Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA KEGIATAN

TERAPI BERMAIN ORIGAMI PADA ANAK


DI RUANG PERAWATAN HEMATO ONKOLOGI
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 09 Maret 2018

Oleh:
Muhammad Al Ihsan, S. Kep
NIM. 1730913310005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN ORIGAMI PADA ANAK
DI RUANG PERAWATAN HEMATO ONKOLOGI
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 09 Maret 2018

Oleh:
Muhammad Al Ihsan, S. Kep
NIM. 1730913310005

Banjarmasin, 09 Maret 2018

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Eka Santi, S.Kep, Ns., M. Kep. Ayu Susanti, S.Kep., Ns.


NIP. 19780615 200812 2 001 NIP. 19800930 200312 2 005
I. PENDAHULUAN
Anak usia prasekolah merupakan anak yang berusia 3 sampai 6 tahun
(Supartini, 2004). Masa prasekolah khususnya pada anak usia 3 tahun, lebih
rentan mengalami kecelakaan dan cedera. Cedera yang dialami anak dapat berupa
jatuh, aspirasi dan luka bakar sehingga memungkinkan anak untuk menjalani
perawatan di rumah sakit (Muscari, 2006). Semakin muda usia anak akan lebih
berisiko untuk mengalami hospitalisasi disebabkan oleh pertahanan sistem imun
anak yang masih berkembang sehingga rentan terpapar penyakit (Sacharin &
Rosa, 1996).

Hasil survei UNICEF pada tahun 2012, persentase anak yang menjalani
perawatan di rumah sakit sebesar 84%. Hasil survei RISKESDAS pada tahun
2013 didapatkan data bahwa anak yang menjalani rawat inap di rumah sakit di
seluruh Indonesia sebesar 2,8% dari total jumlah anak di Indonesia. Jadi angka
kejadian hospitalisasi pada anak masih cukup tinggi.

Hospitalisasi merupakan cara yang efektif untuk menyembuhkan anak yang


sedang sakit. Bagi anak hospitalisasi merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan (Wong, et al., 2009), dan akan memunculkan berbagai respon
salah satunya adalah cemas (Supartini, 2004). Kecemasan pada anak yang
menjalani hospitalisasi disebabkan karena perpisahan, kehilangan, ketakutan
tentang tubuh yang disakiti dan nyeri (Potter & Perry, 2005). Dampak dari
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah dapat mengganggu tumbuh
kembang anak, proses penyembuhan, dan trauma pada anak setelah keluar dari
rumah sakit (Wong, 2008). Trauma akibat prosedur yang dijalani anak di rumah
sakit akan menyebabkan gangguan emosional jangka panjang pada anak.
Pengalaman yang tidak menyenangkan saat menjalani hospitalisasi dan seringnya
anak menjalani hospitalisasi menimbulkan resiko gangguan perkembangan
motorik kasar pada anak (Utami, 2014). Untuk mengurangi dampak kecemasan
akibat hospitalisasi yang dialami anak, diperlukan suatu media yang dapat
mengungkapkan rasa cemasnya, salah satunya yaitu terapi bermain (Supartini,
2004).
Terapi bermain merupakan suatu kegiatan bermain yang dilakuakan untuk
membantu proses penyembuhan anak dan sarana dalam melanjutkan pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal (Pratiwi & Deswita, 2013). Tujuan terapi
bermain di rumah sakit bagi anak yaitu untuk mengurangi perasaan takut, cemas,
sedih, tegang, dan nyeri (Supartini, 2004). Banyak macam terapi bermain yang
dapat mengembangkan kemampuan anak, seperti mewarnai gambar, puzzle, clay,
dan origami. Origami merupakan suatu kegiatan melipat kertas sehingga
membentuk sesuatu, misalnya bentuk hewan, bunga, atau alat transportasi
(Syaiful, et al., 2012). Origami bermanfaat untuk melatih motorik halus,
menumbuhkan motivasi, kreativitas, keterampilan, dan ketekunan (Suryanti, et
al., 2011). Bermain origami mengajarkan pada anak membuat mainannya sendiri,
sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi atau
dibeli di toko mainan. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan
dan proses tahapan ini mengajarkan pada anak untuk tekun, sabar serta disiplin
untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan (Hirai, 2009)

Penelitian yang dilakukan Syaiful & Rahmawati (2014) tentang terapi


origami terhadap perkembangan motorik halus dan kognitif anak usia prasekolah,
menyebutkan bahwa perkembangan motorik halus dan kognitif anak meningkat
setelah diberikan terapi bermain origami serta anak dapat mengekspresikan
imajinasi lewat hasil mainan yang telah dibuatnya sendiri sehingga kemampuan
anak meningkat menjadi lebih baik. Penelitian lainnya yang dilakukan Suryanti, et
al (2011) di RSUD dr. R. Goetheng Tarunabidrata Purbalingga tentang pengaruh
terapi bermain mewarnai gambar dan origami terhadap tingkat kecemasan sebagai
efek hospitalisasi pada anak usia prasekolah menyebutkan bahwa terdapat
pengaruh antara terapi bermain mewarnai dan origami terhadap penurunan tingkat
kecemasan.

Berdasarkan masalah dan data diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh terapi bermain origami terhadap kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Idaman
Banjarbaru. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan terapi bermain terhadap
tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, dan
sangat banyaknya manfaat dari permainan orimig, maka akan dilaksanakan terapi
bermain origami

II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak di ruang perawatan anak
Hemato Onkologi RSUD Ulin Banjarmasin selama 30 menit, diharapkan
dapat menurunkan kecemasan anak, anak merasa senang selama
perawatan dirumah sakit dan kooperatif terhadap perawat dan segala
tindakan yang diberikan, serta dapat menghilangkan kejenuhan anak.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak
mampu:
a. Anak merasa senang selama dirawat.
b. Kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang.
c. Menstimulasi perkembangan aspek kognitf, afektif dan motorik
halus anak.
d. Meningkatkan kreativitas anak
e. Sarana untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran anak.

III. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Bermain origami memiliki manfaat untuk melatih motorik halus, serta
menumbuhkan motivasi, kreativitas, keterampilan serta ketekunan.
2. Bermain origami juga dapat membantu anak-anak memahami ukuran yang
relatif lebih lengkap dengan menggunakan strategi yang lebih efektif untuk
perbandingan ukuran
3. Bermain origami dapat mengaktifkan otak anak serta sangat fungsional untuk
anak, seni origami ini memiliki fungsi melatih motorik halus dalam masa
perkembangan.
4. Bermain origami dapat melatih kedua tangan, membantu anak mengembangkan
imajinasi, membantu perkembangan intelektual, serta melatih ketekunan dan
kesabaran (Rahim, et al., 2015).
5. Bermain origami dapat membangun jiwa kreatif anak dan juga permain ini
merupakan permain edukatif bagi anak.
6. Bermain origami dapat menjadi terapi bagi anak untuk melatih konsentrasi dan
berpikir secara terstruktur (Hirai, 2013).
7. Membantu untuk mengurangi stress.
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
9. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

IV. RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAIN


1. Jenis Program Bermain
a. Bermain Origami
2. Karakteristik Bermain
a. Mengembangkan kognitif anak
b. Meningkatkan aktivitas motorik halus anak
c. Melatih kreativitas anak
d. Meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang
aman dari rasa marah dan benci.
e. Melatih konsentrasi anak
f. Melatih penglihatan anak
3. Karakteristik Peserta
a. Usia 3-6 tahun
b. Jumlah peserta 1 orang anak dan mendapat persetujuan orang tua
c. Keadaan umum anak mulai membaik
4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari/tanggal : Jum’at, 9 Maret 2018
b. Waktu : 10.00 – 10.30 WITA
c. Tempat : Ruang Perawatan Anak Hemato Onkologi RSUD
Ulin Banjarmasin
5. Metode
Bermain Origami
6. Alat yang Digunakan
Kertas Oirgami
7. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
a. Struktur Organisasi
1) Leader : M. Al Ihsan, S.Kep
2) Fasilitator : Riska Nadiyah, S. Kep
3) Observer : Kiki Rizki Amelia, S. Kep
b. Uraian Tugas
1) Leader
a. Menjelaskan tujuan bermain.
b. Mengarahkan proses kegiatan pada anak.
c. Menjelaskan aturan bermain pada anak.
d. Mengevaluasi perasaan anak setelah bermain.
2) Fasilitator
a) Menyiapkan alat-alat permainan.
b) Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa
yang sedang dijelaskan.
c) Mempertahankan kehadiran anak.
d) Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar
maupun dalam.
3) Observer
a) Mencatat dan mengamati respon anak selama terapi bermain
baik verbal maupun nonverbal.
b) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan
perilaku anak selama terapi bermain.
c) Mencatat dan mengamati anak aktif dari program terapi
bermain.
Terapis Waktu Subjek Terapi
Persiapan (Pra Interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat
Persiapan Pasien permainan, anak, dan
a. Anak dan orang tua diberitahu tujuan keluarga sudah siap.
bermain.
b. Meminta persetujuan orang tua
c. Melakukan kontrak waktu dan tempat
pelaksanaan.
d. Mengecek kesiapan dan kondisi anak
untuk bermain (anak tidak
mengantuk, kondisi anak
memungkinkan untuk diajak bermain,
keadaan umum anak membaik).
e. Bermain dilakukan di ruang bermain.
Persiapan Peralatan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan yaitu kertas origami
b. Mencek kembali kelengkapan
peralatan yang akan dipergunakan.
Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak menjawab salam,
a. Mengucapkan salam. anak saling berkenalan,
b. Memperkenalkan diri. anak memperhatikan
c. Memanggil anak dengan nama terapis.
panggilan yang dia senangi.
d. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan terapi
bermain dengan bercerita pada anak.
e. Memberi kesempatan pada anak
untuk bertanya jika ada hal yang
belum jelas.
f. Menanyakan kesiapan anak sebelum
kegiatan dilakukan.
Tahap Kerja 15 menit Anak memperhatikan
a. Memberi petunjuk pada anak tentang penjelasan terapis, anak
prosedur bermain. melakukan kegiatan yang
b. Mempersilahkan anak untuk memilih diberikan oleh terapis,
tempat duduk yang disenangi. anak memberikan respon
c. Anak mulai bermain didampingi yang baik.
oleh, leader, fasilitator, observer
selama 15 menit.
d. Mengobservasi emosi dan hubungan
interpersonal anak.
e. Menanyakan perasaan anak apakah
sudah merasa bosan.
f. Memberi pujian ketika anak berhasil
melakukan dengan baik.
g. Memberikan reward kepada anak.
h. Mengakhiri permainan.
Terminasi 5 menit Anak tampak senang,
a. Menanyakan perasaan anak setelah menjawab salam
bermain
b. Berpamitan dengan anak
c. Membereskan peralatan.
d. Mengembalikan alat ke tempat
semula.
e. Mencuci tangan.
f. Mencatat respon anak
DAFTAR PUSTAKA

Carolus, S., 1999. Kecemasan. Jakarta: Panitia S.A.K Komisi Keperawatan P.K
St. Carolus.

Dayani, N. E., Budiarti, L. Y. & Lestari, D. R., 2015. Terapi bermain clay tehadap
kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani
hospitalisasi di RSUD Banjarbaru. 3(2), pp. 1-15. [Online] Available at:
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/592 [Accessed
22 September 2016].

Hidayat, A. A., 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba


Medika.

Hirai, M., 2009. Segudang Manfaat Origami Untuk Anak. [Online] Available at:
http://mayahirai.com/2009/08/12/segudang-manfaat-origami-untuk-anak/
[Accessed 07 Oktober 2016].

Hirai, M., 2013. Fun Origami Untuk Anak PAUD, TK, dan SD. Jakarta: PT
Kawan Pustaka.

Kusumaningrum, A. D., 2013. Efektifitas penggunaan kertas lipat (origami) dalam


meningkatkan kreativitas pada anak. Jurnal Fakultas Psikologi, 2(1).
[Online] Available at:
http://www.jogjapress.com/index.php/EMPATHY/article/view/1517
[Accessed 16 November 2016].

Lestari, W., Soesanto, E. & Alfiyanti, D., 2013. Pengaruh terapi bermain origami
terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di
ruang mawar RSUD Keraton Pekalongan. Jurnal Keperawatan, 8(1), pp.
10-23. [Online] Available at:
http://www.jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/2381/1951
[Accessed 16 November 2016].

Muscari, M., 2006. Panduan belajar keperawatan pediatrik. 3rd ed. Jakarta:
EGC.

Musafaah & Fakhriadi, R., 2015. Modul Biostatistika. Revisi ed. Banjarbaru:
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Amngkurat.
Rahim, N. P., M.Biomed, E. R. M. & Pakaya, N., 2015. Pengaruh Bermain
Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Di TK
K.H Dewantara Kelurahan Libuo, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo.
pp. 5-18. [Online] Available at:
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/index [Accessed 16 November
2016]

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Riskesdas [Online] Available at: http://
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20201
3.pdf [Accessed 22 September 2016]

Sacharin & Rosa, M., 1996. Prinsip perawatan pediatrik. 2nd ed. Jakarta: EGC.

Sa'diah, R. H., Hardiani, R. S. & Rhondianto, 2014. Pengaruh Terapi Bermain


Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan
Hospitalisasi di Ruang ASTER RSD dr. Soebandi Jember. e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, 2(3), pp. 530-536. [Online] Available at: http:// www.
seminar.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/2381/1951 [Accessed
07 Oktober 2016]

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar Metedologi Penelitian Klinis.


3nd ed. Jakarta: Sudigdo Sastroasmoro.

Supartini, Y., 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Surapranata, S., 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes,
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya

Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC, 1995.

UNICEF, 2013. United Nations Children’s. [Online]


Available at: http://www.unicef.org/dprk/unicef-factsheet2013
[Accessed 22 September 2016].

Wong, D. L., 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Volume 1. Jakarta: EGC.

Wong, D. L. et al., 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. 6 ed.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai