Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Diesel

Mesin diesel ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, yang
menerima paten pada 23 Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin untuk
dapat digunakan dengan berbagai macam bahan bakar termasuk debu batu bara.
Dia mempertunjukkannya pada Exposition Universelle (Pameran Dunia) tahun
1900 dengan menggunakan minyak kacang (Biodiesel) Kemudian diperbaiki dan
disempurnakan oleh Charles F. Kettering.

Mesin diesel juga disebut “Motor Penyalaan Kompresi” oleh karena


penyalaannya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara
yang telah bertekanan dan bertemperatur ringgi sebagai akibat dari proses
kompresi di dalam ruang bakar. Agar bahan bakar diesel dapat terbakar dengan
sendirinya, maka perbandingan kompresi mesin diesel harus berkisar antara 15 –
22, sedangkan tekanan kompresinya mencapai 20 – 40 bar dengan suhu 500 – 700
0
C. Aplikasi dari motor diesel banyak pada industri-industri sebagai motor
stasioner ataupun untuk kendaraan-kendaraan dan kapal laut dengan ukuran yang
besar. Hal ini dikarenakan motor diesel mengkonsumsi bahan bakar ± 25% lebih
rendah dari motor bensin, lebih murah dan perawatannya lebih sederhana
(Kubota, S., dkk, 2001).

Mesin diesel menghasilkan tekanan kerja yang tinggi, itu sebabnya


konstruksi motor diesel lebih kokoh dan lebih besar. Disamping itu, mesin diesel
menghasilkan bunyi yang lebih keras, warna dan bau gas yang kurang
menyenangkan. Namun dipandang dari segi ekonomi, bahan bakar serta polusi
udara, motor diesel masih lebih disukai (Mathur, 1980).
Siklus diesel (ideal) pembakaran tersebut dimisalkan dengan pemasukan
panas pada volume konstan (Çengel, 2006). Siklus diesel tersebut ditunjukkan
pada Gambar 2.1 dan 2.2 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Diagram P-V

Keterangan Gambar:

P = Tekanan (atm)

V = Volume Spesifik (m3/kg)

T = Temperatur (K)

S = Entropi (kJ/kg.K)

Diagram T-S

Gambar 2.2 Diagram T-S

Universitas Sumatera Utara


Keterangan Grafik:

1-2 Kompresi Isentropik

2-3 Pemasukan Kalor pada Volume Konstan

3-4 Ekspansi Isentropik

4-1 Pengeluaran Kalor pada Volume Konstan

Kelemahan mesin diesel dibanding mesin bensin adalah sebagai berikut :


1. Suara dan getaran pada mesin diesel jauh lebih besar dibanding suara dan
getaran pada mesin bensin. Hal tersebut disebabkan oleh tekanan pembakaran
maksimum pada mesin diesel hampir dua kali lebih besar daripada mesin
bensin.
2. Karena tekanan pembakarannya lebih besar dari pada mesin bensin, maka
mesin diesel harus dibuat dengan menggunakan jenis bahan yang tahan
terhadap tekanan tinggi, selain itu, bahan yang digunakan juga harus memiliki
struktur yang kuat. Hal ini berarti bahwa untuk daya kuda yang sama, mesin
diesel memiliki bobot yang jauh lebih berat dibanding bobot mesin bensin, dan
tentunya biaya pembuatannya pun juga pasti lebih mahal daripada biaya
pembuatan mesin bensin.
3. Harga mesin diesel lebih mahal dibanding harga mesin bensin, selain itu, mesin
diesel juga membutuhkan perawatan atau pemeliharaan yang lebih cermat
daripada mesin bensin sebab Mesin diesel membutuhkan sistem injeksi bahan
bakar yang lebih presisi dibanding sistem injeksi pada mesin bensin.
4. Mesin diesel memerlukan alat pemutar berupa motor starter dan baterai yang
berkapasitas lebih besar untuk memutarnya. Hal tersebut disebabkan karena
mesin diesel memiliki perbandingan kompresi yang lebih tinggi dari pada
mesin bensin.

2.1.1 Prinsip Kerja Mesin Diesel

Prinsip kerja mesin diesel 4 tak sebenarnya sama dengan prinsip kerja
mesin otto, yang membedakan adalah cara memasukkan bahan bakarnya. Pada
mesin diesel bahan bakar di semprotkan langsung ke ruang bakar dengan

Universitas Sumatera Utara


menggunakan injector. Dibawah ini adalah langkah dalam proses mesin diesel 4
langkah yang dijelaskan secara sederhana:

1. Langkah Isap

Pada langkah ini piston bergerak dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB
(Titik Mati Bawah). Saat piston bergerak ke bawah katup isap terbuka yang
menyebabkan tekanan udara di dalam silinder seketika lebih rendah dari tekanan
atmosfer ,sehingga udara murni langsung masuk ke ruang silinder melalui filter
udara.
2. Langkah kompresi
Pada langkah ini piston bergerak dari TMB menuju TMA dan kedua katup
tertutup. Karena udara yang berada di dalam silinder didesak terus oleh
piston,menyebabkan terjadi kenaikan tekanan dan temperatur,sehingga udara di
dalam silinder menjadi sangat panas. Beberapa derajat sebelum piston mencapai
TMA, bahan bakar di semprotkan ke ruang bakar oleh injector yang berbentuk
kabut.
3. Langkah Usaha
Pada langkah ini kedua katup masih tertutup, akibat semprotan bahan
bakar di ruang bakar akan menyebabkan terjadi ledakan pembakaran yang akan
meningkatkan suhu dan tekanan di ruang bakar. Tekanan yang besar tersebut akan
mendorong piston ke bawah yang menyebkan terjadi gaya aksial. Gaya aksial ini
dirubah dan diteruskan oleh poros engkol menjadi gaya radial (putar).
4. Langkah Buang
Pada langkah ini, gaya yang masih terjadi di flywheel akan menaikkan
kembali piston dari TMB ke TMA, bersamaan itu juga katup buang terbuka
sehingga udara sisa pembakaran akan di dorong keluar dari ruang silinder menuju
exhaust manifold dan langsung menuju knalpot.

Begitu seterusnya sehingga terjadi siklus pergerakan piston yang tidak


berhenti. Siklus ini tidak akan berhenti selama faktor yang mendukung siklus
tersebut tidak ada yang terputus. Untuk lebih jelas, prinsip kerja mesin diesel
dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Universitas Sumatera Utara


Langkah isap Langkah kompresi Langkah usaha Langkah Buang

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Mesin Diesel


Sumber: https://www.researchgate.net

Proses kerja mesin diesel yaitu udara yang masuk ke dalam silinder
melalui katup masuk karena hisapan piston yang bergerak dari titik mati atas
(TMA) ke titik mati bawah (TMB), kemudian ditekan atau dikompresikan oleh
piston sehingga, ketika udara dikompresi suhunya akan meningkat, mesin diesel
menggunakan sifat ini untuk proses pembakaran. Udara disedot ke dalam ruang
bakar mesin diesel dan dikompresi oleh piston yang merapat, jauh lebih tinggi
dari rasio kompresi dari mesin bensin. Beberapa saat sebelum piston pada posisi
Titik Mati Atas (TMA) atau BTDC (Before Top Dead Center), bahan bakar diesel
disemprotkan ke ruang bakar dalam tekanan yang cukup tinggi melalui nozzle
supaya bercampur dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Hasil
pencampuran ini terbakar dengan sendirinya dan terbakar dengan cepat.
Penyemprotan bahan bakar ke ruang bakar mulai dilakukan saat piston mendekati
(sangat dekat) TMA untuk menghindari detonasi. Penyemprotan bahan bakar
yang langsung ke ruang bakar di atas piston dinamakan injeksi langsung (direct
injection) sedangkan penyemprotan bahan bakar kedalam ruang khusus yang
berhubungan langsung dengan ruang bakar utama dimana piston berada
dinamakan injeksi tidak langsung (Indirect injection). Ledakan tertutup ini

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan gas dalam ruang pembakaran mengembang dengan cepat
mendorong piston ke bawah dan menghasilkan tenaga linear. Batang penghubung
(connecting rod) menyalurkan gerakan ini ke crankshaft dan oleh crankshaft
tenaga linear tadi diubah menjadi tenaga putar. Tenaga putar pada ujung poros
crankshaft dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Untuk meningkatkan kemampuan mesin diesel, umumnya ditambahkan


komponen

 Turbocharger atau supercharger, untuk memperbanyak volume


udara yang masuk ruang bakar karena udara yang masuk ruang
bakar didorong oleh turbin pada turbo/supercharger.
 Intercooler untuk mendinginkan udara yang akan masuk ruang
bakar. Udara yang panas volumenya akan mengembang begitu
juga sebaliknya, maka dengan didinginkan bertujuan supaya udara
yang menempati ruang bakar bisa lebih banyak.
Mesin diesel sulit untuk hidup pada saat mesin dalam kondisi dingin.
Beberapa mesin menggunakan pemanas elektronik kecil yang disebut busi pijar
(spark/glow plug) di dalam silinder untuk memanaskan ruang bakar sebelum
penyalaan mesin. Lainnya menggunakan pemanas "resistive grid" dalam "intake
manifold" untuk menghangatkan udara masuk sampai mesin mencapai suhu
operasi. Setelah mesin beroperasi pembakaran bahan bakar dalam silinder dengan
efektif memanaskan mesin.
Dalam cuaca yang sangat dingin, bahan bakar diesel mengental dan
meningkatkan viscositas dan membentuk kristal lilin atau gel. Ini dapat
memengaruhi sistem bahan bakar dari tanki sampai nozzle, membuat penyalaan
mesin dalam cuaca dingin menjadi sulit. Cara umum yang dipakai adalah untuk
memanaskan penyaring bahan bakar dan jalur bahan bakar secara elektronik.
Untuk aplikasi generator listrik, komponen penting dari mesin diesel
adalah governor, yang mengontrol suplai bahan bakar agar putaran mesin selalu
pada putaran yang diinginkan. Apabila putaran mesin turun terlalu banyak
kualitas listrik yang dikeluarkan akan menurun sehingga peralatan listrik tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya, sedangkan apabila putaran mesin terlalu

10

Universitas Sumatera Utara


tinggi maka dapat mengakibatkan over voltage yang bisa merusak peralatan
listrik. Mesin diesel modern menggunakan pengontrolan elektronik canggih untuk
mencapai tujuan ini melalui modul kontrol elektronik (ECM) atau unit kontrol
elektronik (ECU) - yang merupakan "komputer" dalam mesin. ECM/ECU
menerima sinyal kecepatan mesin melalui sensor dan menggunakan algoritma dan
mencari tabel kalibrasi yang disimpan dalam ECM/ECU, dia mengontrol jumlah
bahan bakar dan waktu melalui aktuator elektronik atau hidraulik untuk mengatur
kecepatan mesin.

2.1.2 Performansi Mesin Diesel


1. Nilai Kalor Bahan Bakar.

Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan
panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar
sempurna disebut nilai kalor bahan bakar (Calorific Value, CV). Berdasarkan
asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung sebagai bagian
dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan
menjadi nilai kalor atas dan nilai kalor bawah.
Nilai kalor atas (High Heating Value,HHV), merupakan nilai kalor yang
diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil
pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar
uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan
panas latennya. Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung
bila diketahui komposisi bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan
Dulong (Tokio O.1994) yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini:
HHV = 33950 + 144200 (H2- ) + 9400 S .................................................... .(2.1)

Dimana:
HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)
H2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar
O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar
S = Persentase sulfur dalam bahan bakar

11

Universitas Sumatera Utara


Pengujian kalorimeter bom dilakukan untuk mendapatkan nilai kalor
daripada bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar didapat dengan melihat perbedaan
suhu air sebelum dan sesudah proses pengeboman bahan bakar berlangsung, atau
dapat dituliskan dalam persamaan :
HHV= (t2- t1-tkp) x Cv .................................................................................... (2.2)

Dimana:

HHV = High Heating Value (Nilai Kalor Atas)

t2 = Suhu air setelah penyalaan (oC)

t1 = Suhu air sebelum penyalaan (oC)

tkp = Kenaikan temperature akibat kawat penyala ( 0.05 oC)

Cv = Panas jenis kalorimeter bom (73529.6 kj/kg oC)

Nilai kalor bawah (low Heating Value, LHV), merupakan nilai kalor bahan
bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya
kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 % yang berarti setiap satu
satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran
sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari
jumlah mol hidrogennya.
Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada
proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada
didalam bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada
tekanan parsial 20 kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang) adalah
sebesar 2400 kJ/kg, sehingga besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2) ....... ............................................................ (2.3)

Dimana:
LHV = Nilai Kalor Bawah (kJ/kg)
M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)

12

Universitas Sumatera Utara


Dalam pengujian bahan bakar dengan Kalori meter bom, hasil HHV yang
didapatkan masih merupakan nilai bruto kalori bahan bakar maka untuk nilai netto
kalori bahan bakar yang kita gunakan, kita gunakan nilai LHV (Low Heating
value) dari bahan bakar dengan persamaan :

LHV = HHV – 3240 kj/kgoC………………………… ...…………………(2.4)

Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan


nilai kalor bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang
meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat juga
menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih cepat
tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of Mechanical
Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor atas (HHV), sedangkan
peraturan SAE (Society of Automotive Engineers) menentukan penggunaan nilai
kalor bawah (LHV), (Lampiran).

2. Daya Poros
Daya mesin adalah besarnya kerja mesin selama waktu tertentu. Pada
motor bakar daya yang berguna adalah daya poros, dikarenakan poros tersebut
menggerakan beban. Daya poros dibangkitkan oleh daya indikator , yang
merupakan daya gas pembakaran yang menggerakan torak selanjutnya
menggerakan semua mekanisme, sebagian daya indikator dibutuhkan untuk
mengatasi gesekan mekanik, seperti pada torak dan dinding silinder dan gesekan
antara poros dan bantalan.

Semakin tinggi frekuensi putar motor makin tinggi daya yang diberikan
hal ini disebabkan oleh semakin besarnya frekuensi semakin banyak langkah kerja
yang dialami pada waktu yang sama, menurut rumus Willard W.(1997) besar daya
poros ditunjukkan pada persamaan berikut :

.................................................................................................. (2.5)

13

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

PB = daya ( W )

T = torsi ( Nm )

n = putaran mesin ( Rpm )

3. Torsi

Torsi adalah perkalian antara gaya dengan jarak. Selama proses usaha
maka tekanan-tekanan yang terjadi di dalam silinder motor menimbulkan suatu
gaya yang luar biasa kuatnya pada torak. Gaya tersebut dipindahkan kepada pena
engkol melalui batang torak , dan mengakibatkan adanya momen putar atau torsi
pada poros engkol. Untuk mengetahui besarnya torsi digunakan alat
dynamometer. Biasanya motor pembakaran ini dihubungkan dengan dynamometer
dengan maksud mendapatkan keluaran dari motor pembakaran dengan cara
menghubungkan poros motor pembakaran dengan poros dynamometer dengan
menggunakan kopling elastik. Untuk mencari nilai torsi Menurut Willard
W.(1997) ditunjukkan oleh persamaan 2.6 di bawah ini.

T= ........................................................................................................... (2.6)

4. Laju Aliran Bahan Bakar (mf)

Laju aliran bahan bakar merupakan banyaknya bahan bakar yang habis
terpakai selama satu jam pemakaian, dapat dihitung dengan persamaan di bawah
ini (Willard W.1997).

……………………………………..……………..(2.7)

dimana:

sgf = spesifik gravitasi

Vf = Volume bahan bakar yang diuji (liter)

tf = waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar (detik)

14

Universitas Sumatera Utara


5. Rasio udara bahan bakar (AFR)

Menurut John B.(1998) rasio udara bahan bakar (AFR) dari masing-masing jenis
pengujian dihitung berdasarkan rumus berikut :

……………………………………..……………...………………..(2.8)

dimana:

AFR = air fuel ratio

ma = laju aliran massa udara.

Besarnya laju aliran udara (ma) diperoleh dengan membandingkan


besarnya tekanan udara masuk yang telah diperoleh melalui pembacaan air flow
manometer terhadap kurva viscous flow meter calibration. Rentang AFR yang
normal untuk mesin berpenyalaan kompresi (mesin diesel) dengan bahan bakar
diesel adalah18 ≤ AFR ≥ 70 (Willard W, 1997).

6. Efisiensi Volumetris

Menurut Willard W.(1997) Efisiensi volumetris untuk motor bakar 4


langkah dihitung dengan persamaan berikut:

……………………………………..………………………..(2.9)

dimana:

ma = laju aliran udara (kg/jam)

ρa = Kerapatan udara (kg/m3)

Vs = volume langkah torak (m3) = 0.00023 (berdasarkan spesifikasi mesin)

15

Universitas Sumatera Utara


7. Daya Aktual

Daya aktual didapat dengan mengalikan daya hasil pembacaan dengan


efisiensi volumetris dan efisiensi mekanikal, menurut Willard W.(1997)
persamaan daya actual ditunjukkan pada persamaan 2.10 berikut:

Pa = Wb x ηv x ηm……..….……………………………………..…..(2.10)

dimana: besar efisiensi mekanis (ηm) adalah 0.75 – 0.95 untuk mesin diesel dan
yang diambil untuk perhitungan ini adalah 0.75

8. Efisiensi Termal Aktual

Efisiensi termal aktual adalah perbandingan antara daya aktual dengan laju
panas rata-rata yang dihasilkan bahan bakar, yang dapat dihitung dengan
persamaan berikut (Willard W.1997):

η ….……………....……………...........……..…..(2.11)

dimana:

ηa = efisiensi termal aktual

LHV = nilai kalor pembakaran (kJ/kg)

Dengan nilai LHV untuk masing-masing sesuai dengan variasi persentase


biodiesel yang didapat melalui percobaan kalori meter bom.

9. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan salah satu parameter prestasi


yang penting di dalam suatu motor bakar. Parameter ini biasa dipakai sebagai
ukuran ekonomi pemakaian bahan bakar yang terpakai per jam untuk setiap daya
kuda yang dihasilkan. Menurut John B.(1998) Untuk mencari konsumsi bahan
bakar spesifik ditunjukkan oleh persamaan 2.12 di bawah ini:

̇
SFC = ……………………………………………………………..(2.12)

16

Universitas Sumatera Utara


Dengan :
SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/kw.h)
PB = daya (W)

ṁ = konsumsi bahan bakar

t = waktu (jam)

10. Heat Loss dan Persentase Heat Loss

Heat loss in exhaust atau dapat dikatakan sebagai besar kehilangan energi
yang terjadi akibat adanya aliran gas panas buang dari exhaust manifold ke
lingkungan. Gas buang ini berupa aliran gas panas.

Besarnya Heat Loss dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.13


di bawah ini (A. Çengel, 2006).

Heat Loss = (ma x mf) x (Te – Ta ) x Cp ……………………….......…(2.13)

dimana:

Te = suhu gas keluar exhaust manifold

Ta = Suhu lingkungan (27oC)

Cp= Panas spesifik udara sebagai gas ideal saat 300 K ( 1.005 KJ/kg.K)

Untuk mengetahui persentase heat loss, maka dilakukan perbandingan


antara besarnya heat loss dengan energi yang dihasilkan dalam pembakaran bahan
bakar dimana ditunjukkan pada persamaan 2.14 berikut


% Heat Loss = ………….....….……………..…(2.14)

11. Efisiensi Thermal

Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energi yang
dibangkitkan piston karena sejumlah enegi hilang akibat adanya rugi-rugi mekanis
(mechanical losses). Dengan alasan ekonomis perlu dicari kerja maksimum yang

17

Universitas Sumatera Utara


dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini disebut juga
sebagai efisiensi termal brake (thermal efficiency, ηb).
Jika daya keluaran PB dalam satuan KW, laju aliran bahan bakar mf dalam
satuan kg/jam, maka untuk mencari effesiensi termal ditunjukkan pada persamaan
2.15 di bawah ini (Willard W1997):
ηb = 3600………………………………………………………… (2.15)

2.2 Biodiesel

2.2.1 Sejarah Biodiesel

Transesterifikasi minyak nabati pertama kali dilakukan pada tahun 1853 oleh
2 orang ilmuwan, yaitu E. Duffy dan J. Patrick. Hal ini terjadi sebelum mesin
diesel pertama ditemukan. Baru pada tanggal 10 Agustus 1893 di Augsburg,
Jerman, Rudolf Diesel mempertunjukan model mesin diesel penemuannya pada
world fair tahun 1898 di Paris, Prancis. Rudolph Diesel memamerkan mesin
dieselnya yang menggunakan bahan bakar kacang tanah. Dia mengira bahwa
penggunaan bahan bakar biomassa memang masa depan bagi mesin ciptaannya.
Namun pada tahun 1920, mesin diesel diubah supaya dapat menggunakan bahan
bakar fosil (Petro Diesel) dengan viskositas yang lebih rendah dari biodiesel.
Penyebabnya karena pada waktu mesin itu petro diesel relatif lebih murah dari
pada biodiesel.

Selama bertahun-tahun, proses biodiesel telah banyak dikembangkan dan


pada tahun 1977, ilmuwan Brasil, Expedito Parente, menemukan proses industri
pertama untuk produksi dari biodiesel. Pada tahun 2010, perusahaannya, Tecbio,
bekerja sama dengan NASA dan Boeing untuk membuat campuran bio diesel-
minyak tanah (bio-kerosene). Pabrik biodiesel pertama dibangun pada bulan
November 1987 dan pabrik berskala industri pertama dibangun pada tahun 1989.
Saat ini, 100 persen biodiesel tersedia di berbagai pompa bensin di Eropa.

18

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Definisi Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkil


ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan.Biodiesel juga merupakan salah satu energy terbarukan jenis
Bahan Bakar Nabati (BBN) yang dapat menggantikan Bahan Bakar Minyak
(BBM) jenis minyak solar tanpa memerlukan modifikasi pada mesin dan
menghasilkan emisi yang lebih bersih.

Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah


minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.

Produksi biodiesel (metil ester) harus memenuhi persyaratan atau


spesifikasi yang sudah ditetapkan oleh suatu negara untuk daat dipakai sebagai
bahan bakar standar ASTM D 6751-02, dan Eropa berdasarkan EDIN 51606 dan
juga Indonesia SNI (Surendro, 2010) untuk menjamin konsistensi kualitas
biodiesel yang memenuhi spesifikasi pada kondisi proses pengolahan dan
pemurnian produk setelah produksi. Nama biodiesel telah disetujui oleh
Department of Energi (DOE), Environmental Protection Agency (EPA) dan
American Society of Testing Material (ASTM), biodiesel merupakan bahan bakar
alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak
binatang atau minyak bekas melalui esterifikasi dengan alkohol.

Biodiesel dapat digunakan tanpa modifikasi ulang mesin diesel. Biodiesel


juga dapat ditulis dengan B100, yang menunjukkan bahwa biodiesel tersebut
murni 100 % monoalkil ester. Biodiesel campuran ditandai dengan ”BXX”,

19

Universitas Sumatera Utara


yang mana ”XX” menyatakan persentase komposisi biodiesel yang terdapat
dalam campuran. B20 berarti terdapat biodiesel 20% dan minyak solar 80 %.

Biodiesel merupakan bahan bakar alternative yang menjanjikan yang dapat


diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui
esterifikasi dengan alcohol. biodiesel dapat digunakan tanpa modifikasi ulang
mesin diesel. Karena bahan bakunya berasal dari minyak tumbuhan atau lemak
hewan, biodiesel digolongkan sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui.
Komponen karbon dalam minyak atau lemak berasa dari karon dioksida diudara,
sehingga biodiesel dianggap tidak menyumbang pemanasan global sebanyak
bahan bakar fosil. Mesin diesel yang beroperasi dengan menggunakan biodiesel
menghasilkan emisi karbon monoksida, hidrokarbon yang tidak terbakar,
partikulat, dan udara beracun yang lebih rendah dibandingkan dengan mesin
diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum.

Dibandingkan dengan solar, biodiesel memiliki kelebihan diantaranya


(Hambali, 2007) :

1. Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh


lebih
baik (free sulphur, smoke number rendah)
2. Cetane number lebih tinggi sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibandingkan dengan minyak kasar
3. Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin
4. Dapat terurai (biodegradable)
5. Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat
diperbaharui
6. Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi
secara lokal
Menurut Syah (2006), karakteristik emisi pembakaran biodiesel dibandingkan
dengan solar adalah sebagai berikut :
1. Emisi karbon dioksida (CO2) netto berkurang 100%
2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100%

20

Universitas Sumatera Utara


3. Emisi debu berkurang 40-60%
4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10-50%
5. Emisi hidrokarbon berkurang 10-50%
6. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH = polycyclic aromatic
hydrocarbon) berkurang, terutama PAH beracun seperti : phenanthren
berkurang 98%, benzofloroanthen berkurang 56%, benzapyren berkurang
71%, serta aldehidadan senyawa aromatik berkurang 13%.

Karateristik dan standar daripada biodiesel ditunjukkan pada Tabel 2.1 di


bawah ini:

Tabel 2.1 Standar biodiesel


Sumber www.bsn.go.id

2.2.3. Pembuatan biodiesel

Agar biodiesel bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan


teknologi untuk mengkonversinya. Terdapat beberapa teknologi untuk konversi
biomassa, Teknologi konversi biodiesel tentu saja membutuhkan perbedaan

21

Universitas Sumatera Utara


pada alat yang digunakan untuk mengkonversi menghasilkan biodiesel menjadi
bahan bakar ditunjukkan pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel

Sumber (R.C. Costello, 2007)

2.2.3.1 Esterifikasi

Ester merupakan salah satu gugus dari fungsi dari senyawa karbon. Ester
adalah senyawa dengan gugus fungsi – COO – dengan struktur R – COO – R,
dimana R merupakan suatu rantai karbon atau atom H, sedangkan R merupakan
rantai karbon. Ester mempunyai rumus umum CnH2nO2. Pemberian nama ester
terdiri dari dua kata yaitu gugus alkil (berasal dari alkoksi) diikuti dengan nama
asam karboksilatnya dengan menghilangkan kata asam. Gugus atom yang terikat
pada atom O (Gugus R) diberi nama alkil dan gugus R – COO – H diberi nama
alkanoat.

Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas (FFA) menjadi
ester. Esterifikasi mereaksikan asam lemak dengan alcohol. Reaksi ini merupakan

22

Universitas Sumatera Utara


reaksi kesetimbangan, jadi memerlukan katalis untuk mempercepat tercapainya
keadaan setimbang. Katalis-katalis yang cocok adalah zat yang berkarakter asam
kuat, dan karena ini asam sulfat, asam sulfonat organic atau resin penukar kation
asam kuat merupakan katalis terpilih dalam praktek industrial

2.2.3.2 Transesterifikasi

Transesterifikasi adalah pertukaran alkohol dengan suatu ester untuk


membentuk ester yang baru. Reaksi ini bersifat reversible dan berjalan lambat
tanpa adanya katalis. Penggunaan alcohol atau mengambil alih salah satu produk
adalah langkah untuk mendorong reaksi kearah kanan atau produk.

Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-
asam lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk,
yaitu:
a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
b. Memisahkan gliserol
c. Menurunkan temperatur reaksi
Tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan
agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa
kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui
transesterifikasi adalah sebagai berikut (Freedman, 1984):
a. Perbandingan fraksi mol antara minyak dengan alkohol
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3
mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan
1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat
menghasilkan konversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944).
b. Jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk
reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium
hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida
(KOCH3).

23

Universitas Sumatera Utara


c. Bahan baku minyak mentah

d. Temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65° C (titik
didih methanol sekitar 65° C). Semakin tinggi temperatur, konversi yang
diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.

2.3 Biodiesel dengan Lemak Ayam

2.3.1. Ayam Broiler (Gallus Gallus Domesticus)

Ayam broiler (pedaging) adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari ras ayam
yang memiliki produktivitas tinggi, terutama dalam produksi daging ayam. Ayam
broiler dapat diklasifikasikan sebagai berikut

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordota

Kelas : Aves

Ordo : Galliformis

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus Domesticus

Sumber : Wikipedia.co.id

Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dagingnya


empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi
terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi
daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka

24

Universitas Sumatera Utara


terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987: 5). Ciri-ciri
ayam broiler antara lain: ukuran badan relatif besar, padat, kompak,
berdaging penuh, produksi telur rendah, bergerak lamban, dan tenang serta
lambat dewasa kelamin. Ayam ras pedaging disebut juga broiler, merupakan jenis
ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya.
Produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler
baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan
mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu
semakin sulit keberadaannya. Ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia
dengan berbagai kelebihannya. Pemeliharaan yang relatif singkat dan
menguntungkan, menyebabkan banyak peternak baru serta peternak musiman
yang bermunculan di berbagai wilayah Indonesia (Prihatman, 2000).

2.3.2. Produksi Ayam Broiler Dalam Negeri

Ayam Broiler dapat dalam dipanen dalam waktu singkat (35-45 hari). Ayam
broiler memiliki berat sekitar 1,5 kg per ekor . Dengan waktu pemeliharaan yang
relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak
musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Sumber :
Wikipedia.co.id

Tabel 2.2 menunjukkan produksi unggas di Indonesia dari tahun 2012 - 2016

Tabel 2.2 Produksi Unggas 2012 – 2016 di Indonesia (dalam ton)

No Jenis Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Ayam Buras 197.084 194.620 184.637 190.739 196.136

2 Ayam Ras Petelur 1.139.946 1.224.400 1.224.3120 1.372.829 1.428.195

3 Ayam Ras Pedaging 1.400.470 1.497.873 1.544.379 1.628.307 1.689.584

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia

25

Universitas Sumatera Utara


2.3.3. Kandungan Kimia Ayam Broiler

Daging ayam mengandung gizi yang tinggi, protein pada ayam yaitu 18,2 g / 100
g daging ayam broiler, sedangkan lemaknya berkisar 25,0 g. (Depkes, 1996).
Untuk memperjelas zat yang dikandung daging ayam broiler, maka dapat dilihat
pada tabel.

Tabel 2.3. Komposisi Kimia Daging Ayam dalam 100 g bahan

Komponen Jumlah
Kalori (g) 30,20
Protein (g) 18,20
Lemak (g) 25,00
Karbohidrat (g) 0,00
Kalsium (mg) 14,00
Fosfor (mg) 200,00
Besi (mg) 1,50
Vitamin A (SI) 810,10
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin C (mg) 0,00
Air (g) 55,90
Bdd (%) 58,00
Sumber : Departemen Kesehatan RI., (1996)

Menurut Soeparno (1994), Daging broiler mengandung protein 21%, lemak 19%,
dan zat mineral 3,2%.

