Pertama-tama saya panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menyelesaikan tugas Aspek Hukum tentang “Hukum Perlindungan Konsumen”
Dengan membaca makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-teman serta
pembaca agar dapat memahami materi ini dan dapat meningkatkan wawasan pembaca.
Walaupun penulis telah berusaha sesuai kemampuan penulis, namun penulis yakin bahwa
manusia itu tak ada yang sempurna. Seandainya dalam penulisan makalah ini ada yang
kurang, maka itulah bagian dari kelemahan penulis. Mudah-mudahan melalui kelemahan
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang telah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini. Untuk itu saya selalu menantikan kritik dan saran
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… 1
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 3
Tujuan ………………………………………………………………………………6
Pengertian Konsumen
PENDAHULUAN
Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik karena
pelaku usaha dan konsumen dapatmenciptakan rakyat yang sejahtera dan makmur. Negeri-
negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah menempuh pembangunannya
melalui tiga tingkat unifikasi, industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat yang
pertama yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas politik untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan
ekonomi dan modernisasi politik. Akhirya pada tingkat ketiga tugas negara yang utama
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak akan
pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih
banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu,
masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Hak konsumen yang diabaikan oleh
pelaku usaha perlu dicermati secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas
saat ini, banyak bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang
dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran
akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa
yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih
kompleks dari itu yang menyangkut pada kesadaran semua pihak, baik pengusaha,
barang dan jasa yang berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar
yang berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-
undang serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan berpindahnya barang
dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi
direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan secara
tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan
penuh rasa tanggung jawab. Yang perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai
hak yang dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan
sasial kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan lahirnya
Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana perlindungan terhadap
konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen. Dalam makalah ini kami juga akan
menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan tujuan perlindungan konsumen yang mungkin
akan berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa/I dimasa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu
atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau sese orang yangmenggunakan suatu
persediaan atau sejumlah barang. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan
atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi Kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari
pengertian tersebut, yang dimaksud konsumen orang yang berststus sebagai pemakai barang
dan jasa.
1. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang
2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa
3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa
konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
atau jasa guna untuk memenuhi keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dapat
dikelompokkan pada golongan besar suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga
Pengaduan konsumen tentang pembayaran angsuran motor melalui jaminan fidusia masih
marak terjadi hingga kini. Adanya kebutuhan konsumen dan stimulus kemudahan dari sales
perusahaan penjual motor menjadikan proses jual-beli lebih mudah, bahkan bagi seorang
tukang becak sekalipun yang pendapatan hariannya relatif rendah. Permasalahan mulai
timbul ketikakonsumen tidak mampu membayar kredit motor, yang membuat erusahaan
pelaku usaha diduga terdapat informasi terselubung yang dapat merugikan konsumen. Untuk
Kasus Posisi
LAS yang berprofesi sebagai tukang becak, membeli kendaraan sepeda motor Kawasaki
mengajukan pinjaman pembayaran motor tersebut dengan jaminan fidusia kepada PT. AF.
Hal ini bisa terjadi karena fasilitasi yang diberikan oleh NA, sales perusahaan motor tersebut.
Kemudian konsumen telah membayar uang muka sebesar Rp. 2.000.000,- kepada PT. AF dan
telah mengangsur sebanyak 6 kali (per angsuran sebesar Rp. 408.000,-). Namun ternyata pada
cicilan ke tujuh, konsumen terlambat melakukan angsuran, akibatnya terjadi upaya penarikan
Pembayaran, maka LAS menitipkan obyek sengketa kepada LPKSM disertai berita acara
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap
hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Hukum Perlindungan Konsumen
merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya, permasalahan yang diatur dalam
hukum konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan barang / jasa. Pada tanggal 30
Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati Rancangan Undang-
Undang (RUU) tentang perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah
selama 20 tahun diperjuangkan. RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal
20 april 1999.
perlindungan adalah:
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),
Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian
Sengketa
Prop/Kab/Kota
dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku usaha.
Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan
perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
Swadaya Masyarakat.
Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota
disebutkan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. Kepastian hukum untuk
harapan agar pelaku usaha tidak lagi sewenang-wenang yang selalu merugikan hak
menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini adalah adanya kepastian
hukum terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen, yang bermula dari ”benih hidup
dalam rahim ibu sampai dengan tempat pemakaman dan segala kebutuhan diantara
keduanya”. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkab atas hukum untuk
jasa kebutuhannya serta mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh
barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi.Di samping itu, globalisasi dan perdagangan
bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika telah
memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah
suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar
negeri maupun produksi dalam negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai
manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasayang
diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis
dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsum Di sisi
lain, kondisi dan fenomena tersebut di atas dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha
dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah.
Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya
oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar
haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen.
hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
konsumen.
Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran pelaku usaha
yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat kentungan yang
semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial
merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas dasar
Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para
pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan konsumen dapat mendorong iklim
berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi
persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas. Di samping itu,
memberikan perhatian khusus kepada pelaku usaha kecil dan menengah. Hal ini dilakukan
merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab
sampai pada terbentuknya Undang-undang tentang Perlindungan Konsume ini telah ada
undang;
Cipta sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987;
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan intelektual
(HAKI) tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena sudah
diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta, Undang-undang
Nomor 13 Tahun 1997 tentang Paten, dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang
Merek, yang melarang menghasilkan atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang
Demikian juga perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur dalam
Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai kewajiban
setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
terbuka kemungkinan terbentuknya undang- undang baru yang pada dasarnya memuat
Meskipun secara eksplisit hak-hak konsumen belum diatur konstitusi, namun terdapat
beberapa pasal dalam UUD 1945 yang mengakomodir hak-hak konsumen, yaitu 1) pasal 28
H ayat (1): Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperolah pelayanan
kesehatan; 2) pasal 31 ayat (1): setiap warga negara berhak mendapat pendidikan ; (2) setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; 3)
pasal 34 ayat (3): negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
UU Perlindungan Konsumen juga merupakan penjabaran lebih detil dari hak asasi
manusia, lebih khusus lagi hak-hak ekonomi yang tercantum dalam Kovenan Internasional
hukum baik bagi pelaku usaha agar tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab, maupun bagi
Masyarakat boleh merasa lega dengan lahirnya UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, namun bagian terbesar dari masyarakat kita belum tahu akan hak-haknya yang
telah mendapat perlindungan dalam undang-undang tesebut, bahkan tidak sedikit pula para
pelaku usaha yang tidak mengetahui dan mengindahkan UU Perlindungan Konsumen ini.
Dalam pasal 62 Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut
telah diatur tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku usaha diantaranya
sebagai berikut : 1) Dihukum dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dan milyard rupiah) terhadap : pelaku usaha yang
memproduksi atau memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan berat, jumlah, ukuran,
dalam label atau keterangan tentang barang tersebut ( pasal 8 ayat 1 ), pelaku usaha yang
cacat, atau tercemar ( pasal 8 ayat 2 ), pelaku usaha yang mencantumkan klausula baku
bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen di
dalam dokumen dan/atau perjanjian. ( pasal 18 ayat 1 huruf b ) 2) Dihukum dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) terhadap : pelaku usaha yang melakukan penjualan secara obral dengan
mengelabuhi / menyesatkan konsumen dengan menaikkan harga atau tarif barang sebelum
melakukan obral, pelaku usaha yang menawarkan barang melalui pesanan yang tidak
menepati pesanan atau waktu yang telah diperjanjikan, pelaku usaha periklanan yang
memproduksi iklan yang tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang/jasa.
Dari ketentuan-ketentuan pidana yang disebutkan diatas yang sering dilanggar oleh para
pelaku usaha masih ada lagi bentuk pelanggaran lain yang sering dilakukan oleh pelaku
usaha, yaitu pencantuman kalusula baku tentang hak pelaku usaha untuk menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli konsumen dalam setiap nota pembelian barang. Klausula baku
tersebut biasanya dalam praktiknya sering ditulis dalam nota pembelian dengan kalimat
“Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan” dan pencantuman klausula
baku tersebut selain bisa dikenai pidana, selama 5 (lma) tahun penjara, pencantuman klausula
tersebut secara hukum tidak ada gunanya karena di dalam pasal 18 ayat (3) UU no. 8 tahun
1999 dinyatakan bahwa klausula baku yang masuk dalam kualifikasi seperti, “barang yang
sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan” automatis batal demi hukum.
2.5. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada sejumlah asas dan tujuan yang
telah diyakini bias memberikan arahan dalam implementasinya di tingkatan praktis. Dengan
adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki dasar pijakan
1. Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
2. Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknyadan
3. Asas keseimbangan
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual. d. Asas keamanan dan
keselamatan konsumen.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
atau digunakan.
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan
diri.
sebagai konsumen.
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
proteksi.
Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak terbuka.
produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan.
mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang
lain, atau menunjuk pada suatu peristirwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya
konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal hal diluar yang
diperjanjikan.
Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di masyarakat merupakan
petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku
usaha.
Prinsip ini tidak mungkin lagi dipertahankan, jadi kontrak bukan lagi merupakan syarat untuk
Hak-Hak Konsumen
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan
tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai konsumen yang
kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang tidak adil terhadap
dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih
jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang/jasa.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskrimainatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam
pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan
antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain
hak-hak yang disebutkan tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif
persaingan curang. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang dalam hukum dikenal
Di Indonesia persaingan curang ini diatur dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, juga dalam pasal 382 bis KUHP. Dengan
demikian jelaslah bahwa konsumen dilindungi oleh hukum, hal ini terbukti telah diaturnya
hak-hak konsumenyang merupakan kewajiban pelaku usaha dalam UU No. 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, termasuk didalamnya juga diatur tentang segala sesuatu
yang berkaitan apabila hak konsumen, misalnya siapa yang melindungi konsumen (bab VII),
Kewajiban Konsumen
Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen,
Produsen ialah orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk keperluan konsumen. Barang
atau jasa yang dihasilkan produsen disebut produksi, sedangkan yang memakai barang dan
jasa disebut konsumen. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan besar
suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah
Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban. Hak pelaku usaha
1. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
Kewajiban produsen
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian bila barang dan/atau jasa yang
Bila diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa hak dan kewajiban pelaku usaha bertimbal
balik dengan hak dan kewajiban konsumen. Ini berarti hak bagi konsumen adalah kewajiban
yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Demikian pula dengan kewajiban konsumen
merupakan hak yang akan diterima pelaku usaha. Bila dibandingkan dengan ketentuan umum
di Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tampak bahwa pengaturan UUPK lebih spesifik.
Karena di UUPK pelaku usaha selain harus melakukan kegiatan usaha dengan itikad baik, ia
juga harus mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif, tanpa persaingan yang curang
Pelaku usaha dilarang menawarkan jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak sesuai dengan janji yang
dinyatakan keterangan, iklan atau promosi atas penawaran jasa tersebut. Tidak membuat
perjanjian atas pengikatan jasa tersebut dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan atau
jasa secara tidak benar, dan atau seolah-olah secara langsung atau tidak langsung
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang dan
atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan atau jasa lain secara
cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan
4. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan. (pasal 14)
Pasal 19
1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi.
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila pelaku
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak,kewajiban serta perlindungan hukum atas
mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang layak atas
mereka, mengingat faktor utama perlakuan yang semena-mena oleh produsen kepada
konsumen adalah kurangnya kesadaran serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta
kewajiban mereka.
terjadi pada kegiatan produksi dan konsumsi dewasa ini agar tujuan para produsen untuk
mencari laba berjalan dengan lancar tanpa ada pihak yang dirugikan, demikian juga dengan
konsumen yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka
dirugikan karena kesalahan yang diaibatkan dari proses produksi yang tidak sesuai dengan
setandar berproduksi yang sudah tertera dalam hukum dan UU yang telah dibuat oleh
pemerintah.
Kesadaran produsen akan hak-hak konsumen juga sangat dibutuhkan agar tercipta
harmonisasi tujuan antara produsen yang ingin memperoleh laba tanpa membahayakan
Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberi penjelasan dan dapat mengingatkan para
pembaca bahwa kita sebagai konsumen memiliki hak-hak serta kewajiban yang harus kita
laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan penuh atas hukum dan UU yang berlaku
yang bisa digunakan kapan saja ketika diri kita endapat perlakuakuan yang tidak sesuai
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi para mahasiswa/mahasiswi, dan bisa
konsumen.
3.2 Saran
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen
akan haknya yang masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan
konsumen. Maka dari itu masyarakat yang selaku konsumen harus lebih mengerti dan sadar
akan haknya sebagai konsumen agar tidak menjadi konsumen yang di curangi oleh produsen.
tegakan lagi agar tujuan dari pada undang-undang itu sendiri dapat terlaksana dengan baik.
Sehingga undang-undang ini betul-betul dapat memberikan kepastian hukum yang jelas.