Anda di halaman 1dari 9

PAKET BERMAIN

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RSUD. DR. SAIFUL ANWAR
MALANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Bermain yang berjudul MERUNCI MANIK-MANIK di Ruang 7B


RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang akan dilaksanakan pada hari JUMAT tanggal
12 Agustus 2016 yang disusun oleh:

MAHASISWA:
Rahajeng Widhiyasasi
Lia Dewi Mustika Sari
Ilya Nur Rachmawati

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari
:
Tanggal
:

Telah Disetujui Oleh:

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

_________________________

_______________________

SATUAN ACARA BERMAIN

Sasaran

: Pasien (5 12 tahun) di ruang 7B RSSA Malang

Tempat

: Ruang bermain 7B RSSA Malang

Hari/Tanggal

: Jumat, 12 Agustus 2016

Waktu

: Pukul 10.00 WIB (30 menit)

Metode

: a. Ceramah
b.Demonstrasi

Media

: a. Manik-Manik
b. Benang
c. Gunting

Pertemuan ke : 1
Pemberi terapi : 1. Rahajeng Widhiyasasi
2. Lia Dewi Mustika Sari
3. Ilya Nur Rachmawati
A. Latar Belakang
Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat
kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah
berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya
kurang mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 1995).
Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stres, baik bagi anak maupun orangtua. Lingkungan rumah sakit merupakan
penyebab stres bagi anak dan orangtua baik lingkungan fisik rumah sakit seperti
bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit
maupun lingkungan sosial seperti sesama pasien anak ataupun interaksi dan sikap
petugas kesehatan itu sendiri sehingga perasaan takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan tidak menyenangkan lainnya sering dialami oleh anak (Supartini, 2004).
Umumnya anak yang dirawat di rumah sakit takut pada dokter, perawat dan petugas
kesehatan lainnya serta anak takut berpisah dengan orangtua dan saudaranya
(Ngastiyah, 2005 ).
Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaan tersebut
dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan
(Supartini, 2004). Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Permainan yang terapeutik yang didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak
merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk menggali, mengekspresikan perasaan dan
pikiran serta mengalihkan perasaan nyeri dan juga relaksasi. Dengan demikian,

kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan anak di
rumah sakit (Brennan, 1994 dikutip oleh Supartini, 2004). Prinsipnya bermain adalah
agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, kreativitas anak dan
anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stres (Nursalam, 2005).
Permainan yang dilakukan bersama anak dapat menjadi sebuah terapi yang disebut
terapi bermain (Axline, 1947 dikutip oleh Kristiyani, 2008).
Bermain dapat mengasah keterampilan anak meliputi ketrampilan fisik,
motorik, kinestetik dan lain sebagainya. Ketrampilan motorik halus dapat
dikembangkan melalui berbagai kegiatan bermain antara lainnya yaitu dengan
meronce. Meronce adalah kegiatan merangkai manik-manik atau biji meronce
dengan tali. Kegiatan meronce untuk melatih koordinasi mata dan tangan anak, yang
bertujuan untuk mempersiapkan anak usia dini menuju pendidikan tahap selanjutnya
khususnya belajar untuk membaca, menulis, berhitung. Peralatan yang digunakan
untuk meronce meliputi senar, manik-manik, sedotan, bando gambar pegunungan.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal
mendapatkan stimulasi yang tepat. Semakin banyak yang dilihat dan didengar,
semakin banyak yang ingin diketahuinya. Tekanan, persaingan, hukuman dan rasa
takut dapat mengganggu usaha yang dilakukan si kecil.
Pembelajaran meronci manik-manik dapat menstimulasi kemampuan motorik
halus anak. Anak dapat berkerasi terkait dengan warna, bentuk dan jumlah manikanik yang dibuatnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Hastuti
2013 menyatakan bahwa melalui kegiatan meronce dapat mengembangkan
ketrampilan motorik halus anak Kelompok B TK Mojodoyong I, Kedawung, Sragen
Tahun Pelajaran 2012-2013. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan prosentasi
ketrampilan motorik halus anak sebelum tindakan sampai dengan siklus III yaitu
sebelum tindakan 52%, siklus I 67,4%,siklus II 78,5% dan siklus III 89%.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan
bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi
terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat di rumah
sakit.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain .diharapkan :
-

Anak merasa tenang selama dirawat

Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat

Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat

Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan

Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi

Kemampuan motorik halus anak meningkat

Kegiatan meronce dapat melatih kesabaran anak

C. RENCANA KEGIATAN

Tahap

Waktu

Pembukaan

5
menit

Kegiatan Terapis
Pembukaan

Kegiatan peserta
a. Menjawab

a. Membuka kegiatan
dengan

Metode

Media

ceramah

salam
b. Medengarkan
dan menyimak

mengucapkan
salam
b. Meperkenalkan diri
c. Menjelaskan
tujuan dari terapi
Terapi

20

bermain
Pelaksanaan

bermain

menit

bermain

terapi 1. Mendengarka
meronce

manik-manik:

Ceramah,

Manik,m

n dan

Tanya

anik,

menyimak

jawab dan

benang

Demons-

dan

trasi

gunting

2. Bertanya

1. Melakukan
demonstrasi
meronce

cara
manik-

manik
selama

pembuatan
meronce

hal yang belum


jelas dan
belum

2. Mendampingi
sasaran

mengenai hal-

manik-

manik

dimengerti
3. Mempraktekkan dengan
meronce
manik-manik

3. Memberikan
kesempatan
kepada
Penutup

sasaran

untuk bertanya
1. Evaluasi :

menit

Menanyakan

pada

4. Mendengarkan
dan menyimak

Ceramah
Tanya

sasaran

tentang 5. Menjawab

perasaan

sasaran

setelah

pertanyaan

mengikuti

terapi bermain

yang diajukan
6. Mengucapkan
salam

2. Menyampaikan
kesimpulan

jawab

dari

terapi bermain
3. Mengakhiri
pertemuan

dan

mengucapkan
salam
A. Setting Tempat

Keterangan :

S
F

: Leader

: Fasilitator

: Observer

: Sasaran

B. Evaluasi
Kriteria Evaluasi Struktur
1. Menyiapkan satuan acara terapi bermain
2. Menyiapkan materi dan media untuk terapi bermain
3. Menyiapkan tim penyuluh dengan pembagian sie sebagai berikut :
a. Rahajeng Widhiyasasi sebagai leader
b. Lia Dewi Mustika Sarisebagai fasilitator dan observer
c. Ilya Nur Rachmawatisebagai fasilitator danobserver
4. Melakukan kontrak waktu dengan sasaran
5. Menyiapkan tempat untuk terapi bermain

Kriteria Evaluasi Proses


Penyuluh :
1. Diharapkan leader mampu memberikan penjelasan secara komunikatif dan
jelas serta memimpin dari awal sampai akhir

2. Diharapkan fasilitator mampu mendampingi sasaran sampai berhasil


membuat origami
3. Diharapkan observer mampu mengamati jalannya terapi bermain dari awal
sampai akhir dan mengamati respon dari sasaran
Sasaran :
1. Diharapkan

sasaran

memperhatikan

dengan

cermat

pada

saat

berlangsungnya terapi bermain,


2. Diharapkan sasaran aktif bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti saat
dijelaskan
3. Diharapkan sasaran mampu meronce manik-manik

Kriteria Evaluasi Hasil


1. Minimal 5 orang sasaran yang mengikuti terapi bermain
2.

Sebelum pelaksanaan terapi dilakukan validasi perasaan untuk mengetahui


perasaan klien sebelum mengikuti terapi bermain.

3. Setelah terapi bermain klien dievaluasi terkait perasaan sesudah mengikuti


terapi bermain.

C. Materi (Terlampir)
D. Daftar Pustaka (Terlampir)

MATERI
LANGKAH-LANGKAH MERONCE MANIK-MANIK
1.

2.

Mempersiapkan alat dan bahan


-

Tali elastis dari benang

Gunting

Manik-manik berbeda ukuran dan bentuk

Cara meronce manik-manik


-

Minta ayah/ibu untuk menyiapkan alat dan bahan

Taruh manik-manik pada mangkok kecil agar mudah dijangkau anak dan
tidak tercecer

Ambil tali elastis dan potong panjang tali elastis sesuai keinginan anak

Terlebih dahulu ikat ujung tali bagian satu, agar anak bia memasukkan manikmanik tanpa terjatuh lagi pada bagian ujung (Gambar 1)

Gambar 1 Mengambil tali elastis, menarik dan mengikat ujung tali untuk
sebelum meronce

Kemudian minta anak untuk meronce manik-manik dengan bentuk dan warna
yang ia suka. Bila anak belum bisa melakukannya ajari terlebih dahulu dan
jangan lupa untuk selalu mendampingi anak

Gambar 2 Meronce manik-manik

Beri pujian kepada anak kepada hasil karya meronce anak-anak


DAFTAR PUSTAKA

1. Hastuti, Dwi. 2013. Pengembangan Kegiatan Motorik Halus Melalui Kegiatan


Meronce pada anak Kelompok B di Tk Mojodoyong I kedawung Sragen Tahun
Pelajaran 2012-2013. Surakart: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
2. Isnuansa.2016. Meronce kalung dan gelang dari berbagai manik-manik. [online:
http://mom.isnuansa.com/meronce-kalung-dan-gelang-dari-berbagai-manik-manik/
diakses pada tanggal 12 agustus 2016 jam 06.10]

Anda mungkin juga menyukai