Anda di halaman 1dari 28

Akuntansi Piutang Dagang Dan Piutang

Wesel
Piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang, atau jasa
kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu. Tagihan yang
tidak disertai dengan janji tertulis disebut piutang, sedangkan
tagihan yang disertai dengan janji tertulis disebut wesel.
Tujuan Penjualan Kredit:
1. Merangsang minat para langganan
2. Menaikkan volume penjualan
3. Meningkatkan laba bersih perusahaan
4. Strategi memenangkan persaingan  memperbesar
market share
Penilaian Resiko kredit
Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah
diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu banyak
perusahaan yang berusaha mengurangi resiko kredit dengan
memperhatikan lima “K” sebelum memberikan persetujuan
kredit :
 Karakter
menyangkut kejujuran, tanggung jawab dalam memenuhi
kewajiban
 Kemampuan
Kemampuan untuk membayar hutangnya ( dilihat dari Aktiva
dan jumlah hutang)
 Kapital
Dilihat dari jumlah Modal Sendiri yg dimiliki perusahaan dari
suatu periode Perbandingan antara Modal Sendiri dan Modal
Asing
 Kolateral
Jaminan dalam pengambilan kredit
Kondisi

Kondisi perekonomian secara umum


Pembagian Receivable (Piutang)
Piutang yang didukung oleh
instrumen kredit resmi seperti
promes

Piutang yang tidak didukung


instrumen kredit resmi,
Account melainkan
Receivable didukung oleh bukti jual beli
biasa seperti penerimaan
barang/jasa, kontrak dst.
KLASIFIKASI PIUTANG MENURUT SAK :
• Piutang Usaha : piutang yang berasal dari penjualan
barang dagangan atau jasa secara kredit
• Piutang Lain-lain : piutang yang timbul dari transaksi
diluar kegiatan usaha normal perusahaan
Contoh perkiraan yang biasa digolongkan
sebagai piutang :
• Piutang usaha
• Wesel tagih
• Piutang pegawai
• Piutang bunga
• Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
PENYAJIAN PIUTANG DI L/K
• Disajikan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran
jumlah yang tidak dapat ditagih.
• Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti
dengan penyisihan piutang tak tertagih.
• Piutang pemegang saham dan piutang perusahaan harus
dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan
piutang) karena sifatnya yang berbeda.
PENCATATAN PIUTANG
Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, piutang di
catat dan diakui sebesar jumlah bruto (nilai jatuh tempo) dikurangi dengan taksiran
jumlah yang tidak akan diterima. Itu berarti piutang harus di catat sebesar jumlah yang
diharapkan akan dapat di tagih. Karena itu berkaitan dengan pengelolaan piutang,
perusahaan harus membuat suatu cadangan piutang tidak tertagih yang merupakan
taksiran jumlah piutang yang tidak akan dapat di tagih dalam periode tersebut.
Sebagai contoh, piutang usaha dari PT. Mitra Usaha adalah Rp.190.000.000, sedangkan
cadangan kerugian piutangnya adalah Rp.24.000.000. Jadi, dalam laporan posisi
keuangan piutang tersebut di catat sebagai berikut:
- Piutang usaha ................................................... Rp.190.000.000
- Cadangan kerugian piutang ............................... Rp.(24.000.000)
- Piutang bersih ............................................... Rp.166.000.000
Dalam membuat cadangan kerugian piutang/piutang tidak tertagih, terdapat dua dasar utama
yang dapat digunakan, yaitu:
1. Jumlah Penjualan (persentase tertentu dari penjualan), yang berarti cadangan kerugian
piutang didasarkan pada persentase tertentu dari saldo akun penjualan pada saat cadangan
kerugian piutang tersebut ditetapkan, atau di dasarkan pada persentase tertentu dari
taksiran jumlah penjualan atau jumlah penjualan kredit selama periode bersangkutan.
Selain didasarkan pada saldo akun penjualan atau saldo akun penjualan kredit, penetapan
besarnya cadangan kerugian piutang juga dapat didasarkan pada persentase tertentu dari
anggaran penjualan atau didasarkan pada persentase tertentu dari anggaran penjualan
kredit di tahun bersangkutan.
2. Saldo Piutang:
a. Persentase tertentu dari saldo piutang, yang berarti cadangan kerugian piutang
didasarkan pada saldo akun piutang pada saat piutang tersebut ditetapkan atau
didasarkan pada taksiran penjualan kredit pada periode bersangkutan.
b. Analisis umur piutang, yaitu metode pembuatan cadangan kerugian piutang di mana
cadangan piutang yang tidak dapat ditagih dari suatu perusahaan didasarkan pada
besarnya risiko atau kemungkinan tidak tertagihnya suatu piutang. Dasar dari metode ini
adalah pemikiran bahwa semakin lama umur piutang, semakin besar kemungkinan
terjadinya kemacetan proses penagihan piutang tersebut.
Dari contoh perusahaan tersebut, pada akhir tahun 2012 akuntan PT. Mitra Usaha
melaporkan saldo beberapa akun sebagai berikut:
-Piutang Usaha Rp.190.000.000
-Penjualan Rp 2.400.000.000
Sedangkan dari buku pembantu di ketahui bahwa saldo piutang terdiri dari piutang
kepada beberapa pelanggan seperti terlihat pada tabel berikut ini. Dari buku pembantu
tersebut juga di ketahui tanggal terjadinya transaksi penjualan kredit oleh para
pelanggan, sehingga dapat di ketahui umur dari setiap piutang per 31 Desember 2012.
Tanggal Transaksi Nama Pelanggan Jumlah
9/10/2012 Toko Semoga Jaya 42.000.000
25/10/2012 Toko Eka Jaya 19.000.000
11/11/2012 Toko Pesona Niaga 32.000.000
27/11/2012 Toko Duta Elektrik 21.000.000
4/12/2012 U.D. Suara Gembira 29.000.000
18/2/2012 Toko Merah Putih 25.000.000
22/12/2012 U.D. Damai 22.000.000
Total Rp 190.000.000
Dari pengalaman selama beberapa tahun terakhir, manajemen PT. Mitra Usaha
menyimpulkan bahwa semakin lama umur piutang, semakin besar kemungkinan tidak
tertagihnya. Kemungkinan tidak tertagihnya tersebut adalah 1% untuk umur piutang 1
s/d 15 hari; 3% untuk umur 16 s/d 30 hari; 5% untuk umur 31 s/d 45 hari;10% untuk umur
46 s/d 60; dan 20% untuk yang berumur lebih dari 61 hari.
Berdasarkan data tersebut, jika pada awal tahun 2013 PT. Mitra Usaha menetapkan
cadangan kerugian piutang, maka akan menghasilkan jurnal berikut jika penetapan
cadangan itu:
a) Berdasarkan 1% dari total penjualan. Jadi, jumlah cadangan piutang tak tertagih PT.
Mitra Usaha untuk tahun 2013 adalah 1% x Rp. 2.400.000.000 = Rp. 24.000.000, dan
jurnal yang perlu di buat untuk itu adalah sebagai berikut:

Beban Kerugian Piutang 24.000.000


Cadangan Kerugian Piutang 24.000.000
b) Berdasarkan 10% dari total piutang usaha. Jadi, jumlah cadangan piutang tak
tertagih adalah 10% x Rp. 190.000.000 = Rp. 19.000.000, dan jurnal yang perlu di
buat adalah sebagai berikut:

Beban Kerugian Piutang 19.000.000


Cadangan Kerugian Piutang 19.000.000

c) Berdasarkan analisis umur piutang. Jadi, jumlah cadangan kerugian piutang PT.
Mitra Usaha harus didasarkan pada risiko tidak tertagihnya piutang perusahaan
akibat berlalunya waktu. Dari pengalaman perusahaan, maka piutang PT. Mitra
Usaha harus dikelompokan ke dalam 5 kelompok risiko, yaitu kelompok risiko 1%,
kelompok risiko 3%, kelompok risiko 5%, kelompok risiko 10%, dan kelompok risiko
20%.
Dari data perusahaan tersebut, maka piutang PT. Mitra Usaha pada
tanggal 31 Desember 2012 yang berumur lebih dari 61 hari adalah piutang
kepada Toko Semoga Jaya dan Toko Eka Jaya karena terjadi pada bulan
Oktober 2012. Piutang yang berumur antara 46 hingga 60 hari adalah
piutang kepada Toko Pesona Niaga. Piutang yang berumur antara 31
hingga 45 hari adalah piutang kepada Toko Duta Elektrik karena terjadi
pada akhir bulan November 2012, dan piutang usaha yang berumur
antara 16 hingga 30 hari adalah piutang kepada Toko Pesona Niaga.
Sementara itu, piutang yang berumur antara 1 hingga 15 hari adalah
piutang kepada Toko Merah Putih dan U.D. Damai.
Umur Piutang
Nama Pelanggan
1 s/d 15 16 s/d 30 31 s/d 45 46 s/d 60 61 ~
Toko Semoga Jaya 42.000.000
Toko Eka Jaya 19.000.000
Toko Pesona Niaga 32.000.000
Toko Duta Elektrik 21.000.000
U.D. Suara Gembira 29.000.000
Toko Merah Putih 25.000.000
U.D. Damai 22.000.000

Jumlah Piutang 47.000.000 29.000.000 21.000.000 32.000.000 61.000.000


Tingkat Risiko 1% 3% 5% 10% 20%
470.000 870.000 1.050.000 3.200.000 12.200.000
Jumlah Rp 17.790.000
Setelah dikalikan dengan tingkat risiko kerugian dari setiap umur
piutang, setiap kelompok tersebut akan menghasilkan jumlah taksiran
cadangan kerugian bagi setiap kelompok umur piutang. Kemudian, setiap
kelompok cadangan kerugian piutang dijumlahkan sehingga
menghasilkan jumlah taksiran piutang yang tidak dapat di tagih pada
periode bersangkutan. Dalam kasus perusahaan sebelumnya, jumlah
cadangan kerugian piutang yang ditetapkan adalah Rp. 17.790.000. Itu
berarti jurnal yang perlu di buat adalah sebagai berikut:

Beban Kerugian Piutang 17.790.000


Cadangan Kerugian Piutang 17.790.000
PENGHAPUSAN PIUTANG
Untuk menghapus suatu piutang terdapat dua metode yang bisa digunakan,yaitu:
1.Metode Cadangan Kerugian Piutang (seperti yang telah dibahas sebelumnya).
2.Metode Penghapusan Langsung, yaitu metode penghapusan piutang dengan cara
menunggu sampai di peroleh kepastian bahwa piutang tersebut benar-benar tidak
dapat di tagih, tanpa perlu di buat estimasinya terlebih dahulu.
Misalkan dari contoh sebelumnya bahwa pada tanggal 1 Januari 2012 PT. Mitra
Usaha telah menetapkan cadangan kerugian piutang sebesar Rp. 24.000.000. Pada
tanggal 15 April 2012, di peroleh kepastian bahwa piutang kepada Toko Eka Jaya
tidak dapat di tagih lagi karena toko tersebut bangkrut. Manajemen PT. Mitra Usaha
memutuskan bahwa piutang sebesar Rp. 19.000.000 itu akan dihapuskan. Jadi, jurnal
yang perlu di buat berkaitan dengan penghapusan piutang tersebut adalah sebagai
berikut:
Tanggal Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung
1/1/2012 Beban Kerugian Piutang 24.000.000 Tidak Ada Jurnal
Cadangan Kerugian Piutang 24.000.000
15/4/2012 Cadangan Kerugian Piutang 19.000.000 Kerugian Piutang 19.000.000
Piutang 19.000.000 Piutang 19.000.000

Akibat penghapusan tersebut, piutang PT. Mitra Usaha akan


berkurang sebesar Rp.19.000.000. Baik dengan metode cadangan
maupun dengan metode penghapusan langsung, akibat yang di
timbulkan terhadap saldo piutang bersihnya akan berbeda seperti terlihat
dari catatan berikut ini:
Tanggal Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung
1/1/2012 - Piutang 190.000.000 - Piutang 190.000.000
- Cadangan Kerugian 24.000.000
- Piutang bersih 166.000.000
15/4/2012 - Piutang 171.000.000 - Piutang 190.000.000
- Cadangan Kerugian (5.000.000) - Kerugian Piutang (19.000.000)
- Piutang bersih 166.000.000 - Piutang bersih 171.000.000
Ketika cadangan kerugian piutang ditetapkan sebesar
Rp24.000.000 pada tanggal 1 Januari 2012, saldo piutang bersih PT.
Mitra Usaha akan menjadi sebesar Rp166.000. 000. Setelah terjadi
penghapusan piutang sebesar Rp19.000.000, di buatlah jurnal dengan
mendebet akun pada cadangan kerugian piutang sebesar
Rp19.000.000 dan mengkredit akun piutang sebesar Rp19.000.000.
Akibat dari jurnal tersebut adalah saldo akun cadangan kerugian
piutang akan berkurang sebesar Rp19.000.000 menjadi Rp171.000.
000. Sedangkan saldo akun piutang berkurang dengan jumlah yang
sama menjadi Rp171.000.000. Akibatnya, saldo piutang bersih
perusahaan tetap sebesar Rp166.000.000, karena saldo piutang
sebesar Rp171.000.000 dikurangi dengan saldo cadangan kerugian
piutang sebesar Rp.5.000.000.
Sementara itu, metode penghapusan langsung
mengakibatkan saldo piutang berubah dari Rp190.000.000
pada tanggal 1 Januari 2012 menjadi Rp171.000.000 pada
tanggal 15 April 2012 akibat dikuranginya saldo piutang, yaitu
dikreditnya akun piutang sebesar Rp19.000.000.
Pengertian Wesel
• Wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari
penarik (pembuat surat) kepada wajib bayar utk membayar
sejumlah uang tertentu yang disebut pada surat tsb atau
orang lain yang ditunjuk
• Promes adalah surat janji utk membayar sejumlah uang
pada tanggal tertentu
Wesel Tagih

Wesel adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang


setelah jangka waktu tertentu.
Karakteristik Wesel
1. Tanggal jatuh tempo (due date / maturity date)
Yaitu tanggal suatu wesel harus dibayar.Periode waktu antara
tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo dapat
dinyatakan dalam hari atau bulan.
Perbedaan Wesel dengan Promes
WESEL
• Wesel adalah surat perintah utk membayar
• Penarik & yang berkepentingan terdiri atas 2 pihak
• Yang membuat adalah pihak yang punya piutang
• Memerlukan akseptasi

PROMES
• Promes adalah surat janji utk membayar
• Penarik & yang berkepentingan terdiri atas 1 pihak
• Yang membuat adalah pihak yang punya utang
• Tidak memerlukan akseptasi
Piutang wesel ada 2 macam :
– Piutang wesel berbunga
– Piutang wesel tidak berbunga
Sebagai contoh, PT. Kunci Mas memiliki wesel tagih bernilai
nominal Rp400. Wesel tagih bertanggal 1 April 2012 tersebut
akan jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2012. Pada tanggal 21
April 2012, PT. Kunci Mas mendiskontokan wesel tagih tersebut
dengan tingkat diskonto 15%.
Berkaitan dengan pendiskontoan wesel tagih ini, maka salah
satu langkah yang perlu dilakukan adalah menghitung hari
diskonto.
 April = tanggal 21 s/d 30 = 10 hari
 Mei = tanggal 1 s/d 31 = 31 hari
 Juni = tanggal 1 s/d 30 = 30 hari
 Juli (tanggal jatuh tempo)= 1 hari
 Jumlah hari diskonto 72 hari
Jika wesel tersebut tidak berbunga, maka jumlah uang yang di terima PT. Kunci Mas
adalah nilai nominal wesel di kurangi dengan diskontonya, yaitu:
- Nominal wesel ........................................................ = Rp 400.000.000
- Diskonto = 400.000.000 x 72/360 x 15% = Rp (12.000.000)
- Uang yang diterima ............................................... = Rp 388.000.000
Jadi, bentuk jurnal yang di buat untuk transaksi pendiskontoan wesel tersebut adalah
sebagai berikut:
  Kas 388.000.000
Beban Bunga 12.000.000
Wesel Tagih 400.000.000

Jika wesel tersebut berbunga 24% per tahun, maka jumlah uang yang di terima oleh PT.
Kunci Mas adalah:
- Nominal wesel ........................................................ = 400.000.000
- Bunga Wesel = 400.000.000 x 12% x 3/12 = 12.000.000
- Nilai jatuh tempo.................................................... = 412.000.000
- Diskonto = 400.000.000 x 15% x 72/360 = (12.000.000)
- Jumlah uang yang diterima ................................ = 400.000.000
Jadi, jurnal yang dibuat untuk transaksi pendiskontoan wesel tersebut adalah
sebagai berikut:
Kas 400.000.000
Wesel Tagih 388.000.000
Pendapatan Bunga 12.000.000

Anda mungkin juga menyukai