Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konflik
Definisi konflik (dari kata confligere, conflicium = saling berbenturan)
ialah semua bentuk benturan, tabrakan, ketidakserasian, pertentangan,
perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi yang antagonistis –
bertentangan.
Menurut James, A. V Stoner, dan Charles Wanker, konflik merupakan
ketidaksesuaian konflik antara dua anggota atau lebih yang timbul karena
fakta bahwa mereka harus membagi dalam mendapatkan sumber daya yang
langka atau aktifitas pekerjaan atau karena fakta bahwa mereka memiliki
status- status, tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau persepsi ang berbeda (Satria,
Faiz. 2009).
Konflik merupakan suatu perselisihan yang terjadi antara dua pihak,
ketika keduanya menginginkan suatu kebutuhan yang sama dan ketika
adanya hambatan dari kedua pihak, baik secara potensial dan praktis (Satria,
Faiz. 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa konflik adalah pertikaian sebagai gejala
ketidaksesuaian yang tidak mungkin dihindari dalamkehidupansosial
masyarakat dilihatnya sebagai gejala yang mencakup berbagai proses yang
tidak mungkin terpisah-pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisis
(Nurhidayah. 2012)

B. Klasifikasi Konflik
Klasifikasi konflik terdiri dari, yaitu:(Nurhidayah. 2012)
1. Konflik Sederhana
Konflik tipe ini masih pada taraf emosi dan muncul dari
perasaan berbeda yang dimiliki oleh individu. Ada empat tipe konflik
sederhana, yaitu:

1
a. Konflik personal versus diri sendiri, adalah konflik yang terjadi
karena apa yang dipikirkan atau yang diharapkan tidak sesuai
dengan kenyataan.
b. Konflik personal versus personal, adalah konflik antarpersonal
yang bersumber dari perbedaan karakter masing-masing
personal.
c. Konflik personal versus masyarakat, adalah konflik yang terjadi
antara individu dan masyarakat yang bersumber dari perbedaan
keyakinan suatu kelompok atau keyakinan Masyarakat atau
perbedaan hukum.
d. Konflik personal versus alam, adalah konflik yang terjadi antara
keberadaan personal dan tekanan alam.

2. Konflik berdasarkan Sifat


Tipologi konflik dapat dilihat dari sifat gerak - dinamika
konflik. Dari segi dinamika, konflik berproses dari:
a. Adanya keyakinan bahwa setiap konflik mempunyai struktur
tertentu, dan struktur itu umumnya bersifat laten yang
mempunyai karakteristik, sifat, atau modus operandi yang relatif
hampir sama dan berulang-ulang.
b. Konflik yang bersifat manifes, konflik laten yang menjadi
konflik yang nyata (manifes).
c. Konflik yang tidak laten maupun tidak manifes. Melainkan
datang sebagai sebuah paristiwayang luar biasa karena tidak ada
catatan modus operandi sebelumnya. Ketiga sifat tersebut
mendorong prilaku konflik dan setiap prilaku konflik
diselesaikan dengan manajemen konflik sesuai sifatnya. Hasil
penyelesaian itu dapat menjadi sumber informasi kepada kita
tentang struktur sebuah konflik.

2
3. Konflik Berdasarkan Jenis
Peristiwa dan proses kita dapat membedakan konflik
berdasarkan jenis peristiwa dan proses. Sebagai jenis peristiwa dikenal
beberapa tipe konflik, yaitu:
a. Konflik biasa adalah konflik yang terjadi karena hanya karena
adanya kesalahfahaman akibat distorsi informasi. Melibatkan
hubungan antarpersonal yang sejawat, awalnya didorong oleh
faktor emosi.
b. Konflik luar biasa adalah konflik yang tidak berstruktur karena
sebelumnya kita tidak mempunyai catatan mengenai modus
operandinya.
c. Konflik Zero-Sum (game) adalah bentuk konflik yang hasilnya
adalah satu pihak menang dan pihak lain kalah (win-lose)
d. Konflik merusak adalah konflik yang dari proses sampai
hasilnya merusak sistem relasi sosial.
e. Konflik yang dapat dipecahkan adalah konflik subtantif karena
dapat dipecahkan melalui sebuah keputusan bersama.

C. Penyebab Konflik
Konflik timbul karena adanya kesenjangan fakta dan realita dalam
masyarakat. Konflik terjadi antarindividu atau antarkelompok yang
memperebutkan hal yang sama, tetapi konflik akan selalu menuju kearah
kesepakatan (consensus) (Nurhidayah. 2012).
Pada dasarnya konflik didasarkan oleh dua hal. Konflik mencakup
kemajemukan horizontal dan kemajemukan vertikal, yang dimaksud dengan
kemajemukan. Horizontal adalah struktur masyarakat yang majemuk secara
kultural seperti suku bangsa, daerah, agama, dan ras, dan juga majemuk
secara sosial dalam arti perbedaan pekerjaan dan provesi, seperti petani,
buruh, pedagang, pengusaha, pegawai negri sipil, militer, wartawan, dokter,
alim ulama, cendikiawan, dan dalam arti perbadaan karakteristik tempat
tinggal seperti kota dan desa (Nurhidayah. 2012).

3
Kemajemukan horizontal kultural dapat menimbulkan konflik karena
masing-masing unsur kultur berupaya mempertahankan identitas dan
karakteristik budayanya dari ancaman kultur lain dalam masyarakat yang
berciri demikian ini, apabila belum ada suatu konsensus nilai yang menjadi
pegangan bersama, konflik karena benturan budaya akan menimbulkan
perang saudara, ataupun gerakan separatisme (Nurhidayah. 2012).
Kemajemukan vertikal adalah struktur masyarakat yang terpolarisasi
menurut kepemilikan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan.
Kemajemukan vertikal dapat menimbulkan konflik sebab sebagian besar
masyarakat yang tidak memiliki kekayaan, pengetahuan, dankekuasaan akan
memiliki kepentingan yang bertentangan dengan kelompok kecil
masyarakat yang mendominasi ketiga sumber pengaruh tersebut. Jadi,
distribusikekayaan, pengetahuan dan kekuasaan yang pincangmerupakan
penyebab utama timbulnya konflik (Nurhidayah. 2012).
Konflik terjadi manakala terdapat benturan kepentingan. Dalam
rumusan lain dapat dikemukakan konflik dapat terjadi jika ada pihak yang
diperlakukan tidak adil manakalatitik kemarahan sudah melampaui batas.
Potensi Konflik terjadi manakala terjadi kontak antarmanusia. Sebagai
individu yang terorganisasi dalam kelompok, individu ingin mencari jalan
untuk memenuhi tujuannya. Peluang untuk memenuhi tujuan itu hanya
melalui pilihan bersaing secara sehat untuk mendapatkan apa yang
dibutuhkan, atau terpaksa terlibat dalam konflik dengan pihak lain. Berarti,
dalam setiap masyarakat,selalu ada peluang sangat besar bagi terjadinya
kompetisi dan konflik. Karena acap kali hasil konflik itu buruk, maka
persepsi kita tentang konflik cenderung negatif. Harus diingat, semua
konflik tidak sama,kita berhadapan dengan konflik yang berbeda menurut
level. Kita mungkin tidak sepakat dengan beberapa isu dalam keluarga,
teman, dan rekan sekerja,disini konflik seperti itu lebih mudah dipecahkan
(Nurhidayah. 2012).
Sedangkan faktor-faktor penyebab konflik : (Nurhidayah. 2012)

4
1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

D. Proses konflik
(Nursalam. 2012)
1. Konflik Laten
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal
yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu
dirinya.Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam
suatu organisasi. Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan
perubahan yang cepat. Kondisi tersebut memicu pada ketikstabilan
organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik yang ada kadang
tidak Nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.

2. Felt konflik
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan
sebagai anacaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini
disebut juga sebagai konflik “affectiveness”. Hal ini penting bagi
seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakan konflik
tersebut sebagai suatu masalah/ancaman terhadap keberadaannya.

3. Konflik yang nampak/sengaja dimunculkan


Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya.
Tindakan yang dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat,
atau mencari penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak sadar
belajar menggunakan kompetisi, kekuatan, dan agresivitas dalam
menyelesaikan konflik. Sementara itu, penyelesaian konflik dalam

5
suatu organisasi memerlukan upaya dan strategi sehingga dapat
mencapai tujuan organisasi.

4. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara
memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya denganprinsip
win-win solution.

5. Konflik (Aftermath)
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari
tidak terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi
masalah besar jika tidak segera diatasi atau dikurangi bisa menjadi
penyebab dari konflik yang utama.

6. Konflik yang mendahului (antecedent condition)


Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi
yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara
keseluruhan, seperti timbulnhya tujuan dan nilai yang berbeda,
perbedaan peran dan sebagainya.

7. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)


Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta
akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi
cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan dari melalui
perilaku.

8. Penyelesaian atau tekanan konflik


Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap
suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau
sebaliknya malah ditekan.

6
9. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang
tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi
semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negative
terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produktivitas
kerja.

E. Strategi Penyelesaian Konflik


Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam, yakni:
(Nursalam. 2012)
1. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai “win-lose” penyelesaian
konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang
atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.
Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa dan
keinginan untuk perbaikan di masa yang mendatang.

2. Akomodasi
Istilah lain yang sering digunakan adalah “cooperative”.
Konflik ini berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang
berusaha mengakomodasi permasalahan, dan memberi kesempatan
pada orang lain untuk menang. Masalah utama pada strategi ini
sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan dalam
politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.

3. Smoothing
Tehnik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara
mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini,
individu yang teribat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan
daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri.
Strategi ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi untuk

7
konflik yang besar misalnya persaingan pelayanan/ hasil produksi,
tidak dapat dipergunakan.

4. Menghidar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari
tentang masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau
tidak menyelesaikan masalah. Strategi ini biasanya dipilih bila
ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian
lebih besar dari pada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan dengan
sendirinya.

5. Kolaborasi
Strategi ini merupakan straegi “win-win solution”. Dalam
kolaborasi, kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama
yang bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya
menyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan,
masing-masing menyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan bisa
berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut,
kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dala
menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua
kelompok/seseorang.

6. Kompromi atau Negosiasi


Suatu strategi penyelesaian konflik di mana yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi
ini sering diartikan sebagai “lose-lose situation”. Kedua unsur yang
terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam
manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle
dan top manajer keperawatan. Salah satu Strategi penyelesaian
konflikadalah negosiasi. Negosiasi pada umumnya sama dengan

8
kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu
pendekatan yang kompetitif. Negosiasi sering dirancang sebagai suatu
pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi menyelesaikan
konflik. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat
menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-
perbedaan antara keduannya.

F. Proses Negosiasi
1. Sebelum Negosiasi
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan
negosiasi adalah :(Nursalam. 2012)
a. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin.
Karena pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi
yang didapat maka semakin kemungkinan untuk menawarkan
negosiasi.
b. Dimana manajer harus memulai. Karena tugas manajer adalah
melakukan kompromi, maka mereka harus memiliki tujuan yang
utama. Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.
c. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana.
Efesiensi dan efektifitas penggunaan waktu, anggaran, dan
pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer
d. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Suatu agenda
negosiasi yang akan ditawarkan jika alternatif negosiasi tidak
dapat disepakati.

2. Selama Negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam
menciptakan kondisi yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka :
a. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
b. Dengarkan dengan seksama, dan perhatiakn respon non verbal
yang nampak.

9
c. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua
alternatif informasi yang disampaikan.
d. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan
lawan bicara Anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya
memberikan persetujuan.
e. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan
masalah-masalah pribadi pada saat negosiasi.
f. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
g. Jujur
h. Usahakan bersikap bahwa Anda memerlukan penyelesaian yang
terbaik.
i. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi
berpikir, dan mintalah waktu untuk menjawabnya.
j. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama
negosiasi berlangsung, istirahatlah sebentar.
k. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu
Anda pahami.

G. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Negosiasi


Hal yang harus diperhatikan dalam negosiasi, yaitu: (Nursalam. 2012)
1. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa Anda
mengetahui keinginan orang lain
2. Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah
bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, buka orang lain
3. Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat
diterima jika Anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan
menarik.
4. Dengarkan baik-baik apayang dikatakan dan apa yang tidak.
Perhatikan gerakan tubunya.
5. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
6. Antisipasi penolakan.

10
7. Tahu apa yang dapat Anda berikan
8. Tunjukkan beberapa alternatif pilihan.
9. Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap
pendapat Anda.
10. Bersikaplah asertif, bukan agresif.
11. Hati-hati, Anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan.
12. Pergunakan gerakan tubuh jika Anda menyetujui atau tidak terhadap
suatu pendapat.
13. Konsisten terhadap apayang Anda anggap benar.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik merupakan suatu perselisihan yang terjadi antara dua pihak,
ketika keduanya menginginkan suatu kebutuhan yang sama dan ketika
adanya hambatan dari kedua pihak, baik secara potensial dan praktis.
Klasifikasi konflik ada tiga yaitu konflik sederhana, konflik
berdasarkan sifat dan konflik berdasarkan jenis
Konflik timbul karena adanya kesenjangan fakta dan realita dalam
masyarakat. Konflik terjadiantarindividu atauantarkelompok yang
memperebutkan hal yang sama, tetapi konflik akan selalu menuju kearah
kesepakatan (consensus).
Proses-proses konflik memiliki tahapan antara lain: konflik laten, felt
konflik, konflik yang nampak/sengaja dimunculkan, resolusi konflik, dan
konflik alternatif.
Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi 6, yaitu:
1. Kompetisi
2. Akomodasi
3. Smoothing
4. Menghindar
5. Kolaborasi
6. Kompromi atau negosiasi

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran bagi
mahasiswa keperawatan dalam mempelajari ilmu managemen keperawatan
saat dilapangan. Diharapkan mahasiswa lain dapat menyempurnakan lagi
terkait teori tentang managemen konflik dan negoisasi dalam keperawatan.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

1. NegaraSatria, M.Faiz. 2009. Buku Ajar Organisasi dan


ManajemenPelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
2. Nurhidayah. 2012. Manajemen Keperawatan. Makassar :
AlauddinUniversity Press
3. M. Nurs, Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi
dalamPraktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika

14

Anda mungkin juga menyukai