Anda di halaman 1dari 9

METODE PENENTUAN BESARNYA PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH

(ALLOWANCE FOR BAD DEBT)

 Metode menentukan besarnya Allowance for bad debt


Pada Allowance Method dilakukan pada akhir periode yakni penaksiran piutang
yang kira-kira tidak tertagih. Untuk itu beberapa metode penaksiran antara lain :
1) Income Statement Approach
 Dalam metode ini besarnya penghapusan piutang yang akan dicadangkan
ditentukan berdasarkan dara tersedia dalam laporan laba/rugi
perusahaan.
 Data tersebut berupa data penjualan selama periode bersangkutan, dasar
pemikiran pada metode ini adalah piutang tidak tertagih timbul karena
perusahaan memiliki piutang dagang. Piutang dagang timbul karena
aktivitas penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.
a. Net Cash Sales
 Besarnya allowance for bad debt ditentukan dengan % tertentu dari
Total Net Sales yang terjadi selama periode bersangkutan.
 Dan besarnya % ditentukan berdasarkan pengalaman-pengalaman
tahun-tahun lalu.
b. Net Credit Sales
 Besarnya allowance for bad debt ditentukan dengan % tertentu dari Net
Credit Sales yakni penjualan kredit neto yang terjadi selama periode
bersangkutan.
 Dasar pemikiran penggunaan cara ini adalah bahwa hanya penjualan
kredit yang dapat menimbulkan kemungkinan piutang tak tertagih.
 Dan besarnya % ditentukan berdasarkan pengalaman-pengalaman
tahun-tahun lalu.

Piutang tak tertagih – Piutang


dihapus dan dilunasi
% Taksiran Piutang Tak 100%
= x
Tertagih Penjualan kredit atau
Penjualan tunai
Contoh:
PT. SIDU menggunakan Allowance method dalam mencatat kerugian piutang pada
tanggal 31 Desember 2016. Berikut ini adalah data mengenai total penjualan bersih,
penjualan kredit bersih dan piutang tak tertagih selama 5 tahun terakhir :
Jumlah Piutang
Total Penjualan Penjualan Kredit Jumlah Piutang
Tahun dihapus dan
Bersih Bersih Tak Tertagih
dilunasi
2011 Rp 80.000.000,- Rp 25.000.000,- Rp 600.000,- Rp 440.000,-
2012 Rp 100.500.000,- Rp 55.000.000,- Rp 550.000,- Rp 349.000,-
2013 Rp 120.500.000,- Rp 45.000.000,- Rp 650.000,- Rp 409.000,-
2014 Rp 150.000.000,- Rp 60.000.000,- Rp 620.000,- Rp 320.000,-
2015 Rp 180.000.000,- Rp 65.000.000,- Rp 660.000,- Rp 300.000,-
Jumlah Rp 631.000.000,- Rp 250.000.000,- Rp 3.080.000,- Rp 1.818.000,-
Berdasarkan data tersebut diatas, maka besarnya % piutang tak tertagih sebagai berikut
:
 % piutang tak tertagih dari total penjualan bersih =
Rp 3.080.000,- - Rp 1.818.000,-
x 100% = 0,2%
Rp 631.000.000,-
 % piutang tak tertagih dari penjualan kredit bersih =

Rp 3.080.000,- - Rp 1.818.000,-
x 100% = 0,5%
Rp 250.000.000,-

Jika pada tanggal 31 Desember 2016 diperoleh data sebagai berikut :


 Total penjualan bersih Rp 190.000.000,-
 Penjualan kredit bersih Rp 70.000.000,-
Maka besarnya taksiran piutang tak tertagih pada tanggal 31 Desember 2016 adalah
sebagai berikut :
 Jika dihitung berdasarkan % Total Net Sales :

0,2% x Rp 190.000.000,- = Rp 380.000,-


 Maka jurnal yang dibuat perusahaan :
Kerugian Rp 380.000.-
piutang
Cadangan kerugian Rp 380.000.-
piutang

 Jika dihitung berdasarkan % Net Credit Sales :


0,5% x Rp 70.000.000,- = Rp 350.000,-

 Maka jurnal yang dibuat perusahaan :


Kerugian Rp 350.000.-
piutang
Cadangan kerugian Rp 350.000.-
piutang
2) Balance Sheet Approach
a. Saldo piutang dagang
 Dalam metode ini, besarnya penghapusan piutang yang akan
dicadangkan ditentukan berdasarkan data yang tersedia dalam laporan
neraca perusahaan.
 Data tersebut adalah data saldo piutang pada akhir periode yang
bersangkutan.
 Dasar pemikiran metode ini yakni bahwa piutang yang tidak tertagih
timbul karena perusahaan memiliki piutang dagang. Piutang ini tidak
semata-mata timbul dari penjualan, tetapi dapat pula timbul dari
penjualan aset yan lain, seperti misalnya penjualan surat-surat
berharga, bangunan, kendaraan, peralatan dan sebagainya.

Piutang tak tertagih – Piutang


dihapus dan dilunasi
% Taksiran Piutang Tak 100%
= x
Tertagih Saldo piutang dagang

Contoh:
PT. SIDU menggunakan Allowance method dalam mencatat kerugian piutang pada
tanggal 31 Desember 2016. Berikut ini adalah data mengenai saldo piutang dagang dan
piutang tak tertagih selama 5 tahun terakhir :

Jumlah Piutang Tak Jumlah Piutang


Tahun Saldo piutang dagang
Tertagih dihapus dan dilunasi
2011 Rp 30.000.000,- Rp 450.000,- Rp 280.000,-
2012 Rp 65.000.000,- Rp 470.000,- Rp 265.000,-
2013 Rp 50.000.000,- Rp 550.000,- Rp 305.000,-
2014 Rp 58.000.000,- Rp 570.000,- Rp 278.000,-
2015 Rp 62.000.000,- Rp 600.000,- Rp 252.000,-
Jumlah Rp 265.000.000,- Rp 2.640.000,- Rp 1.380.000,-

Berdasarkan data tersebut diatas, maka besarnya % piutang tak tertagih sebagai
berikut :
 % piutang tak tertagih dari saldo piutang dagang =
Rp 2.640.000,- - Rp 1.380.000,-
x 100% = 0,4%
Rp 265.000.000,-
Jika pada tanggal 31 Desember 2016 diperoleh data sebagai berikut :
 Saldo piutang dagang Rp 65.000.000,-
Maka besarnya taksiran piutang tak tertagih pada tanggal 31 Desember 2016 adalah
sebagai berikut :

 Jika dihitung berdasarkan % Saldo piutang dagang :


0,4% x Rp 65.000.000,- = Rp 260.000,-
 Maka jurnal yang dibuat perusahaan :
Kerugian Rp 260.000.-
piutang
Cadangan kerugian Rp 260.000.-
piutang

b. Analisa umur piutang (aging schedule)


 Penaksiran piutang tak tertagih dengan cara menganalisa umur dari
saldo piutang debitur-debitur perusahaan.
 Umur piutang masing-masing debitur diklasifikasikan baik yang belum
jatuh tempo maupun yang telah jatuh tempo.
 Bagi piutang debitur yang telah jatuh tempo, semakin lama jaraknya
dengan saat jatuh tempo maka semakin besar pula kemungkinan tidak
tertagihnya. Untuk itu dalam menaksir piutang tak tertagih, masing-
masing kelompok umur piutang ditentukan besarnya % piutang tak
tertagih.
Contoh :
Saldo piutang dagang PT SIDU pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp yang
terdiri atas :

Saldo piutang dagang 31


Nama Debitur Tanggal Jatuh Tempo
Desember 2016
Tn. Ethan Rp 8.000.000,- 19 November 2016
Tn. Mirza Rp 2.000.000,- 5 Desember 2016
Tn. Rahadian Rp 7.500.000,- 3 Juli 2016
Tn. Zildan Rp 3.000.000,- 23 Desember 2016
Tn. Rangga Rp 4.000.000,- 20 November 2016
Tn. Rasya Rp 10.000.000,- 23 Januari 2017
Tn. Rafathar Rp 5.000.000,- 7 Pebruari 2017
Tn. Arsya Rp 12.000.000,- 15 Desember 2016
Tn. Adzriel Rp 3.500.000,- 5 Agustus 2016
Tn. Rayyan Rp 6.000.000,- 13 Oktober 2016

1. Tn.Ethan = tanggal jatuh tempo = 19 November 2016 = Rp 8.000.000.-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- November = 30 – 19 = 11
- Desember = 31
- Total nunggak = 42 hari

2. Tn. Mirza = tanggal jatuh tempo = 5 Desember 2016 = Rp 2.000.000.-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- Desember = 31- 5 = 26
- Total nunggak = 26 hari

3. Tn. Rahadian = tgl jatuh tempo = 3 Juli 2016 = Rp Rp 7.500.000,-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- Juli = 31 – 3 = 28
- Agustus = 31
- September = 30
- Oktober = 31
- November = = 30
- Desember = = 31
- Total nunggak = 181 hari

4. Tn. Zildan = tgl jatuh tempo = 23 Desember 2016 = Rp 3.000.000,-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- Desember = 31- 23 = 7
- Total nunggak = 7 hari

5. Tn. Rangga = tgl jatuh tempo = 20 November 2016 = Rp 4.000.000,-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- November = 30 – 20 = 10
- Desember = 31
- Total nunggak = 41 hari

6. Tn. Rasya = tgl jatuh tempo = 23 Januari 2017 = Rp 10.000.000,-

Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016


- Belum jatuh tempo (dikarenakan th berikutnya yakni 2017 jd ikut dihitung tgl 31
Desember 2017)

7. Tn. Rafathar = tgl jatuh tempo = 7 Pebruari 2017 = Rp 5.000.000,-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- Belum jatuh tempo (dikarenakan th berikutnya yakni 2017 jd ikut dihitung tgl 31
Desember 2017)

8. Tn. Arsya = tgl jatuh tempo = 15 Desember 2016 = Rp 12.000.000,-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- Desember = 31- 15 = 16
- Total nunggak = 16 hari

9. Tn. Adzriel = tgl jatuh tempo = 5 Agustus 2016 = Rp 3.500.000,-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- Agustus = 31 – 5 = 26
- September = 30
- Oktober = 31
- November = = 30
- Desember = = 31
- Total nunggak = 148 hari

10. Tn. Rayyan = tgl jatuh tempo = 13 Oktober 2016 = Rp 6.000.000,-


Dihitung mulai dari tgl jatuh tempo s/d 31 Desember 2016
- Oktober = 31 – 13 = 18
- November = = 30
- Desember = = 31
- Total nunggak = 79 hari

Penggolongan/klasifikasi umur piutang dan besarnya % piutang tak tertagih masing-masing diklasifikasikan
golongan umur piutang adalah sebagai berikut :
Golongan Umur Piutang % Piutang tak tertagih
Belum jatuh tempo 0,5
Telah jatuh tempo :
 Lewat 1 – 30 hari 2
 Lewat 31 – 60 hari 5
 Lewat 61 – 90 hari 10
 Lewat lebih dari 90 hari 20

