PENDAHULUAN
1
2
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan refarat ini ada 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum : untuk mengetahui bagian penatalaksanaan pada fraktur
terbuka.
2. Tujuan khusus: untuk menyelesaikan tugas laporan kasus dari
kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Bedah RSU Putri Hijau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
4
5
proksimal dan trabekula medial pada caput membentuk sudut sekitar 1600 dengan
korteks femur medial.
3. Stadium III
Pada stadium ini terdapat fraktur complete dengan displaced sebagian dari
fragmen tulang yang mengalami fraktur. Fragmen distal berotasi kearah lateral
dan fragmen proksimal miring ke varus dan berotasi kearah medial, selain itu
trabekula medial dari caput tidak pada tempatnya pada pelvis.
4. Stadium IV
Pada stadium ini terdapat fraktur complete dengan displaced total atau
seluruh fragmen tulang yang mengalami fraktur. Fragmen capital terpisah
sempurna dari fragmen distal dan kembali ke posisi normalnya pada asetabulum
dimana fragmen distal berotasi lateral dan bergeser ke atas dan ke anterior ke
fragmen proksimal. (Garden, 1961)
6
7
7
8
Collum femur terdapat di distal caput femur dan merupakan penghubung antara
caput dan corpus femoris. Collum ini membentuk sudut dengan corpus femur ±
125º pada laki-laki dewasa, pada anak sudut lebih besar dan pada wanita sudut
lebih kecil. (McKinley, 2012)
9
10
Caput femur mendapat pasokan darah dari tiga sumber utama yaitu:
a. Extracapsular arterial ring yaitu pembuluh darah yang melewati collum
bersama dengan retinakula capsularis dan memasuki caput melalui
foramina besar pada basis caput. Pembuluh darah ini berasal dari cabang-
cabang a. sirkumfleksa femoralis melalui anastomosis a. krusiata dan a.
trokanterika. Pada orang dewasa merupakan sumber pasokan darah
terpenting.
b. Pembuluh darah dalam ligamentum teres yang memasuki caput melalui
foramina kecil pada fovea. Pembuluh ini berasal dari cabang-cabang a.
obturatoria.
c. Pembuluh darah yang melalui diafisis dari pembuluh darah femoralis
nutrisia. (Martini, 2010)
10
11
beraktivitas. Ciri khas yang tampak pada stress fracture adalah riwayat
latihan yang berhubungan dengan lokasi nyeri yang bertambah dengan
aktivitas dan berkurang bila istirahat atau dengan aktivitas yang tidak
memerlukan beban berat. Nyeri biasanya dapat dicetuskan dengan
aktivitas yang diulang-ulang dan reda bila istirahat.
d. Pemeriksa harus menanyakan apakah gejala-gejala tersebut pernah terjadi
di masa lalu, dan bila pernah apakah pasien pernah berusaha menggunakan
es atau penghangat atau obat-obat tertentu (asetaminofen, aspirin,
NSAID).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pemeriksaan dimulai dengan observasi pasien. Wajah yang menyeringai
menahan sakit atau gaja berjalan seorang pasien tentunya membuat pola tertentu.
Pasien dengan displaced fraktur collum femur biasanya tidak dapat berdiri atau
biasanya dibawa dengan tempat tidur. Perhatikan puncak iliaca apakah ada
perbedaan tinggi dan fungsi kaki kiri dan kanan berbeda. Alignment dan panjang
b. Palpasi
i. Range Of Motion (ROM)
Menentukan ROM dari panggul dengan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi,
endorotasi serta eksternal dan fleksi dan ekstensi dari lutut. Penemuannya seperti
nyeri dan keterbatasan gerak masif pada panggul. Melakukan passive straight-leg
raise, Thomas dan rectus femoris stretch test. Pasien dengan nyeri di region
femoralis anterior dan lutut bisa mempunyai patologi di sendi panggulnya. Nyeri
yang dihasilkan pada pasien dengan endorotasi, eksorotasi, atau maneuver
provokasi lainnya dapat menyingkirkan patologi panggul akibat gangguan tulang
belakang (spine).
13
14
Gerakan ROM
Fleksi 120 derajat
Ekstensi 30 derajat
Abduksi 45 – 50 derajat
Adduksi 20 – 30 derajat
Endorotasi 35 – 45 derajat
Eksorotasi 35 – 45 derajat
14
15
v. Hop Test
Pasien melompat pada sisi kaki yang terkena untuk menimbulkan gejala.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto X-Ray
Foto polos biasa merupakan foto yang sering digunakan sebagai tindakan
awal pada fracture panggul karena ini merupakan alat yang universal dan terdapat
dimana-mana. Tujuan utama pembuatan foto X-Ray adalah untuk menyingkirkan
fracture dan mengindentifikasi letak dan luasnya fracture.
Foto polos mempunyai sensitivitas yang rendah. Adanya formasi tulang
periosteal, sklerosis, kalus, atau garis fracture memberi petunjuk terjadinya stress
fracture; walaupun demikian, pemeriksaan radiologi foto polos dapat memberikan
gambaran normal pada pasien dengan fracturecollum femur, dan perubahan
radiografi tidak akan pernah berubah.
Tension fracture harus dibedakan dari compression fracture, dimana
menurut Devas (1965) dan Fullerton dan Snowdy (1988), biasanya terletak pada
aspek inferior collum femur.Pemeriksaan radiografi dapat menunjukkan garis
fracture pada aspek superior dari collum femur, yang merupakan lokasi terjadinya
tension fracture.
Pemeriksaan radiologi standar pada panggul meliputi foto AP (Antero-
Posterior) dari panggul dan pelvis dan Foto Lateral. Posisi frog-leg lateral tidak
dianjurkan karena dapat mengakibatkan displacedfracture. Bila fracturecollum
femur dicurigai, foto endorotasi dari panggul dapat membantu mengindentifikasi
fracture yang non-displaced atau fracture impaksi. Bila dicurigai adanya fracture
panggul tetapi tidak terlihat pada pemeriksaan X-ray standar, scanning tulang atau
MRI harus dilakukan.
Kadang-kadang, foto polos ini mempunyai kekurangan. Spiral fracture
sangat sulit dilihat dari 1 sudut saja. Comminutif juga tidak mudah diidentifikasi
seperti pada CT-Scan. Beberapa stress fracture adalah fracture simple dan tidak
terlihat pada foto polos. Dengan demikian, foto polos tidak selalu dapat
mendeteksi fracturecollum femur tetapi diperlukan pemeriksaan radiologi lain
yang dapat menunjang diagnosis dari fracture ini.
15
16
Pada foto X-ray mungkin didapatkan hasil positif palsu atau negative
palsu.Beberapa fracturecollum femur tidak terlihat pada foto polos yang diambil
selama evaluasi awal. Bila kecurigaan klinis kuat, kasus ini dapat di evaluasi lebih
lanjut dengan MRI, yang dapat menunjukkan edema sumsum tulang, atau nuclear
medicine bone scanning, yang dapat memperlihatkan peningkatan tracer uptake.
Pemeriksaan nuclear medicine bone scanning ini harganya lebih mahal dari
pemeriksaan MRI dan sangat sensitif. Pencitraan ini dilakukan pada 48-72 jam
setelah trauma, dimana sensitivitasnya dibawah MRI.
b. CT-Scan
`CT-Scan berperan penting dalam mengevaluasi panggul setelah terjadi
fracture.CT sangat baik dan berguna untuk abnormalitas tulang itu sendiri.Karena
resolusinya yang baik, dapat berbagai potongan, dan kemampuannya untuk dilihat
dalam posisi coronal dan sagital, CT-Scan berguna untuk mendeteksi
fracturecomminution preoperatif dan mendeteksi seberapa jauh terjadinya
penyatuan union pada post operatif.
Scanning tulang dapat membantu pada stress fracture, tumor atau
infeksi.Scanning tulang merupakan indikator yang sangat sensitif pada bone
stress, tetapi mempunyai spesifisitas yang rendah.Pada masa lalu, scanning
dinyatakan tidak merupakan indikasi sebelum 48-72 jam setelah fracture; tetapi
pada penelitian tahun 1990 oleh Holder et al, scanning ini mempunyai sensitivitas
CT-Scan sangat sering digunakan untuk mengevaluasi bone injury. Walaupun
16
17
demikian, fracture aksial pada foto polos juga kadang-kadang tidak terlihat
dengan CT-Scan.Potensial ini berkurang dengan adanya foto polos orthogonal dan
CT-Scan multidetektor yang baru. (McRae, 2001)
17
18
A. Tatalaksana Non-Medikamentosa
1. Hip Arthroplasty
Hip Arthroplasty merupakan suatu tindakan penggantian sendi pinggul
dengan prostesis yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan mengembalikan
fungsi sendi panggul seperti semula. Nyeri setelah tindakan hip arthroplasty
dirasakan membaik selama minimal 3 bulan, sedangkan setidaknya butuh 1 tahun
untuk kembali ke fungsi normal tubuh. Hip Arthroplasty terbagi menjadi dua
jenis, yaitu Total Hip Arthroplasty dan Hemiarthroplasty.
18
19
19
20
2. Hemiarthroplasty
Hemiarthroplasty adalah suatu proses pembedahan ortopedi yang pada
dasarnya hampir sama dengan Total Hip Arthroplasty namun yang berbeda pada
hemiarthroplasty hanya caput dan collum femur yang diganti dengan prostesis,
sedangkan kartilago asetabulum tidak diganti. Prosedur pembedahannya adalah
insisi lateral paha untuk dapat melihat sendi panggul. Setelah masuk ke sendi
panggul, dokter bedah melepas caput dan collum femur dari asetabulum. Dengan
menggunakan bor khusus, corpus femur dibentuk seperti kanal agar prostesis stem
bisa dimasukkan. Pada uncemented stem prosthesis langsung dimasukkan ke
dalam kanalis femoralis buatan tersebut. Berbeda dengan cemented stem, kanalis
femoralis dibuat sedikit lebih besar dari stem tujuannya agar semen bisa
melekatkan antara stem dengan tulang paha. Bola logam sebagai pengganti caput
femur dilekatkan pada asetabulum setelah itu panggul buatan direlokasi sekaligus
dipastikan apakah panggul dan paha dapat bekerja dengan baik. Dokter bedah
menutup bekas insisi dengan jahitan kemudian pasien bisa dipindah ke ruang
pemulihan. (Tornetta, 2011)
20
21
B. Terapi Medikamentosa
1. Tatalaksana Medikamentosa
Pada semua kasus fracture, penatalaksanaan nyeri harus
diutamakan.Analgetik seperti acetaminophen atau NSAID (Non Steroid
Anti Inflammatory Drugs) dapat diberikan pada fase akut dari
fracture.Walupun demikian, penambahan penghilang nyeri mungkin
diperlukan bila nyeri pasien tidak hilang hanya dengan pemberian
acetaminophen atau NSAID. Pada kasus seperti ini, golongan opiate
mungkin dapat digunakan, khususnya untuk mengatasi rasa nyeri yang
hebat. Penyesuaian terhadap rasa nyeri harus dilakukan, terutama pada
fase akut.
Analgetik
a. Acetaminophen
21
22
b. Ibuprofen
Obat pilihan untuk pasien dengan nyeri ringan sampai sedang.
Menghambat reaksi inflamasi dengan menurunkan sintesis
prostaglandin.
Dosis dewasa 400-600 mg per oral setiap 4-6 jam selama gejala
masih ada; tidak melebihi 3.2 gram/hari.
Dosis anak12 tahun: mengikuti dosis dewasa.
Kontraindikasi pada pasien yang hipersensitif; ulkus peptik,
perdarahan dan perforasi saluran cerna, insufisiensi renal, atau
resiko perdarahan.
22
23
23
24
- Berat: 0-19
Dengan adanya Oxford Hip Score ini diharapkan dapat berguna untuk
mengetahui hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan hip arthroplasty
pada pasien fraktur collum femoris. (Gann, 2010)
2.1.8. Komplikasi
1. Komplikasi Umum
Pasien yang mengalami fracture collum femur, yang sebagian besar
merupakan orang lanjut usia, beresiko untuk mengalami komplikasi yang
umum terjadi pada semua penderita fracture, di mana mereka mengalami
proses imobilisasi yang cukup lama. Komplikasi umum tersebut ialah
terjadinya deep vein thrombosis, emboli pulmonal, pneumonia, dan ulkus
dekubitus akibat berbaring dalam jangka waktu yang lama secara terus
menerus.
24
25
26
BAB III
Nama : Ny.P
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 78 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Simare No 83, Medan Sunggal
Agama : Protestan
Tanggal Masuk RS : 20/06/2018
Tanggal Operasi : 23/06/2018
No RM : 055422
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 20/06/2018, jam 10.30 wib. Anamnesis
bersifat autoanamnesis.
1) Keadaan Umum
Nyeri pada paha Sebelah kanan
2) Riwayat Penyakit sekarang
Seorang wanita umur 78 tahun, dating ke IGD dengan keluhan nyeri
pangkal paha sebelah kanan di alami setelah Os terjatuh sekitar 2 minggu
yang lalu ( 3 juni 2018), dan dirasakan nyeri semakin memberat dalam 3
hari. Os mengeluh kaki kanan tidak bias di angkat.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak Ada
5) Riwayat penggunaan Obat
Tidak Ada
6) Riwayat Kebiasaan Sosial
27
28
STATUS LOKALISATA
Regio Femoralis Dextra
a) Look
Terturup elastic Band
Pembengkakan : Ada
b) Feel
Nyeri Tekan : Ada
Perubahan Suhu : Ada
c) Move
Kekuatan Otot : Tidak falid di nilai
29
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 13.5 L: 13-16 g/dl
P: 12-14 g/dl
Hematokrit 38.9 L : 40-48 %
P : 37-43%
Leukosit 7.200 5-10.10³/µL
Trombosit 174.000 150-400.10³/µL
DIAGNOSA KERJA
Diskontinuitas Fraktur Collum Femur Dextra
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Penggunaan antibiotik untuk mencegah adanya infeksi.
- Penggunaan analgetik umtuk mengurangi nyeri
Non-medikamentosa
- Edukasi
Yang perlu diperhatikan selama 6 minggu post operasi
- Fleksi tidak boleh >90°
30
PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
- Quo ad funcionam : dubia ad bonam