Anda di halaman 1dari 27

PERTANYAAN

1.Apakah perbedaan antara piutang dagang dengan piutang wesel?


Jawab : Piutang dagang tidak memerlukan Surat Perjanjian Pembayaran dan jangka waktunya kurang
dari satu bulan.Sedangkan piutang wesel lebih formal dan harus ada janji tertulis dari debitur
kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat janji tersebut pada
waktu tertentu di masa yang akan datang.
2. Sebutkan jenis piutang lainnya, selain piutang dagang dan piutang wesel.
Jawab :Piutang selain piutang dagang dan piutang wesel adalah piutang kepada karyawan perusahaan,
direksi perusahaan, dan piutang kepada cabang-cabang perusahaan atau disebut juga piutang
jangka panjang, serta promes.
3. Hal-hal penting apakah yang harus diperhatikan dalam metoda cadangan dengan kerugian
piutang?
Jawab :
a. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan
(matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya
penjualan.
b. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebet rekening
kerugian piutangdan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang.
c. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening cadangan
kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang dagang pada saat suatu piutang dihapus dari
pembukuan.
4. Untuk memenuhi prinsip penandingan (matching principle), kerugian piutang harus ditandingkan
dengan penjualan dengan cara ditaksir. Jelaskan alasannya.
Jawab : Karena biaya dicatat pada periode yang sama dengan periode penjualannya
5. Budi tidak mengerti mengapa nilai kas piutang yang dapat direalisasi tidak menurun. Jika ia
menghapus piutang dengan metoda cadangan. Jelaskan jawaban anda kepada Budi
Jawab : Karena penghapusan suatu piutang akan mengurangi rekening piutang dagang maupun rekening
cadangan kerugian piutang, tetapi nilai tunai yang dapat direalisasi dari piutang tetap tidak
berubah.
6. Bedakan dua dasar yang bisa digunakan dalam menaksir cadangan kerugian piutang
Jawab :
a. Persentase dari penjualan,manajemen menetapkan suatu hubungan persentase antara jumlah
penjualan kredit dengan taksiran kerugian yang mungkin diderita karena adanya piutang tak
tertagih.
b. Persentase dari piutang,manajemen menetapkan suatu hubungan persentase antara jumlah
piutang dengan jumlah kerugian akibat adanya piutang yang tidak tertagih,
7. Dalam buku besar PT Kinibalu, rekening Cadangan Kerugian Piutang mempunyai saldo debet
sebesar Rp 2.000.000,00. Taksiran kerugian piutang yang dilakukan atas dasar persentase dari
penjualan adalah Rp 4.100.000,00, dan jumlah taksiran kerugian piutang atas dasar persentase
dari piutang adalah Rp 5.800.000,00. Buatlah jurnal penjualan untuk masing-masing dasar
penaksiran diatas.
Jawab :
Persentase dari penjualan
Kerugian piutang
2.100.000
Cadangan kerugian piutang
2.100.000
(untuk mencatat kerugian piutang dari persentase penjualan)

Saldo cadangan kerugian piutang (D)


Rp 2.000.000,00
Cadangan kerugian piutang (K)
( 4.100.000,00)
Saldo akhir Cadangan Kerugian Piutang (K) Rp 2.100.000,00
Persentase dari piutang
Kerugian piutang
7.800.000
Cadangan kerugian piutang
7.800.000
(untuk mencatat kerugian piutang dari persentase piutang)
Saldo cadangan kerugian piutang (D)
Rp 2.000.000,00
Cadangan kerugian piutang (D)
Rp 5.800.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (D) Rp 7.800.000,00
8. Bagaimanakah perusahaan menentukan kerugian piutang jika perusahaan tersebut menggunakan
metoda penghapusan langsung
Sebutkan keburukan metoda tersebut.
Jawab : Apabila perusahaan menggunakan metoda penghapusan langsung, maka jumlah kerugian
piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening cadangan kerugian
piutang.
Keburukannya : Metoda ini tidak memberikan gambaran penandingan yang tepat dalam laba
rugi, dan neraca perusahaan juga tidak memberi gambaran tentang nilai tunai piutang yang dapat
direalisasi.
9. Jelaskan beberapa alasan, mengapa perusahaan kadang-kadang mengalihkan (menjual)
piutangnya.
Jawab :
Alasan yang pertama, dalalm situasi yang tepat perusahaan sulit mendapat pinjaman untuk
memenuhi kebutuhan kasnya. Selain itu tingkat bunga pinjaman juga cukup tinggi,oleh karena
itu piutang sedapat mungkin harus segera diubah menjadi kas meski tidak melalui cara yang
biasa.
Alasan yang kedua, penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan kadangkadang memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu perusahaan bersedia menerima kas
yang lebih kecil dari jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima
lebih cepat.
10. Teman anda merasa tidak yakin dengan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari
piutang wesel. Berikan jawaban anda kepada teman tersebut.
Jawab : Menurut pendapat saya tentang keuntungan piutang wesel yaitu apabila peminjam tidak
melaksanakan kewajiban, maka jaminan dapat dijual agar pelunasan tetap berjalan sebagaimana
diperjanjikan.
11. Sebutkan tiga situasi yang menyebabkan timbulnya piutang wesel. Untuk tiap situasi sebutkan
rekening apa yang harus didebet dan rekening apa yang harus dikredit.
Jawab :
a. Bersamaan dengan transaksi penjualan.
Rekening piutang wesel (D) Rekening penjualan (K)
b. Pemberian pinjaman uang
Rekening piutang wesel (D) Rekening kas (K)
c. Karena perubahan dari piutang dagang menjadi piutang wesel.
Rekening piutang wesel (D) Rekening piutang dagang (K)
12. Terangkan arti istilah-istilah yang tercantum dalam suatu surat weselberikut ini : tanggal
penarikan, penarik, tertarik, nilai, nominal, tanggal jatuh, akseptasi.

Jawab :
Tanggal penarikan
: Tanggal pembuatan surat wesel.
Penarik
: Orang yang membuat surat wesel.
Tertarik
: Orang yang harus membayar.
Nilai
: Bobot uang / patokan dari suatu barang.
Nominal
: Harga / jumlah suatu kas.
Tanggal jatuh
: Tanggal pembayaran / pelunasan wesel.
Akseptasi
: Penanda tanganan wesel oleh pihak tertarik.
13. Bagaimanakah cara menentukan tanggal jatuh sebuah wesel ?
Jawab :
Apabila jangka waktu sebuah wesel dinyatakan dalam bulan, maka tanggal jatuh dihitung dengan
jumlah bulan dari tanggal penarikan wesel.
Apabila jangka waktu wesel dinyatakan dalam hari, maka perlu di hitung jumlah hari yang tepat,
sehingga dapat ditentukan tanggal jatuhnya.
Tanggal penarikan wesel tidak ikut dihitung, sedangkan tanggal jatuh wesel ikut diperhitungkan.
14. tentukan tanggal jatuh untuk masing-masing wesel berikut :
Tanggal
wesel
Jangka waktu wesel
(a) 16 Februari
Satu tahun setelah tanggal wesel
(b) 31 Maret
Tiga bulan setelah tanggal wesel
(c) 10 Juni
Limabelas hari setelah tanggal wesel
(d) 1 Juli
Enampuluh hari setelah tanggal wesel
Jawab :
a. 16 Februari pada tahun berikutnya
b. 30 Juni
c. 25 Juni
d. 30 Agustus
15. Isilah ruang kosong untuk masing-masing wesel berikut :
Nilai
Tingkat
Jangka
Jumlah
Nomina
l
Bunga
Waktu
Bunga
a) Rp 20.000,00
10%
3 tahun
?
b) Rp 75.000,00
?
5 bulan
Rp 4.375,00
c)
?
12%
73 hari
Rp 156,00
d) Rp 50.000,00
11%
3 bulan
Rp 1.375,00
Jawab :
a) Rp 20.000,00 x 10% x 3 = Rp 6.000,00
b) Rp 4.375,00 :5 x 12 = Rp 10.500,00 x 100 = Rp 1.050.000,00 : Rp 75.000,00 =14%
c) Rp 156,00 x 365 : 73 = Rp 780,00 x 100 = Rp 78.000,00 : 12 = Rp 6.500,00
d) Rp 50.000,00 x 11 =Rp 550.000,00 : 100 = Rp 5.500,00 : Rp 1.375,00 = 4
12 : 4 = 3 Bulan
Nilai
Tingkat
Jangka
Jumlah
Nomina
l
Bunga
Waktu
Bunga
a) Rp 20.000,00
10%
3 Tahun
Rp 6.000,00
b) Rp 75.000,00
14%
5 Bulan
Rp 4.375,00

c) Rp 6.500,00
12%
73 Hari
Rp 156,00
d) Rp 50.000,00
11%
3 Bulan
Rp 1.375,00
16. Dalam menghitung pendapatan bunga, sebagian lembaga keuangan menggunakan 365 hari
dalam setahun dan sebagian lagi menggunakan 360 hari. Jelaskan alasan lembaga keuangan yang
menggunakan dasar hitungan 360 hari.
Jawab : Pembagian dengan angka 360 jauh blebih mudah dan juga lebih menguntungkan, karena
semakin kecil angka pembagi, maka semakin besar perhitungan bunganya.
17. Mengapa pemegang wesel merasa perlu untuk membuat penyesuaian pada tiap akhir periode
akuntansi ?
Jawab : Karena pihak tertarik tidak menaati kewajibannya.
18. CV Ceremai memiliki sebuah wesel yang telah sampai pada tanggal jatuhnya. Wesel tersebut
ternyata tidak dilunasi oleh pihak tertarik. Jelaskan langkah yang mungkin diambil dalam situasi
demikian.
Jawab : Wesel yang tidak dapat ditagih tersebut harus diubah menjadi piutang dagang, dengan demikian
masih ada harapan piutang tersebut bisa ditagih dimasa yang akan datang.
19. Jelaskan hal-hal penting yang anda ketahui tentang wesel dengan angsuran.
Jawab : Piutang wesel dengan angsuran merupakan wesel yang pembayarannya diangsur selama jangka
waktu wesel. Setiap penerimaan angsuran terdiri dari :
a) Bunga dari pokok pinjaman
b) Pengurangan atas pokok pinjaman
Piutang wesel dengan angsuran pada saat timbul akan dicatat sebesar nilai nominalnya, dan
selanjutnya dibuat jurnal untuk mencatat angsuran yang telah dilaksanakan.
20. PT Agung memiliki piutang dagang dan piutang wesel. Jelaskan cara melaporkan kedua piutang
tersebut dalam nerca PT Agung.
Jawab : Kedua piutang tersebut harus diklasifikasikan menurut jenisnya, atau dalam catatan atas laporan
keuangan.

LATIHAN
Latihan 2-1
Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT Nias selama tahun 2000 :
1. Dijual barang dagangan seharga Rp 600.000.000,00 secara kredit.
2. Diterima pelunasan piutang dagang sebesar Rp 570.000.000,00.
3. Dihapus piutang kepada tuan Andriono sebesar Rp 2.400.000,00.
4. Dihapus piutang kepada tuan Budiman sebesar Rp 4.200.000,00.
5. Tuan Andriono melunasi piutang yang sudah dihapus sejumlah Rp 1.800.000,00.
Diminta :
1. Buatlah jurnal yang diperlukan, apabila perusahaan menggunakan metoda langsung untuk
mencatat penghapusan piutang !
2. Apabila perusahaan menggunakan metoda cadangan dan menaksir piutang yang tidak tertagih
sebesar 1,5% dari total penjualan, hitunglah selisih kerugian piutang yang dihitung dengan
menggunakan kedua metoda tersebut !
Jawab :
1. Metoda penghapusan langsung
Kerugian piutang
600.000
Kas
1.800.000
Piutang dagang
2.400.000

(untuk mencatat penghapusan piutang oleh PT Nias pada tuan Andriono)


Kerugian piutang
4.200.000
Piutang dagang
4.200.000
(untuk mencatat penghapusan piutang oleh PT Nias pada tuan Budiman)
2. Metoda cadangan
1,5% x Rp 600.000.000,00 = Rp 9.000.000,00
Selisih dari kedua metoda diatas adalah :
Rp 9.000.000,00 (Rp 4.200.000,00 + Rp 600.000,00) = Rp 4.200.000,00

1.
2.
1.

2.

Latihan 2-2
Pada tanggal 31 Desember 2000, PT Sumatera memiliki informasi sebagai berikut :
Piutang Dagang
Rp 400.000.000,00
Penjualan Bersih
Rp 2.000.000.000,00
Cadangan Kerugian Piutang
Rp
1.250.000,00
Diminta :
Buatlah jurnal yang diperlukan apabila perusahaan menaksir piutang yang tidak tertagih sebesar
2% dari penjualan bersih.
Buatlah jurnal yang diperlukan apabila perusahaan menaksir piutang yang tidak tertagih sebesar
4% dari saldo akhir piutang dagang.
Jawab :
Des 31 Kerugian piutang
40.000.000
Cadangan kerugian piutang
40.000.000
(untuk mencatat taksiran kerugian piutang dari penjualan bersih)
Rp 2.000.000.000,00 x 2% = Rp 40.000.000,00
Des 31 Kerugian piutang
16.000.000
Cadangan kerugian piutang
16.000.000
(untuk mencatat taksiran kerugian piutang dari saldo akhir piutang dagang)
Rp 400.000.000,00 x 4% = Rp 16.000.000,00
Latihan 2-3
Pada akhir periode, PT Bangka memiliki saldo piutang sebesar Rp 300.000.000,00 yang
dikelompokkan berdasarkan umurnya, yaitu sebagai berikut :
Umur
Persentase

Piutang
Jumlah
Tidak Tertagih
Jatuh tempo hari ini
Rp 168.000.000,00
Lewat jatuh tempo 1-30 hari
45.000.000,00
Lewat jatuh tempo 31-60 hari
33.000.000,00
Lewat jatuh tempo 61-90 hari
39.000.000,00
Lewat jatuh lebih dari 90 hari
15.000.000,00

1%
2%
3%
5%
10%

Sebelum penyesuaian, rekening Cadangan Kerugian Piutang memounyai saldo (kredit) sebesar
Rp 1.300.000,00.
Diminta :
1. Hitunglah jumlah piutang dagang yang diperkirakan tidak tertagih !
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan !

3. Hitunglah jumlah piutang dagang bersih yang dilaporkan dalam neraca !


Jawab :
1. Jumlah piutang dagang yang diperkirakan tidak tertagih
Umur Piutang
Jumlah
Persentase
Total Taksiran
Tidak
Tertagih Tidak Tertagih
Jatuh tempo hari ini
Rp 168.000.000,00
1%
Rp 1.680.000,00
Lewat jatuh tempo 1-30 hari
45.000.000,00
2%
Rp 900.000,00
Lewat jatuh tempo 31-60 hari
33.000.000,00
3%
Rp 990.000,00
Lewat jatuh tempo 61-90 hari
39.000.000,00
5%
Rp 1.950.000,00
Lewat jatuh lebih dari 90 hari
15.000.000,00
10%
Rp 1.500.000,00
JUMLAH
Rp 300.000.000,00
Rp 7.020.000,00
2. Kerugian piutang
8.320.000
Cadangan kerugian piutang
8.320.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (K)
Rp 1.300.000,00
Cadangan kerugian piutang (K)
Rp 7.020.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 8.320.000,00
3. Piutang dagang bersih = Piutang dagang Cadangan kerugian piutang
= Rp 300.000.000,00 Rp 8.320.000,00
= Rp 291.680.000,00

1.
a.
b.
2.
a.
b.
1.
a.

Latihan 2-4
Pada tanggal 31 Desember 2000. PT krakatau memiliki informasi sebagai berikut :
Piutang Dagang...................................................................Rp 320.000.000,00
Penjualan Kredit.................................................................Rp 1.920.000.000,00
Diminta :
Hitunglah jumlah kerugian piutang dan buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan apabila :
Kerugian piutang ditaksir 1% dari penjualan.
Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo kredit sebesar Rp
800.000,00.
Rekening Cadangan Kerugian piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo debet sebesar Rp
600.000,00.
Dari hasil analisis umur piutang diperoleh informasi bahwa jumlah cadangan kerugian piutang
periode ini adalah Rp 6.900.000,00 dan
Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo kredit sebesar Rp
3.500.000,00.
Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo debet sebesar Rp
1.500.000,00.
Jawab :
Taksiran kerugian piutang dari penjualan
Rp 1.920.000.000,00 x 1% = Rp 19.200.000,00
Kerugian piutang
19.200.000
Cadangan kerugian piutang
19.200.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (K)
Rp 800.000

b.

2.
a.

b.

Cadangan kerugian piutang (K)


Rp 18.400.000
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K)
Rp 19.200.000
Kerugian piutang
19.200.000
Cadangan kerugian piutang
19.200.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D)
Rp 600.000,00
Cadangan kerugian piutang (K)
Rp 19.800.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K)
Rp 19.200.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp 6.900.000,00
Kerugian piutang
10.400.000
Cadangan kerugian piutang
10.400.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (K)
Rp 3.500.000,00
Cadangan kerugian piutang (K)
Rp 6.900.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K)
Rp 10.400.000,00
Cadangan kerugian piutang
5.400.000
Kerugian piutang
5.400.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D)
Rp 1.500.000
Cadangan kerugian piutang (K)
Rp (6.900.000)
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K)
Rp 5.400.000

Latihan 2-5
Berikut ini transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan November 2000 pada PT Karimum
Jawa :
Nov. 10 Dijual barang dagangan seharga Rp 800.000,00 kepada seorang pelanggan yang menggunakan
kartu kredit VISA. Biaya jasa untuk kartu kredit tersebut 3% dan perusahaan menyetorkan bukti
penggunaan kartu kredit langsung ke bank.
10 Perusahaan menjual barang dagangan seharga Rp 1.200.000,00 kepada seorang pelanggan yang
menggunakan kartu kredit American Express. Biaya jasa untuk kartu kredit tersebut 2% dan
perusahaan menyetorkan bukti penggunaan kartu kredit tersebut ke bank untuk memperoleh kas.
25 Diterima pembayaran kartu kredit American Express dari bank sebesar 98% dari bukti
penggunaan kartu kredit.
Diminta :
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi diatas !
Jawab :
Nov 10 Kas
776.000
Beban administrasi kartu kredit
24.000
Penjualan
800.000
(untuk mencatat penjualan dengan kartu kredit)
3% x Rp 800.000 =Rp 24.000
Nov 10 Kas
1.176.000
Beban administrasi kartu kredit
24.000
Penjualan
1.200.000
(untuk mencatat penjualan dengan kartu kredit)
2% x Rp 1.200.000 = Rp 24.000
Nov 25 Kas
1.176.000

Potongan penjualan
Piutang dagang
(untuk mencatat pelunasan piutang)
98% x Rp 1.200.000,00 = Rp 1.176.000

24.000
1.200.000

Latihan 2-6
Berikut ini transaksi-transaksi yang terjadi pada PT Madura :
Jan. 7 Dijual barang dagangan secara kredit kepada tuan Gani seharga Rp 18.000.000,00, dengan
termin n/30.
Maret 3 Diterima sebuah wesel 9% berjangka 90 hari senilai Rp 18.000.000,00 dari tuan Gani.
April 2 Didiskontokan wesel dari tuan Gani ke bank dengan tarif diskonto 10%.
Juni 1 Diterima pemberitahuan bahwa tuan Gani tidak dapat melunasi wesel tersebut. Perusahaan
terpaksa melunasi wese tersebut ke bank sebesar nilai jatuh tempo ditambah biaya protes sebesar
Rp 20.000,00.
Juni 15 Diterima pelunasan dari tuan Gani.
Diminta :
Catatlah transaksi diatas kedalam jurnal.
Jawab :
Jan 7 Piutang dagang
18.000.000
Penjualan
18.000.000
(untuk mencatat penjualan kredit pada Tuan Gani)
Mar 3 Piutang wesel
18.000.000
Piutang dagang
18.000.000
(untuk mencaat penerimaan piutang wesel - Tuan Gani)
April 2 Kas
18.251.625
Piutang wesel
18.000.000
Pendapatan bunga
251.625
(untuk menctat pendiskntoan wesel Tuan Gani)
Nilai nominal wesel
Rp 18.000.000,00
Bunga (Rp 18.000.000,00 x 9% x 90/360)
Rp
405.000,00
Nilai jatuh wesel
Rp 18.405.000,00
Diskonto (Rp 18.405.000 x 10% x 30/360)
Rp (153.375,00)
Harga jual wesel (nilai wesel diskonto)
Rp 18.251.625,00
Juni 1 Piutang wesel
20.000
Kas
20.000
(untuk melunasi wesel Tuan Gani)
Juni 15 Kas

20.000
Piutang wesel
20.000
(untuk mencatat pelunasan piutang wesel Tuan Gani)

Latihan 2-7
Pada tanggal 1 Oktober 2000, Pt Kalimantan memiliki saldo piutang dagang sebesar Rp 200.000.000,00.
Perusahaan menutup buku setiap tanggal 31 Desember. Transaksi yang terjadi selama 6 bulan,
dari tanggal 1 Oktober 2000 sampai dengan tanggal 1 maret 2001 adalah :
1. Pada tanggal 1 Oktober 2000, perusahaan menerima sebuah wesel 12% berjangka 6 bulan senilai
Rp 40.000.000,00 dari tuan Hany sebagai pelunasan piutang dagang.

2. Pda tanggal 31 Desember 2000, perusahaan membuat jurnal penyesuaian untuk wesel tersebut.
3. Pada tanggal 1 april 2001, diterima pelunasan penuh wsel tersebut bsrta bunganya.
Diminta :
1. Buatlah jurnal untuk mencatat transksi-transaksi diatas!
2. Buatlah jurnal pada tanggal 1 April 2001, apabila pada tanggal tersebut tuan Hany tidak
melunasi wesel tersebut!
Jawab :
1. Okt 1 Piutang wesel
40.000.000
Piutang dagang
40.000.000
(untuk mencatat penerimaan piutang wesel Tuan Hany)
Des 31 Kas
41.200.000
Piutang wesel
40.000.000
Pendapatan bunga
1.200.000
(untuk mencatat penerimaan pelunasan wesel Tuan Hany)
Nilai wesel
Rp 40.000.000,00
Bunga (Rp 40.000.000,00 x 12% x 3/12)
Rp 1.200.000,00
Nilai jatuh wesel
Rp 41.200.000,00
Apr 1 Kas
42.400.000
Piutang wesel
40.000.000
Pendapatan bunga
2.400.000
(untuk mencatat penerimaan pelunasan wesel Tuan Hany)
Nilai wesel
Rp 40.000.000,00
Bunga (Rp 40.000.000,00 x 12% x 3/12)
Rp 2.400.000,00
Nilai jatuh wesel
Rp 42.400.000,00
2. Apr 1 Piutang dagang
42.400.000
Piutang wesel
40.000.000
Pendapatan bunga
2.400.000
(untuk mencatat piutang wesel pada tuan Hany yang tidak dapat di tagih)
SOAL
Soal 2-1

1.
2.
3.

1.

Berikut ini informasi yang berhubungan dengan piutang dan penjualan pada PT Sulawesi tanggal
31 desember 2000:
Piutang Dagang
Rp 150.000.000,00
Cadangan Kerugian Piutang (D)
900.000,00
Penjualan
980.000.000,00
Retur dan Potongan Penjualan
20.000.000,00
Diminta :
Buatlah jurnal untuk mencatat kerugian piutang tahun 2000, apabila perusahaan menaksir
piutang yang tidak tertagih sebesar 2% dari penjualan bersih!
Buatlah jurnal untuk mencatat kerugian piutang tahun 2000, apabila perusahaan yang tidak
tertagih sebesar 3% dari saldo piutang dagang!
Butlah jurnal untuk mencatat penghapusan piutang kepada tuan Barno tanggal 30 April
2001(tahun berikutnya).Saldo rekening pembantu piutang kepada tuan Barno pada tanggal
tersebut berjumlah Rp 1.200.000,00.
Jawab :
Des 31 Kerugian piutang
19.200.000
Cadangan kerugian piutang
19.200.000

(untuk mencatat taksiran kerugian piutang dari penjualan bersih)


Penjualan bersih = Penjualan retur dan potongan penjualan
= Rp 980.000.000,00 Rp 20.000.000,00
= Rp 960.000,00
2% x Rp 960.000.000,00 = Rp 19.200.000,00
2. Des 31 Kerugian piutang
4.500.000
Cadangan kerugian piutang
4.500.000
(untuk mencatat taksiran kerugian piutang dari saldo piutang dagang)
3% x Rp 150.000.000,00 = Rp 4.500.000,00
3. April 30 Cadangan kerugian piutang
1.200.000
Piutang dagang
1.200.000
(untuk mencatat penghapusan piutang dagang pada tuan Barno)
Soal 2-2
PT Halmahera menentukan jumlah kerugian piutang setiap tahunnya setiap 1% dari penjualan
bersih. Namun dalam kenyataannya, dalam 5 tahun terakhir jumlah piutang yang benar-benar
dihapus sangat bervariasi antara 0,75%sampai 2% dari penjualan bersih tahun yang
bersangkutan.Hal ini mengakibatkan saldo rekening cadangan kerugian piutang pada tanggal 31
desember 2000 bersaldo debit sebesar Rp 2.525.000,00. Mulai tahun ini penetapan jumlah
cadangan kerugian piutang dilakukan berdasarkan umur piutang dengan tarif (persentase) yang
berbeda untuk setiap kelompok umur. Informasi selengkapnya adalah sebagai berikut :
Umur Piutang

Jumlah

Persentase
tidak tertagih
Jatuh tempo hari ini
Rp 144.000.000,00
0,5%
Lewat jatuh tempo 1-30 hari
39.000.000,00
1%
Lewat jatuh tempo 31-60 hari
43.600.000,00
3%
Lewat jatuh tempo 61-90 hari
15.000.000,00
5%
Lewat jatuh tempo 91- 120 hari
8.500.000,00
10%
Lewat jatuh lebih dari 120 hari
4.500.000,00
25%
Diminta :
1. Hitunglah piutang yang di perkirakan tidak dapat ditagih!
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang di perlukan!
Jawab :
1. piutang yang diperkirakan tidak tertagih
Umur piutang
Jumlah
Persentase
Total taksiran
Tidak tertagih
tertagih
Jatuh tempo hari ini
Rp 144.000.000,00
Lewat jatuh tempo 1-30 hari
39.000.000,00
Lewat jatuh tempo 31-60 hari
43.600.000,00
Lewat jatuh tempo 61-90 hari
15.000.000,00
Lewat jatuh tempo 91- 120 hari
8.500.000,00
Lewat jatuh lebih dari 120 hari
4.500.000,00
Jumlah
Rp254.600.000,00

0,5%
1%
3%
5%
10%
25%

Tidak
Rp 720.000,00
390.000,00
1.308.000,00
750.000,00
850.000,00
1.125.000,00
Rp 5.143.000,00

2. Kerugian piutang
2.618.000
Cadangan kerugian piutang
2.618.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D)
Rp 2.525.000,00
Cadangan kerugian piutang (K)
(5.143.000,00)
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 2.618.000,00
Soal 2-4
Berikut ini saldo rekening piutang piutang dagang dan cadagan kerugian piutang pada tanggal 31
desember 1999dan 2000.(semuanya bersaldo normal dan saldo tanggal 31 desember 1999 sudah
di sesuaikan .sedangkan saldo per tanggal 31 deaember 2000 belum disesuaikan)
31 Desember
1999
31 Desember 2000
Piutang Dagang
Rp90.000,000,00
Rp110,000,000,00
CKP
7500.000,00
550.000,00
Selama tahun 2000 terjadi penjualan kredit sebesar Rp500.000.000,00dengan retur dan potogan
penjualan sebesar Rp30.000.000.00piutang dagang pada ahakir tahun2000 dapat dikelompokan
berdasarkan umurnya sebagai berikut.
Umur piutang
jumlah
presentase
tidak tertagih
Jatuh tempo hari ini
Rp90.000.000.00
1%
Lewat jatuh tempo 1-30 hari.
10.000.000.00
2%
Lewat jatuh tempo 31-60 hari
3.000.000.00
3%
Lewat jatuh tempo 61-90 hari
2.500.000,00
5%
Lewat jatuh lebih dari 90 hari
4.500.000,00
20%
Diminta:
Hitunglah jumlah piutangdagang yang tidak diperkirakan tidak dapat ditagih dan buatlah jurnal
penyesuaiannya,dengan anggapan:
1. Kerugian piutang dutaksir 1% dari penjualan kredit bersih.
2. Kerugian piutang ditaksir 3% dari saldo piutang dagang.
3. Kerugian piutang ditaksir berdasarkan umur piutang
Jawab:
Jumlah piutang dagang yang diperkirakan tidak tertagih
Umur piutang
Jumlah
presentase
Total taksiran
Jatuh tempo hari ini
Rp 90.000.000.00
Lewat jatuh tempo 1-30 hari.
10.000.000.00
Lewat jatuh tempo 31-60 hari
3.000.000.00
Lewat jatuh tempo 61-90 hari
2.500.000,00
Lewat jatuh lebih dari 90 hari
4.500.000,00
JUMLAH
Rp 110.000.000,00
Jurnal penyesuaian
1. Kerugian piutang
Cadangan kerugian piutang
(untuk menyesuikan rekening cadangan)

Tidak tertagih
1%
2%
3%
5%
20%

5.250.000
5.250.000

tidak tertagih
Rp 900.000,00
Rp 200.000,00
Rp 90.000,00
Rp 125.000,00
Rp 900.000,00
Rp2.215.000,00

Penjualan kredit bersih = Penjualan kredit Retur dan potongan penjualan


= Rp 500.000.000,00 Rp 30.000.000,00
= Rp 470.000.000,00
1% x Rp 470.000.000,00 = Rp 4.700.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 5.250.000,00
2. Kerugian piutang
3.850.000
Cadangan kerugian piutang
3.850.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
3% x Rp 110.000.000,00 = Rp 3.300.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 3.850.000,00
3. Kerugian piutang
1.450.000
Cadangan kerugian piutang
1.450.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
1% x Rp 90.000.000,00 = Rp 900.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 1.450.000,00
Kerugian piutang
750.000
Cadangan kerugian piutang
750.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
2% x Rp 10.000.000,00 = Rp 200.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 750.000,00
Keugian piutang
640.000
Cadangan kerugian piutang
640.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
3% x Rp 3.000.000,00 = Rp 90.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 640.000,00
Kerugian piutang
675.000
Cadangan kerugian piutang
675.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)\
5% x Rp 2012.5000.000,00 = Rp 125.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 675.000,00
Kerugian piutang
1.450.000
Cadangan kerugian piutang
1.450.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
20% x Rp 4.500.000,00 = Rp 900.000,00 + Rp 550.000,00
=Rp 1.450.000,00
Soal 2-5
PT Borneo memiliki saldo rekening-rekening (sebelum rekening) pada tanggal 31 Desember
2000 sebagai berikut :
Piutang Dagang
Rp 195.000.000,00
CKP
Rp
350.000,00
Penjualan (Kredit)
Rp 840.000.000,00
Retur dan Potongan Penjualan
Rp 40.000.000,00
Piutang dagang pada akhir 2000 dapat di kelompokkan berdasarkan umurnya sebagai berikut :
Umur piutang
jumlah
presentase
tidak tertagih
Jatuh tempo hari ini
Rp76.000.000.00
0,5%

1.
2.
3.
1.

2.

3.

Lewat jatuh tempo 1-30 hari.


62.000.000.00
1%
Lewat jatuh tempo 31-60 hari
22.000.000.00
3%
Lewat jatuh tempo 61-90 hari
15.000.000,00
5%
Lewat jatuh lebih dari 90 hari
20.000.000,00
10%
Diminta :
Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan, bila kerugian piutang ditaksir 1% dari penjualan
bersih !
Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan, bila kerugian piutang ditaksir 6% dari saldo pitang
dagang !
Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan, bila kerugian piutang dihitung berdasarkan daftar
umur piutang diatas !
Jawab :
Kerugian piutang
8.350.000
Cadangan kerugian piutang
8.350.000
( untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Penjualan bersih = Penjualan Retur dan potongan penjualan
= Rp 840.000.000,00 Rp 40.000.000,00
= Rp Rp 800.000.000,00
1% x Rp 800.000.000,00 = Rp 8.000.000,00 + Rp 350.000,00
= Rp 8.350.000,00
Kerugian pitang
12.050.000
Cadangan kerugian piutang
12.050.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
6% x Rp 195.000.000,00 = Rp 11.700.000,00 + Rp 350.000,00
= Rp 12.050.000,00
Umur piutang
jumlah
presentase
Total taksiran
tidak tertagih tidak tertagih
Jatuh tempo hari ini
Rp 76.000.000.00
0,5%
Rp 380.000,00
Lewat jatuh tempo 1-30 hari
62.000.000.00
1%
Rp 620.000,00
Lewat jatuh tempo 31-60 hari
22.000.000.00
3%
Rp 660.000,00
Lewat jatuh tempo 61-90 hari
15.000.000,00
5%
Rp 750.000,00
Lewat jatuh lebih dari 90 hari
20.000.000,00
10%
Rp2.000.000,00
JUMLAH
Rp195.000.000,00
Rp4.410.000,00
Kerugian piutang
730.000
Cadangan kerugian piutang
730.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
0,5% x Rp 76.000.000,00 = Rp 380.000,00 + Rp 350.000,00
= Rp 730.000,00
Kerugian piutang
970.000
Cadangan kerugian piutang
970.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
1% x Rp 62.000.000,00 = Rp 620.000,00 + Rp 350.000,00
= Rp 970.000,00
Kerugian piutang
1.010.000
Cadangan kerugian piutang
1.010.000

(untuk menyesuaikan rekening cadangan)


3% x Rp 22.000.000,00 = Rp 660.000,00 + Rp 350.000,00
= Rp 1.010.000
Kerugian piutang
1.100.000
Cadangan kerugian piutang
1.100.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
5% x Rp 15.000.000,00 = Rp 750.000,00 + Rp 350.000,00
= Rp 1.100.000,00
Kerugian piutang
2.350.000
Cadangan kerugian piutang
2.350.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
10% x Rp 20.000.000,00 = Rp 2.000.000,00 + Rp 350.000,00
= Rp 2.350.000,00
Soal 2-7
PT Nusa Dua telah beroperasi selama beberapa tahun. Berikut ini informasi yang berhubungan
dengan kegiatan perusahaan selama tahun 2000 :
Penjualan (80% diantaranya penjualan kredit)
Rp 475.000.000,00
Retur dan Potongan Penjualan
Rp 5.000.000,00
Pelunasan Piutang
Rp 350.000.000,00
Cadangan Kerugian Piutang
Rp 3.670.000,00
Pembatalan Penghapusan Piutang
Rp
320.000,00
Diminta :
Buatlah jurnal untuk situasi a sampai f berikut ini, baik dengan menggunakan metoda
penghapusan langsung maupun metoda cadangan :
a. Mencatat penjualan kredit selama tahun 2000.
b. Mencatat retur penjualan.
c. Mencatat penerimaan piutang.
d. Mencatat penghapusan piutang.
e. Mencatat pembatalan penghapusan piutang.
f. Mencatat penyesuaian tanggal 31 Desember dengan metoda cadangan, apabila cadangan
kerugian piutang di taksir 1% dari penjualan bersih.
Jawab :
Metoda Penghapusan langsung
a. Kerugian piutang
380.000
Piutang dagang
380.000
(untuk mencatat penjualan kredit selama tahun 2000)
Penjualan kredit = 80 % x Penjualan
= 80% x Rp 475.000.000,00 = Rp 380.000.000,00
b. Kerugian piutang
5.000.000
Piutang dagang
5.000.000
(untuk mencatat retur penjualan)
c. Kerugian piutang
350.000.000
Piutang dagang
350.000.000
(untuk mencatat penerimaan piutang)
d. Kerugian piutang
3.670.000
Piutang dagang
3.670.000

e.

a.
b.
c.
d.
e.

f.

(untuk mencatat penghapusan piutang )


Piutang dagang
320.000
Kerugian piutang
320.000
(untuk mencatat pembatalan penghapusan piutang)
Metoda Cadangan
Kerugian piutang
380.000.000
Cadangan kerugian piutang
380.000.000
(untuk mencatat penjualan kredit selama tahun 2000)
Kerugian piutang
5.000.000
Cadangan kerugian piutang
5.000.000
(untuk mencatat retur penjualan)
Kerugian piutang
350.000.000
Cadangan kerugian piutang
350.000.000
(untuk mencatat penerimaan piutang)
Cadangan kerugian piutang
3.670.000
Piutang dagang
3.670.000
(untuk mencatat penghapusan piutang)
Piutang dagang
320.000
Cadangan kerugian piutang
320.000
(untuk mencatat pembatalan penghapusan piutang/penerimaan kembal piutang)
Kas
320.000
Piutang dagang
320.000
(untuk mencatat penerimaan piutang)
Kerugian piutang
4.700.000
Cadangan kerugian piutang
4.700.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Penjualan bersih = Penjualan Retur dan potongan penjualan
= Rp 475.000.000,00 Rp 5.000.000,00
= Rp 470.000.000,00
1% x Rp 470.000.000,00 = Rp 4.700.000,00

Pengertian dan Klasifikasi Piutang


Istilah piutang (receivables) dapat diterapkan bagi semua klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang, dan jasa. Untuk tujuan akuntansi, piutang adalah klaim yang diharapkan akan diselesaikan
melalui penerimaan kas. Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Piutang usaha. Piutang usaha (trade receivables) yang diperkuat dengan janji tertulis untuk
membayar diklasifikasikan sebagaipiutang wesel atau wesel tagih (notes receivable); sedangkan
piutang usaha sebagai piutang terbuka (open accounts) tanpa jaminan dan persyaratan kredit
biasanya merupakan perjanjian informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen bisnis,
seperti faktur penjualan, pesanan penjualan, dan kontrak penjualan disebut piutang dagang atau piutang
usaha (accounts receivable).
2.
Piutang non-usaha. Piutang non-usaha (non-trade receivables) meliputi semua jenis piutang
lainnya yang timbul dari transaksi di luar kegiatan bisnis normal entitas, seperti: (a) penjualan efek atau
properti; (b) deposit atau simpanan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran atas beban,
(c) klaim untuk pengurangan harga dan pengembalian pajak, (d) uang muka kepada pegawai; dan (d)
piutang dividen dan bunga.

Klasifikasi piutang juga dapat dilihat dari sifat lancar atau jangka pendek (current) dan tak lancar
atau jangka panjang (non-current). Klasifikasi yang paling sering digunakan dalam praktik adalah piutang
usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain.
B. Akuntansi untuk Hasil Penjualan
Pengakuan pendapatan pada umumnya berhubungan dengan pengakuan piutang usaha. Oleh
karena pendapatan umumnya dicatat ketika proses menghasilkan selesai dan janji pembayaran yang sah
(atau pembayaran itu sendiri) diterima, maka selanjutnya piutang usaha dan penjualan barang secara
umum diakui ketika kepemilikan barang dialihkan ke pembeli yang terpercaya. Saat berpindahnya
kepemilikan barang berbeda-beda tergantung pada syarat penjualannya; oleh karena itu, merupakan hal
yang normal untuk mengakui piutang usaha ketika barang dikirim ke pelanggan. Pada titik inilah kriteria
pengakuan pendapatan umumnya terpenuhi. Jurnal untuk mengakui pendapatan dan piutang usaha
adalah dengan mendebet piutang usaha dan mengkredit penjualan; dan mendebet kas dan mengkredit
piutang usaha ketika jumlah tersebut ditagih. Beberapa prosedur akuntansi yang terkait dengan
penjualan dan piutang adalah sebagai berikut:

Diskon (Discounts). Diskon ditawarkan pada waktu penjualan atau waktu pembayaran.

Retur Penjualan dan Pengurangan Harga (Sales Return and Allowances). Pengembalian
penjualan dan pengurangan harga terjadi setelah penjualan dan dapat terjadi sebelum pembayaran
dilakukan.

Akuntansi Untuk Piutang Tak Tertagih (Accounting for Bad Debts). Saat penjualan kredit
dilakukan masih terdapat masalah penagihan piutang tak tertagih harus diperhitungkan begitu periode
pembayaran yang diharapkan telah lewat.

Jaminan untuk Garansi untuk Perbaikan dan Penggantian (Warranties for Service
or Replacement). Lama setelah penjualan terjadi dan penagihan dilakukan, periode garansi yang terkait
dengan penjualan tersebut dapat saja berlaku.
1.

Diskon

Diskon terdiri dari diskon usaha atau diskon dagang dan diskon tunai atau diskon penjualan. Jika
entitas menagih pelanggan berdasarkan harga jual kotor dikurangi jumlah yang ditetapkan disebut diskon
usaha (diskon volume) atau rabat (trade discounts volume discounts). Diskon usaha mengurangi harga
penjualan di daftar harga menjadi harga penjualan bersih sesungguhnya dibebankan pada pelanggan.
Harga bersih ini adalah jumlah yang seharusnya dicatat sebagai piutang usaha dan pendapatan yang
dihasilkan. Diskon tunai atau diskon penjualan (cash discount or sales discount) adalah diskon yang
ditawarkan kepada pelanggan oleh beberapa entitas guna mendorong pembayaran tagihan tepat waktu.
Terdapat dua metode akuntansi untuk diskon tunai, yaitu metode bruto (gross method), di mana
piutang usaha dan penjualan dicatat sebesar jumlah bruto dan metode bersih (net method), di mana
piutang usaha dan penjualan dicatat jumlah bersih setelah diskon.
Contoh: Penjualan sebesar Rp1.000.000, dengan syarat kredit 2/10, n/30, di mana pembayaran
sebesar Rp300.000 diterima dalam periode diskon dan pembayaran sisanya Rp700.000 diterima setelah
periode diskon. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut baik dengan metode bruto maupun bersih
adalah sebagai berikut:
Metode bruto
Piutang Usaha

Metode bersih

Penjualan sebesar Rp1.000.000, dengan syarat 2/10; n/30


1.000.000
Piutang Usaha
980.000

Penjualan

1.000.000

Penjualan

980.000

Pembayaran sebagian sebesar Rp300.000, diterima dalam periode diskon


Kas
294.000
Kas
294.000
Diskon Penjualan
6.000
Piutang Usaha
Piutang Usaha
300.000
Pembayaran sisanya sebesar Rp700.000, diterima setelah periode diskon
Kas
700.000
Piutang Usaha
14.000
Piutang Usaha
700.000
Diskon Penjualan
yang Tidak Diambil
Kas
700.000
Piutang Usaha

294.000

14.000
700.000

Diskon penjualan diperlakukan sebagai pengurang penjualan bruto, dan diskon penjualan yang
tidak diambil (sales discounts not taken/sales discounts forfeited) diperlakukan sebagai pendapatan lainlain.
2. Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Di dalam bisnis normal, beberapa barang dikembalikan oleh pelanggan dan beberapa pengurangan
harga harus diberikan untuk faktor-faktor seperti kerusakan barang yang terjadi selama pengiriman,
barang-barang yang terbuang atau cacat, dan pengiriman jumlah atau jenis yang tidak benar.
Contoh: Sweater merah dengan harga perolehan Rp800.000 dijual dengan harga Rp1.000.000.
Kenyataannya pelanggan membutuhkan warna hijau. Atas hal ini terdapat dua alternatif, yaitu (1) fisik
barang dikembalikan dan (2) pelanggan setuju untuk menerima sweater merah, tetapi meminta ganti rugi
berupa pengurangan harga atau potongan, misalnya Rp200.000

Jika pelanggan memilih untuk mengembalikan sweater yang dikirim, dicatat sebagai berikut:
(sistem persediaan perpetual digunakan)
Retur penjualan dan pengurangan harga
Rp1.000.000
Piutang usaha
Rp1.000.000
Persediaan
Rp 800.000
Beban pokok penjualan
Rp 800.000

Jika pelanggan menyetujui pengurangan harga, dicatat sebagai berikut:


Retur penjualan dan pengurangan harga
Piutang usaha

Rp1.000.000
Rp1.000.000

3. Akuntansi Untuk Piutang Tak Tertagih


Secara teoretis, semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai kini (present value) dari
estimasi penerimaan kas di masa depan. Dalam praktik, piutang dinilai dan dilaporkan sebagai nilai
realisasi bersih (cash/net realizable value), yaitu kas yang diharapkan, bukan pada nilai kini yang
didiskontokan. Hal ini berarti bahwa piutang usaha harus dicatat sebagai jumlah bersih dari estimasi
piutang tak tertagih atau nilai tercatat piutang (carrying value) dicatat setelah dikurangi dengan kerugian
penurunan nilai (impairment loss) melalui penggunaan akun penyisihan piutang. Tujuannya adalah untuk
melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan yang benar-benar diestimasi diterima secara tunai.
1) Metode pengakuan kerugian piutang tak tertagih
Kadang-kadang, beberapa piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih. Atas hal ini terdapat dua metode
untuk mengakui kerugian dari akun piutang usaha yang tak tertagih atau penyisihan kerugian penurunan

nilai piutang, yaitu: (a) metode penghapusan langsung (direct write-off method) dan (b) metode
penyisihan (allowances method).
a) Metode penghapusan langsung. Metode ini merupakan metode yang sangat sederhana, dan lebih
didasarkan pada satu kenyataan daripada estimasi. Pencatatan piutang tak tertagih dilakukan pada saat
piutang tersebut diketahui secara pasti tidak tertagih, dengan mendebet akun beban, seperti beban
piutang ragu-ragu (doubtful account expenses), beban piutang sangsi (bad debt expenses), atau beban
piutang tak tertagih (uncollectible account expenses) serta mengkredit akun piutang usaha (accounts
receivable).
b) Metode penyisihan. Berdasarkan metode ini, estimasi piutang tak tertagih ditentukan setiap akhir periode
akuntansi, dengan mendebet beban piutang tak tertagih dan disajikan sebagai beban penjualan atau
beban umum dan administrasi, serta mengkredit penyisihan piutang tak tertagih dan disajikan sebagai
pengurang (akun penilai atau akun kompensasi valuation account or offset account) dari akun piutang
usaha, dan oleh karena itu melaporkan jumlah realisasi bersih piutang tersebut.
2) Perlakuan akuntansi atas penghapusan piutang tak tertagih dan penerimaan kembali piutang
yang telah dihapusbukukan (dengan metode penyisihan):
a) Pencatatan atas penghapusan piutang usaha karena tidak dapat ditagih (debitur bangkrut, kematian,
tidak terlacaknya debitur, dan kegagalan memaksa penagihan secara legal): [Dengan kata lain, jika
piutang tak tertagih, piutang tersebut dihapuskan melalui akun penyisihan]
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Piutang Usaha

Rp. xxxx
Rp. xxxx

b) Kadang-kadang sebuah piutang yang telah dihapus sebagai tak tertagih tanpa diduga dapat ditagih:
[Pemulihan kemudian dari jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan sebelumnya dikreditkan terhadap
akun penyisihan]
Piutang Usaha
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Kas
Piutang Usaha

Rp. xxxx
Rp. xxxx
Rp. xxxx
Rp. xxxx

Catatan: Penerimaan kemudian (subsequent recoveries) atas piutang yang diberikan yang telah
dihapusbukukan (written-off) sebelumnya, jika pada periode berjalan, dikreditkan dengan menyesuaikan
pada akun penyisihan, sedangkan jika setelah tanggal laporan posisi keuangan, dikreditkan sebagai
pendapatan lainnya.
3) Menentukan besarnya estimasi piutang tak tertagih
Untuk menentukan besarnya estimasi piutang tak tertagih terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan
laporan laba rugi komprehensif atau pendekatan persentase penjualan (comprehensive income
statement approach or percentage-of-sales approach) dan pendekatan laporan posisi keuangan atau
pendekatan persentase piutang (financial position approach or percentage-of-receivables approach).
a) Pendekatan laporan laba rugi komprehensif (persentase penjualan)
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan estimasi piutang tak tertagih didasarkan pada saldo penjualan
kredit. Pendekatan ini dikatakan sebagai pendekatan laba rugi komprehensif, karena lebih ditekankan
pada penentuan estimasi kerugian piutang daripada jumlah estimasi piutang tak tertagih. Pendekatan ini
juga menekankan juga pada konsep penandingan, karena estimasi kerugian piutang ditentukan dengan
dasar hubungan langsung dengan penjualan.
Contoh: Asumsikan 2 persen penjualan kredit dianggap meragukan penagihannya dan total penjualan
kredit adalah Rp400.000.000, maka beban piutang tak tertagih adalah Rp8.000.000 (2% x
Rp100.000.000), dan dijurnal sebagai berikut:
Beban Piutang Tak Tertagih
Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000

Perhatikan bahwa saldo yang ada dalam akun penyisihan yang merupakan saldo dari beban periode
sebelumnya pada beban piutang tak tertagih diabaikan, karena pendekatan ini difokuskan pada
penentuan jumlah beban piutang tak tertagih, bukan pada jumlah estimasi penyisihan piutang tak
tertagih. Dengan menggunakan metode persentase penjualan, beban piutang tak tertagih dihitung
kemudian jumlah penyisihan piutang tak tertagih untuk periode tersebut ditetapkan.
b) Pendekatan laporan posisi keuangan (persentase piutang)
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan jumlah estimasi piutang tak tertagih didasarkan pada jumlah
saldo piutang usaha yang belum tertagih. Metode ini menekankan hubungan antara saldo piutang usaha
dan saldo penyisihan piutang tak tertagih. Perhatikan bahwa metode ini menyesuaikan saldo yang telah
ada ke saldo yang diinginkan berdasarkan persentase piutang usaha yang belum dibayar. Dengan
menggunakan metode persentase piutang, saldo akun penyisihan dihitung kemudian jumlah beban
piutang tak tertagih untuk periode tersebut ditetapkan. Terdapat dua dasar yang digunakan untuk
menentukan jumlah piutang tak tertagih, yaitu (1) persentase tertentu dari saldo piutang usaha, dan (2)
analisis umur piutang (aging receivables).
Persentase tertentu dari saldo piutang usaha
Sebagai contoh, jika jumlah piutang usaha adalah Rp50.000.000 dan diestimasi bahwa 3% dari piutang
tersebut akan menjadi tak tertagih, akun penyisihan akan bersaldo sebesar Rp1.500.000 (3% x
Rp50.000.000), dengan asumsi akun penyisihan periode sebelumnya Rpnihil. Apabila akun penyisihan
piutang tak tertagih telah memiliki saldo kredit sebesar Rp600.000 dari periode sebelumnya, maka
penyesuaian yang akan dilakukan adalah Rp900.000 (Rp1.500.000 saldo yang diperhitungkan
Rp600.000 saldo saat ini), dan dijurnal sebagai berikut:
Beban Piutang Tak Tertagih
Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Rp. 900.000
Rp. 900.000

Setelah jurnal di-posting, saldo akun penyisihan akan menjadi Rp1.500.000 (3% x Rp50.000.000).
Apabila dalam contoh tersebut, akun penyisihan memiliki saldo debit sebesar Rp200.000 (akibat
penghapusan piutang tak tertagih lebih besar dari estimasi sebelumnya), maka jurnal penyesuaiannya
akan berjumlah Rp1.700.000 untuk membawa akun penyisihan ke saldo kredit yang diinginkan, yaitu
sebesar Rp1.500.000 atau 3% dari jumlah piutang.

Analisis umur piutang


Berdasarkan metode ini, setiap piutang akan dianalisis untuk menetapkan yang belum jatuh tempo dan
yang telah jatuh tempo. Piutang yang telah jatuh tempo diklasifikasikan berdasarkan lama lewatnya
setelah jatuh tempo. Piutang-piutang yang telah jatuh tempo dievaluasi untuk memperkirakan tingkat
kolektibilitasnya masing-masing, sebagai dasar untuk mengembangkan perkiraan umum. Prosedur
alternatifnya adalah mengembangkan serangkaian persentase kerugian dan mengaplikasikannya ke
berbagai klasifikasi piutang. Sama dengan metode di atas yang berdasarkan pada persentase jumlah
piutang yang belum dibayar, beban piutang tak tertagih didebet dan penyisihan piutang tak tertagih
dikredit sebesar jumlah yang diperlukan untuk membawa akun penyisihan ke saldo yang diinginkan.
Contoh: Perhitungan penyisihan ICO Produts berdasarkan umur piutang disajikan di bawah ini:

Nama
Pelangga
n

Jumlah

A.B

Rp1.450

B.T

300

B.B
L.B.D
K.M

Belum
Jatuh
Tempo

200

Jatuh
Tempo
91-120
Hari

Jatuh
Tempo
181-365
Hari

Rp1.450
Rp100

200
2.100

ICO Products, Inc.


Analisis Piutang
31 Desember 2011
Jatuh
Jatuh
Jatuh
Tempo
Tempo
Tempo
tidak
31-60
61-90
Lebih dari Hari
Hari
30 Hari

Rp200

Rp200
Rp2.100
Rp200

Jatuh
Tempo
Lebih dari
Satu
Tahun

Lainnya
M.A.Y
Total

1.400

1000

Rp47.550

Rp40.000

Rp3.000

100

300

Rp1.200

Rp650

Rp500

ICO Products, Inc


Estimasi Jumlah Piutang Tak Tertagih
31 Desember 2011
Klasifikasi
Saldo
Persentase
Pengalaman Piutang
Tak Tertagih
Belum jatuh tempo
Rp40.000
2
Jatuh tempo tidak lebih dari 30 hari
3.000
5
Jatuh tempo 31-60 hari
1.200
10
Jatuh tempo 61-90 hari
650
20
Jatuh tempo 91-180 hari
500
30
Jatuh tempo 181-360
800
50
Jatuh tempo lebih dari satu tahun
1.400
60
Rp47.550

Rp800

Rp1.400

Estimasi Piutang
Tak Tertagih
Rp800
150
120
130
150
400
1.120
Rp2.870

Asumsikan estimasi piutang tak tertagih adalah Rp2.870 seperti yang diperlihatkan dalam laporan
sebelumnya dan saldo kreditsebesar Rp620 di akun penyisihan sebelum penyesuaian, maka
penyesuaian yang akan dilakukan adalah sebesar Rp2.250 (Rp2.870 saldo yang diinginkan Rp620
saldo saat ini), dengan jurnal yang dibuat adalah:
Beban Piutang Tak Tertagih
Rp. 2.250
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Rp. 2.250

4. Jaminan atau Garansi untuk Perbaikan atau Penggantian


Jaminan atau garansi merupakan salah satu area dari provisi (provision) yang dapat diakui dalam
laporan posisi keuangan. Provisi merupakan suatu liabilitas dari jumlah atau waktu yang tidak pasti
(sering disebut liabilitas estimasi estimated liability). Provisi adalah sangat umum terjadi dan dapat
dilaporkan sebagai lancar atau tak lancar tergantung tanggal pembayaran yang diharapkan. Tipe-tipe
provisi adalah kewajiban yang berhubungan dengan litigasi, jaminan atau garansi, restrukturisasi bisnis,
dan kerusakan lingkungan.
C. Proses Penilaian Penurunan Nilai
Dengan terbitnya PSAK No. 55 (revisi 2011): Instrumen Keuangan:
Pengukuran, maka terdapat perubahan dalam penilaian piutang. [2] Pada

Pengakuan dan
saat pengakuan

awal, piutang jangka pendek yang tidak memiliki suku bunga yang ditetapkan, seperti piutang usaha
dapat diukur sesuai dengan jumlah yang tertera pada faktur. Namun demikian, tidak berlaku halnya
dengan piutang jangka panjang. Piutang jangka panjang dicatat pada awal pengakuan, sebesar nilai
kini dari nilai jatuh temponya.
Standar tersebut memberikan pedoman rinci yang dapat digunakan untuk menilai apakah piutang
akan dipertimbangkan tidak dapat ditagih uncollectible (penurunan nilai impairment). Penurunan
nilai terjadi ketika nilai tercatat piutang melebihi jumlah yang dapat diperoleh kembali (nilai yang dapat

terealisasi atau yang dapat tertagih). Kerugian penurunan nilai (loss on impairment) dicatat pada laba rugi
sebesar selisih antara nilai tercatat piutang dan nilai piutang yang dapat terealisasi.
Pada setiap periode pelaporan, entitas menilai piutangnya untuk penurunan nilai dan penurunan nilai
dimulai dengan mempertimbangkan apakah terdapat bukti objektif yang menunjukkan bahwa satu atau
lebih kejadian (events) telah terjadi. Contoh contoh kejadian yang merugikan adalah:
1.
Kesulitan keuangan signifikan yang dialami pelanggan;
2.

Cedera janji (wanprestasi) pembayaran;

3.

Renegosiasi syarat-syarat piutang disebabkan kesulitan keuangan pelanggan; dan

4.
Penurunan arus kas masa depan yang dapat diukur dari kelompok piutang sejak awal pengakuan
walaupun penurunan belum dapat diidentifikasi dengan aset individual dalam kelompok.
Suatu piutang dianggap mengalami penurunan nilai bila kejadian yang merugikan menunjukkan
dampak negatif arus kas masa depan yang akan diterima dari pelanggan. Penilaian penurunan nilai
dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Piutang yang signifikan secara individual harus dipertimbangkan penurunan nilainya secara terpisah.
b) Setiap piutang yang dinilai secara individual yang dipertimbangkan tidak terdapat penurunan
nilainya harus dimasukkan dalam suatu kelompok aset dengan karakteristik risiko kredit yang sama dan
dinilai secara kolektif penurunan
c) Setiap piutang yang tidak dinilai secara individual harus dinilai secara kolektif penurunan nilainya.

Intinya, pengujian penurunan nilai (impairment test) dilakukan sebagai berikut:


Uji penurunan nilai secara individual untuk piutang yang signifikan yang
terdapat indikasi penurunan nilai.
Uji
penurunan
nilai secara
kolektif
untuk
piutang
yang
tidak
signifikan dan piutang yang signifikan tetapi tidak memiliki indikasi penurunan
nilai berdasarkan data kerugian historis.
Ilustrasi: Asumsikan Hector Company memiliki piutang berikut yang diklasifikasikan ke dalam piutang
individual yang signifikan dan semua piutang lainnya.
Piutang individual yang signifikan
Yaan Company
Random Inc
Fernando Co
Blanchard Ltd
Semua piutang lainnya
Total

Rp 40.000.000
100.000.000
60.000.000
50.000.000

Rp250.000.000
500.000.000
Rp750.000.000

Hector menentukan bahwa piutang Yaan mengalami penurunan nilai sebesar Rp15.000.000, dan
piutang Blanchard seluruhnya mengalami penurunan nilai (impaired). Baik piutang Fernando maupun
Random tidak mengalami penurunan nilai. Hector juga menetapkan bahwa tingkat yang layak untuk
mengukur penurunan nilai sebesar 2% atas semua piutang lainnya. Total penurunan nilai dihitung
sebagai berikut:
Penurunan Nilai Piutang
Penurunan nilai piutang
Piutang dinilai secara individual
Yaan company
Blanchard Ltd

Rp15.000.000
50.000.000

Piutang dinilai secara kolektif


Tambah: Randon Co
Fernando Co
Total piutang dinilai secara kolektif
Total penurunan nilai

Rp500.000.000
100.000.000
60.000.000
Rp660.000.000
Penurunan nilai secara kolektif Rp660.000.000 x
2%
Rp13.200.000
Rp78.200.000

Oleh karena itu, Hector mempunyai penurunan nilai berkaitan dengan piutangnya sebesar
Rp78.200.000, yang terdiri dari penurunan nilai secara individual (individual impairment) sebesar
Rp65.000.000 dan penurunan nilai secara kolektif (collective impairment) sebesar Rp13.200.000.
Bagian yang sangat kontroversial dari penghitungan ini adalah Hector harus memasukkan dalam
penilaian secara kolektif piutang dari Random dan Fernando yang dinilai secara individual yang dianggap
tidak mengalami penurunan nilai. Dasar pemikiran memasukkan Random dan Fernando dalam penilaian
secara kolektif adalah entitas tidak memiliki semua informasi segera untuk membuat keputusan
D. Pengukuran dan Pelaporan Penurunan Nilai
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tiap periode pelaporan entitas menilai piutangnya
karena penurunan nilai. Entitas mulai melakukan penilaian penurunan nilai dengan mempertimbangkan
apakah bukti objektif menunjukkan bahwa terdapat satu atau lebih kejadian yang merugikan telah terjadi.
Suatu piutang dianggap turun nilainya bila kejadian yang merugikan mempunyai dampak negatif terhadap
arus kas masa depan yang akan diterima dari pelanggan. Pendekatan persentase penjualan dan
pendekatan piutang adalah contoh dari pengujian penurunan nilai dengan menggunakan pendekatan
penilaian kolektif (collective assessment approach). [3]
Berikut ini akan diuraikan penurunan nilai berdasarkan pendekatan penilaian individual (individual
assessment approach) untuk piutang jangka panjang (long term receivables). Jika piutang ditetapkan
penurunan nilainya secara individual, maka entitas harus mengukur kerugian disebabkan penurunan nilai.
Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai perbedaan antara nilai tercatat (umumnya pokok pinjaman
ditambah bunga akrual) dan arus kas masa depan yang didiskontokan pada suku bunga efektif historis
dari pinjaman (expected future cash flows discounted at the loans historical effective-interest rate). Bila
menggunakan suku bunga efektif historis dari pinjaman, nilai investasi akan berubah hanya jika sebagian
arus kas yang dikontrakkan secara legal akan berkurang. Dalam hal ini, entitas mengakui suatu kerugian
karena arus kas yang diharapkan masa depan sekarang lebih rendah. Entitas mengabaikan perubahan
suku bunga yang disebabkan oleh kejadian ekonomi yang sekarang yang memengaruhi nilai wajar
pinjaman. Dalam mengestimasi arus kas masa depan, kreditor harus menggunakan asumsi dan proyeksi
yang wajar dan dapat didukung.
1. Contoh Kerugian Penurunan Nilai
Pada tanggal 31 Desember 2011, Ogden Bank mencatat suatu investasi senilai Rp100.000.000 yang
merupakan pinjaman kepada Carl King. Suku bunga efektif pinjaman sebesar 10%, pokok pinjaman akan
jatuh tempo dalam tiga tahun, dan bunga dibayar secara tahunan. Namun, King sedang mengalami
kesulitan keuangan yang signifikan sehingga akan kesulitan membayar seluruhnya sesuai dengan
waktunya. Pejabat pinjaman me-review arus kas masa depan yang diharapkan dari pinjaman dan
menggunakan metode nilai kini untuk mengukur kerugian penurunan nilai yang dipersyaratkan. Skedul
arus kas disajikan pejabat pinjaman sebagai berikut: (impaired loss cash flows)

31 Desember
2011
2012
2013

Arus kas kontraktual


Rp 10.000.000
10.000.000
110.000.000
Rp130.000.000

Arus kas yang


diharapkan
Rp 5.000.000
5.000.000
105.000.000
Rp115.000.000

Kerugian arus kas


Rp 5.000.000
5.000.000
5.000.000
Rp15.000.000

Sebagaimana ditunjukkan, pinjaman ini mengalami penurunan nilai. Arus kas yang diharapkan
(expected cash flows) sebesar Rp115.000.000 adalah lebh rendah daripada arus kas kontraktual
(contractual cash flows), termasuk pokok pinjaman dan bunga. Jumlah penurunan nilai ini akan dicatat
yaitu sama dengan perbedaan antara investasi yang akan dicatat sebesar Rp100.000.000 dan nilai kini
dari arus kas yang diharapkan, sebagaimana ditunjukkan dalam penghitungan kerugian penurunan nilai
berikut:
Investasi yang dicatat
Kurang: Nilai tunai Rp100.000.000, jatuh tempo 3 tahun,
10%
[Tabel 6-2] (Rp100.000.000 x 0,75132)
Nilai tunai piutang bunga dibayar tahunan, 3 tahun, 10%
[Tabel 6-4] (Rp5.000.000 x 2,48685)
Kerugian penurunan nilai

Rp100.000.000
Rp75.132.000
12.434.000

Rp87.766.000
Rp12.434.000

Kerugian disebabkan penurunan nilai adalah sebesar Rp12.434.000. Mengapa kerugian penurunan
nilai tidak sebesar Rp15.000.000 (Rp130.000.000 Rp115.000.000)? Karena Ogden Bank harus
mengukur kerugian pada jumlah nilai tunai, bukan pada jumlah yang tidak didiskontokan (undiscounted
amount), ketika bank mencatat kerugian.

2. Pencatatan Kerugian Penurunan Nilai


Ogden Bank (kreditor) mengakui kerugian penurunan nilai (impairment loss) sebesar Rp12.434.000,
dengan menjurnalnya sebegai berikut:
Beban Piutang Tak Tertagih
Rp12.434.000
Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Piutang
Rp12.434.000

3. Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai


Setelah mencatat penurunan nilai, kejadian atau kondisi ekonomi dapat berubah sehingga jumlah
kerugian penurunan nilai berkurang (misalnya disebabkan perbaikan peringkat kredit debitur). Dalam
situasi ini, sebagian atau seluruh kerugian penurunan nilai sebelumnya akan dibalikkan (reverse) secara
langsung, dengan mendebet Piutang Usaha, atau dengan mendebet akun Penyisihan Kerugian
Penurunan Nilai (Allowance for Impairment Losses) dan mengkredit Beban Piutang Tak Tertagih.
Misalnya, asumsikan bahwa dalam tahun setelah penurunan nilai dicacat Odgen, Carl King telah
berusaha sehingga dapat keluar dari kesulitan keuangan. Sekarang Odgen mengharapkan untuk
menerima semua pembayaran pinjamannya sesuai dengan syarat pinjaman. Berdasarkan informasi baru
ini, nilai tunai pembayaran yang diharapkan adalah Rp100.000.000. Jadi, Odgen melakukan pencatatan
berikut dengan membalik penurunan nilai yang telah dicatat sebelumnya.

Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Piutang


Beban Piutang Tak Tertagih

Rp12.434.000
Rp12.434.000

Perlu dicacat pemulihan kerugian penurunan nilai (recovery of impairment loss) tidak boleh melebihi
jumlah tercatat piutang (pemulihan dibatasi sebesar jumlah awal kerugian penurunan nilai).
E. Penghentian Pengakuan
Pada titik mana seharusnya piutang tidak lagi dimasukkan sebagai aset suatu entitas? Hal ini disebut
dengan penghentian pengakuan (derecognition). Dalam satu situasi, bila piutang tidak lagi akan
memiliki nilai yaitu, hak kontraktual atas arus kas dari piutang tidak ada lagi. Misalnya, jika suatu entitas
mempunyai piutang dari pelanggan yang mengumumkan kebangkrutan, sehingga nilai piutang menjadi
tidak mempunyai nilai (expired). Pada saat yang sama, ketika entitas menagih piutang yang telah jatuh
tempo, entitas memindahkan piutang dari buku-bukunya. Dalam kedua kasus ini, entitas tidak
mempunyai hak kontraktual terhadap piutang-piutang ini. Akibatnya, piutang disebut dihentikan
pengakuannya. Situasi kedua biasanya terjadi jika entitas (misalnya menjual) suatu piutang ke entitas
lain, dengan demikian mengalihkan risiko dan manfaat (risk and reward) dari kepemilikan ke entitas lain.
Suatu contoh, jika entitas menjual piutangnya ke entitas lain dan mengalihkan semua risiko dan manfaat
dari kepemilikan ke entitas lain, piutang tersebut dihentikan pengakuannya.
1. Transfer Piutang
Terdapat beberapa alasan entitas melakukan transfer atau pengalihan piutang ke pihak lain, yaitu:
Untuk mempercepat penerimaan kas dari piutang, entitas dapat mengalihkan piutang kepada entitas lain
untuk menagihnya;
Pemilik dapat menjual piutang karena adanya kebijakan uang ketat dan akses ke kredit normal tidak
tersedia atau terlalu mahal. Atau suatu entitas menjual piutang sebagai pengganti meminjam,
menghindarkan pelanggaran perjanjian pinjaman yang ada; dan
Pemakturan dan penagihan piutang biasanya memakan waktu dan mahal.
Transfer atau pengalihan piutang kepada pihak ketiga untuk mempercepat penerimaan kas dapat
dilakukan dengan salah satu cara dari dua cara berikut:
a) Pinjaman yang dijamin
Pinjaman yang dijamin (secured borrowing). Suatu entitas biasanya mengagunkan piutang sebagai
jaminan atau agunan (collateral) dalam suatu transaksi peminjaman. Faktanya, seorang kreditor biasanya
mensyaratkan debitur untuk menyerahkan (pledge, assign) piutang sebagai jaminan pinjaman. Jika
pinjaman tidak dibayar, kreditor dapat mengkonversi jaminan tersebut menjadi kas yaitu, dengan
menagih piutang.
Ilustrasi, pada tanggal 1 Maret 2012, Howat Mills, Inc. mengalihkan piutangnya sebesar
Rp700.000 kepada Ina Bank sebagai jaminan atas wesel sebesar Rp500.000. Howat Mills akan terus
menagih piutang tersebut; para debitur tidak diberitahu atas perjanjian ini. Ina Bank mengenakan beban
keuangan sebesar 1 persen dari piutang dan beban bunga atas wesel sebesar 12 persen. Howat Mills
melakukan pembayaran bulanan ke bank untuk semua kas yang diterima dari piutang. Sebagai
tambahan dalam pencatatan piutang, Howat Mills harus mengakui diskon, retur dan pengurangan harga,
dan beban piutang tak tertagih. Tiap bulan Howat Mills menggunakan hasil penagihan piutang untuk
melunasi kewajiban wesel. Di samping itu, Howat Mills membayar bunga wesel.
Jurnal yang dilakukan oleh Howat Mills dan Ina Bank sebagai berikut:

Howart Mills, Inc

Ina Bank

Pengalihan piutang dan penerbitan wesel tangga 1 Maret 2012


Kas
493.000
Wesel Tagih
500.000
Beban Keuangan
7.000
Pendapatan Bunga
7.000
Wesel Bayar
500.000
Kas
493.000
Rp7.000 = (1% x Rp700.000)
Penagihan dalam bulan Maret sebesar Rp440.000 dikurangi diskon tunai sebesar Rp6.000
ditambah retur penjualan sebesar Rp14.000
Kas
434.000
Diskon Penjualan
6.000
Tidak ada jurnal (no entry)
Retur Penjualan
14.000
Piutang Usaha
454.000
Rp454.000 = (Rp440.000 + Rp14.000)
Diserahkan hasil penagihan bulan Maret ditambah bunga akrual kepada bank tanggal 1 April
Beban Bunga
5.000
Kas
439.000
Wesel Bayar
434.000
Pendapatan Bunga
5.000
Kas
439.000
Wesel Tagih
434.000
Rp5.000 = (Rp500.000 x 0,12 x 1/12)
Penagihan bulan April dari saldo piutang dikurangi Rp2.000 piutang yang dihapuskan sebagai tidak
tertagih
Kas
244.000
Penyisihan Piutang Tak
Tidak ada jurnal (no entry)
Tertagih
2.000
Piutang Usaha
246.000
Rp246.000 = (Rp700.000 Rp454.000)
Diserahkan saldo yang jatuh tempo sebesar Rp66.000 (Rp500.000 Rp434.000) atas wesel
ditambah bunga tanggal 1 Mei
Beban Bunga
660
Kas
66.660
Wesel Bayar
66.000
Pendapatan Bunga
660
Kas
66.660
Wesel Tagih
66.000
Rp660 = (Rp660.000 x 0,12 x 1/12)
b) Penjualan piutang
Jenis penjualan piutang adalah anjak piutang (factor). Factor merupakan entitas keuangan atau bank
yang membeli piutang dari perusahaan-perusahaan untuk memperoleh pendapatan jasa (fee) dan
kemudian menagih penerimaan langsung dari pelanggan. (Lihat prosedur dasar anjak piutang).
Penjualan piutang dapat dklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu, penjualan piutang tanpa garansi
(tanpa tanggung renteng) (sale without guarantee without recourse) dan penjualan piutang
dengan garansi (dengan tanggung jawab renteng) (sale with guarantee without recourse).
Penjualan tanpa garansi
Ketika membeli piutang, pembeli pada umumnya menerima risiko kolektibilitas piutang dan menanggung
setiap kerugian kredit. Penjualan dengan tipe ini biasanya disebut penjualan tanpa garansi (tanpa
tanggung renteng) (sale without guarantee without recourse). Transfer piutang dalam kasus ini adalah
penjualan keseluruhan piutang baik dalam bentuk (pengalihan kepemilikan transfer of title)
dan substansi (transfer of risks and rewards). Sebagaimana dalam penjualan aset, penjual mendebet
Kas untuk hasil penjualan dan mengkredit Piutang Usaha sebesar nilai nominalnya. Penjual mengakui
perbedaan, setelah dikurangi setiap provisi untuk penyesuaian yang mungkin terjadi diskon, retur,
penyisihan , dan lain-lain), sebagai Kerugian Penjualan Piutang (Loss on Saleof Receivables). Penjual
menggunakan akun Piutang dari Factor atau Piutang Retensi (Due from Factor) yang dilaporkan
sebagai piutang untuk mempertanggung jawabkan hasil yang ditahan oleh factor untuk menutup
kemungkinan adanya diskon penjualan, retur penjualan, dan pengurangan penjualan.

Contoh, Crest Textiles, Inc menjual piutangnya sebesar Rp500.000 kepada Commercial Factors, Inc.,
dengan basis non-guarantee(atau without recourse). Crest Textiles menyerahkan catatan piutangnya
ke Commercial Factors, Inc, yang akan menerima tagihan. Commercial Factors, Inc., menetapkan beban
keuangan (finance charge) sebesar 3% dari piutang usaha dan menahan suatu jumlah yang sama
sebesar 5% dari piutang (untuk kemungkinan penyesuaian yang terjadi). Crest Textiles dan Commercial
Factors melakukan jurnal berikut atas piutang yang ditransfer tanpa garansi.
Crest Textiles, Inc
Kas
Piutang dari Factor
Kerugian Penjualan
Piutang
Piutang Usaha
Rp25.000 = 5% x
Rp500.000

460.000
25.000
15.000

Commercial Factors
Piutang Usaha
Utang ke CT
Pendapatan
500.000 Keuangan
Kas
Rp15.000 = 3% x Rp500.000

500.000
25.000
15.000
460.000

Dalam pengakuan penjualan piutang, Crest Textiles mencatat kerugian sebesar Rp15.000. Laba
bersih factor adalah perbedaan antara pendapatan keuangan (Rp15.000) dan jumlah piutang tidak
tertagih.
Penjualan dengan garansi
Untuk mengilustrasikan penjualan piutang dengan garansi (dengan tanggung jawab renteng) (sale with
guarantee without recourse) terhadap kerugian kredit, asumsikan bahwa Crest Textiles menerbitkan
suatu garansi ke Commercial Factors, Inc., untuk mengompensasi setiap kerugian piutang atas piutang
yang ditransfer kepada Commercial Factors. Dalam situasi ini, pertanyaannya adalah apakah risiko dan
manfaat dari kepemilikan beralih kepada Commercial Factors atau tetap berada pada Crest Textiles.
Dengan kata lain, apakah transaksi tersebut dipertanggung jawabkan sebagai suatu penjualan atau
pinjaman?
Dalam kasus ini, tedapat suatu garansi untuk semua kegagalan membayar, jelas bahwa risiko dan
manfaat dari piutang masih berada pada Crest Textiles. Akibatnya, transaksi dianggap sebagai pinjaman
kadang-kadang disebut sebagai penjualan gagal (failed sale). Cerst Textiles terus tetap mengakui
piutang tersebut dalam bukunya., dan transaksi diperlakukan sebagai suatu pinjaman.
Dengan asumsi yang sama dengan ilustrasi di atas, jurnal untuk Crest Textiles and Commercial Factors
sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
Crest Textiles, Inc
Kas
Piutang dari Factor
Beban Keuangan
Liabilitas ke CF
Rp25.000 = 5% x
Rp500.000

460.000
25.000
15.000

Commercial Factors
Piutang Usaha
Utang ke CT
Pendapatan
500.000 Keuangan
Kas
Rp15.000 = 3% x Rp500.000

500.000
25.000
15.000
460.000

Dalam kasus ini, Crests Textiles mencatat liabilitas ke Commercial Factors. Commercial Factors mencatat
Piutang Usaha dari Crests Textiles. Jadi, akuntansi penjualan gagal serupa dengan pinjaman yang
dijamin. Jika piutang yang ditransfer ditagih, Liabilitas ke Commercial Factors pada buku Crest Textiles
dikurangi. Bersamaan dengan itu, pada buku Commercial Factors, piutang dari Crest Textiles juga
dikurangi.

2. Ikhtisar Transfer
Standar akuntansi sekarang menggunakan istilah pengehentian pengakuan (derecognized) ketika
mengacu kepada akuntansi transfer piutang. Untuk menentukan apakah piutang yang ditransfer dapat
dihentikan pengakuannnya dan dipertanggung jawabkan sebagai penjualan adalah didasarkan suatu
penilaian apakah penjual telah menyerahkan secara substansial semua risiko dan manfaat dari
kepemilikan aset keuangan.(Combination of an approach focused on risks and rewards and loss
of control)
Sebagaimana ditunjukkan, jika semua risiko dan manfaat dari kepemilikan piutang secara substansial
telah dialihkan, maka piutang tersebut dihentikan pengakuannya. Namun, jika semua risiko dan manfaat
secara substansial tidak dialihkan, maka entitas memperlakukan transfer sebagai pinjaman yang dijamin
(secured borrowing). Jika akuntansi penjualan adalah tepat, maka entitas harus tetap mengakui aset
yang diperoleh dan liabilitas yang terjadi dalam transaksi.
F.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Aturan Umum dalam Mengklasifikasikan Piutang:


Pisahkan dan laporkan jumlah tercatat kelompok piutang yang berbeda;
Tunjukkan piutang yang diklasifikasikan sebagai lancar dan tak lancar dalam laporan posisi keuangan;
Lakukan offset atas akun penilai piutang yang mengalami penurunan nilai dengan tepat, termasuk
penjelasan penurunan nilai yang ditetapkan dengan basis individual dan kolektif;
Ungkapkan nilai wajar piutang dengan suatu cara yang memungkinkan akan dibandingkan dengan
jumlah tercatat;
Ungkapkan informasi untuk menilai risko kredit yang melekat dalam piutang dengan menyediakan
informasi tentang piutang;
Ungkapkan setiap piutang yang dijaminkan sebagai agunan; dan
Ungkapkan semua konsentrasi (concentration) risiko kredit yang timbul dari piutang.
.

Anda mungkin juga menyukai