Berdasarkan data tersebut diatas, besarnya piutang tak tertagih dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
a. Membuat Tabel Analisa Umur Piutang
Nama Saldo piutang Belum Jatuh Lewat Jatuh Tempo
Debitur dagang Tempo 1 s/d 30 31 s/d 60 61 s/d 90 Lebih dari 90
Tn. Ethan Rp 8.000.000,- Rp
8.000.000,-
Tn. Mirza Rp 2.000.000,- Rp
2.000.000,-
Tn. Rahadian Rp 7.500.000,- Rp 7.500.000,-
Tn. Zildan Rp 3.000.000,- Rp
3.000.000,-
Tn. Rangga Rp 4.000.000,- Rp
Nama Saldo piutang Belum Jatuh Lewat Jatuh Tempo
Debitur dagang Tempo 1 s/d 30 31 s/d 60 61 s/d 90 Lebih dari 90
4.000.000,-
Tn. Rasya Rp 10.000.000,- Rp
10.000.000,-
Tn. Rafathar Rp 5.000.000,- Rp
5.000.000,-
Tn. Arsya Rp 12.000.000,- Rp
12.000.000,-
Tn. Adzriel Rp 3.500.000,- Rp 3.500.000,-
Tn. Rayyan Rp 6.000.000,- Rp
6.000.000,-
Jumlah Rp 61.000.000,- Rp Rp Rp Rp Rp 11.000.000,-
15.000.000,- 17.000.000,- 12.000.000,- 6.000.000,-
 Langkah pertama dalam menaksir besarnya kerugian piutang dengan analisa
umur piutang adalah membuat tabel analisa umur piutang. Dalam tabel tersebut
piutang dari masing-masing debitur perusahaan dikelompokkan menurut
umurnya. Umur piutang dihitung dengan cara membandingkan tanggal jatuh
tempo piutang dengan tanggal saat dilakukan penaksiran piutang tak tertagih
(dalam hal ini tanggal 31 Desember 2016).
 Pengelompokkan umur piutang disusun berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.

b. Menghitung besarnya taksiran piutang tak tertagih


 Langkah selanjutnya adalah menghitung taksiran besarnya piutang tak tertagih
dengan cara mengalikan tarif % piutang tak tertagih (yang telah ditetapkan
sebelumnya) dengan masing-masing kelompok umur piutang).

Kelompok umur % Piutang Tak Taksiran Piutang


Jumlah
piutang Tertagih Tak Tertagih
Belum Jatuh Rp 15.000.000,- 0,5 Rp 75.000,-
Tempo
Lewat Jatuh Tempo
a. 1 s/d 30 hari Rp 17.000.000,- 2 Rp 340.000,-
b. 31 s/d 60 hari Rp 12.000.000,- 5 Rp 600.000,-
c. 61 s/d 90 hari Rp 6.000.000,- 10 Rp 600.000,-
d. Lebih dari 90 Rp 11.000.000,- 20 Rp 2.200.000,-
hari
Jumlah Rp 61.000.000,- Rp 3.815.000,-

Berdasarkan tabel perhitungan tersebut diatas, maka besarnya taksiran piutang tak
tertagih, jika piutang tak tertagih :
a. Jika saldo Allowance for bad debt sebesar nol.

Saldo awal = Rp 0,-


Penyesuaian = Rp 3.815.000,- (jurnal penyesuaian)
Saldo akhir = Rp 3.815.000,-

 Jurnal yang dibuat tanggal 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut :

Kerugian Rp 3.815.000,-
piutang
Cadangan kerugian Rp 3.815.000,-
piutang

b. Jika saldo Allowance for bad debt sebesar Rp 150.000,-


Saldo awal = Rp 150.000,-
Penyesuaian = Rp 3.665.000,- (jurnal penyesuaian)
Saldo akhir = Rp 3.815.000,-
 Jurnal yang dibuat tanggal 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut :
Kerugian Rp 3.665.000,-
piutang
Cadangan kerugian Rp 3.665.000,-
piutang

c. Jika saldo Allowance for bad debt sebesar (Rp 150.000,-)


Saldo awal = (Rp 150.000,-)
Penyesuaian = Rp 3.965.000,- (jurnal penyesuaian)
Saldo akhir = Rp 3.815.000,-
 Jurnal yang dibuat tanggal 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut :
Kerugian Rp 3.965.000,-
piutang
Cadangan kerugian Rp 3.965.000,-
piutang

Anda mungkin juga menyukai