Anda di halaman 1dari 6

Tugas Materi

Epidemiologi Penyakit Ebola

LIANA
K201302046

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
A. Pengertian penyakit Ebola

Ebola adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan virus ebola. Penyakit ini
dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF).
Terdapat lima macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo
ebolavirus (BDBV), Reston Ebolavirus , Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire
ebolavirus, dan Tai Forest virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast
Ebolavirus (CIEBOV).

Ebolavirus adalah salah satu virus dari sekitar 30 virus yang diketahui
menyebabkan sindrom demam berdarah (hemorrhagic fever syndrome). Penyakit
ini pertama kali ditemukan di Sudan pada tahun 1976. Virus jenis Sudan, Zaire,
dan Ivory Coast berasal dari simpanse di Afrika sedangkan Reston dari Asia
Tenggara. Reston ebolavirus pertama kali ditemukan di laboratorium penelitian
HIV/AIDS di Virginia, Amerika Serikat pada kera berekor panjang (Macaca
fascicularis) yang diimpor dari Filipina. Penyakit ini tidak menyerang pekerja
laboratorium walaupun ditemukan virus dalam darah mereka.

Di Indonesia kekhawatiran terhadap penyakit ebola ini juga merebak. Hewan


reservoir (tempat virus hidup dan berkembang biak) didapatkan di Indonesia, yaitu
kalong dan orang utan Kalimantan yang pada tahun 2012 lalu ditemukan infeksi
virus ebola dalam darahnya walaupun kekhawatiran penularan pada manusia
belum ada.

Virus ebola telah tercatat menimbulkan wabah pada penyakit demam berdarah
pada manusia dengan angka kematian mencapai 89% sejak tahun 1976-2012 di
Afrika. Virus jenis Zaire adalah virus ebola paling berbahaya yang mengakibatkan
angka kematian hingga 89%. Sementara virus jenis Sudan mengakibatkan angka
kematian berkisar antara 41-65%.

B. Gegala Penyakit Ebola

Dikenal dua macam paparan terhadap virus ebola. Paparan primer adalah
paparan yang terjadi pada orang yang bepergian ke daerah endemik ebola
(Afrika). Negara-negara di Afrika yang merupakan daerah endemik virus ebola
adalah Republik Kongo, Gabon, Sudan, dan Pantai Gading (Ivory Coast).
Paparan sekunder adalah paparan dari orang ke orang atau dari hewan misalnya
primata ke manusia.Waktu yang diperlukan sejak virus masuk hingga timbul
gejala klinis adalah biasanya 7-10 hari (rentang waktu 3-16 hari). Gejala klinik
awal adalah :

a. Panas badan;
b. Nyeri pada pangkal tenggorokan;
c. Bercak pada kulit tampak jelas pada batang tubuh (pada hari ke 5-7);
d. Mata kemerahan.
e. Gejala berikutnya adalah :
f. Wajah tanpa ekspresi;
g. Perdarahan dari tempat suntikan atau di lapisan selaput lendir seluruh
tubuh;
h. Radang otot jantung dan pengumpulan cairan di jaringan paru-paru;

Pada kasus berat terjadi napas cepat, tekanan darah rendah, koma, dan tidak
berkemih;Pada penderita yang bertahan hidup dari infeksi virus ebola dapat
mengalami gejala:

a. Nyeri otot;
b. Nyeri sendi yang berpindah-pindah;
c. Nyeri kepala;
d. Lemas;
e. Bulimia;
f. Tidak mendapat menstruasi;
g. Kehilangan daya pendengaran;
h. Suara mendengung di telinga;
i. Radang salah satu buah zakar;
j. Radang kelenjar ludah parotis.

Pada infeksi akut ditemukan banyak virus dan antigen virus pada peredaran
darah. Gejala klinis akan membaik bila kadar antibodi terhadap virus telah
menurun. Virus dapat dideteksi dengan pemeriksaan Enzyme Linked
Immunoabsorbent Assay (ELISA) dan fluorescent antibody testing.

Komplikasi yang dapat timbul pada infeksi virus ebola adalah komplikasi pada
mata, yaitu rasa nyeri pada mata, takut bila melihat cahaya karena rasa tidak
nyaman, mata berair dan penurunan ketajaman penglihatan. Komplikasi lain
adalah radang buah zakar dan hepatitis.

C. Penyebab penyakit Ebola


Virus ebola termasuk famili Filoviridae. Famili Filoviridae ini terdiri atas virus
Ebola dan virus Marburg. Keduanya sama sama menyebabkan penyakit demam
akut dengan angka kematian yang tinggi. Virus ebola terdiri dari Bundibugyo
ebolavirus Reston Ebolavirus , Sudan ebolavirus , Zaire ebolavirus, dan Tai Forest
virus. Virus Reston adalah satu-satunya virus ebola yang tidak berasal dari Afrika.
Virus ebola Reston menyebabkan infeksi yang fatal pada kera tetapi pada
manusia hanya infeksi dengan sedikit atau tanpa gejala klinis.

Virus dari famili Filoviridae (filovirus) adalah virus dengan partikel virus terdiri
dari satu helai rantai RNA. Virus berukuran 790-970 nanometer panjangnya. Virus
nampak dalam keadaan melengkung atau melilit. Selubung lemak bagian luarnya
sensitif terhadap pelarut lemak atau deterjen. Virus akan rusak pada temperatur
600C dalam 30 menit dan dalam keadaan asam tapi dapat hidup dalam darah
pada temperatur ruangan. Bagian permukaan virus mengandung glikoprotein
yang berbentuk runcing yang berperan pada penempelan virus ke sel inang.
Glikoprotein ini kaya akan kandungan gula sehingga dapat menghindari antibodi
yang menetralkan virus. Bentuk yang lebih kecil dari glikoprotein virus yang
mengandung antigen virus diproduksi oleh sel yang terinfeksi dan ditemukan pada
sirkulasi darah penderita. Adanya antigen virus yang bersikulasi ini diduga
menjadi mekanisme yang menghambat respon daya tahan tubuh penderita
terhadap protein permukaan virus atau dengan kata lain memblok aktivitas
antivirus tubuh penderita. Hal inilah yang menyebabkan virus ebola
mengakibatkan angka kematian tinggi.

Virus ebola ini sering menimbulkan wabah. Awalnya infeksi virus terdapat pada
reservoir (makhluk hidup tempat virus hidup dan berkembang biak) yang tidak
diketahui. Manusia tertular akibat kontak erat dengan makhluk/manusia lain yang
terinfeksi virus atau melalui cairan tubuh penderita.

Virus ebola memperbanyak diri dengan baik di semua sel manusia. Proses
perbanyakan diri virus membuat kematian sel inangnya. Antigen virus dan virus
banyak terdapat pada jaringan ikat bahkan pada kasus berat ditemukan pada
jaringan di bawah kulit. Dari sinilah virus dapat keluar melalui celah antar kulit
atau lewat kelenjar keringat dan dapat menular. Penularan virus melalui udara
terjadi pada virus Reston yang menular melalui udara pada primata.

D.Pengobatan Penyakit Ebola

Sampai saat ini belum ada antivirus spesifik untuk pengobatan infeksi virus
ebola. Terapi suportif dilakukan dengan memperhatikan volume darah dalam
pembuluh darah, elektrolit, nutrisi, dan membuat pasien dalam keadaan nyaman.
Volume cairan dalam pembuluh darah harus diganti.

Terapi dengan obat-obatan dapat dengan menggunakan dengan


menggunakan nucleoside analogue inhibitors of the cell encoded enzyme S-
adenosylhomocysteine hydrolase (SAH). Respon pengobatan tergantung dosis.
Dosis 0,7 mg/kg yang diberikan setiap 8 jam pada hari 0 sampai 1 terjadinya
infeksi dapat mencegah kematian. Bila obat baru diberikan pada hari kedua maka
90% kematian dapat dicegah.

Kekebalan pasif telah dicoba dengan memberikan protein kekebalan yang didapat
dari antibodi manusia dan kuda tetapi hasilnya tidak dapat mencegah kematian.
Ternyata antibodi tersebut dapat mencegah kematian pada binatang guinea pigs
dan babon tetapi tidak dapat mencegah kematian pada kera.Obat lain yang dapat
mengurangi angka kematian lain walaupun tidak secara langsung terlibat dalam
perkembangbiakan virus adalah inactivated protein C dan suatu rekombinan
nematode anticoagulant protein (NAP).

Penderita yang bertahan hidup mengeluarkan virus untuk jangka waktu


yang cukup lama karena itu pasien harus diisolasi di ruang tertentu. Air kencing,
darah, dahak, dan tinja pasien harus ditangani secara hati-hati karena sangat
infeksius. Objek yang bersentuhan dengan cairan tubuh pasien harus didesinfeksi
dengan sodium hipoklorit 0,5%.

Vaksin dan obat-obatan untuk mencegah infeksi virus ebola sampai saat ini
belum ada. Pemakaian alat pelindung diri di rumah sakit di Afrika sangat penting.
Suatu gen yang mengandung glikoprotein virus ebola yang dibawa oleh
Adenovirus telah berhasil memberikan perlindungan pada primata dan sedang
diteliti lebih lanjut untuk digunakan pada manusia

Anda mungkin juga menyukai