Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ORIGAMI

PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

Disusun oleh
Kelompok 4

1. Ayu Melani Putri 6. Nadiah Ulfa Rahayyun


2. Cici Erlanda 7. Sella Febrianti
3. Elsa Eka Putri 8. Pamela Yulandari
4. Gelsi Anggra Monita 9. Rahmadhoni
5. Melsyha Mellenia 10. Vinna Wahyu Marsillina
11. Widiati Mawaddah

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns.Rahmi Ramadan S. Kep) (Ns.Nova Fridalni, S. Kep, M. Biomed)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES SYEDZASAINTIKA PADANG
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam
kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya
pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan
bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif
terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2018).
Untuk mengatasi kecemasan anak tersebut, anak dapat diikutkan dalam terapi bermain. Sebuah
literatur review yang dilakukan oleh Koukourikos, Tzeha, Pantelidou, & Tsaloglidou (2017)
menyimpulkan bahwa bermain dapat mengurangi emosi negatif pada anak yang sedang dirawat di rumah
sakit. Sementara itu, penelitian selanjutnya yang dilakukan di Tamil Naidu mendukung literatur review
tersebut dengan membuktikan bahwa bermain memiliki pengaruh yang signifikan untuk mengurangi
kecemasan anak (Davidson, Satchi, & Venkatesan, 2017). Bermain juga dapat dilakukan sebagai persiapan
perawatan. Sebelum masuk di ruang perawatan, anak diajak bermain di ruang admisi. Kegiatan ini terbukti
efektif menurunkan kecemasan pada anak di Hamadan, Iran (Sadeghian, Seif, Aahmadi nia, & Khalili,
2019).
Kegiatan bermain memiliki berbagai variasi. Salah satu kegiatan bermain yang sesuai dengan
perkembangan anak usia pra sekolah adalah kegiatan melipat kertas atau yang biasa disebut sebagai
origami. Sebuah literatur review menyebutkan bahwa origami telah menjadi kegiatan keterampilan bagi
97% anak pra sekolah di Jepang dan praktik ini telah dilakukan lebih dari 140 tahun (Nishida, 2019).
Origami menjadi pilihan kegiatan bagi anak pra sekolah karena pada usia ini, anak berada pada tahap
perkembangan bermain sosial dan fantasi. Kegiatan origami dapat memenuhi tugas perkembangan fantasi
pada anak (Jones, 2018). Selanjutnya, fantasi anak dapat mendukung kreativitas anak. Penelitian(Setiawati,
2019) pada siswa PAUD di Cimahi Tengah membuktikan bahwa origami mampu meningkatkan
kemampuan berkreasi anak. Selain itu, origami juga mampu meningkatkan kemampuan motorik halus
anak usia pra sekolah, seperti yang telah dibuktikan oleh Widayati, Simatupang, & Sari (2019) pada
penelitiannya pada anak PAUD di Indonesia. Oleh karenanya origami menjadi pilihan kegiatan bermain
untuk anak usia pra sekolah yang dirawat di rumah sakit untuk mengurangi kecemasan mereka dan
penelitian membuktikan origami dapat menurunkan kecemasan anak usia pra sekolah ketika menjalani
perawatan di rumah sakit (Mathew & H, 2018; Alihsan, Santi, & Setyowati, 2018; Juwita, 2019; Kodiriya,
Munir, Kholisotin, Fauzi, & Wahid, 2019)
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2019 didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5
tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia prasekolah dapat memainkan sesuatu
dengan tangannya serta senang bermain dengan melipat, oleh karena itu bermain dengan melipat menjadi
alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak
selama dirawat. Melipat origami dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali
tingkat perkembangan anak. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan kertas warna origami akan membantu anak untuk menggunakan
tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan
bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan
dilaksanakan terapi bermain pada anak usia pra sekolah dengan cara melipat origami.
Alasan kelompok menerapkan terapi bermain melipat origami pada anak di ruang Anak RSUP
M.Djamil adalah karena terapi melipat origami adalah terapi bermain yang tidak membosankan untuk anak
anak, anak anak bebas mengkreasikan imajinasinya melalui kertas dan warna nya. Melipat origami juga
bermanfaat untuk melatih motorik halus anak sebagai salah satu sarana mempersiapkan diri untuk melatih
daya ingat anak. Dengan melipat, anak juga dapat mengekpresikan emosi dan perasaannya dalam bentuk
karakter yang dibuatnya sehingga perasaan tidak enak selama hospitalisasi dapat berkurang. Media yang
digunakan dalam terapi melipat ini juga aman untuk anak usia prasekolah yaitu hanya kertas origami
warna warni dan panduan, oleh karena itu untuk meningkatkan semangat dan kreativitas anak yang kurang
tersalurkan karena hospitalisasi, kelompok akan melakukan terapi melipat dan memfasilitasi anak dalam
melipat origami. Dan kelompok berharap kegiatan yang akan dilakukan ini juga dapat menghibur anak
anak yang sedang di rawat dan juga tetap bisa bermain sambil belajar selama di rawat.
Terapi bermain yang akan dilaksanakan di ruang rawat inap Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang
yaitu Seni Melipat Origami. Alasan memilih terapi bermain seni melipat origami adalah untuk melatih
ketekunan, melatih ketelitian, melatih daya imajinasi, melatih kreatifitas, mengasah otak anak untuk
berfikir, melatih daya ingat. Seni melipat origami merupakan salah satu bentuk peramainan membutuhkan
ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus berkonstrasi ketika membuat sebuah kertas
menjadi suatu bentuk yang diinginkan tersebut hingga menjadi sebuah bentuk yang rapi dan
bagus.Sehingga seni melipat origami merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain seni melipat origami diharapkan dapat mengurangi dampak stress
hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain seni melipat origami, diharapkan dapat:
a) Melatih ketekunan anak
b) Melatih ketelitian anak
c) Melatih kreatifitas anak
d) Melatih daya ingat anak
e) Melatih daya imajinasi anak
C. Manfaat Penulisan
1.Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan informasi untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dibidang
ilmu keperawatan khususnya mengenaik origami terhadap perkembangan motorik halus.

2.Bagi Penulis
a. Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak prasekolah usia 3-10 tahun sebelum diberikan terapi
origami dan setelah diberikan terapi origami.
b. Menambah pengalaman dalam melakukan aplikasi riset.
3. Bagi Perawat
Memperdalam pengetahuan tentang perkembangan motorik halus.

4. Bagi Institusi
Sebagai bahan acuhan untuk aplikasi riset lebih lanjut mengenai perkembangan motorik halus anak
dengan menggunakan terapi origami.
BAB II
SATUAN ACARA KEGIATAN
“TERAPI BERMAIN MELIPAT ORIGAMI PADA ANAK”

A. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 Januari 2023
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Terapi Bermain Anak

B. Media
1. Kertas Origami
2. Pulpen

C. Setting Tempat

Keterangan :

: Fasilitator

: Peserta

: Leader

: Co-Leader
: Observer

D. Pengorganisasian
1. Melakukan kontrak dengan anak dan orang tua dan anak
2. Mengunpulkan anak pada ruangan terapi bermain
3. Menyiapkan alat yang diperlukan
4. Kegiatan dipimpin oleh Leader dibantu dengan fasilitator dan observer
5. Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung
 Leader : Elsa Eka Putri
Tugas:
1. Membuka Acara
2. Membaca peraturan bermain
3. Memimpin Jalannya permainan
4. Mengambil Keputusan
5. Memberikan Reward
 Co Leader : Gelsi Anggra Monita, Nadiah Ulfa Rahayu
Tugas :
1. Menjelaskan pelaksanaan
2. Mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam terapi bermain
3. Memberi semangat kepada peserta
4. Menciptakan suasana menjadi meriah
 Fasilitator : Vinna Wahyu Marsillina, Widiati Mawaddah, Sella Febrianti,
Melsyha Melenia
 Tugas:
1. Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
2. Mendampingi anak selama bermainan
3. Memberikan semangat dan motivasi
 Observer : Rahmadoni, Ayu Melani Putri, Pamela Yulandari, Cici Erlanda
 Tugas:
1. Mengamati dan mengevaluasi permainan
2. Mengamati tingkah laku anak
3. Memberikan kritik dan saran
E. Strategi Pelaksanaan Terapi Bermain
No Waktu Kegiatan Respon Anak
1 5 Menit Persiapan : Ruangan, alat, anak dan
1. Menyiapkan ruangan keluarga siap
2. Mengundang anak dan keluarga
3. Menyiapkan alat-alat
4. Menyiapkan anak dan membagi
kelompok
2 15 Menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan dan 2. Mendengarkandan
maksud dari kegiatan memperhatikan
3. Menjelaskan kontrak waktu 3. Mendengarkan dan
dan mekanisme kegiatan memperhatikan
bermain 4. Mendengarkan dan
4. Menjelaskan cara senimelipat memperhatikan
origami (bentuk Anjing dan
bentuk kucing)

3 20 Menit Pelaksanaan :
1. Mengajak anak membuat seni 1. Mengikuti terapi bermain
dari origami
2. Fasilitator mendampingi anak dan 1. Bermain dan
memberikan motivasi kepada berkreasi
anak
3. Menanyakan kepada anak apakah
sudah selesai dalam membuat 2. Menjawab
suatu seni dari origami pertanyaan
4. Memberikan anak bahwa waktu
yang diberikan telah selesai
5. Memberikan pujian terhadap anak 3. Mendengarkan
yang mampu menyusun sampai
selesai 4. Menerima pujian
dengan senang hati
4 5 Menit Penutup : 1. Mendengarkan dan
1. Melakukan review menceritakan
pengalaman bermain melipat pengalaman
origami
2. Mengidentifiasi kejadian 2. Menceritakan kesan
yang berkesan selama selama bermain
membuat seni dari origami
3. Menganalisis kesan yang 3. Mendengarkan dan
didapat oleh anak memperhatikan
4. Menyimpulkan kegiatan 4. Mendengarkan dan
acara memperhatikan

F. Kriteria Penilaian
1. Penilaian struktur seperti kesiapan media dan tempat
2. Penilaian proses jalannya terapi yang dilakukan apakah sesuai dengan yang telah
direncanakan di proposal
3. Penilaian hasil akhir dari terapi yang telah dilakukan mencakup kesimpulan dari
evaluasi struktur, proses, dan evaluasi hasil
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Penyelenggaraan terapi bermain di Ruang Anak RSUP. Dr. M.Djamil Padang
Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain dilakukan sebelum terapi
bermain dilaksanakan
2. Evaluasi Proses
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d) Tidak ada hambatan saat melakukan terapi
e) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi Hasil
a) Anak mampu meningkatkan perkembangan yang noermal pada saat sakit melalui
terapi bermain (origami).
b) Anak mampu menghilangkan dan mengurangi stressor kecemasan selama
hospitalisasi.
c) Anak mampu mengembangkan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya.
d) Anak mampu mengekspresikan perasaan, keinginan serta ide-idenya melalui
permainan origami.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak
bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena
beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
jiwa anak. (Schaefer et al, 2018).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi, 2019). Bermain merupakan
suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A,
2020). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan
mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
B. Fungsi Bermain
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan
motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh
bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan
sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih
menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran,
apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di
kemudian hari anak lebih cepat berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak
bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami
obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu
belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam
permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif
selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan
merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama,
pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses
sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi
seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian
pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak
mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan
sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam
permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar
pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan
dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak
mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan
dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah
mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan
temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak
boleh dilanggar.

F. Tujuan Permainan
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) untuk melatih daya ingatan anak


2) untuk melatih pengamatan anak
3) untuk melatih keterampilan tangan anak
4) untuk mengembangkan fantasi anak
5) untuak kreasi anak
6) untuk ketelitian pada anak
7) untuk kerapihan pada anak
8) perasaan keindahan pada anak
G. Manfaat Bermain
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah bererapa manfaat
bermain pada anak-anak :
1) Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana anak bermain yang aman, murah,
menyenangkan,dan kaya manfaat.
2) Anak bisa belajar membuat mainnya sendiri, sehingga menciptakan kepuasan dibanding engan mainan
yang sudah jadi dan dapat dibeli ditoko mainan.
3) Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses, tahapan ini tentu mengajari anak
untuk tekun , sabar, dan disiplin sehingga mendapatkan bentukyag diinginkan.
4) Anak diajarkan menciptakan sesuatu, berkarya dan menciptakan model sehingga aktivitas ini
membantu memperluas ladang imajinasinya dengan bentukan origami yang dihasilkan.
5) Apa yang dirasakan anak-anak ketika berhasil menciptakan sesuatu dari tangan mungilnya.
6) Belajar membaca diagram atau gambar,serta berfikir matematis, perbandingan (proporsi) lewat
bentuk-bentuk yang dibuat melalui origami.
H. Macam – Macam Bermain
1. Bermain Aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh
mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b) Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c) Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d) Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain
2. Bermain Pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini
cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan
dan keletihannya.

Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain,
yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a) Kesehatan anak menurun
b) Tidak ada variasi dari alat permainan
c) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya
d) Tidak mempunyai teman bermain
I. Prinsip dalam Aktivitas Bermain
Menurut Soetjiningsih (2009), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan
hal-hal seperti:
1. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakitkecil kemungkinan
untuk melakukan permainan.
2. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan
dapat optimal
3. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di
tempat tidur.
5. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
6. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu
anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka
hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.
J. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain yaitu:
1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai dengan
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan berarti anak tidak
perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
3. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau anak perempuan
untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi,
permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri.
4. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
K. Konsep Origami

Origami berasal dari kata ori yang berarti “lipat”, dan gami yang berarti “kertas”
origami merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu
bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari
Jepang.Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk
persegi.Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan
halus pada pandangan.Secara umum untuk membuat origami kita bisa menggunakan
kertas biasa namun kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk
origami. Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan
warna saja yang sangat beragam sehingga membuat origami menjadi semakin indah dan
sama sekali tidak berhubungan dengan teknik seperti lipatan kertas menjadi lebih mudah
dan sebagainya.
Jenis-jenisorigami modern yang ada saat ini, antara lain:
1. Origami Pureral
Gaya pureland dikembangkan oleh John Smith dengan tujuan memudahkan para pemula dalam
membuat suatu model origami. Pada origami, gaya pureland terdapat persyaratan unik bahwa dalam
setiap langkah hanya dibolehkan sekali melipat. Maka, lipatan yang digunakan hanyalah lipatan
gunung dan lipatan lembah.
2. Origami Modular
Pada origami modular, dari setiap lembar kertas dibentuk menjadi sebuahmodul. Seluruh modul
selanjutnya disatukan dengan cara direkatkan atau dijepit menjadi suatu bentuk model tertentu, seperti
binatang, bangunan atau bunga.
3. Origami Teknis
Coba-coba melipat agar menghasilkan suatu bentuk tertentu, pembuatan origami teknis (origami
sekkei) diawali dengan mengkaji secara matematis bentuk-bentukbidang yang diperlukan dari model
yang akan dibuat lalu membuat pola dari jejaklipatan yang harus dibuat pada kertas.

J. Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi: Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan: Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap
permainan.
c. Tahap bermain sungguhan: Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun: Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.
K. Tahap Tumbuh Kembang Dan Karakteristik Bermain Anak Usia Toodler (1-3
Tahun).
 Tahap Pertumbuhan.
Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm, Umur 2 – 3 tahun = Umur
(tahun) x 6 – 77
 Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud : Fase anal (1 – 3 tahun) :
daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido yang penting.
Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.
Tugas utama anak : latihan kebersihan, perkembangan bicara dan bahasa
meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat terbatas,
bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson: Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and
doubt. Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi,
menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
c. Stimulasi dan perkembangan anak
 Anak umur 12 – 18 bulan : Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh,
mengambil benda kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan secara
sedehana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah. Stimulasi dini : melatih anak naik
turun tangga, bermain dengan anak melempar dan menangkap bola besar kemudian
kecil, melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi
kesempatan anak melepas pakaian sendiri.
 Anak umur 18-24 bulan: Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-
coret dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru
melakukan pekerjaan rumah tangga. Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu
kaki, mengajari anak menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih
anak mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya sementara
waktu.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak
bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya
untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas,
spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam
aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu
seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus
diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat
permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “sollitary
play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak
melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih
dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel
karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas
karena kemampuan berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat
diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk
benda macam-macam.
L. Manfaat origami bagi perkembangan anak, diantaranya :
1) Meningkatkan kemampuan berpikir
Hal ini telah ditunjukkan dalam meningkatkan keterampilan visualisasi spasial dengan
menggunakan tangan sebagai alat belajar.Keterampilan ini memungkinkan siswa
untuk bisa paham mengenai dunia di sekitar.
2) Meningkatkan kreatifitas
Kini model origami sudah semakin berkembang.Bukan hanya yang tradisional seperti
perahu kertas, pesawat, burung, atau ikan. Siswa tinggal memilih model apa yang
disukai. Seiring dengan itu, siswa sudah mahir melipat berbagai macam model dan
berbagai gagasan baru akan muncul. Hal ini menandakan bahwa siswa berkreasi
menghasilkan sesuatu.Dapat menciptakan mainan hasil karya sendiri, tentu bangga,
bukan?
3) Mengikuti arahan
Hal ini bisa jadi luput dari pikiran. Dengan belajar origami, siswa akan mengikuti
tahap demi tahap lipatan dengan saksama. Misalnya, membuat berbagai macam
hewan, mengenal bentuk geometris sederhana, dan masih banyak lagi.Mereka berarti
telah belajar untuk mengikuti petunjuk dan arahan dari guru/orangtua.
4) Pengalaman Kerja Sama
Manfaat positif dari origami lainnya adalah sebagai media pembelajaran kerja sama
anak. Seni melipat kertas ini sangat cocok untuk dikerjakan secara berkelompok atau
masal.Dalam kegiatan yang bisa dilakukan secara masal ini, terkadang tidak hanya
dilakukan oleh anak seumuran, bisa saja mereka bergabung dengan yang berbeda usia
– lebih tua atau lebih muda. Tak jarang yang lebih muda justru mengajari yang lebih
tua, begitu pun sebaliknya. Sehingga hal tersebut akan memberikan pengalaman kerja
sama yang baik pada anak, baik kepada yang seumuran maupun berbeda usia.
5) Menstimulasi daya imajinasi anak
Ketika anak-anak akan menciptakan karya seni mereka sendiri dengan origami,
manfaat lain yang bisa didapat adalah imajinasi mereka akan terstimulasi.
6) Koordinasi tangan dan mata
Untuk menciptakan lipatan yang sempurna menggunakan teknik melipat yang benar,
dibutuhkan ketelitian dan koordinasi antara tangan-mata yang sangat baik.
7) Kesabaran dan ketekunan
Anak-anak akan belajar bahwa mereka terkadang perlu usaha lebih agar lipatan yang
mereka buat menjadi sempurna. Mempelajari pentingnya trial and error akan sangat
berguna bagi anak saat dewasa.
8) Meningkatkan daya ingatan anak
Karena origami mengharuskan anak untuk mengingat urutan dan jenis lipatan untuk
rakitan yang benar, otomatis keterampilan ingatan anak akan terlatih secara konstan.
9) Meningkatkan konsentrasi, baik secara visual maupun mental
Untuk membuat hasil karya yang bagus, tentunya diperlukan konsentrasi yang baik
pula.Dengan seringnya anak berkonsentrasi pada satu hal, tentunya itu baik bagi
peningkatan konsentrasi mereka.
10) Peningkatan harga diri
Setiap prestasi atau hasil karya yang diciptakan anak, pastinya hal itu menjadi
dorongan moral.
11) Relaksasi
Anak-anak dapat mengalihkan pikiran mereka dari situasi atau stres lainnya, dengan
cara berkonsentrasi pada hobi baru – origami.
M. Sasaran
1. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Anak RSP.Dr. M.Djamil Padang
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5.Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermainseni melipat origami
N. Karakteristik Permaianan
1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi
waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi
bermain.
2.Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan origami, lalu diberikan penjelasan
mengenai cara membuat seni melipat origami.
3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk memegang satu origami,
menyebutkan bentuk apa yang akan dibuat, melipat origami sesuai bentuk yang telah
disebutkan dengan rapi dan benar.
4. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama melipat origami
berlangsung.
5. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan
membentuk origami.
6.Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk
berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain
berlangsung.
7.Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak
dan proses jalannya terapi bermain.
8.Setelah anak selesai melipat origami, anak diharapkan untuk bercerita tentang bentuk
yang telah dibuat sesuai dengan imajinasi anak.
9.Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil terbaik dan memberikan origami
tersebut sebagai reward.
10.Kemudian fasilitator mengembalika nhasil karya mereka dan memberikan pujian
kepada semua peserta sebagai reward.
Kriteria Evaluasi

1) Evaluasi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal ..... orang
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang kronis lantai 3
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi di lakukan sebelumnya
2) Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3) Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak manpu menyebutkan warna yang di pakai
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih, (2012).Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC


Ariani, (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : ECG
Wong, Donna L, (2015). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai