Anda di halaman 1dari 6

Pencatatan piutang

Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, piutang


dicatat dan di akui sebesar jumlah bruto (nilai jatuh tempo) dikurangi dengan
taksiran jumlah yang tidak akan diterima. Itu berarti piutang harus dicatat sebesar
jumlah yang diharapkan akan dapat ditagih. Karena itu berkaitan dengan
pengeluaran piutang, perusahaan harus membuat suatu cadangan piutang tidak
tertagih yang merupakan taksiran jumlah piutang yang tidak akan dapat ditagih
dalam periode tersebut.

Sebagai contoh, piutang usaha PT. Mitra Usaha adalah Rp 190.000.000,


sedangkan kerugian piutangnya adalah Rp24.000.000. Jadi, dalam laporan posisi
keuangan piutang tersebut dicatat sebagai berikut:

- Piutang usaha …………………………… 190.000.000

- Cadangan kerugian piutang………………….. ( 24.000.000)

- Piutang bersih ………………….……………… 166.000.000

Dalam membuat cadangan kerugian piutang/piutang tak tertagih, terdapat dua dasar
utama yang dapat digunakan yaitu:

1. Jumlah Penjualan (presentase tertentu dari penjualan), yang berarti cadangan


kerugian piutang didasarkan pada presentase tertentu dari saldo akun penjualan
pada saat cadangan kerugian piutang tersebut ditetapkan, atau didasarkan pada
presentase tertentu dari taksiran jumlah penjualan atau jumlah kredit selama periode
bersangkutan. Selain didasarkan pada saldo akun penjualan atau saldo akun
penjualan kredit, penetapan besarnya cadangan kerugian piutang juga dapat
didasarkan pada presentase tertentu dari anggaran penjualan atau didasarkan pada
presentase tertentu dari anggaran penjualan kredit di tahun bersangkutan.

2. Saldo Piutang:

a. Presentase tertentu dari saldo piutang, yang berarti cadangan


kerugian piutang didasarkan pada saldo akun piutang pada saat
piutang tersebut ditetapkan atau didasarkan pada taksiran penjualan
kredit pada periode bersangkutan.

b. Analisis tertentu dari saldo piutang, yang metode pembuatan


cadangan kerugian piutang di mana cadangan piutang yang tidak
dapat ditagih dari suatu perusahaan didasarkanpada besarnya risiko
atau kemungkinan tidak tertagihnya suatu piutang. Dasar dari metode
ini adalah pemikiran bahwa semakin lama umur piutang, semakin
besar kemungkinan terjadinya kemacetan proses penagihan piutang
tersebut.

Dari contoh perusahaan tersebut, pada akhir tahun 2012 akuntan PT. Mitra Usaha
melaporkan saldo beberapa akun sebagai berikut:

Piutang Usaha Rp 190.000.000

Penjualan Rp 4.200.000.000

Penjualan Kredit Rp 2.400.000.000

Sedangkan dari buku pembantu diketahui bahwa saldo piutang terdiri dari piutang
kepada beberapa pelanggan seperti terlihat pada tabel berikut ini. Dari buku
pembantu tersebut juga diketahui tanggal terjadinya transaksi penjualan kredit oleh
para pelanggan, sehingga dapat diketahui umur dari setiap piutang per 31
Desember 2012.

Tanggal Transaksi Nama Pelanggan Jumlah


9/10/2012 Toko Semoga Jaya 42.000.000
25/10/2012 Toko Eka Jaya 19.000.000
11/11/2012 Toko Pesona Niaga 32.000.000
27/11/2012 Toko Duta Elektrik 21.000.000
4/12/2012 U.D. Suara Gembira 29.000.000
18/12/2012 Toko Merah Putih 25.000.000
22/12/2012 U.D. Damai 22.000.000
Total Rp 190.000.000
Dari pengalaman selama beberapa tahun terakhir PT. Mitra Usaha menyimpulkan
bahwa semakin lama umur piutang, semakin besar kemungkinan tidak tertagihnya.
Kemungkinan tidak tertagihnya tersebut adalah 1% untuk umur piutang 1 s/d 15 hari;
3% untuk umur 16 s/d 30 hari; 5% untuk umur 31 s/d 45 hari; 10% untuk umur 46 s/d
60; dan 20% untuk yang berumur lebih dari 61 hari.

Berdasarkan data tersebut, jika pada awal tahun 2013 PT. Mitra Usaha
menetapkan cadangan kerugian piutang, maka akan menghasilkan jurnal berikut jika
penetapan cadangan itu:

a. Berdasarkan 1% dari total penjualan kredit. Jadi, jumlah cadangan piutang tak
tertagih PT. Mitra Usaha untuk tahun 2013 adalah 1% x Rp2.400.000.000 =
Rp24.000.000, dan jurnal yang perlu dibuat untuk itu adalah sebagai berikut:

Beban Kerugian Piutang 24.000.000


Cadangan Kerugian Piutang 24.000.000

b. Berdasarkan 10% dari total piutang usaha. Jadi, jumlah cadanganpiutang tak
tertagih adalah 10% x Rp190.000.000 = Rp19.000.000, dan jurnal yang perlu
dibuat adalah sebagai berikut:

Beban Kerugian Piutang 19.000.000


Cadangan Kerugian Piutang 19.000.000

c. Berdasarkan analisis umur piutang. Jadi, jumlah cadangan kerugian piutang


PT. Mitra Usaha harus didasarkan pada risiko tidak tertagihnya piutang
perusahaan akibat berlalunya waktu. Dari pengalaman perusahaan, maka
piutang PT. Mitra Usaha harus dikelompokkan ke dalam 5 kelompok risiko,
yaitu kelompok risiko 1%, kelompok risiko 3%, kelompok risiko 5%, kelompok
risiko 10%, dan kelompok risiko 20%. Dari data perusahaan tersebut, maka
piutang PT. Mitra Usaha pada tanggal 31 Desember 2012 yang berumur lebih
dari 61 hari adalah piutang kepada Toko Semoga Jaya dan Toko Eka Jaya
karena terjadi pada bulan Oktober 2012. Piutang yang berumur antara 46
hingga 60 hari adalah piutang kepada Toko Pesona Niaga. Piutang yang
berumur antara 31 hingga 45 hari adalah piutang kepada Toko Duta Elektrik
karena terjadi pada akhir bulan November 2012, dan piutang usahayang
berumur antara 16 hingga 30 hari adalah piutang kepada Toko Pesona Niaga.
Sementara itu, piutang yang berumur antara 1 hingga 15 hari adalah piutang
kepada Toko Merah Putih dan U.D. damai

Nama Umur Piutang


Pelanggan 1 s/d 15 16 s/d 30 31 s/d 45 46 s/d 60 61

Toko Semoga Jaya 42.000.000


Toko Eka Jaya 19.000.000
Toko Pesona Niaga 32.000.000
Toko Duta Elektrik 21.000.000
U.D. Suara Gembira 29.000.000
Toko Merah Putih 25.000.000
U.D. Damai 22.000.000

Jumlah Piutang 47.000.000 29.000.000 21.000.000 32.000.000 61.000.000


Tingkat Risiko 1% 3% 5% 10% 20%
470.000 870.000 1.050.000 3.200.000 12.200.000
Jumlah Rp 17.790.000
Setelah dikalikan tingkat risiki kerugian dari setiap umur piutang, setiap kelompok
tersebut akan menghasilkan jumlah taksiran cadangan kerugian bagi setiap
kelompok umur piutang. Kemudian, setiap kelompok cadangan kerugian piutang
dijumlahkan sehingga menghasilkan jumlah taksiran piutang yang tidak dapat ditagih
pada periode bersangkutan. Dalam kasus perusahaan sebelumnya, jumlah
cadangan kerugian piutang yang ditetapkan adalah Rp17.790.000. itu berarti jurnal
yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:

Beban Kerugian Piutang 17.790.000


Cadangan Kerugian Piutang 17.790.000
Penghapusan piutang

Biasanya cadangan kerugian piutang ditetapkan pada awal periode akuntansi, dan
cadangan kerugian pitang merupakan suatu taksiran besarnya piutang yang tidak
dapat ditagih pada suatu periode akuntansi. Setelah periode tersebut berjalan,
sering kali terdapat sejumlah piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih karena
berbagai alasan. Piutang yang jelas-jelas tidak dapat ditagih karena debitornya lari,
meninggal, bangkrut, atau sebab lain harus dihapus dari saldo piutang.
Penghapusan piutang ini merupakan kerugian karena pencatatannya tidak
dibebankan ke akun kerugian piutang tetapi ke akun cadangan kerugian piutang.

Untuk menghapus suatu piutang terdapat dua metode yang bisa digunakan,
yaitu:

1. Metode Cadangan Kerugian Piutang (seperti yang telah dibahas


sebelumnya).

2. Metode Penghapusan Langsung, yaitu metode penghapusan piutang dengan


cara menunggu sampai diperoleh kepastian bahwa piutang tersebut benar-
benar tidak dapat ditagih, tanpa perlu dibuat estimasinya terlebih dahulu.

Misalkan dari contoh sebelumnya bahwa pada tanggal 1 Januari 2012 PT. Mitra
Usaha telah menetapkan cadangan kerugian piutang sebesar Rp24.000.000. Pada
tanggal 15 April 2012, diperoleh kepastian bahwa piutang kepada Toko Eka Jaya
tidak dapat ditagih lagi karena toko tersebut bangkrut. Manajemen PT. Mitra Usaha
memutuskan bahwa piutang sebesar Rp19.000.000 itu akan dihapuskan. Jadi, jurnal
yang perlu di buat berkaitan dengan penghapusan piutang tersebut adalah sebagai
berikut:

Tanggal Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung


1/1/2012 Beban Kerugian Piutang 24.000.000 Tidak Ada Jurnal
Cadangan Kerugian Piutang 24.000.000
15/4/2012 Cadangan Kerugian Piutang 19.000.000 Kerugian Piutang 19.000.000
Piutang 19.000.000 Piutang 19.000.000
Akibat penghapusan tersebut, piutang PT. Mitra Usaha akan berkurang sebesar
Rp19.000.000. baik dengan metode cadangan maupun dengan metode
penghapusan langsung, akibat yang ditimbulkan terhadap saldo piutang bersihnya
akan berdeda seperti terlihat dari catatan berikut ini :

Tanggal Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung


1/1/2012 -Piutang 190.000.000 -Piutang 190.000.000
-Cadangan Kerugian (24.000.000)
-Piutang bersih 166.000.000
15/4/2012 -Piutang 171.000.000 -Piutang 190.000.000
-Cadangan Kerugian (5.000.000) -Cadangan Kerugian (19.000.000)
-Piutang bersih 166.000.000 -Piutang bersih 171.000.000

Ketika cadangan kerugian piutang ditetapkan sebesar Rp24.000.000 pada tanggal 1


Januari 2012, saldo piutang bersih PT. Mitra Usaha akan menjadi sebesar Rp
166.000.000. Setelah terjadi penghapusan piutang sebesar Rp19.000.000, buatlah
jurnal dengan mendebet akun cadangan kerugian piutang sebesar Rp 19.000.000
dan mengkredit akun piutang sebesar Rp 19.000.000. Akibat dari jurnal tersebut
adalah saldo akun cadangan kerugian piutang akan berkurang sebesar Rp
19.000.000 menjadi Rp171.000.000. Sedangkan saldo akan piutang berkurang
dengan jumlah yang sama menjadi Rp171.000.000. Akibatnya, saldo piutang bersih
perusahaan tetap sebesar Rp166.000.000, karena saldo piutang sebesar
Rp171.000.000 dikurangi dengan saldo cadangan kerugian piutang sebesar
Rp5.000.000.

Sementara itu, metode penghapusan langsung mengakibatkan saldo piutang


berubah dari Rp190.000.000 pada tanggal 1 Januari 2012 menjadi Rp171.000.000
pada tanggal 15 April 2012 akibat kurangnya saldo piutang, yaitu dikreditnya akun
piutang sebesar Rp19.000.000.

Anda mungkin juga menyukai