi dengan baik setelah ditelan tetapi
dengan cepat dimetabolisme dan diekskresikan dengan
cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri
sistemik. Di dalam ginjal, obat ini di ekskresikan ke dalam
urin baik dengan filtrasi glomerulus maupun dengan
sekresi tubulus. Dengan dosis harian rata-rata,
konsentrasi g/mL dicapai di dalam urin. Pada gagal ginjal,
kadar di dalam urin tidak cukup untuk kerja antibakteri,
tetapi kadar dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan
keracunan. Nitrofurantoin memberikan warna coklat pada
urin.
Indikasi Klinik
Obat ini adalah salah satu alternatif untuk pengobatan
infeksi saluran kemih bawah, saluran kemih atas tanpa
komplikasi dan pencegahan rekurens infeksi saluran kemih
bawah.
Penggunaan Klinik
Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada
orang dewasa ialah 100 mg per oral 4 kali sehari yang
dimakan bersama makanan atau susu. Nitrofurantoin tidak
boleh diberikan kepada pasien infusiensi ginjal yang berat.
Nitrofurantoin dapat diberikan berbulan-bulan untuk
menekan infeksi kronis saluran kemih. Lebih disukai untuk
mempertahankan pH urin di bawah 5,5. Dosis tunggal
harian nitrofurantoin, 100 mg, dapat mencegah
kekambuhan infeksi saluran kemih pada wanita.
Nitrofuran lain, furazolidon 400 mg/hari per oral (5-8
mg/kg/hari pada anak-anak dapat mengurangi diare karena
kolera dan mungkin memperpendek ekskresi vibrio. Obat
ini biasanya tidak berhasil untuk shigelosis.
Efek Samping
a. Toksisitas Langsung : Anoreksia, mual dan muntah
merupakan efek samping utama (dan sering)
nitrofurantoin. Neuropati dan anemia hemolitik terjadi
pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat
dehidrogenase. Nitrofurantoin mengantagonis efek
asam nalidiksat.
b. Reaksi Alergi : Berbagai rash pada kulit, infiltrasi ke
paru-paru, dan reaksi hipersensitif lain.
Interaksi Obat
Nitrofurantoin berinteraksi pada antasida terutama yang
mengandung Mg trisilikat dapat menurunkan absorbsi obat
ini. Obat ini mengantagonis asam nalidiksat dan oksolinat.
Kadar serum fenitoin menurun bila diberikan bersamaan
dengan obat ini.
Sediaan dan Dosis
Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul 50
mg, 100 mg, serta suspensi. Dosis dewasa : 3-4x sehari 50
mg/hari. Anak-anak : 5-7 mg/kg/BB/hari dibagi 4 dosis.
b. Metenamin
Metenamin (Mandelamine, Hiprex) menimbulkan efek bakterisidal
jika pH urin kurang d 5,5. Obat ini tersedia dalam bentuk garam
mandelat (masa kerja singkat) dan sebagai garam hipurant.
Metenamin efektif dalam melawan organisme gram positif dan
gram negatif, terutama E Coli dan Pseudomonas aeruginosa. Obat
ini dipakai untuk infeksi saluran kemih kronik. Obat ini cepat
diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal, dan sekitar 90% dari
obat ini diekskresi tanpa mengalami perubahan. Metenamin
membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang asam; oleh
karena itu, urin perlu diasamkan untuk menghasilkan efek
bakterisidal. Sari buah cranberry (beberapa gelas ukuran delapan
ounce perhari), asam askorbat, dan amonium klorida dapat diapakai
untuk menurunkan pH urin.
Farmakokinetik
Metenamin dan garamnya diabsorbsi secara tepat disaluran
cerna setelah pemberian secara oral, dan 10-30% dari dosis
yang diberikan dihidrolisis oleh asam lambung sehingga obat
ini sebaiknya diberikan dalam bentuk salut enterik.
Meskipun obat ini didistribusikan ke seluruh cairan tubuh
termasuk sel darah merah, cairan serebrospinalis dan sinovial,
serta pleura, tetapi obat ini tidak menunjukkan aktivitas
antibakteri karena formaldehid tidak terbentuk pada pH
fisiologis. Lebih dari 90% obat ini diekskresikan kedalam urin
dan lebih dari 20% nya dihirdolisis menjadi formaldehid
bebas.
Indikasi
Obat ini digunakan untuk profilaksis infeksi saluran kemih
rekurens. Obat ini sangat bermanfaat pada prostatitis dan
neurogenik bladder, dan terbentuk residu urine karena
waktunya cukup untuk membentuk formaldehid.
Efek Samping
Metenamin dan garamnya cukup aman serta relatif ditoleransi
dengan baik. Efek samping yang biasanya terjadi adalah
gangguan saluran cerna yang meliputi mual, muntah, dan diare
terutama bila dosis obat diberikan lebih dari 4x500 mg/hari,
meskipun diberikan dalam bentuk salut enterik. Dengan dosis
besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi saluran kemih
yang ditandai dengan disuria dan hematuria. Bila keluaran urin
menurun, metenamin dapat menimbulkan kristaluria. Selain itu
juga terdapat beberapa reaksi alergi terhadap zat warna pada
Hiprex.
Interaksi Obat
Obat-obat yang meningkatkan pH urin (seperti asetazolamid
dan natrium bikarbonat) mencegah hidrolisis metamin menjadi
formaldehid. Metenamin tidak boleh diberikan bersamaan
dengan golongan sulfa karena akan meningkatkan terjadinya
kristaluria.
Sediaan dan Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 1 g serta
suspensi.
Metenamin Mandelat Metenamin Hipurat
Dewasa : 4x1 gr/hari setelah Dewasa dan anak > 12 tahun :
makan 2x1 gr/hari
Anak 6-12 tahun : 2x500 mg/hari
Anak 6-12 tahun : 4x500 mg/hari atau 25-50mg/kg BB/hari dibagi
Anak < 6 tahun : 18,3 mg/kg dalam 2 dosis
BB/hari dibagi dalam 4 dosis
c. Quinolon
Quinolon merupakan salah satu dan kelompok antiseptik saluran
kemih terbaru dan efektif dalam melawan ISK bagian bawah. Asam
nalidiksat (NegGram) dikembangkan pada tahun 1964, dan
sinoksasin (Cinobac), norfloksasin (Noroxin), dan siprofloksasin
hidroklorida (Cipro) dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon
terbaru (sinoksasin, norfioksasin, dan siprofloksasin) efektif dalam
melawan banyak macam ISK. Dosis obat harus diturunkan jika
terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh dari obat-obat ini adalah 2-4
jam tetapi menjadi lebih lama jika terdapat disfungsi ginjal.
Farmakokinetik
Sinoksasin diabsorpsi dengan baik dan saluran gastrointestinal,
dan 35% dari norfloksasin diabsorpsi dari saluran
gastrointestinal. Sinoksasin tinggi berikatan dengan protein,
tetapi norfloksasin hanya 10-15% yang berikatan dengan
protein. Waktu paruh dari ke dua obat ini adalah singkat; obat-
obat ini biasanya diberikan dua kali sehari. Baik sinoksasin
maupun norfloksasin diekskresi sebagai metabolit tanpa
mengalami perubahan ke dalam urin. Selain itu sebagian dari
metabolit norfloksasin diekskresikan ke dalam feses.
Farmakodinamik
Sinoksasin dan norfloksasin menghambat sintesis DNA bakteri.
Norfloksasin merupakan obat antibakterial saluran kemih yang
kuat dan efektif untuk melawan mikroorganisme gram positif
dan gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa.
Sinoksasin juga efektif dalam melawan banyak organisme yang
sama.
Mula kerja dari kedua obat ini tidah diketahui. Waktu untuk
mencapai konsentrasi puncak dari kedua obat ini adalah sama,
1-2 jam. Lama kerja sinoksasin adalah 10-12 jam tetapi untuk
norfloksasin tidak diketahui. Antasid mengurangi absorpsi obat-
obat ini. Probenesid memperpanjang kerja sinoksasin dan
norfloksasin. Obat-Obat ini mempengaruhi hasil dari beberapa
pemeriksaan Iaboratorium, mungkin menyebabkan peningkatan
BUN, kreatinin serum, alkali fosfatase serum, SGOT dan SGPT
serum.
Indikasi
Obat ini bekerja secara umum dan sangat efektif secara aseptik
Kontraindikasi
Penyakit hati dan ginjal yang berat serta riwayat serangan
kejang
Efek Samping
Pemakaian asam nalidiksat dapat menimbulkan efek samping
berikut: sakit kepala, pusing, sinkope (pingsan), neuritis penifer,
gangguan penglihatan, dan ruam kulit. Mual, muntah, diare,
sakit kepala, dan gangguan penglihatan dapat terjadi pada
pemakaian sinoksasin dan norfloksasin.
2.7.1.2 Analgetik
a. Fenazopiridin hidroklorida (Pyridium)
suatu analgesik zat warna azo, merupakan suatu analgesik
saluran kemih yang telah dipakai sejak 40 tahun yang lalu. Obat
ini dipakai untuk meredakan nveri, rasa terbakar, dan sering
berkemih serta rasa dorongan berkemih yang merupakan gejala
dan ISK bagian bawah. Obat ini dapat menimbulkan gangguan
gastrointestinal, anemia hemolitik, nefrotoksisitas, dan
hepatotoksisitas. Urin akan berubah warna menjadi jingga
kemerahan akibat zat warna, tetapi hal ini tidak
membahayakan. Fenazopiridin dapat mengubah pemeriksaan
glukosa urin (Clinitest), sehingga pemeriksaan darah perlu
dilakukan untuk memantau kadar gula.
Farmakokinetik
Fenazopiridin diabsorpsi dengan baik melalui saluran
gastrointestinal. Persentase pengikatan pada protein dan
waktu paruhnya tidak diketahui. Fenazopiridin
dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan ke dalam urin,
yang berwarna jingga kemerahan akibat zat warna dalam
obat yang tidak berbahaya.
Farmakodinamik
Fenazopiridin telah tersedia sejak beberapa dasawarsa yang
lalu untuk mengurangi nyeri dan rasa tidak enak sewaktu
berkemih. Obat ini mempunyai efek anestetik pada selaput
lendir saluran kemih; tetapi cara kerja pastinya tidak
diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi dalam serum
untuk obat ini adalah 5 jam, dan lama kerjanya adalah 6-8
jam. Fenazopiridin biasanya diberikan beberapa kali dalam
sehari. Pada penyakit hati atau ginjal yang berat,
hepatotoksisitas atau nefrotoksisitas, berturut-turut, dapat
terjadi.
Indikasi
Obat ini digunakan untuk mengurangi nyeri, rasa terbakar,
urigensi dan frekuensi kencing yang berlebihan yang erat
kaitannya dengan iritasi saluran kemih. Gejala-gejala ini
dapat disebabkan oleh infeksi (sistitis), trauma,
pembedahan, endoskpi serta kateterisasi. Obat ini sebaiknya
dihentikan apabila nyeri sudah terkontrol atau tidak boleh
dilanjutkan setelah 48 jam pemakaian karena tidak ada
bukti bahwa kombinasi obat ini dengan antibiotika lebih
bermanfaat dibandingkan dengan pemberian obat ini secara
tunggal.
Kontraindikasi
Penyakit hati dan ginjal yang berat
Efek Samping
Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran
cerna dan pusing. Obat ini membentuk warna urin menjadi
oranye atau merah. Dan ada pada beberapa kasus anemia
hemoitik, gangguan ginjal dan hati yang timbul, terutama
pada pemberian dosis takar lajak.
2.7.1.3 Stimulan Urinaria
Jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat
kandung kemih neurogenik (suatu disfungsi akibat lesi pada
sistem saraf) akibat cedera medula spinalis (paraplegia,
hemiplegia) atau cedera kepala yang berat, maka dapat dipakai
parasimpatomimetik untuk merangsang miksi (berkemih). Obat
pilihannya, yaitu betanekol klorida (Urecholine), merupakan
suatu perangsang saluran kemih, juga dikenal sebagai
parasimpatomimetik yang bekerja langsung (kolinomimetik),
dan obat ini bekerja dengan meningkatkan tonus kandung
kemih.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk
mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
4.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas Klien: Hidronefrosis dapat terjadi pada klien yang mengalami
akumulasi urin di saluran kemih bagian atas.
- Ditemukan pada laki-laki di atas usia 60 tahun
- Perempuan lebih banyak terjadi daripada laki-laki
- Pekerjaan yang meningkatkan statis urine (sopir, sekretaris, dll)
b. Keluhan Utama
Klien dengan hidronefrosis dapat mengeluh nyeri yang luar biasa di daerah
tulang rusuk dan tulang panggul biasanya skala 6-8.
4.1 Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim
ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena
itu untuk mengatasi berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu
adanya problem solving melalui proses keperawatan. Tujuannya dari
penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki
penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui
tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya.
4.2 Saran
Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga juga
harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan mampu melakukan perawatan
mandiri kepada pasien setelah perawat mengajrkan cara perawatn mandiri di
rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Burner & Sudarth, 2014, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, ECG
Carpenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2008. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC.
Coburn M. Urologic surgery. In: Townsend CM Jr., Beauchamp RD, Evers BM,
Mattox KL, eds. Sabiston Textbook of Surgery. 19th ed. Philadelphia, PA:
Saunders Elsevier; 2012:chap 73
Pathway HidronefrosisAnemia
Faktor penyebab BPH, Faktor Genetik Faktor patogenik
Lilitan pada sambungan Penyempitan ureter akibat perkemihan kanker kandung
uretropelvik akibat ginjal cacat bawaan kemih, leher rahim, prostat,
bergeser ke bawah, tumor dll
Anemia
Anoreksia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh