Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PKMRS

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


DI RUANG HIJIR ISMAIL RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

Nama Kelompok :
Nur Aini Lutfi (1120017021)
Aida Mufarrohah (1120017072)
Diana Fitri (1120017077)
Pipit Adriana (1120017046)
Achmad Wahdi (1120017034)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2017
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN BONEKA TANGAN
DI RUANG HIJIR ISMAIL RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

Bidang Studi : Ilmu Keperawatan Anak


Topik : Terapi Bermain di Rumah Sakit
Subtopik : Boneka Tangan
Sasaran : Anak usia pra sekolah (3-5 tahun)
Tempat : Ruang Hijir Ismail
Hari/tanggal : Selasa, 17 Oktober 2017
Waktu : 10.30 10.50 WIB
Durasi : 20 menit
A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena satu alasan yang berencana
dan darurat, engharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Saat dirawat di rumah sakit,
anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberian asuhan yang tidak
dikenal, baik itu medis ataupun keperawatan. Seringkali mereka harus mengalami
prosedur yang mengalami nyeri, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang
tidak mereka ketahui (Murtutik, 2013).
Lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau
yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit maupun lingkungan sosial seperti
sesama pasien anak dan sikap petugas kesehatan itu sendiri, sehingga perasaan
yang sering dialami oleh anak adalah perasaan cemas, tegang, nyeri, perasaan tidak
menyenangkan dan rasa takut (Yusuf, 2013).
Rasa takut anak-anak usia pra sekolah terhadap keamanan tubuhnya lebih tinggi
dibandingkan ketika pada usia sekolah. Ketakutan mereka tidak hanya berasal dari
kurangnya pemahaman mereka akan tubuh, tetapi juga dilipat gandakan oleh
imajinasi aktif mereka pada usia prasekolah (Murtutik, 2013).
Anak sering menganggap prosedur medis invasif dengan ketakutan dan
kecemasan, sehingga dapat menyebabkan anak kurang kooperatif terhadap
perawat. Kondisi tersebut akan menyebabkan cemas dan takut pada anak yang
akibatnya dapat menyebabkan gagalnya prosedur perawatan yang akan mereka

2
dapatkan. Jika rasa takut tersebut berlangsung lama dan tidak teratasi maka akan
menimbulkan reaksi kekecewaan pada orang tua yang menimbulkan sikap
pelepasan pada anak sehingga anak mulai tidak peduli dengan ketidakhadiran
orang tuanya dan lebih memilih untuk berdiam diri (apatis), menelak untuk
diberikan tindakan dan yang paling parah akan menimbulkan trauma pada anak
setelah keluar dari rumah sakit. Pengelolaan ketakutan, dapat mempengaruhi
kenyamanan pada anak (Murtutik, 2013).
Kenyamanan dan kesenangan anak dapat diperoleh dan bermain yang
mempunyai nilai terapeutik sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindari,
mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya. Bermain juga
dapat mengembangkan fungsi kognitif anak dan sosialisasi anak.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak di rawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreativitas anak,
dan anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Di ruang anak Hijir Ismail
RSI A.YANI SURABAYA terdapat 16 anak, yang 70% diantaranya atau 1 anak
berusia pre-school (3-6 tahun).
Terapi bermain boneka tangan berdampak terapeutik pada peningkatan
komunikasi anak dan merupakan media untuk mengekspresikan perasaan yang
mereka alami selama di rumah sakit. Seringkali anak terlalu takut untuk
mengungkapkan perasaannya pada saat mengalami perawatan medis. Penggunaan
boneka tangan pada anak-anak bertujuan untuk mengidentifikasi ketakutan dan
kesalahpahaman tentang apa yang terjadi pada mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa ketakutan pada anak yang
mengalami hospitalisasi cukup besar dan memberikan dampak terhadap proses
asuhan keperawatan. Perawat perlu mengetahui bagaimana cara menurunkan
ketakutan pada anak yang dirawat di rumah sakit. Terapi bermain boneka tangan
ini bertujuan untuk menurunkan ketakutan anak hospitalisasi usia prasekolah (3-6
tahun) di RSI A.YANI SURABAYA.

3
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti program bermain, anak dapat menunjukan rasa percaya diri serta
mengurangi kecemasan, stress dan kebebasan anak selama di rumah sakit.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti program bermain, anak usia pra sekolah dapat berperilaku:
a. Kooperatif saat dilakukan tindakan
b. Bergembira saat bermain menggunakan boneka tangan
c. Tidak grogi dan malu-malu saat tindakan dilakukan
d. Anak menjadi percaya diri
e. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus dalam menggambar
f. Membina sosialisasi anak dengan perawat dan orang tua.

C. Tinjauan Teori
1. Boneka Tangan
Terapi bermain boneka tangan berdampak terapeutik pada peingkatan
komunikasi anak dan merupakan media untuk mengekspresikan perasaan yang
mereka alami selama di Rumah Sakit. Seringkali anak terlalu takut untuk
mengungkapkan perasaannya pada saat mengalami perawatan medis. Penggunaan
boneka tangan pada anak-anak bertujuan untuk mengindentifikasi ketakutan dan
kesalahpahaman tentang apa yang terjadi pada mereka (Mulyaningrum, 2013).
Manfaat alat permainan ini adalah melatih anak dalam berimajinasi. Melatih
anak untuk kreatif dan menumbuhkan kepercayaan diri. Penggunaan media boneka
tangan menolong anak untuk bernalar dan membentuk konsep tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan objek, baik ukuran, bentuk, berat, maupun
manfaatnya.

4
2. Klasifikasi Bermain
Menurut Adriana (2013) ada beberapa jenis permainan yang ditinjau dari isi

permainan dibagi menjadi:

a. Sosial affectif play

Inti permianan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dan orang lain. Misalnya bermain ciluk ba, berbicara sambil tersenyum

atau tertawa.

b. Sense pleasure play.

Permainan ini menggunakan alat permainan yang menyenangkan pada anak dan

mengasyikkan. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik

bersentuhan dengan alat permainan ini sehingga susah untuk dihentikan. Misalnya

dengan menggunakan air, anak akan memindahkan-mindahkan air ke botol, bak atau

tempat lain.

c. Skill play

Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak. Keterampilan tersebut

diperolrh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Semakin sering

melakukan kegiatan, anak akan semakin terampil. Misalnya memindahkan benda dari

satu tempat ke tempat lain.

d. Games

Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu

yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak

sendiri dan/atau temannya.

e. Unoccupied behavior

Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, namun anak terlihat mondar-mandir,

tersenyum, tertawa, atau bermain apa saja yang ada disekelilingnya. Anak tampak

senang, gembira dan asyik dengan situasi serta lingkungannya.

5
f. Dramatic play

Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui

permainannya. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan

diantara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk

proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.

3. Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Pre-Sekolah


1. Perkembangan Anak Prasekolah 3-5 Tahun

Perkembangan anak usia prasekolah 3-5 tahun meliputi 4 aspek, yaitu

perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan kepribadian atau tingkah laku

sosial (Adriana, 2013).

a. Anak usia 3 tahun

1) Motorik kasar

a) Mengendarai sepeda roda tiga

b) Berdiri dengan satu kaki dalam beberapa detik

c) Naik dan turun tangga dengan kaki bergantian

d) Melompat jauh

e) Mencoba berdansa, mungkin belum seimbang

2) Motoik halus

a) Membangun menara dari 9-10 kotak

b) Membangun jembatan dengan tiga kotak

c) Secara benar memasukkan biji-bijian kedalam botol berleher sempit

d) Menggambar meniru lingkaran, silang, dan lingkaran dengan gambar wajah

3) Bahasa

a) Mempunyai perbendaharaan sekitar 900 kata

b) Menggunakan kalimat lengkap dari 3-4 kata

6
c) Bicara tanpa henti tanpa peduli apakah seseorang memperhatikannya.

d) Mengulang kalimat dari enam suku kata.

e) Mengajukan banyak pertanyaan.

4) Sosial atau Kognisi

a) Berpakaian sendiri hamper lengkap, dibantu bila dengan kancing dibelakang

dan mencocokan sepatu kanan atau kiri.

b) Mengalami peningkatan rentang perhatian.

c) Makan sendiri

d) Dapat menyiapkan makan sederhana seperti sereal dan susu.

e) Dapat membantu mengatur meja, mengeringkan piring tanpa pecah.

f) Takut pada kegelapan.

g) Mengetahui jenis kelamin sendiri dan orang lain.

h) Egosentrik dalam berpikir dan tingkah laku.

i) Mulai memahami waktu

j) Mulai mampu memandang konsep diri perspektif yang berbeda.

k) Permainan pararel dan asosiatif : mulai mempelajari permainan sederhana,

tetapi sering mengikuti aturannya sendiri, serta mulai berbagi.

b. Anak usia 4 tahun

1) Motorik kasar

a) Melompat dengan satu kaki.

b) Menangkap bola dengan tepat.

c) Melempar bola bergantian tangan.

2) Motorik halus

a) Menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garis.

b) Dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talinya.

7
c) Dapat menggambar menyalin bentuk kotak, garis silang, atau segitiga.

3) Bahasa

a) Perbendaharaan sekitar 1500 kata

b) Menggunakan kalimat dari 4-5 kata

c) Menceritakan cerita dengan dilebih lebihkan

d) Mengetahui lagu sederhana

e) Menyebutkan satu atau lebih warna

f) Memahami analogi seperti Bila es dingin, api.

4) Sosial atau Kognisi

a) Sangat mandiri

b) Cenderung untuk keras kepala dan tidak sabar

c) Agresif secara fisik dan verbal.

d) Mendapat kebanggaan dalam pencapaian

e) Memamerkan secara dramatis, menikmati pertunjukkan orang lain

f) Menceritakan cerita keluarga pada orang lain tanpa batasan.

g) Masih mempunyai banyak rasa takut

h) Menghubungkan sebab akibat dengan kejadian

i) Memahami waktu dengan baik khususnya dalam istilah urutan kejadian sehari-

hari.

j) Menilai segala sesuatu menurut dimensinya seperti tinggi, lebar atau perintah.

k) Egosentrisme berkurang dan kesadaran sosial lebih tinggi

l) Dapat menghitung dengan benar

m) Patuh pada orang tua karena batasan bukan karena memahami salah atau benar

n) Permainan assosiatif. Anak mengkhayalkan teman bermain, dapat

menggunakan alat dramatis, imajinatif, dan imitatif serta edukatif.

8
c. Anak usia 5 tahun

1) Motorik kasar

a) Melompat dengan kaki bergantian

b) Melempar dan menangkap bola dengan baik

c) Melompat keatas

d) Bermain dengan keseimbangan yang baik

e) Berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki

f) Keseimbangan pada kaki bergantian dengan mata tertutup.

2) Motorik halus

a) Mengikat tali sepatu

b) Menggunakan gunting, alat sederhana atau pensil dengan baik

c) Menggambar meniru gambar permata dan segitiga, menambahkan 7-9 bagian

dari gambar garis, mencetak beberapa huruf, angka atau kata, seperti nama

panggilan.

3) Bahasa

a) Mempunyai perbendaharaan sampai 2.100 kata

b) Menggunakan kalimat dengan 6-8 kata

c) Menyebutkan empat atau lebih warana

d) Menggambar dan melukis dengan banyak komentar dan menyebutkannya satu

per satu

e) Mengetahui nama-nama hari dalam seminggu, bulan, dan kata yang

berhubungan dengan waktu lainnya

f) Dapat mengikuti 3 perintah sekaligus

4) Sosial atau Kognisi

a) Kurang memberontak dibanding usia 4 tahun

9
b) Lebih tenang dan berhasrat untuk menyelesaikan urusan

c) Mandiri tapi dapat dipercaya, tidak kasar, lebih bertanggung jawab

d) Mengalami sedikit rasa takut, mengandalkan otoritas luar untuk mengendalikan

dunianya

e) Berhasrat untuk melakukan segala sesuatu dengan benar dan mudah, mencoba

mengikuti aturan

f) Menunjukan sikap lebih baik

g) Memperhatikan diri sendiri secara total kecuali gigi, pakaian, atau hygine (perlu

pengawasan)

h) Mulai bertanya apa yang dipikirkan orang tua dengan membandingkannya

dengan teman sebaya dan orang dewasa lain

i) Lebih mampu memandang perspektif orang lain, tetapi menoleransi perbedaan

daripada memahaminya

j) Mulai memahami penghematan angka melalui perhitungan objek tanpa

memandang pengaturan

k) Menggunakan kata berorientasi waktu

l) Sangat ingin tahu tentang informasi faktual mengenai dunia

m) Dalam bermain mencoba mengikuti aturan tetapi berlaku curang untuk

menghindari kekalahan,

4. Metode Bermain
1. Jenis Permainan
Boneka tangan
2. Alat Bermain
a. Kain flanel
b. Lem tembak
c. Gunting

10
3. Keterampilan yang diperlukan
a. Aspek Psikomotor
Anak dapat menggambar sesuai imajinasinya.

b. Aspek Kognitif dan Afektik


Tanggap terhadap perintah untuk menggambar. Anak mampu berkonsentrasi
saat diajari oleh mahasiswa.

c. Aspek Bahasa
Anak dapat mengekspresikan perasaan senang dan bangga atas keberhasilan
menggambar seperti yang telah diajarkan. Anak dapat mengemukakan pendapat
selain yang telah diajarkan.

d. Aspek Sosial
Anak mampu mengenal dan mampu menyebut nama perawat

4. Susunan Kegiatan
No Aktifitas Fasilitator Aktifitas peserta Waktu
1. Memberikan salam dan Membalas salam 3 menit
memperkenalkan diri. Mendengarkan
Menjelaskan maksud dan tujuan
dari permainan
2. Menanyakan apakah ada yang Menjawab pertanyaan 2 menit
suka dengan boneka tangan
3. Membagikan kain flanel yang Memperhatikan 2 menit
telah di bentuk boneka
4. Anak-anak mulai membuat Melakukan instruksi 10 menit
boneka tangan
6. Ucapan terimakasih dan penutup Menjawab dan 3 menit
mendengarkan

5. Lokasi
Tempat dilakukannya terapi bermain : di Ruang Zaal Hijir Ismail RSI A.Yani
Surabaya.
6. Pengorganisasian
a) Moderator : Nur Aini Lutfi
b) Pemateri : Achmad Wahdi

11
c) Fasilitator : Diana Fitri
d) Observer : Pipit Adriana, Aida Mufarrohah

e) Setting Tempat

Keterangan :

: Peserta

: pemateri

: Moderator

: Observer

: Fasilitator

7. Dialog Boneka Tangan


Kisah si ayam betina dan jantan
B : assalamualaikum, jantan bagaimana kabarmu ?
J : waalaikumsalam, kabarku kurang baik saat ini, bagaimana kabarmu betina ?
B : kurang baik kenapa ? alhamdulillah kabarku baik

12
J : perutku sakit sekali sekarang, rasanya mules
B : apa yang kamu makan tadi jantan ?
J : aku makan kue tadi, trus beberapa saat kemudian perutku mules sekali, sudah
BAB juga
B : (ayam betina berfikir )
Apa kamu sudah mencuci tangan sebelum makan kue tadi ?
J : belum, memangnya kenapa ?
B : wah. Sepertinya itu penyebabnya. Tanganmu kotor sebelum kamu makan kue,
walaupun tanganmu terlihat bersih, tapi sebenarnya itu banyak kuman yang
menempel di tanganmu. Jadi sebelum kamu makan kamu harus mencuci tangan.
J : wah iya ya. Yasudah lain kali aku akan mencuci tangan sebelum makan.
B : apa kamu mengetahui cara mencuci tangan yang benar ?
J : belum, aku mencuci tangan ya seperti itu saja
B : sini aku ajarin cara mencuci tangan.
(.... betina mengajari jantan cara mencuci tangan yang benar). Apa kamu sudah
mengerti jantan ?
J : iya betina. Wah trimakasih banyak yaa atas ilmunya
B : sama-sama. Lain kali jangan lupa cuci tanganmu ya sebelum makan
8. Hal-hal yang diwaspadai
a) Ada tidaknya resiko permainan
b) Anak tidak boleh dipaksa dalam program bermain ini
c) Bila anak kelelahan bermain harus dihentikan
d) Permainan berfokus untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar, halus,
sensorik, kognitif dan afektif

9. Antisipasi
a) Konsultasi dengan pembimbing klinik
b) Menyelesaikan jadwal bermain dengan kegiatan yang lain
c) Membatasi waktu bermain yaitu selama 30 menit
d) Komunikasi dengan pengasuh/orang tua bila ada

13
10. Evaluasi
a) Pembawa acara, fasilitator, observer menjalankan fungsinya sesuai dengan
uraian tugas
b) 90 % anak mengikuti progaram bermain sampai selesai
c) 90 % anak mampu memilih warna yang tepat dan mewarnai gambar
d) 80 % anak mampu berkonsentrasi saat mewarnai gambar

11. Penutup
Saran
a. Kerjasama dengan tempat pelaksanaan terapi bermain harus lebih ditingkatkan
b. Mahasiswa yang terlibat dalam terapi bermain harus diefektikan peran dan
fungsinya.
c. Pendanaan untuk terapi bermain harus ditingkatkan.

12. Daftar Pustaka


Adirana, Dian. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Mulyaningrum DA. 2013. Pengaruh Edukasi dengan Boneka Tangan terhadap
Kecemasan Anak yang Menderita Kanker di INSKA RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
Murtutik L dan Wahyuni. 2013. Frekuensi Hospitalisasi Anak dengan Kemampuan
Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Prasekolah Penderita Leukimia
di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia.
Yusuf M dan Syamsuddin A. 2013. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Kondisi
Psikologis Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Nasuwakes.

13. Dokumentasi
14
SATUAN ACARA PENYULUHAN

15
KEJANG DEMAM
DI RUANG HIJIR ISMAIL RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

Topik : Promosi Kesehatan Untuk Anak-Anak

Pokok Bahasan : Kejang Demam

Sasaran : Keluarga Pasien

Hari/tanggal : Selasa, 17 Oktober 2017

Waktu : 10.50 11.15 WIB

Durasi : 25 Menit

Tempat : Ruang Hijir Ismail RSI A.YANI Surabaya

1. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai penerus generasi bangsa. Oleh
karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih
bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai
pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Pemyebab demam terbanyak
adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas disususl infeksi saluran pencernaan
(Ngastiyah,2010).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 3-6 tahun.
Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 6 tahun pernah menderita kejang demam.
Kejang demam lebih sering didapatkan laki-laki dari pada perempuan. Hal tersebut
disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan
sel-sel otak kurang menyenagkan dikemudian hari, terutama adanya cacat baik secara
fisik, mental atau sosial yang menganggu pertumbuhan dan perkembangan anak
(Ngastiyah, 2010).
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera
diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk meghindari

16
cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitkan kejang yang sering. Untuk itu
tenaga perawat atau paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan
tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita
yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan
berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-
psiko-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : mencegah
atau mengendalikan aktifitas kejang. Melindungi pasien dari trauma, mempertahankan
jalan nafas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada
keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penangananya (Ngastiyah,
2010).
2. Tujuan
1) Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang kejang selama 20 menit, keluarga bisa
memahami dan mengerti tentang kejang.
2) Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan keluarga diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian tentang kejang
b. Menelaskan macam-macam kejang
c. Penyebab kejang
d. Tanda dan gejala kejang
e. Menjelaskan tindakan pertoongan kejang
3. Materi
1. Pengertian kejang demam
Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak-
anak yang berusia dibawah 6 tahun, gejala-gejalayang timbul dapat bermacam-
macam tergantung dibagian otak mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam
yang terjadi pada anak adalah kejang umum (Arif, 2012).
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan.
Kejangdemam ialah bangkitkan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstraktranium.
Adi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan

17
fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berua kejang (Arif, 2012).
2. Penyebab kejang
1) Demam itu sendiri, demam yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, otiis media, pneumonia gastroenteritis dan infeksi saluran
kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2) Efek produk toksik dari pada mikroorganisme
3) Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi
4) Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
5) Endefalitis viral (radang otak akibat virus yang ringan, yang tidak diketahui
atau enselofati tksik sepintas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjdinya kejang demam berulang
antara lain :
1) Usia <15 bulan saat kejang demam pertama
2) Riwayat kejang demam dalam keluarga
3) Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah
relatif normal
4) Riwayat demam yang sering
5) Infeksi saluran pernafasan atas otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis
akut, exantema subitum, bronchitis, dan infeksi sauran kemih. Selain itu
juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsilitis, faringitis,
forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili)
dapat menyebabkan kejang demam
6) Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
7) Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
8) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
9) Gabungan dari faktor-faktor diatas (Arif, 2012).

3. Klasifikasi kejang demam


1) Kejang demam sederhana
Diagnosisnya:
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit

18
c. Kejang bersifat umum, frekuensi keang bangkitan dalam 1 th tidak > 4
kali
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan (Arif, 2012).
2) Epilepsi yang diprovokasi demam
Diagnosisnya:
a. Kejang lama dan bersifat lokal
b. Umur lebih dari 6 tahun
c. Frekuensi serangan lebih dari 4 kali atau tahun
d. EEG setelah tidak demam abnormal
4. Tanda dan gejala kejang demam
1) Kenaikan suhu badan yang tinggi dan ceat
2) Berlangsung singkat >15 menit dan berhenti sendiri
3) Umur anak kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
4) Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam
5. Prognosis kejang demam
Dengan penanganan cepat dan tepat prognosa baik dan tidak menyebabkan
kematian resiko yang akan dihadapi oleh seseorang anak sesudah menderita
kejang demam tergantung dari faktor:
1) Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak
menderita kejang
3) Kejang yang berlangsung lama

6. Penatalaksanaan kejang demam


1) Umum
2) Baringkan pasien ditempat yang rata kepala dimiringkan dan pasang sudip
lidah yang sudah dibungkus kasa atau sapu tangan agar lidah anak tidak
tergigit akibat kejang
3) Singkirkan benda benda yang ada disekitar anak, lepaskan pakaian yang
mengganggu pernafaan

19
4) Angan memegangi anak untuk melawan kejang
5) Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan
penanganan khusus.
6) Bila suhu tinggi berikan kompres air biasa atau kran secara intensif
7) Angan memberi minuman atau makanan segera setelah berhenti kejang
karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak
8) Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit anak harus segera dibawa ke
fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula
sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat
mungkin tanpa menyatakan batasan menit,
9) Setelah keang berakhir (jika < 10 menit ), anak perlu dibawa menemui
dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher,
muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas
4. Sasaran
Keluarga pasien yang dirawat diruang Hijir Ismail RSI A.YANI Surabaya
5. Metode
Ceramah dan tanya jawab
Mahasiswa menjelaskan mengenai kejang demam, setelah itu keluarga bisa
mengajukan pertanyaan atau menjelaskan kembali tentang materi penyuluhan
yang baru disampaikan.
6. Media
1) Power point (presentasi)
2) Leaflet
7. Proses kegiatan

Tahap Kegiatan Kegiatan peserta Metode Waktu


Kegiatan penyuluhan

Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah 3 menit


2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan
dari penyuluhan
4. Melakukan kontrak

20
Penyampaian Penyampaian materi : Ceramah 10 menit
1. Menjelaskan 1.Mendengarkan dan tanya
tentang dan jawab
pengertian kejang memperhatikan
demam 2.Mendengarkan
2. Menyebutkan dan
penyebab kejang memperhatikan
demam 3.Mendengarkan
3. Menyebutkan dan
tanda dan gejala memperhatikan
kejang demam 4.Mendengarkan
4. Menyebutkan dan
penatalaksanaan memperhatikan
kejang demam

8. Lokasi
Tempat dilakukannya penyuluhan: di Ruang Zaal Hijir Ismail RSI A.Yani
Surabaya.
9. Pengorganisasian

Moderator : Nur Aini Lutfi


Pemateri : Pipit Adriana,
Fasilitator : Diana Fitri
Observer : Aida Mufarrohah, Achmad Wahdi

21
10. Setting tempat

Keterangan :

: Peserta

: pemateri

: Moderator

: Observer

: Fasilitator

11. Evaluasi pembelajaran

1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan kegiatan dilakukan ruang Zaal Hijir Ismail
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap penyuluhan kejang demam

22
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
Peserta antusias mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta merasa senang setelah dilakukan kegiatan penyuluhan kejang
demam
Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan 20 orang

5. Daftar Pustaka
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Arif mansjoer. 2012. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Aesculapius.

6. Dokumentasi

23
24

Anda mungkin juga menyukai