Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KARSINOMA BRONKOGENIK

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Medikal


di Ruang 23 Infeksi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh :
Lia Dewi Mustika Sari
125070200111012
Kelompok 16

ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2016

A. DEFINISI
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel
bronkus.Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak
terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus
didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker
disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap
rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang
mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang berasal dari saluran
pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya peningkatan insiden kanker
paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata
manusia serta kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun Kanker paru memang lebih
sering terjadi (Alsagaff & Mukty, 2002).
B. ETIOLOGI
Etiologi pasti kanker pada umumnya masih belum diketahui sama halnya dengan etiologi
pasti pada karsinoma paru. Diperkirakan bahwa paparan jangka panjang bahan-bahan
karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan
predisposisi hubungan keluarga, suku bangsa, ras, serta status imunologis.
Kanker paru didasari oleh adanya abnormalitas genetik yang menyebabkan berubahnya
epitel bronkus menjadi jaringan neoplasma. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker
apabila oleh berbagai sebab yang menyebabkan ketidakseimbangan antara fungsi onkogen
dengan gen tumor supresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Perubahan
atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan atau
kurang/hilangnya fungsi gen tumor supresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak
terkendali. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heteroginiti kromosom atau LOH
juga diduga sebagai mekanisme ketidaknormalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari
berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses
karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras. Sedangkan kelompok gen
tumor supresor antara lain Gen P53, Gen RB. (Persatuan Dokter Spesialis Radiologi Jawa
Barat, online: www.pdsri.org)
Sedangan faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru, antara lain :
a. Merokok
2

Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk terhadap


kesehtaan.Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah
diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,
lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
Merokok merupakan penyebab utama Ca paru.Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dari

kanker

paru

(karsinoma

bronkogenik).Perokok

seperti

ini

mempunyai

kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali
ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
b. Perokok pasif
Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif, karena
perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari perokok aktif. Semakin
banyak orang yang berhubungan dekat antara perokok aktif dan pasif, maka risiko
terjadinya kanker paru akan semakin meningkat. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap
dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi
pada perokok pasif (Stoppler,2010).
c. Paparan zat karsinogen .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).Pekerja pemecah hematite (paru
paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat
juga mengalami peningkatan insiden.Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.
d. Polusi Udara
Polusi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai
dampak yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi udara
mempunyai pengaruh kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan.Karena banyak didaerah perkotaan sangat kurang lahan
hijau untuk dapat menyaring polusi-polusi udara akibat banyaknya kendaraan
bermotor.Kurangnya lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan karena
pembangunan yang sangat besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai
keseimbangan lingkungan.
3

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara,
pemaparan gas RT, asap kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah
Patologi,1997).
e. Genetik
Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini.Penelitian
sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi gen-gen penekan
f.

tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik dapat
menjadi risiko terjadinya kanker paru.Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek
dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

C. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinik penyakit karsinoma paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering sangat
membantu tegaknya diagnosis.Gejala klinis dapat dibagi berdasarakan:
a. Intrapulmonal :
- Batuk : kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai
titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap
-

infeksi sekunder.
Sesak nafas (pendek)
Hemoptisis: Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor

yang mengalami ulserasi.


Nyeri dada
Gejala awal stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh

obstruksi bronkus
- Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
b. Gejala intra torakal ekstrapulmo
- Sindroma horner: endopthalmus, miosis, ptosis
- Sindroma vena kava superior: pembengkakan

pada

lengan,

wajah,

leher,kolateralvena pada dinding


- Parese atau paralise diafragman. frenikus
- Parese atau paralise chorda vokalisn. recurrent
- Disfagiaesophagus
- Efusi pleura penyebaran pada pembuluh getah bening regional intratorakal
c. Gejala ekstratorakal non metastase
- Manifestasi neuromuscular: miopati, neuropati perifer, encepalopati
4

Manifestasi

endokrin:

sindroma

cushing,

hiperparatiroid

dengan

hiperkalsemia,hiponatremia akibat sekresi ADH, hipoglikemia akibat sekresi


insulin yang berlebih
- Manifestasi pada jaringanikat dan tulang
- Manifestasi vaskuler dan haematologi: anemia, purpura, migratory, tromboplebitis
d. Gejala ekstratorakal metastaseGejala tergantung ke daerah metastase(tulang,
otak, pleura, paru kontralateral/ipsolateral, hepar, kelenjar adrenal).
Ada beberapa skala international untuk menilai gejala dan tampilan, antara
lainberdasarkan Karnofsky Scale yang banyak dipakai di Indonesia, tetapi juga dapat
dipakaiskala WHO gejala dan tampilan inilah yang sering jadi penentu dapat tidaknya
kemoterapiatau radioterapi kuratif diberikan.
Tabel 2.1 Tampilan menurut skala Karnofski dan WHO
Nilai Skala Karnofsky
90-100
70-80

Nilai Skala WHO


0
1

Keterangan

50-60

mengurus diri sendiri.


Cukup aktif, namun kadang

30-40
10-20

3
4

memerlukan bantuan.
Kurang aktif, perlu rawatan.
Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu

Aktifitas normal
Ada keluhan tetapi

masih

aktif

dandapat

rawat di rumah sakit.


0-10
Tidak sadar
Dikutip dari: Jusuf, Anwar (Persatuan Dokter Spesialis Radiologi Jawa Barat, online:
www.pdsri.org)
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi saluran
pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai 1 bulan harus
dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan menurun dan
anemia. Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri
tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).

D. KLASIFIKASI DAN STADIUM


Kanker paru primer biasanya diklasifikasikan menurut jenis histologinya, semuany
memiliki riwayat alami dan respons terhadap pengobatan yang berbeda-beda.Walaupun
terdapat lebih dari satu lusin jenis kanker paru primer, namun kanker bronkogenik (termasuk
keeempat tipe sel yang pertama) merupakan 95% dari seluruh kanker paru.
Klasifikasi WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru
KARSINOMA BRONKOGENIK
5

I
Karsinoma epidermoooid (skuamosa)
II
Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)
III
Adenokarsinoma (termasuk sel alveolar)
1V
Karsinoma sel besar
V
Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid
LAIN-LAIN
VI
Tumor karsinoid (adenoma bronkus)
VII
Tumor kelenjar bronkial
VIII
Tumor papilaris dari epitel permukaan
IX
Tumor campuran dan karsinosarkoma
X
Sarcoma
XI
Tak terklasifikasi
XII
Mesotelioma
XIII
Melanoma
Karsinoma bronkogenik biasanya dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung
cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-cell lung cancer, NSCLC) untuk
mennetukan terapi.Termasuk golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid,
adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.Pada umumnya, SCLC
terutama ditangani dengan kemoterapi, dengan atau tanpa radiasi, sedangkan NSCLC, jika
pada diagnosis terlokalisasi, diatasi dengan reseksi bedah. Perkiraan frekuensi dari
berbeagai tipe histologi adalah sebagai berikut: epidermoid (30%), adenokarsinoma (33%),
karsinoma sel besar (10%), dan karsinoma sel kecil (18%). 90% dari seluruh tipe karsinoma
bronkogenik adalah perokok, dan 10% sisanya bukan perokok menderita kanker paru yang
biasanya berupa adenokarsinoma (MInna, 1998 dalam Price, Sylvia A., 2005)
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru dalam Sylvia, Price
(2005):
a. Karsinoma Bronkogenik.
a) Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului
timbulnya Kanker.Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki
besar.Diameter Kanker jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung
menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
1) Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Kanker ini
timbul

dari

sel

sel

Kulchitsky,

komponen

normal

dari

epitel

bronkus.Terbentuk dari sel sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit.Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus,
demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ organ distal.
2) Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
6

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat


mengandung mukus.Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru paru
dan fibrosis interstisial kronik.Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah
dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala
gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
3) Karsinoma sel besar.
Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.Sel sel ini
cenderung untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
b. Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)
1) Tahap terbatas
Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan disekitanya.
2) Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat
asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
b) Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
1) Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien
dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparuparu.
2) Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam
paru-paru dan tidak bersifat invasif.
3) Stadium I
Merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
4) Stadium II
Merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah
bening di dekatnya.
5) Stadium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening
di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
6) Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru
yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel sel Kanker telah menyebar juga
ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang.

STATUS TUMOR PRIMER


To

Tidak ada bukti ada tumor primer

Tx

Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel
tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara
radiologis atau bronkoskopis.

Tis

Karsinoma in situ

T1

Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh
jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak
lebih proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus utama).
Tumor sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas pada
dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama.

T2

Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :

Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm


Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina, dapat
mengenai pleura viseral - Berhubungan dengan atelektasis atau
pneumonitis obstruktif yang meluas ke daerah hilus, tetapi belum mengenai
seluruh paru.

T3

Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding dada


(termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau
tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah
distal karina atau tumor yang berhubungan dengan atelektasis atau
pneumonitis obstruktif seluruh paru.

T4

Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung, pembuluh


besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang disertai dengan
efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama
dengan tumor primer.

KETERLIBATAN KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (N)


Nx

Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai

No

Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening


8

N1

Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus ipsilateral,


termasuk perluasan tumor secara langsung

N2

Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral dan/atau KGB


subkarina

N3

Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB


skalenus/supraklavikula ipsilateral/kontralateral

METASTASIS (ANAK SEBAR) JAUH


Mx

Metastasis tak dapat dinilai

Mo

Tak ditemukan metastasis jauh

M1

Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer dianggap
sebagai M1

E. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
1) Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Foto
thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
2) Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium
1) Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien
ada keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif
karena tergantung dari letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor, teknik
mengeluarkan sputum, jumlah sputum yang diperiksa, waktu pemeriksaan
sputum ( sputum harus segar). Pada kanker paru yang letaknya sentral,
pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai 6785% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru.
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada
cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, bilasan dan sikatan
bronkoskopi.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun pada kanker paru.
9

4) Pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan


-

spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui :


Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik. Hasil positif dengan
bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya sentral dan 7080% untuk tumor yang letaknya perifer. Memungkinkan visualisasi, pencucian
bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui).

Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran > 2cm sensitivitasnya mencapai 90-95%. Biopsi dengan TTB terutama
untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 9095%.

Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi
dari pada cara membuta (blind). Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang
lebih baik dengan cara torakoskopi.

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non invasif dan invasive
sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

F. Tindakan Umum yang Biasa Dilakukan


Tujuan pengobatan kanker dapat berupa memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup klien dan mengurangi dampak kanker, meningkatkan
kualitas hidup.
1. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan
Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal pada pasien dengan kanker
paru dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen
darah, obat anti nyeri dan anti infeksi (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana
Asuhan Keperawatan, 2000)
Penatalaksanaan Medis
1.

Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk

mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi
paru paru yang tidak terkena kanker. Dapat dilakukan dengan cara :
10

Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.

Pneumonektomi (pengangkatan paru).


Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

Lobektomi (pengangkatan lobus paru).


Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.

Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir.Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan
es).
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris.

2.

Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan
kanker paru, terutama pada SCLC karena metastasis.Kemoterapi dapat juga diberikan
bersamaan dengan terapi bedah
Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk
kombinasi dari obat-obat berikut : Cyclophosphamide, Dexorubicin, Methrotexate, dan
Procarbazine. Etoposide dan Cisplatin.Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.

3.

Radiologi Intervensi
Penatalaksanaan radiologi intervensi pada kanker paru, terutama yang tumbuh di bagian
tengah paru-paru, suplai darah yang seharusnya dari arteri bronkial diinjeksi arteri obat antikanker, konsentrasi obat di area tumor dapat ditingkatkan, sehingga meningkatkan
efektivitas dan mengurangi efek samping obat. Pengobatan radiologi intervensi kanker paru
dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan konsentrasi obat terapi infus arteri
bronkial tumor lokal, konsentrasi lokal masing-masing tambahan 1x lipat, untuk membunuh
sel-sel tumor dapat meningkatkan 10 kali lipat. Pengobatan kanker paru lanjut, kateter infus
obat anti-kanker tidak hanya berperan dalam tumor local tetapi juga mengurangi efek
samping obat dan metastasis hilar mediastinum.
Kelebihan Radiologi Intervensi

11

Radiologi intervensi memiliki berbagai kelebihan dalam penanganan kanker paru,


diantaranya:
- Tidak memerlukan lesi bedah, biasanya hanya beberapa milimeter dari sayatan
kulit dapat menyelesaikan pengobatan, kerusakan kulit lebih kecil dan terlihat
-

bagus.
Sebagian besar pasien melakukan anestesi lokal daripada anestesi umum,

sehingga mengurangi risiko anestesi.


Kerusakan lebih kecil dan pemulihan lebih cepat, hasilnya memuaskan, hanya

sedikit mempengaruhi sel-sel tubuh yang normal.


Untuk pengobatan kanker paru-paru yang sulit, pengobatan intervensi dapat
sejauh mungkin mencapai tepat pada lokasi, dan mengurangi efek samping pada
tubuh dan organ lainnya.

Indikasi Penanganan Radiologi Intervensi


Indikasi penanganan radiologi pada pasien kanker paru:
-

Kanker paru sudah tidak dapat lagi ditangani dengan terapi bedah karena telah

berada pada stadium lanjut.


Pasien tidak dapat mentolerir tindakan operasi kanker paru.
Operasi kanker paru yang sulit, terapi intervensi preoperative, untuk jangka
pendek menyusutkan tumor, untuk dapat mengurangi kesulitan pengobatan
operasi dan meningkatkan efektivitas (setara dengan kemoterapi neoadjuvant

bedah pra operasi).


Kanker paru dengan hemoptisis, dilakukan perfusi layak dan embolisasi, untuk

mencapai efek ganda anti-tumor dan menghentikan perdarahan.


Pasien karsinoma paru yang tidak bisa mentolerir kemoterapi sistemik, terutama

pasien usia lanjut.


Pasien yang dapat mentoleransi dosis kemoterapi sistemik, dapat menggunakan
kemoterapi intervensi dan intravaskuler dosis kemoterapi tambahan intravena,
dalam rangka meningkatkan efek terapi lokal dan untuk memastikan dosis

sistemik.
Kanker paru yang berukuran besar atau yang dekat pembuluh darah besar

4. Termal Ablasi
Tindakan ablasi termal dilakukan pada saat kanker paru-paru menunjukkan gejala dan
85 persen pasien tidak dapat disembuhkan karena pengaruh kondisi kesehatan yang lemah
atau fungsi pernafasan yang kurang baik.Kebanyakan pasien yang didiagnosis dengan
kanker paru non small cellyang tidak dapat dioperasi pada saat di diagnosis.Pasien dengan
kondisi tersebut dilakukan intervensi radiologi dengan prosedur minimal invasive yang dapat
membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup.

12

5. Perkutaneus Ablasi Kombinasi Cryoablasi dan Radiofrekuensi Ablasia


Perkutaneus ablasi dengan dua tipe, yaitu Crioablasi dan Radiofrekuensi Ablasi
(RF).Cryoablasi lebih baik melalui kombinasi multi-alat (sampai 15 jarum bersamaan
dengandibekukan) diperuntukkan pada kanker paru yang besar, berukuran lebih dari 10 cm
danpaparan dosis radiasi terbatas. Pengobatan ini dilakukan dengan anestesi dan
menggunakanCT Scan yang dipandu oleh dokter dengan memasukkan jarum tepat pada
tumor dalamsuperkonduktor dalam waktu kurang dari satu menit, suhu pusattumor akan
dicelupkan ke-160C, sehingga seluruh tumor dalam kisaran terapeutik akan segera
membentuk serpihan es yang keras, ketika dingin untuk waktu yang diperlukan, tetapi juga
dalam waktu yang sangatsingkat suhu dalam tumor akan naik 20C~ 43C(Radiofrekuensi
ablasi), diulangi dua kalidengan cepat. Perubahan panas dan dingin hingga pembekuan yang
cepat mengakibatkansel-sel tumor dapat dihancurkan
Teknik cryoablasi dan radio frekuensi ablasi dengan luka kecil, komplikasi lebih sedikit
dan karakteristik lainnya, seperti pada pasien dengan pengobatan kanker paru stadium lanjut
memberikan pilihan baru. Secara khusus, untuk kanker paru pada pasien usia lanjut, serta
fungsi jantung dan paru-paru yang sudah tidak baik, tidak bisa mentolerir operasi jantung
terbuka atau kegagalan dengan pengobatan lain. Pasien dengan pengobatan cryoablasi dan
audio frekuensi ablasi masih dapat diterapkan untuk mencapai tujuan paliatif reseksi tumor,
mengurangi beban tumor, sehingga meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan
memperpanjang waktu hidup.
Selain berbagai manfaat cryoablasi an Radio frekuensi ablasi yang telah dikemukakan
diatas ada beberapa lagi manfaat dari tindakan tersebut:
-

Tempat atau bagian tubuh yang dibekukan akan tidak ada tumor dan tidak ada

kematian.
Rawat inap lebih pendek.
Pemulihan pasca operasi yang cepat diamati 3 sampai 5 hari.
Biaya lebih murah.
Cryoablasi dapat meningkatkan sensitivitas tumor terhadap kemoterapi, sehingga
efekterapi kemoterapi meningkat.Kombinasi cryoablasi, radiofrekuensi ablasi
dengan radioterapi, kemoterapi dan obat lain bersama-sama untuk membunuh
sel kanker, untuk mencapai efek terapi yang maksimal, memperpanjang hidup
pasien dan mengurangi gejala.

6. Kemoembolisasi
Kemoembolisasi adalah pengobatan minimal invasif untuk kanker paru-paru yang dapat
digunakan ketika terdapat banyak sekali tumor yang akan diobati dengan RFA atau ketika
tumor tidak dapat diobati dengan RFA, atau dalam kombinasi RFA atau pengobatan lain.
Kemoembolisasi memasukkan obat pembunuh kanker (kemoterapi) dosis tinggi yang
13

langsung ke organ yang dituju, sementara pasokan darah ke tumor dicegah, atau melakukan
emboli pada arteri yang member makan tumor. Pencitraan digunakan untuk menuntun ahli
radiologi intervensi memasukkan benang kateter kecil pada arteri femoral di pangkal paha
kepembuluh darah yang menyuplai tumor paru. Emboli menjaga obat kemoterapi tetap
berada didalam tumor dengan menghalangi aliran kebagian tubuhyang lain. Hal ini
memungkinkan digunakannya obat kemoterapi dosis tinggi, karena hanya sedikit obat yangd
apat beredar ke sel-sel sehat dalam tubuh
Pasien kemoembolisasi biasanya menjalani rawat inap dua sampai empat hari dirumah
sakit. Pasien biasanya merasa sedikit lemah dari biasanya sekitar satu bulan setelah itu.
Kemoembolisasi

adalah

pengobatan

paliatif,bukan

kuratif.

Kemoembolisasi

menunjukkanhasil awal yang menjanjikan pada beberapa jenis tumor metastasis. Meskipun
material yang digunakan dalam pengobatan ini disetujui FDA, pengobatan itu sendiri tidak
disetujui secara khusus untuk terapi intra-arteri tumor paru-paru.
(Persatuan Dokter Spesialis Radiologi Jawa Barat, online: www.pdsri.org)
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma paru antara lain:
-

Hematotorak (darah pada rongga pleura)


Empiema (nanah pada rongga pleura )
Pneumotorak (udara pada rongga pleura )
Abses paru
Atelektasis (paru-paru mengerut )

DAFTAR PUSTAKA
Sylvia, Price Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Robbins, SL. dan Kumar V, Cotran RS. 2007. Buku ajar patologi 7nd ed , Vol. 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Underwood, J.C.E. 2000.Patologi Umum dan Sistemik. Vol.2. 2nded.
Jakarta: EGC
14

Alsagaff, H. dan Mukty, A. 2002.Dasar-dasar Ilmu Penyakit paru. Cetakan Ketiga .Surabaya :
Airlangga University Press.
A.D. Thompson, 1997, Catatan Kuliah Patologi, Alih Bahasa: R.F. Maulany,. Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.
Stoppler, M.C.2010.Lung Cancer. Available from: http://www.emedicinehealth/
Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K.,
Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 1015-21.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First.

ASUHAN KPERAWATAN
Pengkajian keperawatan

Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.

Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang

Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah
15

Malaise

Anorexia

Badan makin kurus

Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang makin luas

Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik

Riwayat kesehatan dahulu

Terpapar asap rokok

Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida besi

Konsumsi bahan pengawet

Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat keluarga penderita kanker

Data dasar pengkajian pasien


Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi cairan, kecepatan
akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.
1.

Aktifitas / istirahat

Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea akibat


aktivitas
Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
2.

Sirkulasi

Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)


Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi / disritmia
3.

Integritas ego

Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat / potensi
keganasan.
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
4.

Eliminasi

Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi / jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
5.

Makanan / cairan

Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan
menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema wajah/leher, dada punggung
(obstruksi vena cava), edema wajah / periorbital (keidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
6.

Nyeri / kenyamanan
16

Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
7.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.


Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum.
Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industry.Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda

: Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan

konsolidasi), Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/
mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
Tanda

: Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat

(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)


Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar), Amenorea/
impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk
membaik.

Pengkajian fisik
1.

Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/dasar

kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.


2.

Kepala dan leher


Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea.

3.

Telinga
Biasanya tak ada kelainan

4.

Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi

5.

Muka, hidung, dan rongga mulut


Pucat atau sianosis bibir / mukosa menandakan penurunan perfusi
Ketidakmampuan menelan
Suara serak
6.
Thoraks dan paru-paru
Pernafasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat istirahat)
Nafas dangkal
Penurunan otot aksesoris pernafasan
Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau
tanpa sputum
Peningkatan fremitus, kreleks inspirasi atau ekspirasi
7.
System Kardiovakuler
Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih pada sat istirahat
17

Bunyi gerakan pericardial (pericardial effusion)


Abdomen
Bising usus meningkat / menurun
9.
System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
10.
System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi
11.
System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)
12.
System muskuluskeletal
Penurunan kekuatan otot
Jari-jari tubuh (clubbing fingers)
13.
System persarafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
8.

depresi, kesulitan berkonsentrasi

Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi

yang labil, marah, sedih.


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas
sekret/ sputum ditandai dengan sesak napas, batuk, ronkhi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan sesak
napas, sianosis, frekuensi pernapasan meningkat, saturasi oksigen menurun..
3. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan lesi dan melebarnya pembuluh
darah, penekanan syaraf oleh kanker ditandai dengan frekuensi jantung atau
pernapasan meningkat dan klien mengeluhkan rasa sakit.
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengn penyempitan saluran napas ditandai
dengan frekuensi pernapasan meningkat, wheezing.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan
kurang informasi ditandai dengan pasien selalu bertanya mengenai kondisinya dan
tindakan apa yang akan dilakukan.
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk melakukan perubahan
status kesehatan, takut mati ditandai dengan pasien selalu menanyakan pertanyaan
yang sama kepada perawat, pasien terlihat gelisah.

DX
TUJUAN & KH
INTERVENSI
Ketidakefektif NOC : Respiratory Status : Airway NIC : Airway Patency
an
bersihan Patency
1. Memposisikan pasien untuk
jalan napas
memaksimalkan ventilasi
Indikator
1 2 3 4 5
18

RR
Dispneu saat
istirahat
Batuk
(batukberdarah
campur
berdarah
berkurang)
Akumulasi
sputum (dahak
menurun)

Ketidakefektif NOC:
an pola nafas Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status

2. Memasukkan oral atau


nasofaring airway
3. Melakukan fisioterapi dada
4. Menghilangkan sekret dengan
cara batuk efektif
5. Menyarankan penggunaan
bronkodilator
6. Mengadministrasikan
penggunaan aerosol
7. Memberi oksigenasi
8. Meregulasi intake cairan untuk
menoptimalkan keseimbangan
cairan
9. Memonitor status oksigenasi
dan respiratori
NIC : Oxygen Therapy
1. Berikan oksigen sesuai dengan
order
2. Monitor keefektifan dari terapi
oksigen (pulsa oksimetri,
pengukuran gas darah arteri)
NIC: Respiratory Monitoring
1. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
3. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
4. Monitor respirasi dan status O2
5. Bersihkan mulut, hidung &
secret trakea
6. Pertahankan jalan nafas yang
paten
7. Observasi tanda hipoventilasi
8. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
9. Monitor TTV
10. Informasikan pasien & keluarga
tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
11. Monitor pola nafas
12. Waspadakan klien agar leher
tidak tertekuk/posisikan semi
ekstensi atau eksensi pada
saat beristirahat
13. Kolaborasi pemberian obat
14. Persiapkan
operasi
bila
19

Nyeri Kronis

NOC: Pain Level


Indikator
1
Keluhan nyeri
Lama episode
nyeri
Ekspresi
wajah dari
nyeri

diperlukan.
Pain Management
1. Mengkajinyerisecarakomprehe
nsifdenganmenyertakan
onset/durasi, frekuensi, factor
presipitasi
2. Menentukandampakpengalama
nnyeriterhadapkualitashidup
(tidur, nafsumakan, aktivitas,
kognisi, mood, hubungan
social, bekerja,
tanggungjawabperan)
3. Mengeksplordenganpasien
faktor-faktor yang
memperburukataumeringankan
nyeri
4. Mengajarkanpenggunaanteknik
nonanalgesik (biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi,
imajinasiterbimbing, terapi
music, distraksi, terapibermain,
terapiaktivitas, acupressure,
aplikasidingin/hangat,
massage) sebelum,
setelahdanjikamungkinselamaa
ktivitas yang terasasangatnyeri,
sebelumnyeriterjadiataumening
kat
5. Mendorongpasienuntukmengg
unakanmedikasisecaraadekuat
6. Berkolaborasiuntukpemberian
analgesic yang sesuai
7. Memverifikasi level
kenyamananpasien,
catatperubahandalamrekamme
dis, menginformasikantenkes
professional lain yang
menanganipasien
8. Mengevaluasikeefektifantindak
an control nyeri yang
digunakan
9. Mendorongkeadekuatanistiraha
t/tiduruntukmemfasilitasipenan
ganannyeri

20

21

Perencanaan keperawatan
NO.
1.

DIAGNOSA

TUJUAN DAN KRITERIA

KEPERAWATAN
HASIL
Bersihan jalan nafas Setelah
tidak

INTERVENSI

RASIONAL

dilakukan 1) Berikan pasien O2

efektif intervensi

keperawatan 2)

1)

Berikan pasien posisi semifowler 2)

Mencegah terjadinya hipoksia


Memaksimalkan ventilasi

berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, klien (jika tidak hemaptoe) atau supinasi
peningkatan jumlah / menunjukkan kepatenan (jika hemaptoe)
viskositas

jalan

napas.

sekret/sputum

kriteria hasil :
1)

Dengan 3) Auskultasi dada untuk karakteristik 3)

Klien

menunjukkan
napas

bersih,

bunyi napas dan adanya secret


akan 4)

Observasi

bunyi (misalnya,

karakteristik

menetap,

Pernapasan bising, ronki dan mengi

menunjukkan

tertahannya

sekret

atau

batuk, obstruksi jalan napas

efektif,

tak 4)

Karakteristik

batuk

dapat

berubah

bebas efektif), juga jumlah dan karakter tergantung pada penyebab/ etiologi gagal

kering / bunyi tambahan sputum

perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak,

2)

kental, berdarah, dan/ atau purulen yang

Klien mengeluarkan

secret tanpa kesulitan


3)

Klien

Lakukan penghisapan bila batuk memerlukan pengobatan lebih lanjut

menunjukkan lemah atau ronki tidak hilang dengan 5)

hilangnya dipsnea
4)

5)

Tanda-tanda

dalam rentang normal

Penghisapan

meningkatkan

resiko

upaya batuk. Hindari penghisapan hipoksia dan kerusakan mukosa. Penghisapan


vital ETT dan OTT yang dalam pada klien trakeal secara umum kontraindikasi pada klien
pneunomektomi bila mungkin
6)

pneunomektomi

untuk

menurunkan

resiko

Dorong masukan cairan peroral rupture jahitan bronchial

(sedikitnya

2500ml/hari)

dalam 6)

toleransi jantung

hidrasi

adekuat

untuk

meningkatkan

pengeluaran secret

7) Kaji nyeri / ketidaknyamanan dan


lakukan latihan pernapasan

7)

mendorong klien untuk bergerak, batuk

lebih efektif, dan napas dalam untuk mencegah

22

kegagalan pernafasan
8) Bantu klien dan intruksikan untuk 8) Posisi duduk memkungkinkan eksansi paru
napas dalam dan batuk efektif dengan maksimal

dan

penekanan

upaya

batuk

posisi duduk tinggi dan menekan membantu untuk memobilisasi / membuang


daerah insisi.

sekret

9) Observasi tanda-tanda vital

9)

10)

Kolaborasi

oksigen

penggunakan 10)

humidifikasi

Mengetahui kondisi terkini pasien


memberikan

hidrasi

maksimal

nebulixer membantu pengenceran sekret.

ultrasonic. Berikan cairan tambahan


secara IV sesuai indikasi
11)

Kolaborasi

bronkodilator,

pemberian

ekspektoran,

atau 11)

analgesic sesuai indikas

menghilangkan spasme bronkus untuk

memperbaiki

aliran

udara,

meningkatkan

upaya pengeluarn secret melalui pengenceran


dan penurunan viskositas serta penghilangan
2

Catat

frekuensi,

ketidaknyamanan
kedalaman 1)
pernapasan meningkat sebagai akibat

keperawatan pernapasan,

kesukaran

bernapas. nyeri atau sebagai mekanisme kompensi awal

Gangguan pertukaran setelah


gas

berhubungan intervensi

dengan hipoventilasi

dilakukan 1)

selama 324 jam, klien Observasi penggunaan otot bantu terhadap kerusakan jaringan paru.
menunjukkan

perbaikan pernapasan, napas bibir, perubahan

pertukaran gas. Dengan kulit / membrane mukosa, misalnya


kriteria hasil :
1)

pucat, sianosis.

Menunjukkan 2)

Catat ada atau tidak adanya

perbaikan ventilasi dan bunyi tambahan dan adanya bunyi 2)


oksigenisi

adekuat tambahan, misalnya krekels, mengi

Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama

atau tak ada pada area yang sakit.Krekels

23

adalah bukti peningkatan cairan dalam area


jaringan

sebagai

permeabilitas

akibat

membrane

peningkatan
alveolar-kapiler.

Mengi adalah bukti adanya tahanan atau


penyempitan jalan nafas sehubungan dengan
dengan

GDA

rentang

normal

bebas

gejala

dalam
dan

Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara


nafas yang bersih, tidak
ada

sianosis,

dispneu,

dan
mampu

bernafas dengan mudah.


3)

Selidiki perubahan status mental

/ tingkat kesadaran

Tanda-tanda

dalam rentang normal

vital

mukus/ edema serta tumor.


3)

Menunjukkan peningkatan hipoksia atau

komplikasi seperti pergeseran mediastinal bila

distress

pernafasan.
2)

3)

disertai dengan takipnea, takikardia, deviasi


4)

Pertahankan kepatenan jalan

napas dengan posisi, penghisapan,


dan

pemberian

oksigen

sesuai

indikasi
5)

Dorong / bantu latihan napas

dalam
6)

Pantau AGD, oksimetri nadi.

Catat kadar Hb

trakea
4)

obstruksi jalan napas mempengaruhi

ventilasi dan mengganggu pertukaran gas,


memaksimalkan

oksigen

untuk

pertukaran
5)

meningkatkan ventilasi dan oksigenasi

maksimal dan mencegah atelektasis


6)

penurunan PO2 tau peningkatan PCO2

dapat

sediaan

menunjukkan

dukungan

ventilasi.

kebutuhan

untuk

Kehilangan

darah

bermakna dapat mengakibatkan penurunan


7)
8)

kapasitas pembawa oksigen

Observasi tanda-tanda vital


Kolaborasi

pemberian

obatan sesuai indikasi

obat-

7)
8)

Mengetahui konsisi terkini pasien.


Membantu mengatasi

masalah pasien

sesia tanda dan gejala yang muncul

24

Gangguan
nyaman

rasa Setelah

dilakukan 1)

nyeri intervensi

berhubungan dengan selama

pasien

lingkungan 1)

324

jam, saat fase akut.

skala

nyeri 2)

Bantu pasien untuk memilih 2)

klien berkurang. Dengan posisi yang nyaman untuk istirahat.


kriteria hasil :
1)

3)

Melaporkan

istirahat

miring kea rah posisi yang sakit.

nyeri.

Buat 3)

Membantu dalam evaluasi gejala nyeri

rentang intensitas pada skala 0 10. karena kanker. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri

dengan

baik.
3)

karakteristik

Tampak rileks dan

tidur/

Pasien mungkin merasa nyaman dengan

Tanyakan pasien tentang nyeri.

nyeri Tentukan

hilang/ terkontrol.
2)

Mengurangi kebisingan dan meningkatkan

keperawatan yang terang dan batasi pengunjung istirahat.

lesi dan melebarnya diharapkan


pembuluh darah

Berikan

dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan


4)

Kaji pernyataan verbal dan analgesic, meningkatkan kontrol nyeri.

Berpartisipasi dalam non-verbal nyeri pasien.

4)

Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/

aktivitas yang diinginkan/

non verbal dapat memberikan petunjuk derajat

dibutuhkan.

nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi

4)

Tanda-tanda

vital 5)

dalam rentang normal


5)

Catat kemungkinan penyebab 5)

nyeri patofisologi dan psikologi.

Rentang nyeri dalam

Insisi posterolateral lebih tidak nyaman

untuk pasien dari pada insisi anterolateral.


Selain

skala normal (0-10)

itu

takut,

distress,

ansietas

dan

kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat


mengganggu kemampuan mengatasinya.
6)

Dorong menyatakan perasaan 6)

tentang nyeri.

Takut/

tegangan

masalah

otot

dan

dapat

meningkatkan

menurunkan

ambang

persepsi nyeri.
7)

Berikan tindakan kenyamanan. 7)

Dorong

dan

ajarkan

Meningkatkan relaksasi dan pengalihan

penggunaan perhatian.

teknik relaksasi
25

8)
9)

Observasi tanda-tanda vital.

Kolaborasi pemberian obat 9)

sesuai indikasi
Setelah

124

jam, 1)

diharapkan

Klien

keluarga

mengetahui
kanker

mengenai
tindakan,
4

prognosis antara

2)

informasi, 2)

Berikan informasi verbal dan

dapat tertulis tentang obat


hubungan

penyakit

dan 3)

berhubungan dengan terapi.


kurang

Kaji konseling nutrisi tentang

rencana makan; kebutuhan makanan


Klien

dapat kalori tinggi.

kesalahan interpretasi menggambarkan/


informasi,
mengingat.

kurang menyatakan diet, obat, 4)

Berikan pedoman untuk aktivitas.

dan program aktivitas.


mengidentifikasi

memerlukan 5)
Tanda-tanda

sangat menghambat lingkup perhatian pasien,


informasi/ tugas baru.
2)

Pemberian instruksi penggunaan obat

yang aman dapat membuat pasien mengikuti


program pengobatan dengan tepat
3)

Pasien dengan masalah pernafasan berat

biasanya mengalami penurunan berat badan


dan

anoreksia

sehingga

memerlukan

peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.


4)

Pasien harus menghindari untuk terlalu


untuk

meningkatkan

regangan/

stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan

benar tanda dan gejala

4)

Sembuh dari gangguan gagal paru dapat

aktivitas

dengan

perhatian medik.

1)

lelah dan mengimbangi periode istirahatdan

3) Klien/keluarga dapat

yang

dan gejala yang muncul.

konsentrasi dan energi untuk penerimaan

paru.

Klien

kondisi, menjelaskan

Berikan informasi dalam cara

dan yang jelas/ ringkas.

Kriteria hasil :
pengetahuan 1)

Membantu mengatasi pasien sesuai tanda

keperawatan

selama

Kurang

Mengetahui kondisi terkini pasien.

dilakukan

intervensi

tentang

8)

Tanda-tanda vital normal

oksigen berlebihan.
5)

Mengetahui kondisi terkini pasien

vital

dalam rentang normal

26

1. Perencanaan Evaluasi
No Dx

Evaluasi
1.
Klien menunjukkan bunyi napas bersih, bebas kering / bunyi tambahan
2.

Klien dapat mengeluarkan secret tanpa kesulitan

3.

Klien menunjukkan hilangnya dipsnea

4.
1.

Tanda-tanda vital normal


Klien tampak menunjukkan perbaikan ventilasi

2.

oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal

3.
II

Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang

bersih,
4.

Klien tidak ada sianosis dan dispneu, serta mampu bernafas dengan

mudah.

III

5.
1.

Tanda-tanda vital normal


Klien melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.

2.

Klien tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.

3.

Klien dapat berpartisipasi atau dengan mandiri dalam aktivitas yang

diinginkan/ dibutuhkan.
4.

Tanda-tanda vital normal

5.
1.

Rentang nyeri dalam skala normal (1-10)


Klien dapat menjelaskan hubungan antara penyakit dan terapi.

2.
IV

Klien dapat menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program

aktivitas.
3.

Klien/keluarga dapat mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala

yang memerlukan perhatian medik


4.

Tanda-tanda vital normal

Patofisiologi

27

Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan.Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah
karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma.Sel
skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya
tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai
prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

28

Anda mungkin juga menyukai