Anda di halaman 1dari 5

PIUTANG YANG TIDAK DAPAT TERTAGIH

Penjualan barang secara kredit selalu mempunyai risiko, misalnya adanya bagian dari piutang
dagang yang tidak dapat ditagih. Hal ini antara lain karena piutang dagang umumnya tidak didukung dengan
janji tertulis seperti halnya piutang wesel. Risiko ini merupakan biaya dari penjualan kredit, sehingga selama
risiko ini lebih kecil dari tambahan laba bruto dari penjualan kredit, maka penjualan kredit tersebut masih
menguntungkan apabila dilaksanakan. Demikian juga dengan hal sebaliknya, jika risiko tersebut menjadi
kenyataan, maka risiko tersebut menjadi kerugian, yang disebut dengan Kerugian Piutang (Bad Debt
Expense).

Metode yang Digunakan untuk Mencatat Kerugian Piutang


Dilihat dari akuntansinya, ada dua metode yang digunakan untuk mencatat kerugian piutang, yaitu:
1. Metode Langsung (Direct Write Off Method)
Menurut metode ini adanya kerugian piutang baru diakui dan dicatat pada saat diketahui dan
dipastikan bahwa piutang dagang benar-benar tidak dapat ditagih, sehingga dapat dikatakan bahwa
perusahaan menilai piutang sebesar nominalnya. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet
rekening “Kerugian Piutang” dan mengkredit rekening “Piutang Dagang.”
Kelebihan metode ini adalah relatif mudah dan tidak banyak masalah dalam menentukan besarnya
kerugian piutang. Sedangkan kelemahannya adalah kurang sesuai dengan matching concept, sebab
mungkin saja periode pengakuan penghasilan tidak sama dengan periode pengakuan kerugian/biaya.
2. Metode Cadangan (Allowence Method)
Menurut metode ini, kerugian piutang diakui dan dicatat berdasarkan taksiran yang biasanya
dilakukan pada akhir periode akuntansi. Pada saat ini jumlah yang ditaksir tidak tertagih tersebut dianggap
dan dicatat sebagai kerugian. Tetapi jumlah piutang yang ditaksir tidak tertagih tersebut belum dikeluarkan
dari rekening piutang, melainkan baru dianggap dan dicatat sebagai cadangan piutang yang sekiranya tidak
tertagih. Pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet rekening “Kerugian Piutang” dan mengkredit
rekening “Penyisihan Kerugian Piutang” (termasuk contra account mengurangi total piutang di laporan posisi
keuangan).
Bila terjadi piutang yang dicadangkan itu benar-benar dinyatakan tidak tertagih, maka rekening
cadangan tersebut harus dihapuskan, karena status cadangan telah berubah menjadi kepastian, yakni pasti
tidak tertagih. Cara pencatatannya adalah dengan mendebet rekening “Penyisihan Kerugian Piutang” dan
mengkredit rekening “Piutang Dagang” sebesar yang tak tertagih.

Penerimaan Piutang yang Sudah Dihapus


Dengan dihapuskannya piutang dagang bukan berarti debitur dibebaskan dari pembayaran
hutangnya. Oleh karena itu, kepada debitur masih tetap dilakukan penagihan, hanya kemungkinan
tertagihnya itu kecil sekali. Tetapi apabila kemudian dari piutang yang sudah dihapus tersebut diterima
pembayarannya, maka dalam pencatatannya harus memperhatikan dua faktor di bawah ini:
- Metode pengakuan kerugian piutang yang dianut, metode langsung atau metode cadangan
- Kepastian tertagihnya piutang yang sudah dihapus, dalam periode yang sama atau periode berikutnya
Metode Langsung Metode Cadangan
1. Telah dipastikan bahwa piutang dagang CV A tidak dapat ditagih sebesar Rp 350.000 karena
pailit
Beban kerugian Cadangan
piutang............... 350.000 kerugian piutang... 350.000
Piutang dagang............... 350.000 Piutang dagang............... 350.000

2. CV A yang piutangnya sudah dihapus ternyata datang ke perusahaan dan berjanji untuk
membayar sebesar Rp 300.000
Piutang
Piutang dagang.. 300.000 dagang….300.000
Cadangan kerugian
Beban kerugian piutang… 300.000 piutang......300.000

Kas.................... 300.000 Kas........300.000


Piutang
dagang.. 300.000 Piutang dagang......... 300.000

Akhir periode perusahaan memperkirakan bahwa piutang yang tidak dapat ditagih sebesar Rp 500.000
Tidak ada jurnal Beban kerugian piutang…..500.000
Cadangan kerugian piutang….500.000

Penentuan Besarnya Kerugian Piutang


Apabila pengakuan kerugian piutang menggunakan metode cadangan, maka pada tiap akhir periode
akuntansi harus dilakukan penaksiran tentang jumlah kerugian yang akan disajikan dalam laporan laba rugi
dan besarnya cadangan kerugian piutang yang akan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Untuk
keperluan penaksiran tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan laba rugi (Income Statement Approach)
Besarnya kerugian piutang ditentukan dari data yang tersedia dalam laporan laba rugi, yaitu data
penjualan selama periode yang bersangkutan. Dasar pemikirannya adalah bahwa piutang timbul dari
aktivitas penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Oleh karenanya, besar kecilnya kerugian piutang
banyak tergantung pada besar kecilnya penjualan yang terjadi pada periode yang bersangkutan. Sedangkan
besarnya taksiran persentase kerugian umumnya didasarkan pada pengalaman yang lalu atau kebijakan
perusahaan.
CV A pada 31 Desember 2019 diketahui bahwa:
Piutang dagang Rp 915.000
Cadangan kerugian piutang 2018 (Rp 17.100)
Penjualan kredit Rp 5.300.000
Potongan penjualan Rp 115.000
Retur penjualan Rp 135.000
Siapkan jurnal adjustment pada 31 Desember 2019 untuk mencatat kerugian piutang, apabila diketahui
bahwa persentase kerugian piutang selama lima tahun terakhir adalah 1%, 0,5%, 1,5%, 2%, 1%
Rata-rata kerugian piutang lima tahun terakhir adalah:
(1% + 0,5% + 1,5% + 2% + 1%) : 5 = 1,2%
Penjualan kredit = Rp 5.300.000
Potongan penjualan (Rp 115.000)
Retur penjualan (Rp 135.000)
Penjualan kredit bersih = Rp 5.050.000
Kerugian piutang = 1,2% x Rp 5.050.000 = Rp 60.600

Jurnal Adjustment
Beban kerugian piutang Rp 60.600
Cadangan kerugian piutang Rp60.600
Dalam metode ini saldo cadangan sebelumnya diperhatikan, sehingga cara penyajian piutang di laporan
posisi keuangan adalah sebagai berikut:
Piutang dagang = Rp 915.000
Cadangan kerugian piutang
Rp 17.100 + Rp 60.600 = (Rp77.700)
Rp 837.300

2. Pendekatan laporan posisi keuangan (Balance Sheet Approach)


Kerugian piutang ditentukan dari data yang tersedia dalam laporan posisi keuangan, yaitu saldo
piutang pada akhir periode akuntansi. Dasar pemikirannya adalah bahwa piutang yang tidak tertagih timbul
karena perusahaan mempunyai piutang. Oleh karena itu, besar kecilnya kerugian piutang banyak
bergantung pada besar kecilnya piutang. Sedangkan besarnya persentase kerugian biasanya didasarkan
pada pengalaman yang telah lalu atau kebijakan perusahaan. Dalam pendekatan ini dikenal tiga cara
penaksiran yang sering digunakan, yaitu:
1. Saldo cadangan kerugian piutang periode yang lalu ditambah dengan persentase tertentu dari saldo
piutang akhir periode akuntansi yang berjalan
2. Saldo cadangan kerugian piutang periode yang lalu ditambah sampai persentase tertentu dari saldo
piutang akhir periode akuntansi yang berjalan
3. Saldo cadangan kerugian piutang ditambah sampai jumlah tertentu yang ditetapkan dengan analisa umur
piutang (Aging Schedule)
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada umumnya rekening cadangan mempunyai saldo
rekening cadangan debet yang berarti negatif. Cadangan kerugian piutang akan bersaldo debet apabila
penghapusan piutang lebih besar dari saldo cadangan yang tersedia. Sebaliknya, cadangan kerugian
piutang akan bersaldo kredit apabila penghapusan piutang lebih kecil dari saldo cadangan yang ada.
CV A pada 31 Desember 2019 diketahui bahwa:
Piutang dagang Rp 6.000.000
Cadangan kerugian piutang 2018 (Rp 300.000)
Sedangkan buku besar pembantu piutang menunjukkan saldo-saldo sebagai berikut:
PT A Rp 1.500.000 15 November 2019
PT B Rp 750.000 12 Desember 2019
PT C Rp 1.250.000 9 Oktober 2019
PT D Rp 1.000.000 3 Maret 2019
PT E Rp 400.000 11 Juni 2019
PT F Rp 1.100.000 17 November 2019
- Termin 2/10, n/30
- Tanggal yang tercantum di buku besar pembantu adalah tanggal terjadinya transaksi penjualan kredit
Siapkan jurnal adjustment yang diperlukan pada tanggal 31 Desember 2019 jika:
1. Saldo cadangan ditambah dengan 5% dari saldo piutang
2. Saldo cadangan ditambah sampai 15% dari saldo piutang
3. Saldo cadangan ditambah sampai jumlah dari hasil analisa umur piutang, jika diketahui bahwa
pengalaman perusahaan yang berhubungan dengan kerugian piutang adalah sebagai berikut:
- Belum menunggak 1%
- Menunggak 1-30 hari 4%
- Menunggak 31-60 hari 7%
- Menunggak 61-180 hari 10%
- Menunggak lebih dari 180 hari 40%
1. Beban kerugian piutang Rp 300.000
Cadangan kerugian piutang Rp 300.000
*Kerugian piutang 5% x Rp 6.000.000
Penyajian piutang di laporan posisi keuangan:
Piutang dagang Rp 6.000.000
Cadangan Kerugian Piutang (Rp 600.000)

2. Beban kerugian piutang Rp 600.000


Cadangan kerugian piutang Rp 600.000
*Kerugian piutang 15% x Rp 6.000.000 = Rp 900.000
Saldo kredit cadangan kerugian piutang = Rp 300.000
Rp 600.000
Penyajian piutang di laporan posisi keuangan:
Piutang dagang Rp 6.000.000
Cadangan kerugian piutang (Rp 900.000)
3. Untuk menjawab pertanyaan yang ketiga terlebih dahulu kita harus menyusun Aging Schedule. Asumsi
yang digunakan disini adalah bahwa semakin lama umur piutang semakin besar risiko tidak tertagihnya.
Dan karena umumnya piutang timbul dari transaksi yang berbeda tanggalnya, maka umurnya juga
berbeda. Oleh karena itu, untuk menentukan kerugian piutang, saldo piutang harus dianalisa menurut
umurnya. Kemudian kerugian piutang ditentukan dari masing-masing kelompok umur piutang tersebut.
Belum
Nama Debitur Menunggak Menunggak
Saldo
1-30 31-60 61-180 > 180
PT A 1.500.000 - 1.500.000 - - -
PT B 750.000 750.000 - - - -
PT C 1.250.000 - - 1.250.000 - -
PT D 1.000.000 - - - - 1.000.000
PT E 400.000 - - - 400.000 -
PT F 1.100.000 - 1.100.000 - - -

Jumlah 6.000.000 750.000 2.600.000 1.250.000 400.000 1.000.000


% 1 4 7 10 40
Taksiran kerugian
piutang 7.500 104.000 87.500 40.000 400.000

Beban kerugian piutang Rp 339.000


Cadangan kerugian piutang Rp 339.000
*Kerugian piutang Rp 639.000
Cadangan kerugian piutang Rp 300.000
Rp 339.000

Penyajian piutang di laporan posisi keuangan:


Piutang Rp 6.000.000
Cadangan Kerugian Piutang (Rp 639.000)

Anda mungkin juga menyukai