Definisi
a. Meningitis
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis
adalah
peradangan
pada
selaput
meningen,
cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem
saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
b. Tuberkulosis (TB)
TB adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam
tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman
tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran
darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh
lain (Sylvia Anderson 1995 : 753)
c. Meningitis Tuberkulosis
Meningitis tuberkulosis adalah infeksi pada meningen yang disebabkan oleh
basil tahan asam Mycobacterium tuberculosis (Gilroy, 2000).
Suriadi (2001: 89) mengatakan meningitis tuberkulosis adalah peradangan
pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal kolumna yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.
Menurut Arief Mansyur, dkk (2000 : 11) meningitis tuberkulosis adalah
penyebaran tuberkulosis primer dengan fokus infeksi ditempat lain.
Sedangkan pengertian meningitis tuberkulosis menurut Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi, 1996 : 181) adalah komplikasi infeksi primer
dengan atau tanpa penyebaran milier.
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis
tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal kolumna yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat,
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan merupakan infeksi sekunder
sebagai akibat penyebaran infeksi tuberkulosis ditempat lain.
2. Anatomi Fisiologi
a. Meningen
Meningen adalah ketiga lapisan jaringan ikat non neural yang menyelubungi
otak dan medulaspinalis, berindak sebagai peredam syok atau syok absosber
2)
Arakhnoid
Arakhnoid adalah lapisan tengah dari meningen yang avaskular, rapuh,
tipis dan transparan. Seperti halnya dengan duramater, menyebrangi sulki
dan hanya menuju kedalam fisura-fisura utama saja. Dari membran
arakhnoid banyak trabekula halus menjurus kearah pia sehingga memberi
gambaran sebagai sarang laba-laba.
Lapisan luar arakhnoid terdiri dari sel yang menyerupai endotel disebut
sebagai meningotelial atau sel arakhnoid. Inti sel-sel tersebut tersusun
dalam lapisan tunggal, ganda atau multipel menghadap kearah rongga sub
dural. Lapisan dalam arakhnoid dan trabekula ditutup oleh sel mesotelial
yang dapat memberikan respon terhadap berbagai rangsangan dan dapat
membentuk fagosit.
Granulasi arakhnoid adalah proyeksi pia-arakhnoid yang masuk kedalam
sinus sagitalis superior. Granulasi ini disebut juga badan pacchioni, masingmasing terdiri dari sejumlah villi arakhnoid yang berfungsi sebagai katup
satu arah yang melewatkan bahan-bahan dari cairan serebrospinal masuk
kedalam sinus-sinus.
3)
b.
melewati cairan tersebut, sehingga bilamana terjadi infeksi pada rongga ini,
maka pembuluh darah dan saraf dapat terkena proses peradangan. Arteritis dan
flebitis dapat menyebabkan iskemi atau nekrosis jaringan otak.
Sisterna pontin yang berada pada pertemuan pons dengan medula atau
Pons medullary junction.
d.
Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel merupakan suatu seri rongga-rongga di dalam otak yang
saling berhubungan, dilapisi ependima dan berisi cairan serebrospinal yang
dihasilkan dari darah oleh pleksus khoroid.
Rongga-rongga dalam sistem ini terdiri dari sepasang venterikel lateralis
(kiri dan kanan), ventrikel III dan ventrikel IV. Kedua rongga ini dihubungkan oleh
aquaduktus silvii.
Kedua ventrikel lateralis berada di dalam hemisfer serebri dan masingmasing dihubungkan dengan ventrikel III melalui foramen interventrikularis dari
monro. Setiap ventrikel lateralis terdiri dari 4 bagian yaitu :
Kornu anterior
Sela media
Kornu inferior atau temporal
Kornu posterior
Ventrikel ventrikel III adalah suatu rongga ventrikel tipis di garis tengah,
diantara pasangan ventrikel lateralis. Ventrikel IV berhubungan dengan rongga
sub arakhnoid melalui kedua foramina dari luscka dan foramina magendi. Kedua
foramen dari luscka terletak dalam sudut pons dan medulla. Foramen magendi
terletak sebelah belakang medulla dan menghadap sisterna magna.
Setiap ventrikel mempunyai pleksus khoroid, yang paling besar adalah
pleksus khoroid ventrikel lateralis.
e.
jaring
laba-laba
yang
melalui
foramen
interventrikularis,
f.
darah
ini
juga
memberi
cabang-cabang
ke
Pintu masuk infeksi ini adalah saluran nafas sehingga infeksi pertama biasanya
terjadi pada paru-paru. Transmisi melalui saluran cerna dan kulit jarang terjadi.
Droplet yang terinfeksi mencapai alveoli dan berkembang biak dalam ruang
alveoli, makrofag alveoli maupun makrofag yang berasal dari sirkulasi. Sejumlah
kuman menyebar terutama ke kelenjar getah bening hilus. Lesi primer pada paruparu berupa lesi eksudatif parenkimal dan kelenjar limfenya disebut kompleks
Ghon. Pada fase awal kuman dari kelenjar getah bening masuk kedalam aliran
darah sehingga terjadi penyebaran hematogen.
Dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi, terbentuklah respon imunitas selular
terhadap infeksi tersebut. Limfosit-T distimulasi oleh antigen basil ini untuk
membentuk limfokin, yang kemudian mengaktivasi sel fagosit mononuklear dalam
aliran darah. Dalam makrofag yang diaktivasi ini organisme dapat mati, tetapi
sebaliknya banyak juga makrofag yang mati. Kemudian terbentuklah tuberkel terdiri
dari makrofag, limfosit dan sel-sel lain mengelilingi jaringan nekrotik dan perkijuan
sebagai pusatnya.
Setelah infeksi pertama dapat terjadi dua kemungkinan, pada orang yang sehat
lesi akan sembuh spontan dengan meninggalkan kalsifikasi dan jaringan fibrotik.
Pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, penyebaran hematogen akan
menyebabkan infeksi umum yang fatal, yang disebut sebagai tuberkulosis millier
diseminata. Pada keadaan dimana respon host masih cukup efektif tetapi kurang
efisien akan timbul fokus perkijuan yang besar dan mengalami enkapsulasi fibrosa
tetapi menyimpan basil yang dorman. Klien dengan infeksi laten memiliki resiko 10%
untuk berkembang menjadi tuberkulosis aktif. Reaktivasi dari fokus perkijuan akan
terjadi bila daya tahan tubuh host menurun, maka akan terjadi pembesaran tuberkel,
pusat perkijuan akan melunak dan mengalami pencairan, basil mengalami proliferasi,
lesi akan pecah lalu melepaskan organisme dan produk-produk antigen ke jaringan
disekitarnya. Apabila hal-hal yang dijelaskan di atas terjadi pada susunan saraf pusat
maka akan terjadi infeksi yang disebut meningitis tuberkulosis.
Fokus tuberkel yang berlokasi dipermukaan otak yang berdekatan dengan ruang
sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai Focus Rich. Reaktivasi
dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan pelepasan basil Tuberkulosis dan
antigennya kedalam ruang sub arakhnoid atau sistem ventrikel, sehingga terjadi
meningitis tuberkulosis.
Dorman di otak
Organ lain
6. Klasifikasi
Menurut Smeltzer. S.C and Brenda. G. Bare (2001 : 2175) klasifikasi meningitis
dibagi menjadi 3 tipe utama yaitu meningitis asepsis, sepsis dan tuberkulosis.
a. Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan
iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia,
atau darah di ruang sub arakhnoid.
b. Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme
bakteri seperti meningokokus,stafilokokus, atau basilus influenza.
c.
Pseudomonas
aeruginosa.
Klasifikasi atas dasar gejala klinik yang dapat meramalkan prognosis penyakit
menurut Medical Research Council of Great Britain sebagai berikut :
Stadium I
peradangan
meningen
dapat
menimbulkan
peningkatan
tekanan
hanya
adanya
mendeteksi
infeksi
aktif
reaksi
hipersensitifitas
sehingga
lambat,
penggunaannya
tidak
untuk
Cairan Serebrospinal
Tes Immunologis
Yang mendeteksi antigen atau antibody mikobakterial dalam cairan
serebrospinal, metoda yang sering digunakan dalam tes imunologis antara lain:
1) ELISA (enzym linked immuno sorbent assay)
2) Polymerase Chain Reaction (PCR)
9. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan meningitis tuberkulosis terdiri dari:
a. Perawatan umum
Perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus diperhatikan
dengan sungguh-sungguh, antara lain kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan
nutrisi, posisi klien, perawatan kandung kemih, dan defekasi serta perawatan
umum lainnya sesuai dengan kondisi klien.
b. Kemoterapeutik dengan obat anti tuberkulosis
Efek samping utama adalah hepatitis, dapat terjadi nyeri sendi dan kadangkadang serangan penyakit gout.
(d) Ethambutol (E)
Dapat menyebabkan gangguan penglihatan, berkurangnya ketajaman
penglihatan, kabur dan buta warna merah dan hijau.
10. Konsep Asuhan Keperawatan Meningitis TB
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami gangguan
sistem persarafan, perawat dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, karena
tidak jarang kliennya mengalami penurunan kesadaran, sehingga perawat bekerja
sepihak. Walaupun kondisinya demikian perawat tetap harus menggunakan metoda
pendekatan pemecahan masalah (problem solving) melalui proses keperawatan.
Proses keperawatan yaitu serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu
klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan secara optimal.tindakan keperawatan
tersebut dilaksanakan secara komprehensif yang saling berkesinambungan dan
berkaitan satu sama lain dari mulai pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dimana pada
tahap ini perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil
wawancara, pemeriksaan fisik, laporan teman sejawat, catatan keperawatan atau
tim kesehatan lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisa untuk mendapatkan
diagnosa keperawatan yang merupakan masalah klien. Tahap pengkajian ini terdiri
dari :
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas klien
Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit meningitis adalah:
- Umur : meningitis adalah penyakit sistem persarafan yang dapat terjadi
pada semua umur, dewasa maupun anak.
- Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap
pengetahuan klien tentang penyakit meningitis
- Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena dapat
menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien rendah
dan mudah jatuh sakit.
b) Identitas penanggung jawab meliputi:
Kaji riwayat keluarga apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit
yang
sama
dengan
klien,
mengalami
penurunan
kesadaran,
reflek
menelan
terjadi
peningkatan
tekanan
intra
kranial.
Hal
ini
merupakan
ditujukan
terhadap
harapan
kesembuhan, kepercayaan
dan penerimaan mengenai keadaan sakit serta keyakinan yang dianut oleh
klien ataupun keluarga klien.
8) Data Penunjang
a) Laboratorium
(1) Pemeriksaan darah leukosit meningkat bila terjadi infeksi.
(2) Analisis cairan serebrospinalis melalui lumbal fungsi.
Karakteristik cerebro spinalis fluid (CSF) pada meningitis tuberkulosis
adalah :
(a) Warna CSF jernih
(b) Jumlah sel eritrosit dan leukosit meningkat.
(c) Biokimia:
- Kalium meningkat
- Klorida menurun
- Glukosa menurun
- Protein meningkat
b)
c)
Foto tulang wajah untuk melihat adanya skelet dan rongga sinus yang
mengalami sinusitis.
d)
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan dan menggabungkan data tersebut
dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. Merupakan suatu proses
berpikir yang meliputi kegiatan pengelompokkan data dan menginterpretasikan
kelompok data dan membandingkan dengan standar yang normal serta
menentukan masalah atau penyimpangan yang merupakan suatu kesimpulan.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan meningitis adalah:
Menurut Doenges, 1993 : 311-319
1)
2)
3)
4)
Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat.
5)
6)
7)
8)
10) Gangguan
keseimbangan
suhu
tubuh,
hypertermia
berhubungan
Tujuan
Kriteria
Intervensi
2
tindakan
Berikan
isolasi
Pada
Rasional
3
fase awal meningitis
meningokokus
atau
infeksi
lainnya,
isolasi
diperlukan
sampai
ensepalitis
mungkin
organismenya
diketahui/dosis
antibiotik
yang
cocok
diberikan
untuk
telah
menurunkan
Pertahankan
teknik
aseptik
dan
teknik
cuci
tangan
yang
tepat
baik
klien
atau
Menurunkan
terkena
resiko
infeksi
klien
sekunder.
pengujung
pada
individu
terinfeksi
(misalnya:
individu
mengalami
infeksi
yang
saluran
pemafasan atas).
3.
Terapi
obat
biasanya
akan
proses infeksi.
indikasi
perkembangan
meningokosemia
dari
akut
yang
dapat
bertahan
sampai
berminggu-
minggu/berbulan-bulan
terjadi
atau
No.
4.
Intervensi
Rasional
penyebaran patogen
secara
hematogen/sepsis.
Infeksi
sekunder
berkembangnya
seperti
nadi
yang
tidak
miokarditis/perikarditis
dapat
terus menerus.
5.
Auskultasi
suara
nafas.
Pantau
dan
peningkatan
pernafasan.
pernafasan
kerja
mungkin
mencerminkan
adanya
Mobilisasi
meningkatkan
dalam.
sekret
dan
kelancaran
terjadinya
komplikasi
terhadap pernafasan.
7.
Catat
karakteristik
urine,
seperti
Urine
statis,
dehidrasi
kelemahan
dan
umum
kandung
kemih/ginjal/awitan sepsis.
8.
Kolaborasi
indikasi:
individu.
penisilin
G,
Ampisilin,
Catalan:
Obat
Kloramfenikol, Gentamisin,
Amfoterisin B.
untuk
basilus
Gram-negatif,
jamur, amuba.
Tujuan
Kriteria :
No.
1
1.
Tentukan
Intervensi
2
faktor-faktor
berhubungan
dengan
yang
Menentukan
Rasional
3
pilihan
intervensi.
keadaan
TIK
2.
tingkat
kesadaran
menentukan,
lokasi,
dan
potensial
perluasan
dan
diastolik
merupakan
tanda
mengejan.
TIK
dan
nyeri kepala.
tingkah
sesuai.
laku
yang
tidak
Merupakan
indikasi
regangan,
meningeal
yang
peka
rangsang,
serangan kejang.
dari
iritasi
dapat
terjadi
Tinggikan
kepala
klien
15-45
kepala
sehingga
ditoleransi.
kongesti
dan
akan
oedema
mengurangi
atau
resiko
peningkatan TIK.
8
sesuai
indikasi
seperti
dexametason
c.
No.
1
1.
Intervensi
2
Monitor adanya kejang/ kedutan
Rasional
3
Mencerminkan adanya iritasi SSP
2.
Berikan
keamanan
klien
Melindungi
kejang.
penghalang
jalan
tempat
pertahankan
tempat
3.
pada
tidur
tidur,
penghalang
tetap
terpasang
klien
Catatan:
nafas
lunak
terjadi
Memasukan
buatan/
hanya
relaksasi,
jika
gulungan
jika
rahangnya
jangan
dipaksa,
memasukan
plastik
atau
gulungan
lunak
jaringan lunak.
Merupakan
penanganan
seperti
kejang.
Fenitoin
(dilantin),
ketika
indikasi
giginya
untuk
dan
pencegahan
Catatan:
Fenobarbital
diazepam
(valium),
dapat
fenobarbital (luminal)
menyebabkan
pernafasan
menutupi
dan
depresi
sedatif
tanda/
gejala
serta
dari
peningkatan TIK.
d. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat.
Tujuan
: Nyeri hilang
Kriteria :
-
No.
1
1.
Intervensi
2
Berikan lingkungan yang tenang,
Rasional
3
Menurunkan reaksi
stimulasi
dari
terhadap
luar
atau
Meningkatkan
vasokontriksi,
selanjutnya
akan
menurunkan nyeri.
3.
4.
e.
Menurunkan
tinggi sedikit.
Berikan latihan
lanjut.
Dapat
rentang
gerak
iritasi
meningeal,
membantu
leher.
Kriteria
No.
1
1.
Intervensi
2
Periksa kembali kemampuan
Rasional
3
Mengidentifikasi
kemungkinan
kerusakan
secara
fungsional
dan
dengan menggunakan
skala
ketergantungan
dengan
diajarkan
bantuan
pengawasan
(nilai
/
2);
peralatan
memerlukan
yang
terus
terbesar
untuk
terjadinya
Berikan
atau
melakukan
bantu
latihan
untuk
rentang
gerak/ROM.
4.
Mempertahankan
fungsi
sendi
ekstremitas
Berikan
perawatan
dengan
cermat,
kulit
masase
mobilisasi
/
posisi
dan
dan
normal
menurunkan
dan
menurunkan
resiko
pertahankan
tersebut
tetap
bersih
linen
dan
f.
Kriteria
No.
1
1.
Intervensi
2
Evaluasi secara teratur perubahan
Fungsi
Rasional
3
serebral bagian
atas
2.
proses pikir.
Kaji kesadaran sensorik seperti
oksigenasi.
Informasi
respon
sentuhan,
tajam/tumpul,
panas/dingin,
dan
kesadaran
sensorik
penting
dapat
untuk
terpengaruh
perhatikan
adanya
masalah
penurunkan
sensitifitas
atau
kehilangan sensasi/kemampuan
untuk menerima dan berespon
secara sesuai dengan stimulus.
3.
Membantu
pendengaran .
klien
kognitif
penurunan
menjadi
untuk
dan
atau
penglihatan
dapat
potensi
timbulnya
Menurunkan
frustrasi
yang
melakukan aktifitas.
Kriteria
No.
1
1.
Intervensi
2
Kaji dan pantau frekuensi pola dan
Rasional
3
Perubahan pola nafas
irama nafas
peningkatan
intrakranial
yang
medulla oblongata
tidak
tekanan
menekan
2.
Pertahankan
dengan
jalan
jalan
nafas
melakukan
nafas
efektif
pembersihan
seperti
pengisapan
4.
Untuk
efektifitas
pemberian
oksigen
memenuhi
tersebut.
dan jaringan.
Intervensi
2
kompres dingin
Berikan
daerah
yang
banyak
darah
sampai
pada
pembuluh
suhu
badan
kembali normal.
Rasional
3
dingin
dapat
menimbulkan proses
konduksi
Kompres
dimana
terjadi perpindahan
2.
Anjurkan
pada
mengenakan
klien
pakaian
tipis
untuk
dan
menyerap keringat.
dan
tipis
penyerapan
memberi
rasa
3.
Observasi
vital
nyaman.
Untuk mengetahui lebih lanjut
4.
antipiretik.
menghambat
tanda-tanda
panas
pada
hipotalamus.
i.
Intervensi
2
Atur dan rubah posisi tidur klien
Rasional
3
Dapat mengurangi tekanan yang
setiap 2 jam.
2.
daerah
penekanan
akan
sehingga
akan
Bila
untuk
hari
kerusakan
ditemukan
tanda-tanda
mengantisipasi
jaringan
terjadinya
kulit
yang
berlebihan.
j.
No.
1
1.
Intervensi
2
Kaji status mental dan tingkat
Rasional
3
Gangguan tingkat kesadaran
dapat
mempengaruhi
ekspresi
dipengaruhi
bagaimana
Berikan
antara
penjelasan
proses
hubungan
penyakit
dan
Meningkatkan
pemahaman,
gejalanya.
dan
dapat
Dapat
tindakan
terutama
prosedur
sebelum
dilakukan.
4.
meringankan
ketika
ansietas
pemeriksaan
Libatkan
klien/keluarga
perawatan,
perencanaan
kehidupan
membuat
dalam
sehari-hari,
keputusan
sebanyak
mungkin.
k.
Perubahan
nutrisi:kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
No.
1
1.
2.
Timbang
Intervensi
2
berat badan
Untuk
Rasional
3
mengetahui
efektivitas
seminggu sekali.
therapi.
membantu
makanan.
perencanaan
nutrisi
klien
dan
langsung
No.
Intervensi
Rasional
kliennya.
3.
NPT
selama
status
kekurangan
dengan
hari,
menunjukkan
nutrisi
kolaborasi
mensuplai
protein
dan
Bila
5.
terjadi
disfagia
kolaborasi
terjadinya
NGT.
Kolaborasi
pemberian
obat H2
H2
aspirasi
reseptor
karena
antagonis
dapat
l.
Resiko
tinggi
terhadap
kekurangan
volume
cairan :
dehidrasi
No.
1
1.
Intervensi
2
Kaji perubahan tanda vital.
Rasional
3
Peningkatan
suhu
demam meningkatkan
dan
/
laju
melalui evaporasi.
2.
Kaji
turgor
kulit,
membran mukosa.
kelembaban
cairan,
meskipun
mukosa
mulut
No.
Intervensi
Rasional
mulut dan
melalui
oksigen
tambahan.
3.
4.
muntah.
masukan oral.
Berikan
informasi
tentang
Tekankan
cairan
sedikitnya
Berikan
misalnya
7.
obat
sesuai
kebutuhan pengganti.
Pemenuhan kebutuhan
dasar
cairan.
indikasi,
antipiretik,
Berguna
untuk
menurunkan
kehilangan
antiemetik.
Berikan cairan tambahan melalui IV
cairan.
Adanya
masukan/banyak
penurunan
kehilangan,
penggunaan
parenteral
dapat
memperbaiki
mencegah
kekurangan cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Mahar M & Priguna S, 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. PT. Dian Rakyat,
Jakarta.
Hasbu, Rodrigo, May 7, 2013. Meningitis. Article. Available at
WHO, 2013. Meningitis. Article. Available at http://www.who.int/topics/meningitis/en/
Devarajan, V., Jan 10, 2012. Haemophilus Influenzae Infection. Article. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/218271-overview#a0199
Yuliana, 2013. Tinjauan Histologi Sawar Darah Otak. Vol. 9. Jurnal Kedokteran. Bagian
Histologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat.
Soegijanto, S., 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan, Edisi
Pertama. Salemba Medika, Jakarta.
Mansjoer,
A.,dkk.,
2000.
Aesculapius, Jakarta.
Kapita
Selekta
Kedokteran,
Edisi
Ketiga.
Media