TUBERKULOSIS
DI RUANG 27 RSSA
DEPARTEMEN MEDIKAL
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Medikal
Oleh:
LIA DEWI MUSTIKA SARI
NIM: 125070200111010
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN INDIVIDU
RUANG 27 RSSA MALANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Medikal
Mengetahui,
Malang,
2016
Perseptor Akademik
Perseptor Klinik
NIP.
NIP.
Kepala Ruangan
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru
yang
secara
khas
ditandai
oleh
pembentukan
granuloma
dan
mikron
f.
700C
Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahar, dan sinar
ultraviolet
h. Dalam dahak pada suhu 30-370C akan mati dalam waktu lebih
i.
kurang 1 minggu
Kuman bersifat dormant (tidur/tidak berkembang)
Menurut Atmosukarto (2000), kuman tuberkulosis dapat
bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembaba, gelap tanpa
sinar matahari sampai bertahun - tahun lamanya. Tetapi kuman
tuberkulosis akan mati bila terke na sinar matahari, sabun, lisol,
karbol dan panas api Atmosukarto & Soewasti, 2000). Menurut
Girsang (1999), kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari
akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu kuman tersebut akan mati
oleh tinctura iodi sela ma 5 menit da n juga oleh ethanol 80 %
dalam wa ktu 2 sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu
24 jam.
Bakteri Mycobacterium tuberculosa seperti halnya bakteri
lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan
dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 %
volume
sel
bakteri
dan
merupakan
hal
essensial
untuk
ruangannya
menggunakan
pembersih
udara
yang
bisa
2. PENULARAN TB
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik
renik dahak yang dikeluarkan. Namun, bukan berarti bahwa
pasien
TB
dengan
hasil
pemeriksaan
BTA negatif
tidak
3. KLASIFIKASI
Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu1:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru)
dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis Ekstra
Paru
adalah
tuberkulosis
yang
2) TB Ekstra-Paru Berat
Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa duplex, TB tulang belakang, TB usus,
TB saluran kencing dan alat kelamin.
kuman Tb positif
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
pemeriksaan
masih
BTA positif
setelah
selesai
4. PERJALANAN ALAMIAH TB
5. EPIDEMIOLOGI
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan
beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah
sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000
6. FAKTOR RESIKO
7. PATOFISIOLOGI (TERLAMPIR)
Sumber penularan Tb Paru adalah penderita Tb BTA+ ,Pada
waktu batuk/bersin,penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk dropler (percikan dahak.
a. Infeksi Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang
pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang
primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening
di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks
-
ad integrum
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang
atelektasis
tersebut,
yang
dikenal
sebagai
epituberkulosis.
gawat
seperti
itu
berkulosismilier,
meningitis
tulang,
ginjal,
anak
ginjal,
genitalia
dan
ensefalomeningitis,
tuberkuloma)
dan
meninggal.
masyarakat,
karena
dapat
menjadi
sumber
penularan.
kaseosa).
dibatukkannya
Kaviti
jaringan
akan
keju
keluar.
muncul
dengan
Kaviti
awalnya
baru.
Sarang
pneumoni
sarang
ini
akan
tuberkuloma.
Tuberkuloma
dapat
atau
kaviti
membungkus
diri
dan
Kemungkinan
berakhir
menyembuh
akhirnya
sebagai
dengan
mengecil.
kaviti
yang
8. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan
yang
diraskan
pasien
pasien
tuberkulosis
dapat
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadangkadang pana badan dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan
demam pertama dapat
b. Batuk/batuk berdarah
Gejala ini bayak ditemukan dengan lama > 3 minggu. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus
pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah minggumimggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradagan
menjadi produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut adalah
berupa batuk darah karena terdapat pembuLuh darah yang pecah.
c. Sesak bernafas
pada
penyakit
ringan
(baru
tumbuh)belum
dirasakan
sesak
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
.terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya.
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung
luas dan kelainan struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis
dapat normal atau dapat ditemukan tanda konsolidasi paru utamanya
apeks paru. Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut dapat berupa: fokal
fremitus meingkat, perkusi redup, bunyi napas bronkovesikuler atau
adanya ronkhi terutama di apeks paru . Pada lesi luas dapat pula
ditemukan tanda-tanda seperti : deviasi trakea ke sisi paru yang
terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada cavitas atau
tanda adanya penebalan pleura.
b. Pemeriksaan Dahak
di
fasyankes
pada
hari
kedua,
saat
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Tes Tuberkulin: Mantoux Test (indurasi lebih dari 10-15mm)
f. Pemeriksaa Radiologi
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain
atas indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus
dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak
diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan hapusan positif perlu
dilakukan foto toraks bila:
- Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)
- Hemoptisis berulang atau berat
- Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +
Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam
bentuk. Gambaran radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif:
- Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus
-
10. PENATALAKSANAAN
a. Prinsip pengobatan
Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas
pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
- Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya
-
b. Pengobatan TB
-
Tahap intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat
setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk
mencegah terjadinya kekebalan obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA
c. Regimen Pengobatan
Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB
adalah antibotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman
Mycobacterium. Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu
aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi.
Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat
primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling poten dalam hal membunuh
bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan streptomisin. Rifampisin dan
pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi. Sedangkan obat
lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para Amino Salisilat,
Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan Rifabutin.
Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan
Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif,
dan dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan Rifapentin dan
Rifabutin digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan
kombinasi anti TB.
Rejimen pengobatan
TB
mempunyai
kode
standar
yang
1. KATEGORI-1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2
bulan. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
HR diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan.
Obat ini diberikan untuk:
- Penderita baru TB Paru BTA Positif.
- Penderita baru TB Paru BTA negatif Rntgen Positif yang sakit
-
berat
Penderita TB Ekstra Paru berat
2. KATEGORI -2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan
dengan HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap
hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan
dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu.
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya
pernah diobati, yaitu:
- Penderita kambuh (relaps)
- Penderita gagal (failure)
- Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
3. KATEGORI-3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4
bulan diberikan 3 kali seminggu.
Obat ini diberikan untuk:
- Penderita baru BTA negatif dan rntgen positif sakit ringan,
- Penderita TB ekstra paru ringan.
dengan
obat
simtomatik
maka
pemberian
OAT
dapat
Efek
samping
utama
ialah
hepatitis
imbas
obat
samping
tersebut
akan
meningkat
seiring
dengan
ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
1. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempattempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
Riwayat keluarga.
Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri.
Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat,
ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran udara kurang,
daerah di dalam rumah lembab, tidak cukup sinar matahari,
jumlah anggota keluarga yang banyak.
2)
3)
Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali.
4)
6)
7)
8)
dalam hal
Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat
badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan.
Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat
kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan
timpani. Bila mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak.
Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas
tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila
infiltrasi ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi
vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar,
auskultasi memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura,
auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak
terdengar sama sekali.
Palpasi
badan teraba hangat (demam)
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya
sel raksasa menunjukkan nekrosis.
b.
Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan
lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit
adalah
c.
Batuk/batuk berdarah
Sesak bernafas
Nyeri dada
Data Obyektif
sekret
darah,
kelemahan,
upaya
batuk
buruk,
edema
trakeal/faringeal.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
4. Gangguan
keseimbangan
nutrisi,
kurang
dari
kebutuhan
3) Rencana Tindakan
Dx 1
Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi
kuman tuberkulosis.
Tujuan: Tujuan: Tidak terjadi penyebaran infeksi setelah dilakukan
tindakan keperawatan dalam waktu 3x 24 jam.
Kriteria Hasil :
-
Klien
mengidentifikasi
penyebaran infeksi
interfensi
untuk
mencegah
resiko
Intervensi
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet
udara
selama
batuk,
bersin,meludah,
bicara,
tertawa
ataupun
menyanyi.
Untuk Membantu pasien menyadari/ menerima perlunya mematuhi
program
pengobatan
Pemahaman
untukmencegah
bagaimana
penyakit
pengaktifan
berrulang.
disebarkan
dan
pernafasan teratur
Intervensi
Mandiri
1)
2)
4)
5)
6)
Ajarkan klien napas dalam dan batuk efektif jika dalam keadaan
sadar
Batuk efektif akan membantu dalam pengeluaran secret sehingga
jalan
7)
Berikan klien air putih hangat sesuai kebutuhan jika tidak ada
kontraindikasi
Untuk meningkatkan rasa nyaman pasien dan membantu
pengeluaran sekret
8)
9)
10)
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
berkurangnya
Napas teratur
Hasil AGD dalam batas normal (PCO2 : 35-45 mmHg, PO2 : 95100 mmH
Intervensi :
Mandiri
1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernafasan. Catat penggunaan
otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan berbicara / berbincang
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan atau kronisnya
proses penyakit
2. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, serta
mencatat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis pusat
(circumoral).
Sianosis kuku menggambarkan vasokontriksi/respon tubuh terhadap
demam. Sianosis cuping hidung, membran mukosa, dan kulit sekitar
mulut dapat mengindikasikan adanya hipoksemia sistemik
3. Mengobservasi
kondisi
yang
memburuk.
Mencatat
adanya
untuk
dilakukan
tindakan
keperawatan
kritis
jika
diindikasikan
Shock dan oedema paru-paru merupakan penyebab yang sering
menyebabkan kematian memerlukan intervensi medis secepatnya.
Intubasi dan ventilasi mekanis dilakukan pada kondisi insufisiensi
respirasi berat.
Kolaborasi
1) Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan, misalnya: nasal kanul
dan masker
nilai
laboratoriurn
normal
dan
bebas
tanda
malnutrisi.
Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
5. Anjurkan bedrest.
Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan
metabolik.
Intervensi:
Mandiri
ketidaknyamanan
dada
sementara
Intervensi :
Mandiri
1) Pantau TTV
Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Observasi suhu kulit dan catat keluhan demam
Untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh pasien
3) Berikan masukan cairan sesuai kebutuhan perhari, kecuali ada
kontraindikasi.
Untuk menanggulangi terjadinya syok hipovolemi
4) Berikan kompres air biasa/hangat
Untuk menurunkan suhu tubuh
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV.
Intervensi:
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan atau kelelahan.
Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien memudahkan
pemilihan intervensi
Dx 8
Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
pengobatan,
pencegahan
pemahaman
proses
penyakit/prognosisdan
kebutuhan
pengobatan.
umurn
dan
menurunkan
resiko
pengaktifan
ulang
luberkulosis paru.
Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi.
Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Intervensi
1. Kaji ulang
kelelahan,
kemampuan
tingkat
belajar
partisipasi,
pasien
misalnya:
lingkungan
perhatian,
belajar,
tingkat
keraguan
terhadap
pengobatan
sehingga
mampu
menjalani terapi.
5. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.
Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis
fibrosis,
efusi
pleura,
empierna,
bronkiektasis,
No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. adanya eksudat di alveolus
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil:
No
Indikator
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan:
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
Awal
Target
No
1.
Indikator
Awal
Masukan peroral
meningkat
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.
Target
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Dapat mengidentifikasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu pernafasan
kebutuhan nutrisi
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5. keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan mengoptimlkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
2.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidaakmampuan mencerna, memasukkan, mengasorbsi makanan karena
faktor biologi.
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi menjadi seimbang, dengan kriteria
Ket:
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan
No
Indikator
Awal
1.
Mengenali faktor
penyebab
2.
Mengenali lamanya
(onset) sakit (skala,
intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
3.
Menggunakan metode
non-analgetik untuk
mengurangi nyeri
4.
5.
6.
Target
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1 = Tidak pernah
2 = Jarang
3 = Kadang-kadang
4 = Sering
5 = Konsisten menunjukkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.