Kandungan lemak ayam dari daging ayam relatif tinggi yaitu sebesar 19% basis
massa . Pada lemak ayam segar, kadar FFA umumnya sebesar 0,4 % Lemak
ayam pedaging merupakan lemak buangan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan
pembuatan biodiesel dari lemak hewani. Komposisi lemak ayam dengan analisis
GCMS (Felicia,2014) dapat dilihat pada tabel 2.4

26

Universitas Sumatera Utara


Table 2.4 Komposisi asam lemak ayam hasil analisis GCMS

Jenis asam lemak Jumlah relatif asam lemak (%)


Asam Kaproat (C6:0) Tak terdeteksi
Asam Kaprrilat (C8:0) Tak terdeteksi
Asam Kaprat (C10:0) Tak terdeteksi
Asam Miristat (C14:0 0,74
Asam Palmitoleat (C16:1) 7,01
Asam Palmitat (C16:0) 27,74
Asam Linolenat (C18:3) 1,2
Asam Linoleat (C18:2) 16,36
Asam Oleat (C18:1) 38,35
Asam Stearat (C18:0) 5,56
Asam Arakidonat (C20:4) 0,87
Asam Arakidat (C20:1) 0,41
Jumlah asam lemak jenuh (SPA) 33,54

2.3.4. Gambaran Umum Rumah Potong Ayam

Rumah potong ayam adalah kompleks bangunan dengan desain dan


konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta
digunakan sebagai tempat memotong ayam bagi konsumsi masyarakat umum.
Untuk membangun RPA,diperlukan persyaratan lokasi dan tersedianya sarana
yang cukup memadai, hal ini tercantum dalam SNI 01-6160-1999.

Rumah Pemotongan Ayam merupakan salah satu industri peternakan


dimana dilakukan pemotongan ayam hidup dan mengolah menjadi karkas ayam
siap konsumsi. Limbah padat Rumah Pemotongan Ayam relatif lebih mudah
ditangani dibanding dengan limbah cair. Limbah padat yang berupa bulu ayam
yang dapat diolah kembali, misalnya untuk dijadikan kemoceng. Sesuai dengan
SNI rumah pemotongan ayam tradisional maupun modern harus jauh dari
permukiman penduduk, jauh dari polusi dan tidak mencemari lingkungan.

27

Universitas Sumatera Utara


Adapun Persyaratan Lokasi RPA (SNI 01-6160-1999) adalah sebagai berikut:

1. Tidak bertentangan dangan rancangan umum tata ruang (RUTR),rencana


detail tata ruang (RDTR) setempat dan atau rencana bagian wilayahkota
(RBWK).
2. Tidak berada di bagian kota yang padat penduduknya, tidak menimbulkan
gangguan atau pencemaran lingkungan.
3. Tidak berada dekat industri logam atau kimia, tidak berada di daerah
banjir, bebas dari asap, bau, debu dan kontaminan lainnya.
4. Memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan.

Dalam proses produksi Rumah Pemotongan Ayam dihasilkan limbah cair


yang berasal dari darah ayam, proses pencelupan, pencucian ayam dan peralatan
produksi. Limbah cair mengandung (Biological Oxygen Demand) BOD,
(Chemical Oxyge Demand) COD, (Total Suspended Solid) TSS, minyak dan
lemak yang tinggi, dengan komposisi berupa zat organik. Pembuangan air limbah
(Efluen) yang mengandung nutrien yang tinggi ke perairan akan menimbulkan
eutrofikasi dan mengancam ekosistem aquatik. Untuk mencegah hal itu maka
diperlukan cara agar komposisi padatan organik tersuspensi dapat dikurangi
(Moses Laksono, 2010).

2.3.5. Transesterifikasi Limbah Lemak Ayam.

Pada dasarnya biodiesel adalah Fatty Acid Methyl Ester dari asam lemak melalui
transesterifikasi dari minyak nabati atau lemak hewan, dengan mereaksikan
metanol dan asam lemak tersebut dengan katalis basa KOH. Biodiesel adalah
bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui, penggunaan biodiesel pada
kendaraan dapat dipastikan aman karena biosolar menggunakan FAME (Fatty
Acid Metil Ester), yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), dan
ASTM (America Standard Technical Manufacturing). Biodiesel lebih ramah
lingkungan (Prihandana, 2006) Biodiesel juga bersifat biodegradable dan tidak
beracun, disamping itu juga biodiesel memiliki flash poin (temperatur terendah
yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat menyala) yang tinggi dari pada
diesel normal, sehingga tidak menyebabkan mudah terbakar. Biodiesel juga

28

Universitas Sumatera Utara


menambah pelumas mesin, menambah ketahanan mesin dan mengurangi
frekuensi pergantian mesin. Keuntungan lain dari biodiesel yang cukup signifikan
adalah emisi yang rendah dan mengandung oksigen sekitar 10-11% (Lotero,
2004). Biodiesel dapat dibuat dengan proses esterifikasi dari minyak nabati yang
mengandung asam lemak bebas tinggi. Namun, permasalahan yang sering
dihadapi adalah mahalnya harga minyak nabati yang digunakan dalam pembuatan
biodiesel. Oleh karena itu, lemak ayam boiler dapat digunakan sebagai alternatif
bahan baku pembuatan biodiesel karena mempunyai kandungan asam lemak
bebas yang relatif rendah dan harganya murah. Pada penelitian ini, biodiesel
dibuat dari lemak ayam boiler yang diperoleh melalui proses transesterifikasi
dengan metanol. Kandungan asam lemak bebas yang relatif rendah dalam lemak
ayam broiler padat diubah menjadi metil ester (biodiesel) dengan metanol dan
katalis Kalium Hidoksida (KOH) melalui proses transesterifikasi.

Menurut Tjukup Marnoto, Abdulah Efendi, 2011, pembuatan biodiesel dari


minyak hewani dan spirtus dengan katalisator kapur tohor CaO dilakukan dengan
reaktor batch reaksi transesterifikasi lemak hewani dan spirtus dengan rasio
minyak: spirtus 1:6 pada suhu 70 oC, berat katalis 5-6% dari berat minyak dan
waktu reaksi 90 menit. Metil ester yang dihasilkan berdasarkan sifat fisik adalah
viskositas kinetik pada 40oC ,1.42 mm/cst, dan densitas 0.853.

Hendar Harahap, 2008, transesterifikasi Refined Bleached Deodorized Palm Oil


(RBDPO) menggunakan metanol dengan katalis Litium hidroksida dilakukan
menggunakan reaktor batch, dengan variasi katalis 0.2%, 0.5%, 1%, dan 1.8%
kinetika reaksi dilakukan pada kondisi maksimum dan diperoleh hasil optimum
katalis 0.5%, rasio molar RBDPO terhadap metanol 1:14, suhu 65 oC dan waktu
reaksi 30 menit dengan konversi metil ester sebesar 99.9165% dan sifat fisik metil
ester viskositas kinetik 40oC adalah 4.472 dan densitas 0.8180.

Menurut Felicia, 2014, transesterifikasi lemak ayam broiler dengan menggunakan


metoanol dan Katalis NaOH. Metil Ester yang Dihasilkan berdasarkan sifat fisik
yaitu densitas 877 Kg/m3, viskositas 3,46 mm2/s, titik nyala 1540C dan telah
sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI)

29

Universitas Sumatera Utara


2.4 Bahan Bakar Hidrokarbon

Bahan bakar adalah suatu materi yang bisa terbakar dan bisa diubah menjadi
energi. Bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar yang didominasi oleh
Susunan unsur Hidrogen dan Karbon. Senyawa hidrokarbon dikenal mudah
terbakar karena karbon dan hidrogen mudah bereaksi dengan oksigen dalam
reaksi pembakaran. Sifat mudah terbakar hidrokarbon membuat mereka sangat
berguna sebagai bahan bakar dan merupakan sumber energi utama saat ini.
Campuran hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas berbagai senyawa
hidrokarbon, misalnya senyawa alkana, aromatik, naftalena, alkena, dan alkuna.
Senyawa-senyawa ini memiliki panjang rantai dan titik didih yang berbeda-beda.
Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya, semakin tinggi titik didihnya.
Agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan, komponen-komponen minyak
mentah harus dipisahkan berdasarkan titik didihnya. Metode yang digunakan
adalah distilasi bertingkat seperti pada gambar 2.5

Gambar 2.5 Fraksi – fraksi pada pengolahan minyak bumi mentah

Sumber : id.wikipedia.org/wiki/ Crude_Oil_Distillation

2.4.1 Dexlite

Dexlite adalah bahan bakar minyak untuk kendaraan bermesin diesel yang
diluncurkan pertamina pada 12 april 2016. Dexlite merupakan varian terbaru yang
memiliki spesifikasi lebih unggul daripada solar bersubsidi, tetapi masih dibawah
pertaminadex. Dexlite memiliki campuran bio diesel atau fatty acid methyl ester

30

Universitas Sumatera Utara


(FAME) sebanyak 20% dengan zat adiktif di dalamnya. Kandungan cetane
number dexlite minimal 51 dan sulfur maximal 1200 ppm
(www.pertamina.com/news-room/seputar.../dexlite).

2.4.2 Karakteristik Dexlite

Dapat menyala dan terbakar sesuai dengan kondisi ruang bakar adalah syarat
umum yang harus dipenuhi oleh suatu bahan bakar. Dexlite sebagai bahan bakar
memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat seperti Cetane
Number (CN), residu karbon, belerang, abu dan endapan, titik nyala,sifat korosi.

a. Cetane Number (CN)

Mutu penyalaan yang diukur dengan indeks yang disebut Cetana. Mesin diesel
memerlukan bilangan cetana sekitar 50. Bilangan cetana bahan bakar adalah
persen volume dari cetana dalam campuran cetana dan alpha-metyl naphthalene.
Cetana mempunyai mutu penyalaaan yang sangat baik dan alphametyl
naphthalene mempunyai mutu penyalaaan yang buruk. Bilangan cetana 51 berarti
bahan bakar cetana dengan campuran yang terdiri atas 51% cetana dan 49%
alpha- metyl naphthalene. Angka CN yang tinggi menunjukkan bahwa minyak
dexlite dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah.

b. Residu karbon.

Residu karbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan dan pembakaran
habis Bahan yang diuapkan dari minyak, diperbolehkan residu karbon maksimum
0,10 %.

C. Belerang atau Sulfur.

Belerang dalam bahan bakar terbakar bersama minyak dan menghasilkan gas yang
sangat korosif yang diembunkan oleh dinding-dinding silinder, terutama ketika
mesin beroperasi dengan beban ringan dan suhu silinder menurun; kandungan
belerang dalam bahan bakar dexlite maksimal 1200 Part per million

31

Universitas Sumatera Utara


d. Kandungan abu dan endapan.

Kandungan abu dan endapan dalam bahan bakar adalah sumber dari bahan
mengeras yang mengakibatkan keausan mesin. Kandungan abu maksimal yang
diijinkan adalah 0,01% dan endapan 0,05%.

e. Titik nyala.

Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai dalam
pemanasan minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat ketika disinggungkan
dengan suatu nyala api. Titik nyala minimum untuk bahan bakar diesel adalah 60
o
C.

f. Sifat korosif.

Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang bersifat korosif dan
tidak boleh mengandung asam basa.

32

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai